HORDEOLUM
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada Stase Keperawatan Dasar Profesi
Pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
Disusun oleh :
HALMA NURLAELA
JNR0200023
i
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun modul ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dalam modul ini saya membahas mengenai “Kasus Keperawatan Dasar Profesi mengenai
Hordeolum”
Adapun tujuan dari penulisan modul ini adalah untuk memenuhi tugas pada Keperawatan
dasar profesi. Selain itu, modul ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Hordeolum.
Akhir kata semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi 1
B. Konsep Hordeolum 4
C. Konsep Asuhan Keperawatan 8
PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
SKENARIO KASUS 20
BERFIKIR KRITIS 21
ii
HORDEOLUM
Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip membantu nenyebarkan
lapisan tipis air mata, yang melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra
superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi
1. Struktur Palpebra
a. Lapisan Kulit
Kulit palpebra berbeda dengan kulit di kebanyakan bagian lain tubuh karena tipis,
longgar dan elastic, dengan sedikit folikel rambut serta tanpa lemak subkutan
b. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi musculus orbikularis okuli adalah menutup palpebra, serat-serat ototnya
mengelilingi fissura palpebrae secara konsentris dan menyebar dalam jarak pendek
mengelilingi tepi orbita. Sebgaian serat berjalan ke pipi dan dahi. bagian otot yang
terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitale adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
c. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah musculus orbicularis oculi
berhubungan dnegan lapisan subaponeurotik kulit kepala.
d. Tarsus
Struktur penyokokng palpebra yang utama adalah lapidsan jaringan fibrosa padat
yang bersama sedikit jaringan elastic disebut lempeng tarsus
1
e. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebra dilapisi oleh selapis membrane mukosa, konjungtiva
palpebrae, yang melekat erat pada tarsus.
2. Tepian Palpebra
Panjang tepian bebas palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian ini
dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior.
a. Tepian Anterior
- Bulu mata
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur. Bulu mata atas
lebih panjang dan lebih banyak daripada bulu mata bawah serta melengkung ke
atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah
- Glandula Zeis
Struktur ini merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara ke
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata
- Glandula Moll
b. Tepian Posterior
Tepian palpebra superior berkontak dengan bulu mata dan sepanjang tepian ini
terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (kelenjar
Meibom atau tarsal)
c. Punctum Lacrimale
Pada ujung median tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil di pusat yang
terlihat pada palpebra superios dan inferior. Punctum ini berfungsi mmenghantarkan
air mata ke bawah melalui kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.
2
3. Fissura Palpebrae
Fissura palpebrae adalah ruang berbentuk elips diantara kedua palpebra yang terbuka.
Fissure ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kantus lateralis kira-kira 0.5 cm di
tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Kantus medialis lebih tipis dari kantus
lateralis dan mengelilingin lacus lacrimalis
4. Septum Orbitale
Septum orbitale adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis yang terletak di antara
tepian orbita dan tarsus serta berfungsi sebagai sawar antara palpebra dan orbita.
5. Retraktor Palpebrae
Musculus levator palpebrae muncul sebagai tendo pendek dari permukaan bawah ala
minar ossis sphenoidalis, di atas dan di depan foramen opticum.
7. Persarafan Sensoris
Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus trigeminus (V).
nervus lacrimalis, supraorbitalis, supratrochlearis, dan nasalis eksterna adalah cabang-
cabang divisi oftalmika nervus cranial kelima. Nervus infraorbitalis, zygomaticofacialis
dan zygomaticotemporalis merupakan cabang-cabang divisi maksilarts (kedua) nervus
trigeminus.
Pasokan darah palpebra datang dari arteria lacrimalis dam ophtalmica melalui cabang-
cabang palpebra lateral dan medialnya, anastomosis di antara arteria palpebralis lateralis
dan medialis membentuk cabang-cabang tarsal yang terletak di dalam jaringan areolar
submuskular.
3
Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena optalmica dan vena-vena yang
membawa darah dari dai dan temporal. Vena-vena ini tersusun dalam pleksus pra- dan
pascatarsal.
Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening
preaurikular dan parotis, pembuluh limfe dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam
kelenjar getah bening submandibular.
B. Konsep Hordeolum
1. Pengertian
Hordeolum yakni benjolan dikelopak mata yang disebabkan oleh peradangan di
folikel atau kantong kelenjar yang sempit dan kecil yang terdapat di akar bulu mata. Bila
terjadi di daerah ini, penyebab utamanya adalah infeksi akibat bakteri (Sidarta
Ilyas,2010:92).
Hordeolum adalah infeksi akut kelenjar di palpebra yang berisi material purulen
yang menyebabkan nyeri tajam yang tumpul (Indriana Istiqomah, 2004: 91).
Hordeolum adalah infeksi kelenjar di palpebra (Paul Riordan & John Whitcher,
2009: 98).
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak
mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Hordeolum
merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar
Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau
Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.
2. Etiologi
Infeksi akut pada kelenjar minyak di dalam kelopak mata yang disebabkan oleh bakteri
dari kulit (biasanya disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus adalah penyebab pada
90-95% kasus). Hordeolum sama dengan jerawat pada kulit. Hordeolum kadang timbul
besamaan dengan atau sesudah blefaritis, hordeolum bisa timbul secara berulang.
Faktor resiko hordeolum :
1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
4
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik.
3. Klasifikasi
Macam-macam hordeolum antara lain:
a. Hordeolum eksternum
Merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll, tempat keluarnya bulu mata
(pada batas palpebra dan bulu mata). Area infeksi berbatas tegas, merah, bengkak
dan nyeri tekan pada permukaan kulit daerah batas. Ukuran lebih kecil dan lebih
superficial daripada hordeolum internum. Lesi ikut bergerak saat kulit bergerak. Jika
mengalami supurasi dapat pecah sendiri kearah kulit.
b. Hordeolum internum
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom sebasea yang terletak didalam tarsus.
Area kecil seperti manic dan edematous terdapat pada konjugtiva palpebra pada
perbatasan palpebra dan bulu mata. Lesi tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit.
Dapat pecah kearah kulit atau permukaan konjungtiva. Namun, karena letaknya
dalam tarsus, jarang mengalami pecah sendiri.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hordeolum antara lain:
a. Kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila
ditekan.
b. Adanya pseudoptosis atau ptosis yang mengakibatkan kelopak sukar diangkat.
c. Terjadi pembesaran pada kelenjar preaurikel
d. Kadang mata berair dan peka terhadap sinar
e. Adanya abses yang dapat pecah dengan sendirinya.
5. Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh adanya infeksi dari bakteri stafilokokus aureus yang
akan menyebabkan proses inflamasi pada kelenjar kelopak mata. Infeksi bakteri
5
stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan kecil, biasanya menyerang kelenjar minyak
(meibomian) dan akan mengakibatkan pembentukan abses (kantong nanah) kearah kulit
kelopak mata dan konjungtiva biasanya disebut hordeolum internum. Apabila infeksi
pada kelenjar Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan komplikasi konjungtiva.
Apabila bakteri stafilokokkus menyerang kelenjar Zeis atau moll maka akan
membentuk abses kearah kulit palbebra yang biasanya disebut hordeolum eksternum.
Setelah itu terjadi pembentukan chalazion yakni benjolan di kelopak mata yang
disebabkan peradangan di kelenjar minyak (meibom), baik karena infeksi maupun reaksi
peradangan akibat alergi.
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah
dalamlumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus.Biasanya mengenai kelenjar
Zeis dan Moll.Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar.
Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus.
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah, dan nyeri bila ditekan.Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum.Adanya pseudoptosis
atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar diangkat.Pada
pasien dengan hordeolum, kelenjar preaurikel biasanya turut membesar.Sering hordeolum
ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.Gejala :
- Pembengkakan
- Nyeri pada kelopak mata
- Kalau menunduk rasa sakit bertambah
- Tampak suatu benjolan setempat
- Warna kemerahan
- Nyeri tekan
- Mata terkadang berair
- Peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada sesuatu di matanya
- Pembengkakan pada sebagian kelopak mata atau kadang seluruh kelopak
membengkak
- Ditengah daerah yang membengkak seringkali bintik kecil yang berwarna kekuningan
6
6. Pemeriksaan Penunjang
Eversi ( pembalikan ) palpebra untuk memeriksa permukaan bawah palpebra
superior dapat dilakukan bersama slitlamp atau tanpa bantuan alat ini. Pemeriksaan ini
harus selalu dilakukan bila diduga ada benda asing. Setelah diberi anestesi local, pasien
duduk didepan slitlamp dan diminta melihat kebawah. Pemeriksaan dengan hati-hati
memegang bulu mata atas dengan jari telunjuk dan jempol sementara tangan yang lain
meletakkan tangkai aplikator tepat diatas tepi superior tarsus. Palpebra dibalik dengan
sedikit menekan aplikator kebawah, serentak dengan pengangkatan tepian bulu mata.
Pasien tetap melihat kebawah, dan bulu mata ditahan dengan menekannya pada kulit
diatas tepian orbita superior saat aplikator ditarik kembali. Konjungtiva tarsal kemudian
diamati dengan pembesaran. Untuk mengembalikannya, tepian palpebra dengan lembut
diusap kebawah sementara pasien melihat keatas.
7. Komplikasi
Komplikasi dari hordeolum antara lain:
a. Selulitis preseptal
b. Konjungtivitis adenovirus
c. Granuloma pyogenik
8. Penatalaksanaan
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2 minggu.
Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal (salep atau tetes
mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat antibiotika oral (diminum).
a. Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
b. Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin, Neomycin, Polimyxin
B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan lain-lain. Obat topikal digunakan
selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter, terutama pada fase peradangan.
c. Antibiotika oral (diminum), misalnya: Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin,
Doxycyclin. Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan
dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari. Penggunaan dan
7
pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas rekomendasi dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.
d. Adapun dosis antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai
dengan masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum.
e. Obat-obat simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan sejenisnya.
f. Pada nanah dan kantong nanah tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada insisi
hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesia topikal dengan pentokain tetes mata.
Dilakukan anestesi infiltrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan
dilakukan insisi yang bila :
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
g. Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberi salep antibiotik.
h. Diberikan anestesi setempat dengan tetes mata Pantokain.Kalau perlu diberikan
anestesi umum, misal pada anak-anak atau orang-orang yang sangat takut sebelum
diberi anestesi umum.
i. Untuk lokal anestesi bisa dipakai prokain 2% dilakukan secara infiltratif dan tetes
mata Pantocain 2%.
j. Pada hordeolum internum insisi dilakukan pada konjungtiva, kearah muka dan tegak
lurus terhadapnya (vertikal) untuk menghindari banyaknya kelenjar-kelenjar yang
terkena.
k. Pada bordeolum ekstrnum arah insisi horisontal sesuai dengan lipatan kulit.
l. Antibiotika topikal (neomycin, polirnyxin B, gentamycin) selama 7 -10 hari, bila
dipandang perlu dapat ditambahkan antibiotika sistemik, misal Ampisillin 4 x 250
mg per-oral/hari
8
Diagnosa Medis :
No. Medrek :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Alamat :
Hub. Dengan Klien :
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dan terdapat benjolan pada kelopak matanya
e. Riwayat Alergi
Klien mempunyai/tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan
f. Aktivitas Dasar
Aktivitas 1 2 3 4
Makan / Minum
Toileting
Personal Hygiene
Berpakaian
Mobilisasi dari Tempat tidur
9
Berpindah
Ambulasi
Ket:
1 : Dibantu total
2 : Dibantu orang lain dan alat
3 : Dibantu sebagian
4 : Mandiri
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : baik/sedang/lemah
b. Kesadaran : composmentis/apatis/somnolen/sopor
c. GCS : E:... , M:... , V:...
d. Tanda-tanda Vital : TD:... , S:... , N:... , R:...
e. Berat badan :... Kg
f. Tinggi badan :... Cm
g. Head to Toe
Jenis Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Kepala - - - -
Wajah - - - -
Hidung - - - -
Mata Terlihat merah, Adanya nyeri - -
ada
benjolan,keluar
air mata
Telinga - - - -
Leher - - - -
Dada - - - -
Paru-paru - - - -
Jantung - - - -
Abdomen - - - -
Ekstremitas:
a. Atas - - - -
b. Bawah - - - -
10
Genetalia - - - -
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik (Pemeriksaan Lab, CT Scan, Rontgen, Darah, Urine, dll)
5. Analisa Data
6. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
11
2. Resiko infesi berhubungan dengan destruksi jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
12
7. Perencanaan
N Diagno Tujuan Intervensi Rasional
o sa Kep.
1 D.0077 Setelah dilakukan 1. Observasi Mengetahui
tindakan
Identifikasi keluhan berat rasa
keperawatan
selama ...x24 jam, nyeri, lokasi, nyeri,
tingkat nyeri
karakteristik nyeri, dan lokasi,
menurun (ekspetasi).
Dengan kriteria TTV klien karakteristi
hasil:
Identifikasi skala k nyeri, dan
Keluhan nyeri keadaan
nyeri 2. Terapeutik umum klien
menurun (5)
Tekanan Berikan teknik Memantau
darah cukup nonfarmakologis untuk skala nyeri
membaik (4)
mengurangi rasa nyeri yang
(mis. TENS, hypnosis, dirasakan
akupresur, terapi musik, Merupakan
biofeedback, terapi tindakan
pijat, aroma terapi, untuk
teknik imajinasi mencegah
terbimbing, kompres terjadinya
hangat/dingin, terapi nyeri
bermain) Mengontrol
Control lingkungan hal-hal
yang memperberat rasa yang dapat
nyeri (mis. Suhu meningkatk
ruangan, pencahayaan, an rasa
kebisingan) nyeri
3. Edukasi Untuk
Jelaskan penyebab, menjaga
periode, dan pemicu dan
nyeri mempertah
Ajarkan teknik ankan
nonfarmakologis untuk kesehatan
mengurangi rasa nyeri klien serta
mengurangi
4. Kolaborasi nyeri
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
2 D.0142 Setelah dilakukan 1. Observasi Mengetahui
tindakan Monitor tanda dan tanda dan
keperawatan gejala infeksi gejala
selama ...x24 jam, 2. Terapeutik infeksi
diharapkan tingkat Berikan perawatan Agar area
resiko infeksi klien kulit pada area edema tidak
menurun (ekspetasi). edema terpapar
14
Dengan kriteria Cuci tangan bakteri
hasil: sebelum dan Agar
Kemerahan sesudah kontak terhindar
pada area dengan pasien dan dari bakteri
mata lingkungan pasien Agar pasien
menurun (5) Pertahankan teknik mengetahui
Keluhan aseptik pada tanda dan
nyeri pasien beresiko gejala
menurun (5) tinggi infeksi
Cairan Agar pasien
berbau busuk 3. Edukasi bisa selalu
menurun (5) Jelaskan tanda menjaga
dan gejala kebersihan
infeksi Untuk
Ajarkan cara menjaga
mencuci tangan dan
yang benar mempertah
Ajarkan cara ankan
memeriksa kesehatan
kondisi luka atau pasien
luka operasi
4. Kolaborasi
15
Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
3 D.0083 Setelah dilakukan 1. Observasi Mengetahui
tindakan Identifikasi masalah
keperawatan ungkapan verbal yang
selama ...x24 jam, dan nonverbal dialami
diharapkan persepsi yang tidak klien secara
klien terhadap sesuai verbal
penampilannya Identifikasi maupun
meningkat masalah noboverbal
(ekspetasi). Dengan potensial yang Agar klien
kriteria hasil: dialami mau
Verbalisasi 2. Terapeutik menceritak
perasaan gunakan teknik an
negatif mendengarkan mengenai
tentang aktif mengenai harapan
perubahan harapan pasien klien
tubuh Diskusikan Agar klien
menurun (5) rencana selalu
Verbalisasi mencapai tujuan berfikir
kekhawatiran yang diharapkan positif
16
pada Motivasi tentang
penolakan/re berpikir positif dirinya
aksi orang dan Untuk
lain menurun berkomitmen mempertah
(5) dalam mencapai ankan
Menunjukka tujuan kesehatan
n bagian Libatkan klien
tubuh anggota
berlebihan keluarga dalam
meningkat pencapaian
(1) tujuan
3. Edukasi
Ajarkan
pemecahan
masalah dan
situasi yang sulit
(mis.
Mengancam
jiwa)
4. Kolaborasi
Kolaborasi
dengan tim
17
keperawatan
spesialis dalam
memodifikasi
intervensi.
18
1. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang
telah disusun oleh perawat untuk mengatasi masalah pasien. Implementasi dilaksanakan
sesuai rencana yang sudah dilakukan, teknik dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah
selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan
dan bagaimana respon dari pasien (Bararah & Jauhar, 2013).
2. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai setelah proses implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan dan kriteria hasil evaluasi
yang telah diharapkan dapat terapai. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan di
dokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing ). (Bararah & Jauhar,
2013).
PENUTUP
a. Kesimpulan
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila
kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss
atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. Staphylococcus aureus adalah
agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. Gejala dan tanda hordeolum antara lain
bengkak, nyeri pada kelopak mata, perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada
kelopak mata, memiliki riwayat penyakit yang sama, eritema, edem, nyeri bila ditekan di
dekat pangkal bulu mata. Seperti gambaran absces kecil. Penatalaksanaan terdiri dari
perawatan umum seperti kompres hangat, antibiotik topikal atau pun sistemik dan
pembedahan.
b. Saran
Hordeolum merupakan penyakit mata yang sangat menjengkelkan bagi siapa saja yang
mengalaminya. Untuk menjaga diri agar tidak terjadi hordeolum kita harus menjaga
kebersihan diri. Hendaknya sebagai seorang perawat yang melakukan kontak langsung
dengan pasien harus melakukan tindakan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan. Untuk itu, dengan ditulisnya modul dan asuhan keperawatan ini
penulis berharap agar nantinya modul ini dapat berguna bagi mahasiswa di bidang
kesehatan, pembaca dan masyarakat serta bisa menambah pengetahuan tentang penyakit
hordeolum (bintitan).
19
Skenario Kasus
20
BERFIKIR KRITIS
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar menggunakan tanda silang (X)!
1. Apa diagnosa prioritas pada kasus tersebut?
a. Gangguan persepsi sensori:penglihatan c. Gangguan citra tubuh
b. Nyeri akut d. Resiko infeksi
2. Apa intervensi yang harus dilakukan?
a. Identifikasi keluhan nyeri, lokasi, karakteristik nyeri, dan TTV klien
b. Monitor tanda dan gejala infeksi
c. Identifikasi ungkapan verbal dan nonverbal
d. Identifikasi masalah potensial yang dialami
3. Tn.B (25th) datang ke RS dengan keluhan kelopak mata sebelah kanan nyeri dan bengkak
sejak seminggu yang lalu. Pasien mengeluh nyeri yang berdenyut pada kelopak matanya,
nyeri dirasakan terus-menerus. Tampak ada benjolan pada mata sebelah kanannya dan
kelopak mata pasien tampak merah.
Diagnosa penyakit pada pasien tersebut adalah?
a. Katarak
b. Blefaritis
c. Hordeolum
d. Glukoma
4. Hordeolum adalah penyakit infeksi yang menyerang pada kelenjar sebasea dimata, yaitu
a. Endokrin
b. Tyroid dan paratyroid
c. Zeis dan meibom
d. Timus
5. Wanita usia 17 tahun ke puskesmas dengan keluhan benjolan timbul sejak 3 hari
sebelumnya disertai rasa nyeri. Pada saat pemeriksaan fisik benjolan setempat seukuran
kepala jarum pentul. Warna kemerahan mengilat dan nyeri tekan. Apa diagnosa yang
tepat untuk kasus tersebut?
a. Kalazion c. Abses palpebra
b. Hordeolum d. dakroadenitis
21
DAFTAR PUSTAKA
22