Anda di halaman 1dari 20

Referat

Juli 2020

Chalazion

OLEH :

Dean Grestama (G1A218057)

PEMBIMBING:
dr. Puji Lestari, Sp. M

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA RSUD RADEN MATTAHER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020

0
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT
CHALAZION

OLEH :
Dean Grestama (G1A218057)

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Pada, Juli 2020

Pembimbing

dr. Puji Lestari, Sp. M

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
referat yang berjudul “CHALAZION” untuk memenuhi tugas Kepaniteraan
Klinik Ilmu Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Jambi di RSUD RADEN
MATTAHER
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak
kepada dr. Puji Lestari, Sp. M selaku konsulen ilmu mata yang telah membimbing
dalam mengerjakan Referat ini sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.
Dengan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis
dan orang banyak yang membacanya terutama mengenai masalah CHALAZION.
Saya menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saya
harapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan yang akan datang.

Jambi, Juli 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang
berfungsi melindungi struktur-struktur jaringan mata. Palpebra sangat
mudah digerakkan karena lapisan kulit di sini paling tipis di antara kulit di
bagian tubuh lain. Penutupan palpebra atau kelopak mata berguna untuk
menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata
melalui punctum lakrimalis.1,2
Di palpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan
pembesaran. Di bawah kulit terdapat jaringan areolar longgar yang dapat
meluas pada edema masif. Muskulus orbikularis oculi melekat pada kulit.
Permukaan dalamnya dipersarafi nervus fascialis (VII), dan fungsinya
adalah untuk menutup palpebra.1
Kelainan yang didapat pada palpebra bermacam-macam, mulai dari
yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi maupun masalah
struktur seperti ektropion, entropion, kalazion, hordeolum dan
blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak
mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.2
Kalazion adalah sejenis peradangan fokal pada kelopak mata, dapat
terjadi akibat obstruksi kelenjar meibom. Kelenjar meibom adalah kelenjar
sebasea penghasil minyak yang terletak di lempeng tarsal kelopak mata atas
dan bawah. jika kelenjar pada kelopak mata menjadi tersumbat, isi kelenjar
(sebum) dilepaskan ke tarsus dan jaringan lunak kelopak mata di
sekitarnya.3

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata


Palpebra atau kelopak mata merupakan alat pelindung mata. Kelopak
mata melindungi mata dengan cara menutup mata bila terdapat rangsangan
dari luar, selain itu juga membasahi mata agar tidak kering.2
Palpebra terdiri atas palpebra superior dan inferior. Palpebra superior
berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra
mempunyai lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).1

Gambar 1. Anatomi palpebra potongan sagital.4

4
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan. 1
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat-serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan menyebar dalam
jarak pendek melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan
dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis. 1
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan
lapis subaponeurotik dari kulit kepala. 1
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri
atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40
buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah). 1, 2
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior
dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll. Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat
bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang

5
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). 1
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal
dari apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah
aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot
polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa
untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam
batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Komponen otot polos dari
retraktor palpebra disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.1,2
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus
V, sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V. 2

2.2. Kalazion
A. Definisi
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kelenjar meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom
dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar
tersebut. Pasien dengan acne rosacea atau dermatitis seboroik
memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap pembentukan kalazion yang
mungkin multipel atau berulang.2,5
Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang
mirip hordeolum, dibedakan dengan hordeolum karena tidak adanya
tanda- tanda radang akut. Kebanyakan kalazion mengarah ke
permukaan konjungtiva, yang sedikit memerah atau meninggi. Jika
cukup besar, sebuah kalazion dapat menekan bola mata dan
menimbulkan astigmatisme. 1

6
Gambar 2. Kalazion.5

B. Epidemiologi
Kalazion dapat terjadi pada semua kelompok umur, umumnya
terjadi pada orang dewasa (terutama usia 30-50 tahun) daripada pada
anak-anak, mungkin karena hormon androgenik meningkatkan
viskositas sebum. Pengaruh hormonal pada sekresi sebasea dan
viskositas dapat menjelaskan pengelompokan pada saat pubertas dan
selama kehamilan; Namun, sejumlah besar pasien tanpa bukti
perubahan hormonal menunjukkan bahwa mekanisme lain juga
berperan. Kalazion jarang terjadi pada usia ekstrem, tetapi kasus
pediatrik mungkin dapat ditemui.6
Prevalensi Kalazion sama antara pria dan wanita sama,
tetapi seperti yang dicatat, informasi yang tepat tentang prevalensi dan
kejadian tidak tersedia. Penelitian belum menunjukkan bahwa
penggunaan produk kosmetik kelopak mata menyebabkan atau
memperparah kondisi.Tidak ada informasi tentang prevalensi atau
kejadian sehubungan dengan ras tersedia. 6

C. Etiologi
7
Beberapa literatur menyebutkan bahwa penyebab kalazion
adalah idiopatik. Kalazion mungkin timbul spontan disebabkan oleh
sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder dari hordeolum
internum. 6
Kalazion terjadi setelah penyumbatan kelenjar, yang dapat
dikaitkan dengan hal-hal berikut: 6
a. Kebersihan kelopak mata yang buruk (peran kausal yang tepat
belum ditetapkan)
b. Dermatitis seboroik
c. Acne rosacea
d. Blepharitis kronis
e. Konsentrasi lemak darah yang tinggi tinggi (kemungkinan
risiko dari peningkatan penyumbatan kelenjar sebasea)
f. Leishmaniasis
g. Tuberkulosis
h. Immunodeficiency
i. Infeksi virus
j. Karsinoma
k. Stres (kausalitas belum terbukti, dan mekanisme yang
mungkin bertindak tidak diketahui)
l. Trakhoma
m. Trauma kelopak mata
n. Operasi kelopak mata

D. Patofisiologi
Kalazion memiliki gejala adanya benjolan pada kelopak mata,
tidak hipermi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis.
Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang
mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanan dari
kalazion tersebut sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata. 2

8
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi
kelenjar, kemungkinan karena enzim dari bakteri, membentuk
jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses
granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan
hordeolum internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang
menimbulkan pustul) , hordeolum terbentuk sebagai akibat dari
obstruksi kelenjar dan peradangan steril daripada infeksi. Sedangkan
kalazion ditandai oleh massa jaringan granulasi dan peradangan kronis
(dengan limfosit dan makrofag sarat lipid), hordeolum internal atau
eksternal terutama peradangan piogenik akut dengan leukosit
polimorfonuklear (PMN) dan nekrosis dengan pembentukan pustula.6

E. Gejala Klinis
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan
pada palpebra, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,
pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang
sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki
kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.6
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana
jumlah kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra
inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom juga dapat
menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak
dengan penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan
keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya hanya
sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
Gejala klinis dari kalazion adalah:
- benjolan pada kelopak mata
- tidak hiperemi
- tidak ada nyeri tekan
- pseudoptosis, yang kadang- kadang terjadi kelainan refraksi pada
mata
- tidak ada pembesaran kelenjar preaurikuler

9
- pada anak muda : diabsorbsi spontan. 2

F. Diagnosa
Diagnosa kalazion yaitu dengan melakukan anamnesa identitas,
keluhan dari kalazion yang disebutkan sebelumnya, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat penyakit keluarga,
riwayat pengobatan, dan riwayat kebiasaan. Kalazion biasanya
muncul sebagai pembengkakan tanpa nyeri di kelopak mata yang
muncul selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Pasien
biasanya datang ke perawatan medis hanya ketika kondisi memburuk,
seperti ketika kalazion menyebabkan gangguan penglihatan atau
ketidaknyamanan atau menjadi meradang, menyakitkan, atau
terinfeksi. 6
Keluhan utama harus diperiksa secara menyeluruh, termasuk
lokasi lesi, onset, durasi, intensitas, dan faktor memperburuk dan
faktor mitigasi, serta intervensi dan evaluasi sebelumnya. Jika
kalazion berulang, pasien harus ditanya seberapa sering hal itu terjadi
sebelumnya dan jika lesi baru berada di lokasi yang sama seperti
sebelumnya. 6
Karena perjalanan antarbenua menjadi lebih mudah, semakin
penting untuk menyelidiki riwayat perjalanan pasien, terutama ke
daerah yang diketahui endemik untuk tuberkulosis dan leishmaniasis. 6

1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan lengkap mata dan permukaan konjungtiva
harus dilakukan. Kalazion berbentuk nodul dan teraba pada
kelopak mata, kadang-kadang sebesar 7-8 mm. Biasanya, tidak
merah, dan tidak nyeri. Kalazion lebih sering terjadi pada kelopak
atas, daripada pada kelopak bawah karena meningkatnya jumlah
dan panjang kelenjar meibom yang ada di kelopak atas.

10
Kelopak mata harus dibuka untuk memungkinkan
visualisasi konjungtiva palpebra dan untuk mengidentifikasi
chalazion internal.6
Hal-hal berikut harus diingat selama pemeriksaan fisik:
 Injeksi konjungtiva palpebra adalah temuan sekunder umum
 Nodus preauricular harus diperiksa untuk membantu menentukan
apakah ada infeksi
 Tidak ada patologi intraokular yang harus ditemukan
 Ada tidaknya demam atau nodus jauh tidak konsisten dengan
chalazion

Temuan kulit lainnya, seperti jerawat, seborrhea, rosacea,


atau atopi, harus diperhatikan. Rosacea adalah temuan yang sering
dikaitkan dengan kalazion. Rosacea menunjukkan karakteristik
khusus, seperti eritema wajah; telangiectatic dan spider nevi pada
kulit malar, hidung, dan kelopak mata serta sepanjang batas
kelopak mata; dan rhinophyma. 6

G. Diagnosis Banding
1. Hordeolum
a) Pengertian
Hordeolum adalah infeksi bakteri akut yang ditemukan
pada kelopak mata. Staphylococcus aureus adalah agen
infeksius pada 90-95% kasus hordeolum yang menginfeksi
folikel rambut bulu mata. Kondisi ini sering berlangsung satu
sampai dua minggu, dan sering hilang dengan sendirinya.
Dapat diobati dengan kompres hangat dan terapi pijat.7,8
b) Klasifikasi
Hordeolum dikenal dalam bentuk:7
1) Hordeolum internal disebabkan oleh penyumbatan
kelenjar Meibom, dan pustule yang terbentuk di

11
permukaan bagian dalam kelopak mata. Hordeola dapat
muncul di kedua kelopak mata atas dan bawah.7
2) Hordeolum eksternum disebabkan oleh penyumbatan
kelenjar sebaceous (Zeis) atau kelenjar keringat (Moll).
Penyumbatan terjadi di garis bulu mata dan muncul
sebagai daerah yang bengkak dan merah yang
menyakitkan yang berkembang menjadi pustule.7

Gambar 3. Hordeolum interna.9

Gambar 4. Hordeolum eksterna.5


c) Gejala Klinis
Hordeolum memberikan gejala kelopak mata yang
terasa sakit, merah, dan bengkak tanpa riwayat adanya benda
asing atau trauma. Ketajaman visual dapat terpengaruh jika
ukuran hordeolum menekan kornea. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum

12
eksternum. Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat
bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat. Pada
pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya ikut
membesar. Hordeolum sering membentuk abses dan pecah
dengan sendirinya. 2,7

2. Blefaritis
Blepharitis adalah  radang yang sering terjadi pada kelopak
mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada
tepian kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi kelopak
biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. 2
Blepharitis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi
yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blepharitis alergi
dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan
bahan kosmetik, sedangkan Blepharitis infeksi bisa disebabkan
oleh kuman streptococcus, pneumococcus, pseudomonas, dan lain
sebagainya.2
Blepharitis dapat dibagi secara anatomi menjadi blepharitis
anterior dan posterior. Blepharitis anterior mengacu pada
peradangan yang terutama berpusat di sekitar kulit, bulu mata,
dan folikel bulu mata, sedangkan posterior melibatkan lubang
kelenjar meibomian, kelenjar meibom, lempeng tarsal, dan
sambungan blepharo-konjungtiva. Blepharitis anterior biasanya
dibagi lagi menjadi varian staphylococcal dan seborrheic.9
Gejala umum yang ditimbulkan pada blefaritis adalah
kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat lengket dan epifora.
2

Blepharitis sering dikaitkan dengan penyakit sistemik,


seperti rosacea, atopi, dan dermatitis seboroik, serta penyakit
mata, seperti sindrom mata kering (dry eye), kalazion, trikiasis,

13
ektropion dan entropion, infeksi atau konjungtivitis inflamasi
lainnya, dan keratitis.9

H. Penatalaksanaan
Pada fase inflamasi akut, perawatan terdiri dari kompres
hangat dan hygine kelopak mata yang sesuai. meskipun antibiotik
topikal atau obat anti inflamasi mata dapat digunakan, tetapi obat
tersebut memiliki efek minimal dalam menangani chalazion. Infeksi
sekunder yang sifatnya akut dapat diobati dengan antibiotik yang
diarahkan pada flora kulit. Doxycycline atau tetrasiklin diberikan
untuk efek sistemik lebih tepat ketika sebuah kasus membutuhkan
penekanan jangka panjang dari peradangan kelenjar meibom yang
terkait dengan rocasea okular. Pasien harus diberi konseling tentang
kemungkinan efek samping dari antibiotik yang diberikan secara
sistemik.3

Eksisi kalazion

14
Gambar 6 . Eksisi Kalazion.3

Eskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pantokain.
Obat anestesia infiltratif disuntikkan di bawah kulit di depan kalazion.
Kalazion dijepit dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik
sehingga konjungitva tarsal dan kalazion terlihat. Dilakukan insisi
tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai
bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salep mata.2
Pada abses palpebra pengobatan pengobatan dilakukan dengan
insisi pemasangan drain kalau perlu diberi antibiotik lokal dan
sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan bila sangat diperlukan
untuk rasa sakit.2

15
Gambar 8. Eskokleasi Kalazion.10
I. Komplikasi
Potensi komplikasi kalazion termasuk kehilangan bulu mata,
trichiasis ,dan deformitas kosmetik lainnya dan infeksi tambahan,
termasuk perkembangan selulitis hordeolum atau preseptal
Gangguan visual dapat terjadi pada kalazion yang besar, dan
astigmatisme dapat muncul ketika massa kelopak mendistorsi kontur
kornea.6

Morbiditas yang terkait dengan kalazion

Kekambuhan kalazion tidak jarang terjadi. Namun, dokter harus


memikirkan kemungkinan keganasan dalam kasus seperti itu dan
harus dilakukan biopsi lesi yang muncul kembali atau muncul tidak
khas.6
 Eksaserbasi inflamasi akut dapat menyebabkan anterior (melalui
kulit) atau posterior (melalui konjungtiva) pecah, membentuk
pyogenicum granuloma
 Drainase dan pembengkakan yang terus-menerus dapat
menyebabkan iritasi pada mata
 Perkembangan chalazion dapat menyebabkan disfigurasi kelopak
mata, termasuk depigmentasi, hiperpigmentasi, bentukan lekukan-
tepi, fibrosis tarsal dengan entropion , dan madarosis (kehilangan
bulu mata), peradangan lanjutan juga bisa menyebabkan granuloma
piogenik
 Kalazion dapat menjadi predisposisi selulitis preseptal, terutama
pada individu dengan atopi
 Kalazion yang luas dan terpusat dapat menyebabkan gangguan
penglihatan dengan menekan kornea, menyebabkan gangguan
mekanik dengan astigmatisme ; acquired hyperopia dan penurunan

16
penglihatan juga telah dilaporkan dengan kalazion pada kelopak
mata atas. 6

J. Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil
yang baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada
lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang
tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya,
namun sering terjadi peradangan akut intermiten.6

BAB V
KESIMPULAN

Kalazion memiliki gejala adanya benjolan pada kelopak mata, tidak


hipermi, tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar
preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanan dari kalazion tersebut sehingga terjadi
kelainan refraksi pada mata.2
Pada fase inflamasi akut, perawatan terdiri dari kompres hangat dan
hygine kelopak mata yang sesuai. meskipun antibiotik topikal atau obat anti
inflamasi mata dapat digunakan, tetapi obat tersebut memiliki efek minimal
dalam menangani chalazion. Infeksi sekunder yang sifatnya akut dapat
diobati dengan antibiotik yang diarahkan pada flora kulit.6
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang
baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang
sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh

17
perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi
peradangan akut intermiten.6

DAFTAR PUSTAKA

1. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17 th ed. USA :
Mc Graw-Hill; 2011.
2. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
3. AAO. Orbit Eyelids, and Lacrimal System. In Basic and clinical science
course : Acquired Eyelid Disorders. United State of America. Lifelong
Education for The Ophthalmology (LEO). 2008. p-164-166.
4. Lang, G. Opthalmology : A Pocket Textbook Atlas. 2th ed. USA : Thieme ; 2010. p-
18
5. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China:
Elsevier : 2015. (e-book). P-13-14
6. Deschenes Jean, MD. Chalazion . Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1212709-print, tanggal 13 Juli 2018.
7. J Kara, Bragg, K Le Jacqueline. Hordeulum. NCBI Bookshelf. A service of the
National Library of Medicine, National Institute of Health. 2017. Di akses dari
http://NCBIbookshelf.library.medicine.com/journal, tanggal 13 Juli 2018.

18
8. Bessette J Michael, MD. Hordeulum and Stye in Emergency Medicine . 2017 . Diakses
dari https://emedicine.medscape.com/article/79940-print, tanggal 13 Juli 2018.

9. Lowery R Scoot , MD. Adult Blepharitis. 2017 . Diakses dari


https://emedicine.medscape.com/article/1211763-print , tanggal 13 Juli 2018.

10. Amula Muthaiah G, MMBS, DNB, FRCS. Chalazion Producers . 2016 . Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/1844083-print, tanggal 13 Juli 2018.

19

Anda mungkin juga menyukai