Anda di halaman 1dari 6

TUGAS I IMMUNOSEROLOGI

NAMA : BAIQ LELA NURKARTIKA


NIM : P07134121006A

PENYAKIT OLEH PARASIT

A. Parasit dalam jaringan / aliran darah, bagi yang sensitif /

hipersensitif dapat terjadi reaksi alergi bahkan reaksi anafilaksis

Contoh :

1. Larva Ascaris lumbricoides, cacing tambang, Strongiloides


stercoralis, Tricinella spiralis.

Patogenitas infeksi cacing disebabkan oleh efek parasit


secara langsung  dan oleh interaksinya dengan sistem imun
hospes.  cacing bisa juga menyebabkan penyakit ketika hospes
sebelumnya terpapar terhadap bagian yang infektif atau ketika
hospes mengalami immunosuppression atau kekurangan
nutrisi., dalam banyak kasus anak-anak lebih mudah terinfeksi
cacing dibandingkan dengan dewasa.

Berbagai mekanisme pertahanan   di lancarkan  oleh


pejamu,  pada dasarnya dapat digambarkan bahwa reaksi
humoral terbentuk pada organisme yang masuk peredaran
darah. sedangkan parasit yang hidup di jaringan biasanya
merangsang imunitas seluler. antibodi akibat infeksi cacing
biasanya efektif  terhadap bantuk  yang ditularkan melalui
darah.  produksi IgE  sangat meningkat pada investasi cacing
dan dapat menyebabkan  masuknya Ig dan eosinofil  yang
diperantarai oleh sel mastoid.
2. Pecahnya kista hydatid (larva Echinococus granulosus)

Infeksi pada manusia terjadi jika individu mengkonsumsi

makanan atau air yang terkontaminasi kotoran anjing sebagai

pejamu definitif. Fase infektif Echinococcus adalah telur dan


proglotid gravid. Di dalam saluran pencernaan manusia,

telur Echinococcus menetas menjadi larva dan dapat menembus

usus dan berpindah ke organ lainnya melalui sirkulasi darah atau

limfatik. Larva yang bermigrasi akan membentuk kista (hydatid

cyst) yang mengandung protoscolex, terutama di hati atau paru-

paru. Kista juga dapat muncul di limpa, ginjal, jantung, tulang,

dan sistem saraf pusat, termasuk otak dan mata. Pecahnya kista

paling sering disebabkan oleh trauma dan dapat menyebabkan

reaksi anafilaksis ringan hingga berat, bahkan kematian, sebagai

akibat dari pelepasan cairan kistik. Ukuran kista dapat bertambah

hingga beberapa liter dan menekan struktur organ di sekitarnya,

bermanifestasi sebagai rasa nyeri. Biasanya, kista tidak

menimbulkan gejala, tetapi apabila kista pecah, reaksi alergi hebat

(anafilaksis) dapat muncul. Diagnosis dapat dilakukan dengan

pemeriksaan enzyme-linked immunoabsorbent assay(ELISA) untuk

identifikasi IgM atau IgG terhadap Echinococcus, ditambah dengan

pemeriksaan radiologi untuk evaluasi kista.

3. Benjolan oleh Dracunculus medinensis yang pecah

Reaksi alergi yang luas dapat terjadi karena toksin, mirip

histamin, yang dilepaskan oleh cacing ke dalam tubuh penderita.

Proses ini timbul beberapa jam sebelum perkembangan lesi pada

kulit. Gejala-gejala yang muncul antara lain : demam, eritema,

urtikaria, nausea, muntah, diare, dispnoe, bahkan pingsan .

Penderita biasanya mengalami gejala-gejala tersebut sampai

beberapa bulan. Toksin tersebut juga berperan pada pembentukan


papula kemerahan, suatu lesi yang menonjol pada kulit, dan

kemudian berkembang menjadi vesikula (benjolan). Timbulnya

erupsi pada kulit ini biasanya terjadi malam hari. Dengan

rangsangan air, bagian tersebut akan mengeluarkan cairan,

awalnya jernih kemudian berwarna kesusuan. Cairan itu bersifat

steril dan berisi toksin, eosinofil, neutrofil, monosit dan larva

stadium pertama. Selain cairan , uteruspun keluar akibat gerakan

kontraksi cacing, sebagai respon dari rangsangan air tersebut.

Gejala sistemik akan berkurang setelah vesikula pecah. Hal ini

disebabkan karena berkurangnya cairan vesikula tersebut dalam

tubuh penderita.

4. Nefritis oleh Plasmodium malariae

Plasmodium malariae memiliki ciri khas, yakni deposit

kompleks imun di ginjal yang bisa menyebabkan nefritis. Gagal

ginjal akut (GGA) diduga disebabkan adanya anoksia karena

penurunan aliran darah ke ginjal akibat dari sumbatan kapiler,

sehingga terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus. Hemolisis

pada malaria berat juga dapat menyebabkan aktivasi endotel dan

perubahan hemodinamik, yang dapat menyebabkan nekrosis

tubular akut dan nefritis intersisial akut. Dalam deposit dapat

dijumpai IgM, IgG dan globulin-ic, dan antigen-antigen

Plasmodium. Didapatkan juga kompleks imun sirkulasi, yaitu C3

dan C4 yang menunjang suatu glomerulonefritis kompleks imun.

5. Black Water Fever oleh Plasmodium falciparum


Black Water Fever (demam air hitam) adalah komplikasi infeksi

malaria yang terdiri dari sindrom demam hemolisis intravaskular

dengan anemia berat dan keluarnya urin berwarna merah tua

sampai hitam secara intermiten. Infeksi P. falciparum akan

menyebabkan perubahan pada permukaan sel darah merah yang

sudah terinfeksi sehingga terjadi ikatan antara sel darah terinfeksi

dengan endotel pembuluh darah atau trombosit yang disebut

sitoaderensi, kemudian sitoaderen eritosit akan menyebabkan

eritrosit yang terinfeksi tinggal di dalam mikrovaskular disebut

sekuesterasi, perlekatan dengan sepuluh atau lebih sel eritrosit

yang tidak terinfeksi menyelubungi 1 sel eritrosit yang sudah

terinfeksi disebut rosetting. Gangguan mikrosirkulasi yang

diakibatkan oleh infeksi P. falciparum secara terus menerus akan

mengakibatkan kerusakan pada ginjal secara akut.

B. Parasit menimbulkan gangguan (penyakit) pada hospes dengan cara :

1. Berkompetisi dengan hospes dalam mengambil nutrisi (cacing

tambang)

Cacing tambang merupakan penyebab terpenting dari

kehilangan darah di usus yang menyebabkan defisiensi besi dan

malnutrisi protein. Beberapa mekanisme infeksi cacing tambang

dapat menyebabkan anemia defisiensi besi adalah kehilangan

darah kronik di usus. Cacing tambang dewasa akan masuk ke

dalam bagian atas mukosa usus halus, memakan jaringan dan

darah. Cacing tambang ini juga merubah tempat memakan


jaringan dan darah setiap 4-6 jam. Kehilangan darah primer ketika

darah melewati usus dari cacing tambang ketika mereka makan.

Kehilangan darah sekunder terjadi dari perdarahan akibat

kerusakan mukosa.

2. Perusakan jaringan tubuh (ex. Hydatid disease – cestoda –

Echinococcus granulosus)

Infeksi cacing ini menyebabkan eosinofilia (meningkatnya kadar

eosinofil dalam darah). Pecahnya kista hydatid sebagai akibat

dari trauma atau pembedahan sangat berbahaya, karena dapat

menyebabkan syok anafilaksis, reaksi alergi dan risiko

penyebaran pasir hydatid yang dapat menimbulkan kista baru

di seluruh jaringan tubuh seperti hamper pada semua organ,

otot diafragma, lidah masseter dan interkoste

3. Merusak sel (ex. Malaria, schistosomiasis)


Plasmodium yang masuk ke tubuh manusia akan merusak sel-
sel darah merah yang sangat berperan sebagai pembawa oksigen
dalam tubuh, saat berada dalam fase eritrositik. Pada fase
eritrositik, merozoit kemudian menginfeksi eritrosit yang menandai
awal siklus eritrositik
Gejala pada fase kronik schistosomiasis berkaitan dengan
lokasi organ yang terinfeksi. Jika cacing parasit ini menyerang
organ hati atau pencernaan, maka gejala yang timbul dapat
berupa diare atau konstipasi, perdarahan pada tinja, tukak
lambung dan usus, fibrosis hati, hingga tekanan darah tinggi pada
vena porta dan seluruh pembuluh darah pada sistem pencernaan.

Gejala yang timbul jika cacing parasit menyerang sistem urinasi


adalah nyeri saat buang air kecil, adanya darah dalam urin, dan
meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker kandung kemih.
4. Mechanical blockage / obstruksi mekanis (ex. Ascaris)
Cacing dewasa dapat menimbulkan berbagai akibat
mekanik seperti obstruksi usus, perforasi ulkus di usus. Oleh
karena adanya migrasi cacing ke organ-organ misalnya ke 
lambung, esofagus, mulut, hidung dan bronkus dapat
menyumbat pernapasan penderita. Adakalanya ascariasis
menimbulkan manifestasi berat dan gawat dalam beberapa
keadaan, seperti bila sejumlah besar cacing menggumpal
menjadi suatu bolus yang menyumbat rongga usus dan
menyebabkan gejala abdomen akut, serta pada migrasi ektopik
dapat menyebabkan masuknya cacing ke dalam apendiks
saluran empedu dan duktus pankreatikus.
5. Menimbulkan reaksi inflamasi yang berlebihan (terhadap parasit

maupun produknya)

Misalnya eosinofil memiliki granula yang mengandung protein

dasar utama, protein yang sangat kationik ini adalah racun bagi

parasit tetapi juga dapat menyebabkan lisis sel epitel bagi tubuh

sendiri. Karena itu eosinofil bermanfaat dalam mengendalikan

infeksi parasit, tetapi mereka juga memberikan kontribusi

terhadap kerusakan jaringan dalam reaksi imun, seperti alergi.

Anda mungkin juga menyukai