Anda di halaman 1dari 16

SCHISTOSOMIASIS

DOSEN PEMBIMBING:
SRI ANI,S.KM.,M.KM.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Faisal Abdulrahman (P23133116010)
Nanda Dian Magfirah (P23133116028)
Nur Aini Utami (P23133116029)
Schistosomiasis atau disebut juga demam keong adalah penyakit infeksi
parasit kronis yang disebabkan oleh cacing darah (Trematoda) dari
genus Schistosoma. Terdapat dua macam penyakit Schistosomiasis,
yaitu Schistosomiasis urogenital dan Schistosomiasis usus.

Agent Penyebab Penyakit


Penyakit ini bersifat kronis yang disebabkan oleh cacing Trematoda dari
genus Schistosoma. Saat ini dikenal 6 spesies yaitu:
1 . Schistosoma hematobium
2. S. mansoni
3. S. intercalatum
4 . S. japonicum
5. S. bovis
6. S. mattheei
Pada kasus S. japonicum, secara alamiah manusia dan hewan sama- sama
dapat menjadi induk semang. Pada kasus infeksi oleh S. bovis, dan S.
mattheei induk semang utamanya adalah hewan sedangkan manusia
terkadang dapat terinfeksi.

Penyakit ini terbagi menjadi dua macam, yaitu:


Schistosomiasis urogenital disebabkan oleh Schistosoma haematobium dan
diamati di Corsica (Perancis), Afrika, dan Timur Tengah.
Schistosomiasis usus disebabkan oleh Schistosoma japonicum, S. mansoni, S.
intercalatum, S. guineensis, dan S. mekongi. Spesies ini telah diamati di
Timur Tengah, China, Indonesia, Brasil, daerah-daerah tertentu dari
Kamboja, Republik Demokratik Rakyat Laos, Filipina, Karibia, Suriname, dan
Afrika Tengah.
Karakteristik Penyakit

Gejala bervariasi terhadap spesies cacing dan fase infeksi. Ciri dan
gejala schistosomiasis adalah :
Banyak parasit dapat menyebabkan demam, menggigil,
pembengkakan kelenjar limfa dan pembengkakan hati dan limfa. Saat
cacing pertama kali masuk ke dalam kulit, dapat menyebabkan gatal
dan ruam (swimmers itch). Pada kondisi ini, schistosome hancur di
dalam kulit.
Gejala pada Schistosomiasis usus dikaitkan dengan gejala sakit
perut, diare dan tinja berdarah. Anak-anak yang menderita
schistosomiasis mungkin mengalami gejala terhambatnya
pertumbuhan dan mengalami kesulitan dalam belajar.

Gejala pada Schistosomiasis urogenital dapat meliputi urinasi yang


sering, sakit dan terdapat darah.Schistosomiasis urogenital
ditandai denganurinasi yang sering, sakit dan terdapat
darahdalam urin atau hematuria. Pada infeksi kronis, dapat
menyebakan terjadinya kerusakan pada sistem kemih, seperti
fibrosis dari kandung kemih dan ureter, serta kerusakan ginjal
yang dapat mengakibatkan penyakit gagal ginjal
Gejala-gejala ini, dikenal dengan schistosomiasis akut, sering kali membaik
dengan sendirinya dalam beberapa minggu. Namun tetap penting untuk
mendapatkan perawatan karena parasit dapat tinggal di dalam tubuh dan
menyebabkan gangguan jangka panjang.Beberapa orang dengan schistosomiasis,
baik apakah pernah memiliki gejala awal atau tidak, akan mengalami masalah
lebih serius di bagian tubuh di mana telur telah berpergian. Kondisi ini disebut
schistosomiasis kronis. Schistosomiasis kronis dapat meliputi berbagai gejala dan
masalah, tergantung pada area persis yang terinfeksi. Sebagai contoh, infeksi pada:
Sistem pencernaan dapat menyebabkan anemia, sakit
dan bengkak pada perut, diare dan darah pada feses
Sistem urinasi dapat menyebabkan infeksi pada kandung
kemih (cystitis), sakit saat buang air kecil, sering merasa
ingin buang air kecil dan darah pada urin
Jantung dan paru-paru dapat menyebabkan batuk yang
tidak kunjung hilang, napas berbunyi, sesak napas, dan
batuk darah
Sistem saraf atau otak dapat menyebabkan kejang, sakit
kepala, kelemahan dan mati rasa pada kaki dan pusing.
Riwayat Alamiah Penyakit

Infeksi didapat melalui air yang mengandung bentuk larva yang


berenang bebas (serkaria) yang sebelumnya berkembang di tubuh keong.
Telur S. haematobium dikeluarkan dari tubuh mamalia, umumnya melalui
urin, sedangkan spesies lain melalui feces. Telurmenetas di air dan
melepaskan larva (mirasidium) memasuki tubuh keong air tawar yang
cocok sebagai inang. Setelah beberapa minggu, serkaria muncul dari
keong dan menembus kulit manusia, biasanya ketika orang sedang
bekerja, berenang atau melintasi air, serkaria kemudian memasuki aliran
darah, dibawa ke pembuluh darah paru berpindah ke hati, berkembang
menjadi matang dan migrasi ke pembuluh darah vena di rongga perut.
Bentuk dewasa cacing S. mansoni, S. japonicum, S.
mekongi, S. mattheei dan S. intercalatum biasanya
tinggal di vena mesenterika; S. haematobium biasanya
berpindah melalui anastomosis dari vena dan sampai
pada plexus dari kandung kemih. Telur cacing diletakkan
pada venulae dan kemudian lepas masuk ke rongga usus
besar, kandung kemih atau organ lain termasuk hati dan
paru-paru.
Masa Inkubasi
Schistosoma haematobium, S. mansoni, dan S. japonicum memiliki masa inkubasi
8 sampai 12 minggu dihitung dari mulai larva memasuki tubuh sampai cacing mencapai
feses/ urin penderita. Sekitar 4 sampai 8 minggu kemudian (ketika cacing pita dewasa
mulai meletakkan telur), demam, panas-dingin, nyeri otot, lelah, rasa tidak nyaman
yang samar (malaise), mual, dan nyeri perut bisa terjadi. Batang getah bening bisa
membesar untuk sementara waktu, kemudian kembali normal. Kelompok gejala-gejala
terakhir ini disebut demam katayama. Perubahan pada Schistosomiasis dapat dibagi
dalam 3 stadium yaitu: masa tunas biologis, stadium akut, stadium menahun.

1. Masa Tunas Biologis


Dimulai ketika serkaria menembus kulit, yang dapat menimbulkan pruritus dan
kemerahan yang bersifat sementara. Selama infansi hati dan organ lain oleh cacing yang
belum dewasa, timbul perdarahan berupa petekia dan sarang infiltrasi sel eosinofil dan
leukosit.

2. Stadium akut
Stadium yang menunjukkan permulaan penyerbuan telur ke dalam usus, hati dan
paru.Stadium paru ditandai oleh demam, malaise, urtikaria, eosinofil, sakit perut, diare,
berat badan menurun, hati agak membesar, dan kadang-kadang limpa membesar.
Hepatomegali timbul lebih dini disusul dengan splenomegali
dapat terjadi dalam waktu 5-8 bulan. Sakit di daerah perut,
hepatitis, anoreksi, demam, milgia, disentri dan berat badan
menurun adalah gejala khas untuk Schistosomiasis usus.
Stadium akut berlangsung 3 sampai 4 bulan, dan dapat lebih
hebat pada infeksi berat dan infeksi oleh S. japonicum karena
jumlah telur yang dihasilkan spesies ini lebih banyak.

3. Stadium Menahun
Terjadi penyembuhan jaringan dengan pembentukan
jaringan ikat atau fibrosis. Hati yang semula membesar karena
peradangan, kemudian mengecil karena terjadi fibrosis yang
disebut sirosis. Pada Schistosomiasis, serosis yang terjadi
adalah serosis periportal yang mengakibatkan terjadinya
hipertensi portal karena adanya bendungan di dalam jaringan
hati. Gejala yang timbul adalah spelenomegali dan edema, yang
biasanya ditemukan pada tungkai bawah dapat pula pada alat
kelamin. Dapat ditemukan asites dan ikterus. Pada stadium
lanjut sekali dapat terjadi hematemisis karena pecahnya varises
esophagus.
Epidemiologi Penyakit
Schistosomiasis merupakan salah satu penyakit infeksi parasit pada
manusia yang menyebar luas di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
memperkirakan schistosomiasis menempati 40% dari keseluruhan penyakit di
daerah tropis. Penyebaran schistosomiasis sangat luas di daerah tropis maupun
subtropis.
Schitosomiasis tersebar di negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin dan
Timur Tengah. Di Asia, cacing ini tersebar di 7 negara, antara lain Jepang, Cina,
Philipina, Indonesia, Malaysia, Kamboja, Laos dan Thailand. Di Asia, penyakit
ini disebut schistosomiasis japonica atau dinamakan juga Oriental
schistosomiasis atau penyakit Katayama atau penyakit demam keong yang
disebabkan oleh cacing Schistosoma japonicum.
Di Indonesia, penyakit ini baru ditemukan di lembah Lindu (Kec. Kulawi,
Kab. Donggala) dan lembah Napu- Besoa (Kec. Lore Utara, Kab. Poso) yang
terletak di Sulawesi Tengah. Schistosomiasis masih menjadi ancaman bagi
lebih dari 25.000 penduduk di kedua daerah endemis tersebut. Prevalensi
Schistosomiasis di lembah Lindu pada tahun 2003 (0.64%) dan tahun 2004 (0,
17%) memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Sementara di lembah
Napu pada tahun 2003 (0.70%) dan tahun 2004 (1,71%) memperlihatkan
kecenderungan yang meningkat.
Peranan Lingkungan
Lingkungan Fisik
Lingkungan yang tempatnya terdapat di daerah pinggiran hutan,
di dalam hutan atau tepi daun dimana tempat-tempat ini hampir selalu
terlindung dari sinar matahari dengan adanya pohon-pohon besar
maupun kecil dan selalu basah karena terdapat air yang mengalir
secara terus menerus dari mata air. Kondisi lapangan yang disenangi
keong adalah rerumputan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari
yang kuat. Keadaan air yang tergenang merupakan media
perkembangan bagi anak keong serta untuk menjaga kelembapan,
keadaan tanah yang berlumpur merupakan media alami bagi
perkembangan alga sebagai makanan keong.

Lingkungan Biologi
Terdapatnya alga di keadaan tanah yang berlumpur yang
merupakan media yang baik untuk perkembangan alga dapat
mempengaruhi pertumbuhan keong juga, karena alga merupakan
makanan keong.
Lingkungan Sosial Budaya
Infeksi pada manusia terjadi oleh karena serkaria keluar dari tubuh
siput kemudian menembus kulit manusia pada waktu ia bekerja di
sawah, saluran irigasi, waktu mandi dan mencuci. Para pekerja
pembuatan bendungan air, penggali saluran irigasi yang tidak
menggunakan sepatu pelindung juga menjadi korban infeksi schistosoma
japonicum sp. Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya
schistosomiasis akan mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk
memberatas penyakit tersebut seperti penyehatan lingkungan,
menggunakan alat pelindung diri jika ingin melakukan kontak dengan
wilayah focus, memberantas vector schistosomiasis. Berbagai kegiatan
manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan jalan,
pertambangan, dan pembangunan permukiman baru sering
mengakibatkan perubahan lingkungan yang enguntungkan penularan
schistosomiasis.
Tindakan Pencegahan
Memberi penyuluhan kepada masyarakat di daerah endemis tentang cara-
cara penularan dan cara pemberantasan penyakit ini
Buang air besar dan buang air kecil dijamban yang saniter agar telur cacing
tidak mencapai badan-badan air tawar yang mengandung keong sebagai
inang antara. Pengawasan terhadap hewan yang terinfeksi S. japonicum
perlu dilakukan tetapi biasanya tidak praktis
Memperbaiki cara-cara irigasi dan pertanian; mengurangi habitat keong
dengan membersihkan badan-badan air dari vegetasi atau dengan
mengeringkan dan mengalirkan air
Memberantas tempat perindukan keong dengan moluskisida (biaya yang
tersedia mungkin terbatas untuk penggunaan moluskisida ini)
Untuk mencegah pemajanan dengan air yang terkontaminasi (contoh :
gunakansepatu bot karet). Untuk mengurangi penetrasi serkaria setelah
terpajan dengan airyang terkontaminsai dalam waktu singkat atau secara
tidak sengaja yaitu kulit yang basah dengan air yang diduga terinfeksi
dikeringkan segera dengan handuk. Bisa juga dengan mengoleskan alkohol
70% segera pada kulit untuk membunuh serkaria.
Persediaan air minum, air untuk mandi dan mencuci pakaian hendaknya
diambildari sumber yang bebas serkaria atau air yang sudah diberi obat
untuk membunuh serkariannya. Cara yang efektif untuk membunuh
serkaria yaitu air diberi iodine atau chlorine atau dengan menggunakan
kertas saring. Membiarkan air selama 48 72 jam sebelum digunakan juga
dianggap efektif.
Obati penderita di daerah endemis dengan praziquantel untuk mencegah
penyakit berlanjut dan mengurangi penularan dengan mengurangi
pelepasan telur oleh cacing.
Para wisatawan yang mengunjungi daerah endemis harus diberitahu akan
risikopenularan dan cara pencegahan

Anda mungkin juga menyukai