Anda di halaman 1dari 26

LEPTOSPIROSIS

dr. Ridhalul Ikhsan, Sp.PD


Departement Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Definisi
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikro
organisme Leptospira lnterogons tanpa memandang bentuk spesifik
serotipenya. Penyakit ini pertama sekali dikemukakan oleh Weil pada tahun
1886 yang membedakan penyakit yang disertai dengan ikterus ini dengan
penyakit lain yang juga menyebabkan ikterus. Bentuk yang beratnya dikenal
sebagai Weil’s disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud
fever, slime fever, swamp fever autumnal fever, infectious jaundice, field fever,
cane cutter fever dan lain-lain
Leptospirosis acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak
spesifik, dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium.
Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade terakhir di beberapa
negara telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang
termasuk the emerging infectious diseases.
Etiologi
Leptospirosis disebabkan oleh genus leptospira, famili
treponemataceae, suatu mikroorganisme spirochaeta. Ciri khas
organisme ini yakni berbelit, tipis, fleksibel, panjangnya 5-15 um,
dengan spiral yang sangat halus, lebarnya 0,1 - 0,2 um (Gambar 1).
Salah satu ujung organisme sering membengkak, membentuk suatu
kait. Terdapat gerak rotasi aktif, tetapi tidak ditemukan adanya
flagella. Spirochoeto ini demikian halus sehingga dalam mikroskop
lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai rantai kokus kecil-kecil.
Dengan pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa Gambar.1 Leptospira
morfologi leptospira secara umum dapat dilihat. Untuk mengamati
lebih jelas gerakan leptospira digunakan mikroskop lapangan gelap
(darkfield microscope). Leptospira membutuhkan media dan kondisi
yang khusus untuk tumbuh dan mungkin membutuhkan waktu
berminggu-minggu untuk membuat kultur yang positif. Dengan
medium Fletcher’s dapat tumbuh dengan baik sebagai obligat aerob.
Epidemiology
Leptospirosis tersebar di seluruh dunia, disemua benua kecuali benua Antartika, namun
terbanyak didapati didaerah tropis.
Leptospira bisa terdapat pada binatang piaraan seperti anjing. babi, lembu, kuda, kucing,
marmut atau binatang-binatang pengerat lainnya seperti tupai, musang, kelelawar, dan lain
sebagainya. Di dalam tubuh binatang tersebut, leptospira hidup di dalam ginjal/air kemihnya.
Tikus merupakan vektor yang utama dari L. icterohaemorrhagica penyebab leptospirosis pada
manusia. Dalam tubuh tikus, leptospira akan menetap dan membentuk koloni serta
berkembang biak di dalam epitel tubulus ginjal tikus dan secara terus menerus dan ikut
mengalir dalam filtrat urine. Penyakit ini bersifat musiman, di daerah beriklim sedang masa
puncak insiders dijumpai pada musim panas dan musim gugur karena temperatur adalah
faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup leptospira, sedangkan didaerah tropis
insidens tertinggi terjadi selama musim hujan.
Penularan
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan air, atau tanah, lumpur yang telah terkontaminasi
oleh urine binatang yang telah terinfeksi leptospira. Infeksi tersebut terjadi jika terjadi luka/erosi
pada kulit ataupun selaput tendir. Air tergenang atau mengalir lambat yang terkontaminasi urin
binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan penyakit ini, bahkan air yang deraspun
dapat berperan.
Kadang-kadang penyakit ini terjadi akibat gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi
leptospira, atau kontak dengan kultur leptospira di laboratorium. Ekspos yang lama pada
genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat menu[arkan leprospira.
Orang-orang yang mempunyai risiko tinggi mendapat penyakit ini adalah pekerja-pekerja di
sawah, pertanian, perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan atau
orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan.
Faktor risiko tertular leptospirosis terdapat pada tabel 1
Patogenesis
Leptospira masuk kedalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, memasuki
aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke jaringan tubuh.
Kemudian terjadi respon imunologi baik secara selular maupun humoral
sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi spesifik.
Walaupun demikian beberapa organisme ini masih bertahan pada daerah yang
terisotasi secara imunologi seperti di dalam ginjal di mana sebagian mikro
organisme akan mencapat convoluted tubules, bertahan disana dan dilepaskan
melalui urin.
Leptospira dapat djumpai dalam air kemih sek‹tar 8 hari sampai beberapa
minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan bertahun- tahun
kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan fagositosis dan mekanisme
humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah terbentuknya
agglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme hanya dapat
ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiruria berlangsung 1-4
minggu

Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese leptospirosis : invasi bakteri


langsung, faktor inflamasi non spesifik, dan reaksi imunologi.
Patologi
Dalam perjalanan pada fase leptospiremia, leptospira melepaskan toksin yang bertanggung jawab
atas terjadinya keadaan patologi pada beberapa organ. Lesi yang muncul terjadi karena kerusakan
pada lapisan endotel kapiler. Pada leptospirasis terdapat perbedaan antara derajat gangguan
fungsi organ dengan kerusakan secara histologik. Pada leptospirosis lesi histologis yang ringan
ditemukan pada ginjal dan hati pasien dengan kelainan fungsional yang nyata dari organ tersebut.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa kerusakan bukan pada struktur organ. Lesi inflamasi
menunjukkan edema dan infiltrasi sel monosit, limfosit dan se1 plasma. Pada kasus yang berat
terjadi kerusakan kapiler dengan perdarahan yang luas dan disfungsi hepatoselular dengan retensi
bilier. Selain di ginjal leptospira juga dapat bertahan pada otak dan mata. Leptospira dapat masuk
kedalam cairan serebrospinalis pada fase leptospiremia. Hal ini akan menyebabkan meningitis
yang merupakan gangguan neurologi terbanyak yang terjadi sebagai komolikasi leptospirosis
Organ-organ yang sering dikenal ieptospira adalah ginjal, hati, otot dan pembuluh darah. Kelainan
spesifik pada organ:

Ginjal. Interstitial nefritis dengan infiltrasi sel mononuklear merupakan bentuk lesi pada
leptospirosis yang dapat terjadi tanpa gangguan fungsi ginjal. Gagal ginjal terjadi akibat tubular
nekrosis akut. Adanya peranan nefrotoksin, reaksi imunologis, iskemia ginjal, hemoIisis dan
invasi langsung mikroorganisme juga berperan menimbulkan kerusakan ginjal.

Hati. Hati menunjukkan nekrosis sentilobuler fokal dengan infiltrasi sel limfosit fokal dan
proliferasi sel Kupfer dengan kolestatis. Pada kasus-kasus yang diatopsi, sebagian ditemukan
leptospira dalam hepar. Biasanya organisme ini terdapat diantara sel-set parenkim.
Jantung. Epikardium, endokardium dan miokardium dapat terlibat. Kelainan miokardium dapat
fokal atau difus berupa intersitital edema dengan infiltrasi sel mononuklear dan plasma. Nekrosis
berhubungan dengan infiltrasi neutrofil. Dapat terjadi perdarahan fokal pada miokardium dan
endokardium

Otot rangka. Pada otot rangka, terjadi perubahan-perubahan berupa lokal nekrotis, vakuoli sasi
dan kehilangan striata. Nyeri otot yang terjadi pada leptospira disebabkan invasi langsung
leptospira. Dapat juga ditemukan antigen leptospira pada otot.

Mata. Leptospira dapat masuk ruang anterior dari mata selama fase leptospiremia dan bertahan
beberapa bulan walaupun antibodi yang terbentuk cukup tinggi. Hal ini akan menyebabkan uveitis.

Pembuluh darah. Terjadi perobahan pada pembuluh darah akibat terjadinya vaskulitis yang akan
menimbulkan perdarahan. Serinp ditemukan perdarahan/peteki pada mukosa, permukaan serosa
dan alat-alat viscera dan perdarahan bawah kulit.
Susunan saraf pusat. Leptospira mudah masuk ke dalam cairan serebrospinal (CSS)
dan dikaitkan dengan terjadinya meningitis. Meningitis terjadi sewaktu terbentuknya
respon antibodi, tidak pada saat memasuki CSS. Diduga bahwa terjadinya meningitis
diperantarai oleh mekanisme imunologis. Terjadi penebalan meninges dengan sedikit
peningkatan sel mononuklear araknoid. Meningitis yang terjadi adalah meningitis
aseptik, biasanya paling sering disebabkan oleh L. canicola.

Well Disease. Weil disease adalah leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus,
biasanya disertai perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe
kontinua. Penyakit Weil ini biasanya terdapat pada 1-6% kasus dengan leptospirosis.
Penyebab Weil disease adalah serotipe icterohaemorragica pernah juga dilaporkan
oleh serotipe copenhageni dan bataviae. Gambaran klinis bervariasi berupa gangguan
renal, hepatik atau disfungsi vaskular.
Gambaran Klinis
Masa inkubasi 2-26 hari, biasanya 7 -13 hari dan rata-rata 10 hari. Leptospirosis mempunyai 2
fase penyakit yang khas yaitu fase leptospiremia dan fase imun.
 Fase Leptospiraemia
Fase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan cairan serebrospinal,
berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala biasanya di frontal, rasa sakit pada
otot yang hebat terutama pada paha, betis dan pinggang disertai nyeri tekan. Mialgia dapat
diikuti dengan hiperestesi kulit, demam tinggi yang disertai mengigiI, juga didapati mual
dengan atau tanpa muntah disertai mencret, bahkan pada sekitar 25% kasus disertai penurunan
kesadaran. Pada pemeriksaan keadaan sakit berat, bradikardi relatif, dan ikterus (50%)
 Fase Imun
Fase ini ditandai dengan peningkatan titer antibodi, dapat timbul demam yang
mencapai suhu 40°C disertai menggigil dan kelemahan umum. Terdapat rasa sakit yang
menyeluruh pada leher, perut dan otot-otot kaki terutama otot betis. Terdapat
perdarahan berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati, uremia, ikterik.

Perdarahan paling jelas terlihat pada fase ikterik, purpura, petechiae, epistaksis,
perdarahan gusi merupakan manifestasi perdarahan yang paling sering. Conjunctiva
injection dan conjungtival suffusion dengan ikterus merupakan tanda patognomosis
untuk leptospirosis.

Terjadinya meningitis merupakan tanda pada fase ini, walaupun hanya 50% gejala dan
tanda meningitis, tetapi pleositosis pada CSS dijumpai pada 50-90°A pasien. Tanda-
tanda meningeal dapat menetap dalam beberapa minggu, tetapi biasanya menghilang
setelah 1-2 hari. Pada fase ini leptospira dapat dijumpai dalam urin.
Diagnosis
Pada umumnya diagnosis awal leptosirosis sulit, karena pasien biasanya datang dengan meningitis,
hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza, sindroma syok toksik, demam yang tidak diketahui asalnya
dan diatetesis hemoragik, bahkan beberapa kasus datang sebagai pankreatitis.
Pada anamnesis, penting diketahui tentang riwayat pekerjaan pasien, apakah termasuk kelompok
risiko tinggi. Gejala/keluhan didapati demam yang muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian
frontal, nyeri otot, mata merah/fotofobia, mual atau muntah.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, bradikardia, nyeri tekan otot, hepatomegali dan lain-lain.
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa dijumpai lekositosis, normal atau sedikit
menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang meninggi.
Pada urin djumpai protein uria, leukosituria dan torak (cast). Bila organ hati terlibat,
bilirubin direk meningkat tanpa peningkatan transaminase. BUN, ureum dan kreatinin
juga bisa meninggi bila terjadi komplikasi pada ginjal.Trombositopenia terdapat pada
50% kasus. Diagnosa pasti dengan isolasi leptospira dari cairao tubuh dan serologi.

Kultur. Dengan mengambil spesimen dari darah atau CCS segera pada awal gejala.
Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan mengambil spesimen pada fase
leptospiremia serta belum diberi antibiotik. Kultur urine diambil setelah 2-4 minggu
onset penyakit. Pada spesimen yang terkontaminasi, inokufasi hewan dapat digunakan.

Serologi. Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya leptospira dengan cepat adalah dengan
pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR), silver stain atau fluroscent antibody
stain, dan mikroskop lapangan gelap.
Pengobatan
Pengobatan suportif dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan mengatasi keadaan dehidrasi,
hipotensi, perdarahan dan gagal ginjaf sangat penting pada leptospirosis. Gangguan fungsi ginjal
umumnya dengan spontan akan membaik dengan membaiknya kondisi pasien. Namun pada
beberapa pasien membutuhkan tindakan hemodialisa temporer.
Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin, biasanya pemberian dalam 4 hari setelah
onset cukup efektif. Berbagaijenis antibiotik pilihan. Untuk kasus leptospirosis berat, pemberian
intra vena penisilin G, amoksislin, ampisilin atau eritromisin dapat diberikan. Sedangkan untuk
kasus-kasus ringan dapat diberikan antibiotika oral tetrasiklin, doksisiklin, ampisilin atau
amoksisilin maupun sefalosforin.
Pengobatan dan Kemoprofilaksis Leptospirosis
Sampai saat ini penisilin masih merupakan antibiotika pilihan utama, namun perlu diingat
bahwa anti-biotika bermanfaat jika leptospira masih di darah (fase-leptospiraemia). Pada
pemberian penisilin, dapat muncul reaksi Jarisch-Herxherimer 4 sampai 6 jam setelah
pemberian intra vena, yang menunjukkan adanya aktivitas anti Ieptospira. Tindakan suportif
diberikan sesuai dengan keparahan penyakit dan komplikasi yang timbul. Keseimbangan
cairan, elektrolit dan asam basa diatur sebagaimana pada penanggulangan gagal ginjal
secara umum. Kalau terjadi azotemia/uremia berat sebaiknya dilakukan diatisis.
Prognosis
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan ikterus, angka kematian 5% pada
umur di bawah 30 tahun, dan pada usia lanjut mencapai 30-40%
Pencegahan
Pencegahan leptospirosis khususnya di daerah tropis sangat sulit. Banyaknya hospes perantara dan
jenis serotipe sulit untuk dihapuskan. Bagi mereka yang mempunyai risiko tinggi untuk tertular
leptospirosis harus diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya dari
kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan air kemih binatang reservoar.
Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan bermanfaat untuk mengurangi serangan
leptospirosis bagi mereka yang mempunyai risiko tinja dan terpapar dalam waktu singkat.
Penelitian terhadap tentara Amerika di hutan Panama selama 3 minggu, ternyata dapat mengurangi
serangan leptospirosis dari 4-2% menjadi 0,2%, dan efikasi pencegahan 95°.
Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoar sudah lama direkomendasikan, tetapi
vaksinasi terhadap manusia belum berhasil dilakukan, masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Kesimpulan
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan leptospira. Manusia dapat
terinfeksi melalui kontak dengan leptospira secara insidental. Gejala klinis yang timbul mulai
dari ringan sampai berat bahkan kematian, bila terlambat mendapat pengobatan. Diagnosis dini
yartg tepat dan penatalaksanaan yang cepat akan mence9ah perjalanan penyakit menjadi berat.
Pencegahan dini terhadap mereka yang terpapar diharapkan dapat melindungi mereka dari
serangan leptospirosis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai