Anda di halaman 1dari 14

Clinical Science Session

SCHISTOSOMIASIS
 

Oleh:
Dean Grestama (G1A218057)
Pembimbing:
dr. H. Nadrizal, Sp.PD, FINASIM
Pendahuluan
Schistosomiasis (bilharzia) merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit
berupa cacing kelas trematoda dan genus Schistosoma. Penyakit tersebut
dikenal sebagai penyakit zoonosis karena dapat ditularkan dari hewan vertebrata
ke manusia dan berlaku sebaliknya. Selain itu, schistosomiasis sering dikenal
oleh masyarakat dengan sebutan demam keong. Hal ini dikarenakan keong
dibutuhkan sebagai hospes dalam penyebaran penyakit schistosomiasis.
Schistosomiasis juga tidak boleh diremehkan karena penyakit parasit tersebut
menjadi penyakit endemik ketiga di dunia setelah malaria dan amoebiasis.
DEFINISI
Skistosomiasis (bilharzia) adalah Terdapat beberapa jenis parasit
infeksi yang disebabkan oleh cacing skistosoma yang dapat mengakibatkan
parasit skistosoma yang ditemukan skistosomiasis terjadi, di antaranya
di air tawar, seperti kolam, danau, adalah S. mansoni, S. mekongi, S.
sungai, waduk, dan air kanal di intercalatum, S. Hematobium, dan
negara dengan cuaca tropis dan S.japonicum. Jenis-jenis parasit
subtropis. Parasit tersebut biasanya tersebut dapat menyerang organ tubuh
menempel pada tubuh siput. Oleh manusia, seperti usus, ginjal, hati,
karena itu, infeksi ini juga umum kandung kemih, jantung, paru-paru,
disebut sebagai demam siput. hingga saraf otak.
ETIOLOGI
Skistosomiasis dapat terjadi saat Cacing parasit skistosoma masuk ke dalam tubuh
seseorang terpapar air yang sudah manusia melalui permukaan kulit dan menyebar
terkontaminasi cacing parasit atau ke organ tubuh lain melalui pembuluh darah.
terdapat siput yang sudah Setelah beberapa minggu, cacing tersebut akan
terkontaminasi. Hal ini bisa terjadi mulai menetaskan telurnya. Dalam beberapa
ketika seseorang berenang, mencuci, kasus, telur akan dibunuh oleh sistem imun atau
atau mengonsumsi air yang belum keluar melalui urine dan tinja. Sebaliknya, ada
disterilkan. Cacing ini tidak akan juga yang justru menyebar dan menginfeksi organ
ditemukan pada kolam renang yang tertentu. Kondisi ini disebut dengan skistosomiasis
sudah diberi klorin, air laut , dan air akut. Jika tidak diobati, cacing akan terus
yang steril. menetaskan telurnya, menyebarkan infeksi selama
bertahun-tahun dan mengakibatkan skistosomiasis
kronis
Skistosomiasis tidak dapat tersebar melalui kontak fisik secara langsung, dan hanya melalui
urine atau tinja yang mengontaminasi air tawar ataupun air bersih lainnya.
EPIDEMIOLOGI
Schistosomiasis umumnya terjadi di wilayah
tropis dan subtropis. Penyakit tersebut tersebar
luas di wilayah Timur Tengah, Afrika,
Amerika Selatan dan Asia Tenggara. Kasus
Schistosomiasis yang terjadi di Afrika dan
Timur Tengah seringkali disebabkan oleh
Schistosoma haematobium. Hal ini berbeda
dengan kasus schistosomiasis yang terjadi di
Asia Timur dan Asia Tenggara yang terjadi
karena Schistosoma japonicum. Cacing
berspesies lain yang juga menjadi penyebab
dari schistosomiasis yaitu Schistosoma
mansoni sering dijumpai di Amerika Tengah,
Amerika Selatan, dan Afrika.
Persebaran daerah endemis schistosomiasis di
Indonesia
MORFOLOGI & SIKLUS HIDUP
Schistosoma termasuk trematoda yang bersifat uniseksual dan
berbeda dengan trematoda yang lain karena umumnya bersifat
hermaprodit. Cacing jantan berbentuk daun melipat, ukurannya lebih
besar daripada cacing betina. Meskipun cacing ini memiliki target
pada dinding vena mesenterica usus halus manusia, namun dapat
ditemukan juga pada hewan domestik seperti sapi, kerbau, kuda,
babi rusa, dan tikus sebagai inang definitif.
MORFOLOGI & SIKLUS HIDUP
• Siklus hidup cacing ini dimulai dengan cacing
betina menghasilkan telur yang dikeluarkan
bersama tinja atau urine
• Telur akan menetas didalam air dan pada kondisi
optimum mengeluarkan mirasidium
• Mirasidium melakukan penetrasi pada hospes
perantara yaitu keong air selama 16 jam
• Mirasidium berkembang menjadi sporokista dan
menghasilkan serkaria. Selanjutnya, serkaria
keluar dan berenang bebas dalam air. Fase itu
menandakan stadium infektif
• Proses infeksi terjadi penetrasi melalui kulit
hospes dengan melepaskan bagian ekor dari
serkaria lalu masuk ke sirkulasi menjadi
skistosomula
• Menuju ke kapiler, mengikuti sirkulasi darah
sistemik, ke cabang vena porta masuk ke hati dan
berkembang dewasa di hati
• Setelah dewasa, kembali ke vena porta dan vena
usus untuk bertelur dan keluar besama tinja.
Sebagian telur akan masuk ke sirkulasi menuju
hati atau organ lain sehinga dapat menimbulkan
gejala klinis
GEJALA
Sebagian besar penderita tidak mengalami gejala hingga beberapa bulan atau beberapa tahun
setelah paparan parasit. Berikut adalah gejala yang biasa dialami setelah satu hingga dua bulan
terpapar parasit:
• Pusing. Jika infeksi yang dialami sudah memasuki tahap kronis, berikut
• Demam tinggi. adalah gejala yang dapat dialami:
• Menggigil. • Pembengkakan pada perut, • Perubahan kondisi mental.
• Merasa tidak enak badan. ginjal, atau limpa. • Kejang
• Gatal dan muncul ruam merah • Urine dan tinja disertai • Lumpuh.
atau bernoda pada kulit. darah. • Muncul lesi pada vulva
• Batuk. • Mudah merasa lelah. atau area perianal.
• Diare. • Napas pendek disertai • Peradangan pada saraf
• Nyeri perut. batuk. tulang belakang.
• Nyeri otot dan sendi. • Nyeri dada. • Kerusakan organ seperti
• Merasa nyeri saat membuang • Jantung berdebar(palpitasi). hati, kandung kemih, usus,
urine atau paru
DIAGNOSIS
Untuk membedakan gejala skistosomiasis dengan kondisi infeksi cacing yang serupa, lakukan
pemeriksaan kondisi fisik sekaligus menanyakan mengenai kegiatan yang dilakukan
sebelumnya. Jika dicurigai adanya potensi infeksi skistosomiasis, tes lanjutan akan dilakukan,
seperti:
 Tes darah, yang meliputi hitung darah lengkap (HDL) untuk memeriksa adanya potensi anemia dan tes
hitung sel darah putih (eosinofil) untuk memantau kondisi daya tahan tubuh.
 Tes laboratorium, seperti urinalisis dan tes sampel tinja untuk memeriksa jika terdapat telur parasit.
 Tes antibodi, untuk memeriksa jika terdapat tanda-tanda infeksi dalam tubuh.
 Tes fungsi organ, yang meliputi pemeriksaan fungsi organ ginjal dan hati.
 Tes pemindaian, seperti CT scan, MRI, Rontgen dada, ekokardiogram, atau USG.
 Biopsi jaringan, untuk memeriksa jika terdapat abnormalitas atau masalah serius lainnya.
PENATALAKSANAAN
Infeksi skistosomiasis umumnya dapat diobati melalui konsumsi obat-obatan dalam
jangka pendek, khususnya jika diberikan sejak dini. Praziquantel adalah obat yang
menjadi pilihan utama dalam kasus ini, namun hanya dapat bekerja saat cacing sudah
sedikit berkembang di dalam tubuh, atau sekitar 8 minggu sejak terkontaminasi.

Jika kondisi yang dialami cukup parah, seperti adanya gejala yang berpotensi merusak organ
otak atau sistem saraf pusat, obat golongan kortikosteroid kemungkinan akan diberikan.
KOMPLIKASI
Jika pengobatan tidak dilakukan dengan tepat atau terlambat, berikut ini adalah potensi
komplikasi yang dapat terjadi akibat skistosomiasis:
 Kanker kandung kemih.
 Gagal ginjal kronis.
 Kerusakan hati kronis.
 Penyumbatan hati dan kandung kemih.
 Kesulitan membuang urine.
 Peradangan usus besar (kolon).
 Hipertensi Pulmonal
 Infeksi darah secara berulang.
 Gagal jantung bagian kanan.
PENCEGAHAN

Hingga saat ini, belum ada vaksinasi atau cara khusus secara medis
yang dapat membantu mencegah infeksi skistosomiasis terjadi. Hal
yang paling utama adalah dengan menghindari kontak dengan air
tawar di area yang berpotensi terkontaminasi. Jika sedang
mengunjungi area yang berpotensi terkontaminasi skistosoma atau
tidak tahu pasti kondisi area tersebut.
KESIMPULAN

Schistosomiasis (bilharzia/ demam keong) merupakan penyakit yang


disebabkan oleh parasit berupa cacing kelas trematoda dan genus Schistosoma.
Spesies- cacing yang menyebabkan penyakit tersebut terdiri dari Schistosoma
mansoni, Schistosoma mekongi, Schistosoma japonicum, Schistosoma
haematobium, Schistosoma intercalatum. Infeksi pada manusia akan terjadi
ketika kelima spesies cacing mencapai stadium serkaria, cacing dewasa dan
telur. Terdapat tiga macam perubahan yang akan dialami oleh seseorang ketika
terinfeksi cacing schistosoma. Perubahan tersebut terdiri dari masa tunas
biologik, stadium akut, dan stadium menahun.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai