Anda di halaman 1dari 25

Seorang perempuan berusia 35 tahun,

mengalami demam sejak 1 bulan yang lalu,


pasien adalah seorang wisatawan dan hobi
berenang.
Keadaan umum : pasien pucat, ada diare
disertai dengan berdarah dan berlendir,
berat badan turun, malaise.
Pemeriksaan fisik : limfadenopati
menyeluruh dan hepatomegali.
Pemeriksaan laboratorium :
- Eosinofilia
- Pada pemeriksaan tinja : ditemukan
telur bentuk bulat dengan tonjolan dibagian
lateral kutub.
Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni
Schistosoma haematobium
Penyakit : skistosomiasis= bilharziasis
Morfologi dan Daur Hidup
Hidup in copula di dalam pembuluh darah vena-
vena usus, vesikalis dan prostatika.
Di bagian ventral cacing jantan terdapat canalis
gynaecophorus, tempat cacing betina.
Telur tidak mempunyai operkulum dan berisi
mirasidium, mempunyai duri dan letaknya
tergantung spesies.
Telur dapat menembus keluar dari pembuluh
darah, bermigrasi di jaringan dan akhirnya
masuk ke lumen usus atau kandung kencing
Telur menetas di dalam air mengeluarkan
mirasidium.
Hospes Hospes Hospes Bentuk
definitif perantara reservoir infektif
S. japonicum Manusia oncomelania Tikus sawah, serkaria
rusa hutan,
anjing, sapi

S. mansoni Manusia Biomphalaria Kera baboon Serkaria

S. heatobium manusia Bullinus Kera baboon Sekaria


Perubahan yang terjadi disebabkan oleh 3
stadium cacing yaitu serkaria, cacing
dewasa dan telur.
Perubahan-perubahan pada skistosomiasis
dibagi dalam 3 stadium:
1. Masa tunas biologik
Gejala kulit dan alergi : eritema, papula disertai
rasa gatal dan panas hilang dalam 2-3 hari.
Gejala paru : batuk, kadang-kadang pengeluaran
dahak yang produktif
Gejala toksemia : timbul minggu ke-2 sampai ke-8
setelah infeksi. Berat gejala tergantung jumlah
serkaria yang masuk
Gejala berupa : lemah, malaise, tidak nafsu makan, mual
dan muntah. Diare disebabkan hipersensitif terhadap
cacing
Hati dan limpa membesar dan nyeri raba.
2. Stadium Akut
Mulai sejak cacing bertelur
Efek patologis tergantung jumlah telur yang
dikeluarkan dan jumlah cacing .
Keluhan : demam, malaise, berat badan menurun
Pada infeksi berat Sindroma disentri
Hepatomegali timbul lebih dini disusul
splenomegali; terjadi 6-8 bulan setelah infeksi.
3. Stadium menahun :
Penyembuhan dengan pembentukan jaringan ikat
dan fibrosis
Hepar kembali mengecil karena fibrosis. Hal ini
disebut sirosis
sirosis sirosis periportal
Gejala : splenomegali, edema tunbgai bawah dan
alat kelamin, asites dan ikterus.
Stadium lanjut sekali dapat terjadi hematemesis.
Schistosoma japonicum Schistosoma mansoni Schistosoma
(demam katayama) (Schistosomiasis usus) heamatobium
(Schistosomiasis
Kandung Kemih)
Gejala : Gejalanya : hampir sama Gejalanya : ditemukan
Stadium 1 : gatal-gatal dengan S. japonicum hematuria pada
(urtikaria) gejalanya : Cuma lebih ringan. pemeriksaan urin.
intoksikasi, demam, - Splenomegali menjadi - Adanya disuria bila
hepatpmegali, eosinofil lebih berat. disertai dengan sistisi
meningkat.
Stadium 2 : sindrom
disentri
Stadium 3 : biasanya ada
sirosis hepatis dan
spelenomegali. Pasienya
akan kelihatan lemah.
Diagnosis :
Menemukan telur dalam tinja, urin atau jaringan
biopsi
Penyakit skistosomiasis merupakan
masalah kesehatan masyarakat di
berbagai negara. Di Indonesia hanya
Schistosoma japonicum ditemukan
endemik di Sulawesi Tengah.
Berhubungan erat dengan air dari irigasi
dengan adanya fokus keong sebagai
hospes perantara
Infeksi berlangsung pada orang yang
bekerja di sawah.
Umumnya tidak ada yang aman atau agak
toksik
Semuanya mempunyai risiko
Pengaruh obat anti schistosoma dapat
menyebabkan terlepasnya cacing dari p.
darah dan mengakibatkan tersapunya cacing
ke dalam hati oleh sirkulkasi portal disebut
hepatic shift.
Obat-obat anti schistosoma :

Emetin (tartras emetikus)


Lucanthone-HCl, Miracil D. Nilodin
Niridazol (dosisnya : 25 mg/kg BB/hari selama 10 hari)
Prazikuantel (Embay 8440; Droncit,Biltricide)
Pemberantasan dan pengendalian dari hospes
perantara
Penerangan kesehatan pada masyarakat
Pada kasus yang berat dapat terjadi
komplikasi gagal hati, gagal ginjal, gangguan
kesuburan, maupun kanker hati, kandung
empedu, dan kandung kemih.
Penyebaran schistosomiasis sangat luas di
daerah tropis maupun subtropis. Pengobatan
dapat dilakukan pada manusia dan
pengendalian dilakukan baik pada hewan
yang terinfeksi sebagai reservoir maupun
pada siput sebagai inang antara dan air
sebagai sumber pencemar.

Anda mungkin juga menyukai