Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembengkakan fokal pada kelopak mata adalah keluhan yang umum didapat
pada pelayanan kesehatan. Seringkali pembengkakan tersebut diidetifikasikan
sebagai kalazion yang muncul dengan karakteristik nodul kelopak mata yang
keras dan tidak nyeri ataupun sebagai hordeolum, walaupun beberapa proses
keganasan dapat memiliki klinis yang sama.1
Kalazion merupakan peradangan lipogranuloma pada kelenjar Meibom atau
kelenjar Zeis yang tersumbat.1 Penyebabnya tidak diketahui dan mengakibatkan
pembengkakan yang tidak sakit pada kelopak. Dapat mengenai satu atau beberapa
kelenjar dan terjadi secara perlahan-lahan sampai beberapa minggu.2,3 Pada
kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dan kelenjar Zeis. Kelenjar Zeis
pada pangkal rambut dan kelenjar Meibom pada tarsus. Kelenjar Meibom adalah kelenjar
sebasea yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput air mata
dengan infeksi ringan dan mengakibatkan peradangan kronis pada kelenjar tersebut.
Kalazion dapat mengenai semua umur.1 Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan
kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.1,2
Data tentang prevalensi dan insiden kalazion di dunia sulit didapat. Meskipun
kalazion terjadi pada semua kelompok umur, namun lebih umum didapat pada
orang dewasa (terutama yang berusia 30-50 tahun) dibandingkan pada anak-anak
yang mungkin dikarenakan hormon androgen yang meningkatkan viskositas
sebum. Kalazion awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip
Hordeolum, yang membedakannya yaitu tidak ada tanda-tanda peradangan akut.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1
A. Anatomi Palpebra

Gambar 1. Anatomi Palpebra Potongan Sagital5

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka, jaringan areolar, jaringan fibrosa
(tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).6
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.6

2. Otot
M. orbikularis okuli merupakan Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Fungsi
otot ini adalah untuk menutup palpebra. Bagian otot yang terdapat di dalam
palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Muskulus orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.2,6

2
M. levator palpebra merupakan otot yang berorigo pada anulus foramen
orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M
orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot ini dipersarasi
oleh nervus okulomotorius yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata
atau membuka mata.2
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.6
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa
padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan
penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas
dan 20 buah di kelopak bawah) yang bermuara pada margo palpebra.2,6
5. Konjungtiva Palpebrae

Gambar 2. Konjungtiva Palpebra5


Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus. Tepian palpebra
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi
kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian
posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula
Meibom atau tarsal).6

3
6. Margin Palpebra
Margin palpebra berukuran panjang 30 mm dan lebar 2 mm. Margin
palpebra dipisahkan oleh gray line (mucocutaneus junction) menjadi margin
anterior dan margin posterior6
a) Margin anterior
Kelenjar Meibom
Merupakan kelenjar sebaseus yang besar. Tidak berkontak
langsung dengan folikel rambut. Terletak pada lempeng tarsal kelopak
mata atas-bawah (jumlah di kelopak atas > kelopak bawah). Fungsi:
menghasilkan sekret minyak/oily yang mencegah perlekatan antara
kedua kelopak mata dan berfungsi untuk membentuk lapisan tear film
yang mencegah air mata untuk berevaporasi.6
Kelenjar Zeiss
Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.6

Kelenjar Moll

Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara


ke dalam satu baris dekat bulu mata. Glandula moll dan zeiss
mensekresi lipid yang ditambahkan ke lapisan superfisial dari tear
film, mencegah evaporasi.6

Gambar 3. Glandula Meibom5

b) Posterior margin
Margin posterior terletak berdekatan dengan bola mata, dan disepanjang
margin posterior banyak terdapat muara-muara kelenjar sebaceus.6
7. Punktum lakrimalis

4
Punctum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.6
8. Fisura palpebrae
Fisura palpebra adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-
kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.6
9. Septum orbitale
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis
yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar
antara palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari
levator palpebra superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius
menyatu dengan tarsus inferior.6
10. Persarafan sensorik
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus oftalmikus
nervus trigeminus, sedangkan kelopak mata bawah oleh ramus maksilaris
nervus trigeminus.6

11. Perdarahan dan limfatik


Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Aliran
darah balik melalui vena oftalmica. Aliran limfatik yang berasal dari segmen
lateral kelopak mata mengalir ke nodus preauricular dan parotis. Sedangkan
aliran limfatik yang berasal dari segmen medial kelopak mata mengalir ke
nodus limfa submandibular.6

B. Kalazion
1. Definisi
Kalazion merupakan peradangan granulomatous kelenjar penghasil
minyak yang disebut kelenjar meibom. 2 Peradangan ini disebabkan oleh
adanya sumbatan di kelenjar meibom.1 Kalazion disebut juga kista tarsal atau
kista meibomian.5
2. Etiologi
Pada kalazion terjadi penumpukkan sekret secara kronis yang
diakibatkan penyumbatan pada kelenjar meibom. Kelenjar Meibom adalah
kelenjar sebasea yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan
selaput air mata dengan infeksi ringan dan mengakibatkan peradangan kronis

5
pada kelenjar tersebut. Kalazion dapat mengenai semua umur.7 Penyumbatan
kelenjar meibom berhubungan dengan :7
a) Kebersihan kelopak mata yang buruk
b) Dermatitis dermatitis
c) Infeksi virus
d) Blepharitis kronis
e) Eyelid trauma
f) Trachoma
g) Internal hordeolum
3. Patofisiologi
Kalazion dapat diawali dengan infeksi ringan di kelenjar meibom oleh
organisme virulensi rendah. Infeksi ini menyebabkan proliferasi dari
epitelium dan infiltrasi dinding duktus yang mana menyebabkan terjadinya
sumbatan. Selanjutnya terjadi retensi sekresi sebum dari kelenjar dan
menyebabkan pembengkakan. Infeksi ringan akan mengakibatkan peradangan
kronis pada kelenjar tersebut.5
Kalazion dibedakan dari hordeolum karena kalazion terbentuk dari
inflamasi steril yang ditunjukkan dengan adanya jaringan granulasi dan
inflamasi kronik. Sedangkan hordeolum internal maupun eksternal
merupakan inflamasi akut pyogenik dengan sebukan sel PMN, nekrosis dan
pembentukan pustula. Secara umum, kalazion cenderung lebih besar dan
kurang nyeri dibandingkan hordeolum8
4. Manifestasi Klinis
Kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan, adanya pseudoptosis, dan kalau palpebra
dibalik, konjungtiva pada tempat kalazion menonjol merah. Pada ujung
kelenjar Meibom terdapat masa kuning keputihan dari sekresi yang tertahan.
Kelenjar preaurikuler tidak membesar. Kadang-kadang kalazion dapat
sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat absorpsi.5,7

6
Gambar 4. Benjolan di kelopak mata atas pada kalazion7

5. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Anamnesis pasien pada penyakit kalazion, sering didapatkan adanya riwayat
infeksi sebelumnya di kelopak mata, maupun trauma. Keluhan utama pasien
adalah benjolan pada kelopak mata yang keras dan tidak nyeri pada
penekanan. Keluhan ini dapat terjadi dalam waktu mingguan bahkan bulanan
dan dapat bersifat hilang timbul. Umumnya disertai dengan keluhan rasa
mengganjal. Keluhan hanya terbatas pada kelopak mata sehingga tidak
menimbulkan penurunan tajam penglihatan. Pada pemeriksaan fisik perlu
dilakukan eversi palpebra untuk melihat nodul di konjungtiva palpebra.
Umumnya didapatkan nodul dengan ujung berwarna kuning keputihan yang
merupakan sekret yang tertahan.5,7
Pada beberapa kasus kalazion yang kronik dan berulang beberapa kali,
perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan histopatologik
untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu
keganasan.2

6. Diagnosis Banding
a) Hordeolum2
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata.
Hordeolum yang biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar
sebasea kelopak biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres
hangat. Terdapat dua bentuk hordeolum yaitu:

7
Hordeolum internum
merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus
memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum

Gambar 5. Hordeolum Internum2

Hordeolum eksternum
merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll
memberikan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak
nanah dapat keluar dari pangkal rambut

Gambar 6. Hordeolum externum2

b) Blefaritis2
Blefaritis adalah peradangan kronis pada kelopak dan tepi kelopak mata.
Blefaritis sering dikaitkan dengan sejumlah penyakit kulit sistemik, seperti:
rosasea dan dermatitis seborheik. Keadaan ini juga erat kaitannya dengan
beberapa penyakit mata seperti: dry eye, khalazion, trikhiasis, konjungtivitis
dan keratitis. Secara anatomis blefaritis dapat dikelompokkan menjadi
blefaritis anterior dan blefaritis posterior. Blefaritis anterior merujuk pada
peradangan yang terutama terpusat di sekitar bulu mata dan folikel

8
rambutnya. Sedangkan blefaritis posterior kebanyakan melibatkan
peradangan pada orifisium kelenjar Meibom.

Gambar 7. Blefaritis Anterior dan Posterior2

c) Karsinoma2
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis
yang berasal dari lapisan basal epidermis. Karsinoma sel basal merupakan
bentuk tumor ganas tersering. Karsinoma sel basal merupakan keganasan
palpebra terbanyak yaitu 90% dari keganasan palpebra. Paling sering
mengenai pinggir bawah palpebra (50-60%) dan dekat kantus medial (25-
30%), serta jarang mengenai palpebra superior (15%) dan kantus medial
(5%). Karsinoma sel basal lebih sering mengenai orang berkulit putih/ terang,
danlebih sering mengenai laki-laki daripada perempuan (3:2). Berkembang
lambat tidak sakit bisa membentuk nodul yang berkembang menjadi uleratif.

Gambar 8. Adenocarsinoma2

7. Penatalaksanaan

9
Pengobatan pada kalazion bertujuan untuk memperkecil ukuran nodul
dan mencegah nodul bertambah besar. Sekitar 25% kalazion bersifat
asimtomatik dan akan menghilang tanpa pengobatan. Pada beberapa kasus,
kalazion menjadi merah, bengkak dan nyeri tekan. Kalazion yang besar dapat
juga menyebabkan pandangan kabur akibat distorsi bentuk bola mata. Pada
beberapa kasus, kalazion dapat menyebabkan pembengkakan pada seluruh
kelopak mata secara tiba-tiba.1

Metode tatalaksana pada kasus kalazion dapat berupa :


a) Kompres hangat
Kompres hangat bertujuan untuk melunakkan gumpalan sekret yang
terdiri dari sebum sehingga memudahkan drainase sebum. Kompres
hangat dapat dilakukan dengan menggunakan handuk dan diletakkan pada
kelopak mata yang sakit. Kompres hangat dilakukan selama 10-15 menit
sebanyak 3 hingga 4 kali perhari. Handuk harus berulang kali dicelupkan
ke air hangat agar tetap hangat selama 10-15 menit1
b) Pemijatan
Pemijatan nodul ditujukan untuk membantu mengeluarkan sekret dari
saluran kelenjar. Pemijatan dilakukan menggunakan dua aplikator yang
dilapisi kapas, atau cotton bud. Pemijatan memberikan hasil yang efektif
jika gumpalan sekret terletak dekat dengan permukaan kelopak mata.9
c) Salep antibiotik
Penggunan salep antibiotik umumnya tidak diperlukan karena
kalazion merupakan inflamasi steril. Namun pemberian antibiotik dapat
dipertimbangkan jika terjadi proses infeksi. Antibiotik yang umum
digunakan adalah golongan tetrasiklin atau minosiklin. Kedua antibiotik
ini dapat memecah lipid menjadi asam lemak rantai pendek sehingga
menurunkan melting point dan viskositas sekresi sebasea.1
d) Antibiotik oral
Pemberian antibiotik oral hanya diberikan jika dicurigai adanya
infeksi bakterial9
e) Steroid topikal
Pemberian steroid topikal dibutuhkan untuk mencegah respon
inflamasi kronis.1
f) Steroid injeksi

10
Injeksi dilakukan disekitar nodul bertujuan untuk mencegah respon
inflamasi kronis. Steroid injeksi dapat dijadikan sebagai terapi alternatif
pengganti pembedahan, terutama pada kalazion yang terletak di daerah
sekitar punctum lacrimale yang rawan kerusakan akibat pembedahan.9

g) Pembedahan
Pembedahan dilakukan dengan anestesi infiltasi, kelopak mata di
eversi kan dengan clamp khusus. Kista ini kemudian diinsisi secara
vertikal menembus tarsal plate dan dilakukan kuret untuk mengeluarkan
isinya. Setelah pembedahan tidak perlu dilakukan penjahitan dan pasien
diberikan salep antibiotik sebagai profilaksis terjadinya infeksi.9

11
Gambar 9. Eskokleasi Kalazion
8. Prognosis
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang
baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang
sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh
perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi
peradangan akut.2
9. Komplikasi

Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan,


trikiasis, dan hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion yang tidak diobati
akan menyebabkan terjadinya infeksi berulang hingga terbentuk selulitis
preseptal. Kalazion yang didrainase secara tidak sempurna dapat
megakibatkan timbulnya massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang
jatuh ke konjungtiva atau kulit. Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang
terjadi di tempat yang sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik
sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa
karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku perlu
dilakukan. Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan.
Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan
jaringan parut. Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya

12
pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat
menimbulkan peningkatan tekanan intra ocular.2

BAB III
PENYAJIAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : An. UA
Umur : Laki-laki
Jenis Kelamin : 7 Tahun 3 Bulan
Suku : Melayu
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl. Tj. Raya 2, Gg.Tani, No.A6
Tanggal Periksa : 03 April 2017
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara aloanamnesis dan autoanamnesis di Balai
Pengobatan mata pada tanggal 03 April 2017 Pukul 10.30 WIB.
1. Keluhan Utama
Benjolan di kelopak mata kanan bawah bagian dalam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh orang tua pasien dengan keluhan benjolan
kecil di kelopak mata kanan bawah bagian dalam sejak 1 minggu yang lalu.
Benjolan awalnya kecil terasa gatal dan nyeri kemudian dirasakan membesar
secara perlahan. Saat ini benjolan dirasakan mengganjal, tidak gatal, pada
perabaan keras dan tidak nyeri pada penekanan. Keluhan mata berair
disangkal, keluhan penurunan tajam penglihatan disangkal. Keluhan demam
disangkal. Tidak ada keluhan pada mata kiri.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah merasakan keluhan yang sama
sebelumnya. Pasien juga belum pernah pergi mengobati keluhan tersebut
sebelumnya. Riwayat radang mata dan kelopak mata sebelumnya disangkal.
Riwayat trauma mata disangkal, riwayat alergi dan asma disangkal. Riwayat
penggunaan obat steroid dan obat tetes mata sebelumnya disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga

13
Tidak ada anggota keluarga di dekat pasien yang memiliki keluhan sama
seperti yang dialami pasien. Riwayat asma dan alergi disangkal dalam
keluarga. Riwayat penyakit menular pada keluarga disangkal.
C. Pemeriksaan Fisik
K. Umum : Baik
Kesadaran: Compos Mentis
Tanda Vital: Nadi : 100x/menit
Respirasi : 28x/menit
Tekanan Darah : tidak diukur
Suhu : 36,6 C
Kepala : Normocephali
Telinga, Hidung, Tenggorokan : Tidak Dilakukan
Thoraks : Tidak Dilakukan
Abdomen : Tidak Dilakukan
Ekstremitas : Akral Hangat, edema (-)
Kelenjar Getah Bening : Tidak didapatkan pembesaran
5. Status Oftalmologi
a) Foto Klinis

Gambar 10. Kedua mata pasien

Gambar 11. Konjungtiva palpebra inferior kanan


b) Visus

14
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
5/5 Visus 5/5
- Koreksi dan Addisi -
- Pinhole -
- Kacamata Lama -

c) Kedudukan Bola Mata

Okuli Dekstra Okuli Sinistra


Tidak ada Eksoftalmus Tidak ada
Tidak ada Enoftalmus Tidak ada
Tidak ada Deviasi Tidak ada
Baik ke semua arah, Gerakan Bola Mata Baik ke semua arah,
tanpa hambatan tanpa hambatan

d) Inspeksi

Okuli Dekstra Okuli Sinistra


Pergerakan (+), ptosis (-), Palpebra Superior dan Pergerakan (+), ptosis (-),
lagoftalmos (-), edema (-), Inferior lagoftalmos (-), edema (-),
eritema (-), nyeri tekan (-), eritema (-), nyeri tekan (-),
ektropion (-), entropion (-), ektropion (-), entropion (-),
trikiasis (-), sikatriks (-), trikiasis (-), sikatriks (-),
Fisura Palpebra dalam fisura palpebra dalam batas
batas normal normal
Nodul di inferior (+) Konjungtiva Palpebra Hiperemis (-), Folikel (-),

15
dengan ujung keputihan Papil (-), Sikatriks (-),
Hiperemis (-), Folikel (-),
Anemis (-), Kemosis (-)
Papil (-), Sikatriks (-),
Anemis (-), Kemosis (-)
Sekret (-), injeksi Konjungtiva Bulbi Sekret (-), injeksi
konjungtiva (-), injeksi konjungtiva (-), injeksi
siliar (-), penebalan epitel siliar (-), penebalan epitel
konjungtiva (-), nodul (-), konjungtiva (-), nodul (-),
perdarahan subkonjungtiva perdarahan subkonjungtiva
(-) (-)
Warna putih Sklera Warna putih
Ikterik (-), nyeri tekan (-) Ikterik (-), nyeri tekan (-)
Permukaan jernih dan Kornea Permukaan jernih dan
licin, sensibilitas baik, licin, sensibilitas baik,
edema (-), infiltrat (-), edema (-), infiltrat (-),
ulkus (-), perforasi (-), ulkus (-), perforasi (-),
sikatriks (-), arkus senilis sikatriks (-), arkus senilis
(-) (-)
Hipopion (-), hifema (-) Camera Oculi Anterior Hipopion (-), hifema (-)
Iris : berwarna coklat, Iris dan Pupil Iris : berwarna coklat,
Pupil : bulat, diameter 3 Pupil : bulat, diameter 3
mm, isokor, reflek cahaya mm, isokor, reflek cahaya
(+), shadow test (-) (+), shadow test (-)
Jernih dan bening, shadow Lensa Jernih dan bening, shadow
test (-) test (-)
Tidak dilakukan Vitreous Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Tidak dilakukan Fundus Tidak dilakukan
Tidak dilakukan Uji Fluorescein Tidak dilakukan

D. Resume
Setelah dilakukan allonamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien An. UA yang datang ke Balai Pengobatan Mata, Ibu pasien mengaku
seminggu yang lalu anaknya mengeluhkan mata gatal dan nyeri dikelopak
mata kanan, setelah dilihat, ternyata ada benjolan kecil dibalik kelopak mata

16
kanan bawah. Benjolan tersebut semakin membesar secara perlahan dalam
seminggu. Saat pemeriksaan, pasien mengeluhkan rasa mengganjal, namun
tidak ada keluhan gatal, dan nyeri pada penekanan. Tidak ada keluhan
demam, mata berair dan penurunan tajam penglihatan. Tidak ada keluhan
pada mata kiri. Pasien mengaku belum ada berobat dan menggunakan obat-
obatan tetes mata.
Pada pemeriksaan tajam penglihatan didapatkan tajam penglihatan OD
dan OS adalah 5/5. Pada pemeriksaan fisik, ditemukan adanya nodul
berukuran 0,5cm x 0,2cm x 0,2cm dengan ujung keputihan di konjungtiva
palpebra inferior kanan.
E. Diagnosis Kerja
Kalazion Palpebra Inferior Oculi Dextra
F. Diagnosis Banding
Hordeolum Interna Palpebra Inferior Oculi Dextra
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Cendo Mycos eye ointment tube no.I
Diberikan pada mata kanan 1x/hari pada malam hari sebelum tidur
2. Non-Medikamentosa
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien agar pasien tidak
mengucek mata dan menjaga kebersihan mata
Keluarga pasien diminta untuk menggunakan obat secara teratur dan
kompres mata dengan air hangat untuk mempercepat penyembuhan
Menjelaskan kepada penderita mengenai komplikasi yang mungkin
terjadi
H. Prognosis

Okuli Dekstra Okuli Sinistra


Ad Vitam Bonam Bonam
Ad Sanationam Dubia at Bonam Bonam
Ad Fungsionam Bonam Bonam

BAB IV

17
ANALISIS KASUS

Diagnosis pada pasien ditegakan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan


oftalmologis. Dari anamnesis pada pasien didapatkan adanya benjolan pada
kelopak bawah mata kanan bagian medial, benjolannya keras, tidak nyeri pada
penekanan, dan tidak hiperemis, Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa Kalazion berupa benjolan yang tanpa keluhan, rabaan keras,
tidak hiperemis, tida ada nyeri tekan, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari
kulit. Terjadinya perlahan-lahan sampai beberapa minggu.
Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan benjolan yang tidak nyeri pada
palpebra inferior okulus dextra, tidak hiperemis. Benjolan yang melekat pada
tarsus akan tetapi lepas dari kulit, pada ujung kelenjar meibom terdapat masa
kuning keputihan dari sekresi yang tertahan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
bahwa Kalazion merupakan paradangan pada kelenjar Meibom atau kelenjar Zeis
yang tersumbat.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan
histopatologi memiliki biaya dan risiko yang cukup tinggi sedangkan manfaatnya
dalam penyingkiran diagnosis keganasan belum signifikan. Indikasi dari
pemeriksaan histopatologi adalah kalazion yang terus menerus berulang.
Sedangkan pada pasien ini, keluhan benjolan baru yang pertama kali sehingga
pemeriksaan histopatologi belum perlu dilakukan.
Penanganan pada pasien yaitu dengan kompres hangat selama 10-15 menit 4x
sehari, antibiotik topikal dan steroid. Maksud pengompresan akan melunakkan
minyak yang mengeras yang menyumbat saluran dan mempermudah pengaliran
serta penyembuhan. Sedangkan pemberian antibiotika topikal adalah untuk
mengobati infeksi dan pemberian steroid untuk mengobati peradangan. Kalazion
dapat hilang dalam beberapa bulan atau diserap setelah beberapa tahun. Bila kecil
dapat disuntik steroid dan yang besar dilakukan insisi dan kuretase.
Prognosis pada penderita yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh
hasil yang baik. Kalazion tidak mengancam jiwa dan tidak menggangu fungsi

18
mata sebagai organ penglihatan. Namun, seringkali kalazion bersifat rekuren dan
terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang
tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering
terjadi peradangan akut intermiten bahkan komplikasi menjadi preseptal selulitis.

BAB V
KESIMPULAN
Pasien datang ke Balai Pengobatan Mata dan Gigi Kota Pontianak diantar
oleh orangtuanya dengan keluhan berupa benjolan di kelopak mata kanan bawah
bagian dalam sejak satu minggu yang lalu. Benjolan awalnya kecil terasa gatal
dan nyeri kemudian dirasakan membesar secara perlahan. Saat ini benjolan
dirasakan mengganjal, tidak gatal, pada perabaan keras dan tidak nyeri pada
penekanan. Dari pemeriksaan visus diperoleh visus ocular dekstra dan sinistra
adalah 5/5. Pemeriksaan oftalmologis menunjukkan adanya nodul di balik kelopak
mata kanan bawah dengan ujungnya berwarna kuning keputihan. Berdasarkan

19
anamnesis dan pemeriksaan tersebut pasien ini didiagnosis kalazion palpebra
inferior ocular dextra.
. Tatalaksana pada pasien ini adalah dengan pemberian salep antibiotik dan
steroid 1 kali perhari saat malam hari sebelum tidur.. Pasien disarankan untuk
menjaga kebersihan mata, tidak mengucek mata, menggunakan obat secara teratur
dan kompres hangat untuk mempercepat penyembuhan penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. America Academic of Ophtalmology. External Disease and Cornea.


Singapura: 2008-2009; p:87-8.
2. Ilyas Sidarta H. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FKUI.
Jakarta: 2010; p: 1-2, 91-7.
3. Wijaya Nana. Ilmu Penyakit Mata cetakan ke-5. Jakarta: Abadi Tegal:
1993; p: 20-1.
4. Vaughan DG, dkk. Ophtalmology Umum Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika; 1996
5. A K Khurana. Comprehensive Ophtalmology. 4th edition. New Delhi:
New Age International (P) Limited, Publisher: 2007
6. P Riordan-Eva & Whitcher JP. Vaughan & Asburys General
Ophthalmology. 17th edition. McGraw-Hill Medical: 2007; p.14-7.
7. Lang GK. Ophthalmology: A Short Textbook. 2000; p 39-40.
8. Sethuraman U, Kamat D. The red eye: evaluation and management. Clin
Pediatr (Phila). :2009 Jul.48 (6); p:588-600

20
9. Bowling, Brad. Kankis Clinical Opththalmology: A Systematic Approach.
8th Ed. 2016. p. 2-8

21

Anda mungkin juga menyukai