Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. S DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN
DI PANTI GRAMESIA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada Stase Keperawatan
Jiwa Pada Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Disusun Oleh:
SRI HERLINA
JNR0200081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020-2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN HALUSINASI

A. Kasus (Masalah Utama)


Ganguan persepsi sensori : halusinasi

B. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren : persepsi palsu
(Prabowo, 2014 : 129).
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati & Hartono, 2012:102).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2014: 53).

C. Etiologi
Menurut Stuart (2007) penyebab terjadinya halusinasi disebabkan oleh
beberapa faktor:
a. Faktor predisposisi
b. Stressor presipitasi
c. Penilaian terhadap stressor
d. Sumber koping
e. Mekanisme koping
D. Tanda Dan Gejala
Menurut Prabowo, (2014) perilaku paisen yang berkaitan dengan
halusinasi adalah sebagai berikut:
a Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
b Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba
lambat
c Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain
d Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak
nyata
e Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
f Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
g Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya)
dan takut
h Sulit berhubungan dengan orang lain
i Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah
j Tidak mampu mengikuti perintah
k Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.

E. Klasifikasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70%
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, terutama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual) 20%
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang
luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

F. Faktor Predisposisi
a. Biologi
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
b. Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi
masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyataa menuju alam hayal.
c. Sosial Budaya
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

G. Faktor Presipitasi
a. Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
b. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress
(Prabowo, 2014 : 133).
d. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata
dan tidak.
e. Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang
lama.
f. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat
berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
g. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengotrol semua perilaku klien.
h. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
i. Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu
(Damaiyanti, 2012 : 57-58).

H. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang


lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori:


halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

I. Masalah Keperawatan
a Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
b Perubahan persepsi sensori: halusinasi
c Isolasi sosial: menarik diri

J. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko prilaku kekerasan
b. Perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial

K. Rencana Tindakan Keperawatan


a. Tindakan Keperawatan Pasien
1. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
2. Tindakan Keperawatan
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi
dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat),
waktu terjadi halusinasi, frekuensi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul, dan respons pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi, anda dapat melatih pasien empat cara
yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai
berikut :
1) Menghardik halusinasi
2) Bercakap-cakap dengan orang lain
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal
4) Menggunakan obat secara teratur
b. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga
1. Tujuan
a. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di rumah sakit
maupun di rumah.
b. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien
2. Tindakan Keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses
terjadinya halusinasi, serta cara merawat pasien halusinasi.
c. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien.
d. Buat perencanaan pulang dengan keluarga.
L. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah anda lakukan
untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Pasien mempercayai kepada perawat
2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan
merupakan masalah yang harus diatasi.
3. Pasien dapat mengontrol halusinasi
4. Keluarga mampu merawat pasien di rumah, ditandai dengan hal berikut :
a. Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami oleh
pasien.
b. Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah.
c. Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien.
d. Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah pasien.
e. Keluarga melaporkan keberhasilannya merawat pasien.

M. Trend dan Issue Keperawatan Jiwa di Masa Pandemi Covid-19


Gambaran Kesehatan Mental Akibat Pandemi Covid-19 Perhimpunan
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) melakukan survei
mengenai kesehatan mental melalui swaperiksa yang dilakukan secara daring.
Pemeriksaan dilakukan terhadap 1.552 responden berkenaan dengan tiga
masalah psikologis yaitu cemas, depresi, dan trauma. Responden paling
banyak adalah perempuan (76,1%) dengan usia minimal 14 tahun dan
maksimal 71 tahun. Responden paling banyak berasal dari Jawa Barat 23,4%,
DKI Jakarta 16,9%, Jawa Tengah 15,5%, dan Jawa Timur 12,8% (pdskji.org/
home, 23 April 2020). Hasil survei menunjukkan, sebanyak 63% responden
mengalami cemas dan 66% responden mengalami depresi akibat pandemi
Covid-19. Gejala cemas utama adalah merasa khawatir sesuatu yang buruk
akan terjadi, khawatir berlebihan, mudah marah, dan sulit rileks. Sementara
gejala depresi utama yang muncul adalah gangguan tidur, kurang percaya
diri, lelah, tidak bertenaga, dan kehilangan minat. Lebih lanjut, sebanyak 80%
responden memiliki gejala stres pascatrauma psikologis karena mengalami
atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait Covid-19. Gejala
stres pascatrauma psikologis berat dialami 46% responden, gejala stres
pascatrauma psikologis sedang dialami 33% responden, gejala stres
pascatrauma psikologis ringan dialami 2% responden, sementara 19% tidak
ada gejala. Adapun gejala stres pascatrauma yang menonjol yaitu merasa
berjarak dan terpisah dari orang lain serta merasa terus waspada, berhati-hati,
dan berjagajaga. Sementara pemeriksaan lanjutan yang dilakukan terhadap
2.364 responden di 34 provinsi menyebutkan hasil yang tidak jauh berbeda
dengan pemeriksaan sebelumnya. Sebanyak 69% responden mengalami
masalah psikologis. Sebanyak 68% mengalami cemas, 67% mengalami
depresi, dan 77% mengalami trauma psikologis. Sebanyak 49% responden
yang mengalami depresi bahkan berpikir tentang kematian (http://pdskji.
org/hom, 14 Mei 2020).
Data tersebut menggambarkan bahwa permasalahan kesehatan mental,
seperti cemas, depresi, trauma akibat pandemi Covid-19 dirasakan secara
nyata oleh masyarakat Indonesia pada saat ini. Faktor Risiko Kesehatan
Mental Akibat Pandemi Covid-19 Banyaknya orang yang mengalami
permasalahan kesehatan mental akibat pandemi Covid-19 bisa dipahami
mengingat pandemi Covid-19 merupakan sumber stres baru bagi masyarakat
dunia saat ini. Secara global, terdapat empat faktor risiko utama depresi 14
yang muncul akibat pandemi Covid-19 (Thakur dan Jain, 2020). Pertama,
faktor jarak dan isolasi sosial. Ketakutan akan Covid-19 menciptakan
tekanan emosional yang serius. Rasa keterasingan akibat adanya perintah
jaga jarak telah mengganggu kehidupan banyak orang dan mempengaruhi
kondisi kesehatan mental mereka, seperti depresi dan bunuh diri. Mengacu
pada kasus di India, Amerika Serikat, Saudi Arabia, dan Inggris, isolasi
selama pandemi Covid-19 kemungkinan berkontribusi terhadap bunuh diri.
Sebagai contoh, mahasiswa Cina yang kuliah di Saudi Arabia bunuh diri
setelah diisolasi di rumah sakit karena diduga terinfeksi Covid-19. Kedua,
resesi ekonomi akibat Covid-19. Pandemi Covid-19 telah memicu krisis
ekonomi global yang kemungkinan akan meningkatkan risiko bunuh diri
terkait dengan pengangguran dan tekanan ekonomi. Perasaan ketidakpastian,
putus asa, dan tidak berharga meningkatkan angka bunuh diri. Di Jerman,
contohnya, Menteri Keuangan bunuh diri pada akhir Maret 2020 karena
putus asa dengan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19. Di Indonesia,
hingga 31 Juli 2020, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat ada 2,14 juta
tenaga kerja formal dan informal terdampak pandemi Covid-19. Banyak
pakar menilai kemungkinan Indonesia masuk ke jurang resesi pada Kuartal
III 2020 (Juli-September 2020) dengan melihat pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang menurun drastis hingga minus 5,32% pada Kuartal II 2020
(April-Juni 2020) berdasarkan data dari BPS (Kompas.com, 3 Agustus
2020). Ketiga, stres dan trauma pada tenaga kesehatan. Penyedia layanan
kesehatan berada pada risiko kesehatan mental yang makin tinggi selama
pandemi Covid-19. Sumber stres mencakup stres yang ekstrim, takut akan
penyakit, perasaan tidak berdaya, dan trauma karena menyaksikan pasien
Covid-19 meninggal sendirian. Sumber stres ini memicu risiko bunuh diri
tenaga kesehatan. Survei terhadap 2.132 perawat dari seluruh Indonesia yang
dilakukan oleh peneliti Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu
Keperawatan UI bersama dengan Divisi Penelitian Ikatan Perawat Kesehatan
Jiwa Indonesia (IPKJI) pada April hingga Mei 2020 menunjukkan bahwa
lebih dari separuh tenaga kesehatan mengalami kecemasan dan depresi,
bahkan ada yang berpikir untuk bunuh diri (Kompas, 4 Agustus 2020:1).
Keempat, stigma dan diskriminasi. Stigma Covid-19 dapat memicu kasus
bunuh diri di seluruh dunia. Di India, misalnya, seorang pria bunuh diri
setelah menghadapi boikot sosial dan diskriminasi agama karena dicurigai
terinfeksi Covid-19.
Di Bangladesh, seorang pria bunuh diri setelah diisolasi oleh tetangganya
karena didiagnosa terinfeksi Covid-19. Di Indonesia, stigma dan
diskriminasi dialami secara nyata, terutama oleh tenaga kesehatan. Bentuk
stigma yang dialami antara lain berupa orang-orang sekitar menghindar dan
menutup pintu saat melihat perawat, diusir dari tempat tinggal, dilarang naik
kendaraan umum, keluarga dikucilkan, dilarang menikahi mereka, dan
ancaman diceraikan oleh suami atau istri (Kompas, 4 Agustus 2020:1). 15
Upaya Pemerintah dalam Mencegah Permasalahan Kesehatan Mental
Permasalahan kesehatan mental akibat pandemi Covid-19 telah menjadi
perhatian pemerintah. Pada penghujung bulan April 2020, Kantor Staf
Presiden (KSP) bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak (KPPA), Kementerian
Kesehatan, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, PT Telkom,
Infomedia, dan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) meluncurkan
layanan bantuan konsultasi psikologi kesehatan jiwa atau Sejiwa. Layanan
ini ditujukan untuk membantu menangani potensi ancaman tekanan
psikologi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.
Pada praktiknya, masyarakat yang membutuhkan layanan psikologi
menghubungi hotline 119 ext 8. Penelpon nantinya akan disambungkan ke
relawan dari HIMPSI dan akan mendapat kesempatan melakukan konseling
selama 30 menit. Ada tiga langkah penanganan psikologis yang diberikan,
yaitu edukasi publik, konsultasi awal kejiwaan, dan pendampingan. Pada
Batch 1, terdapat 162 relawan yang bertugas dalam layanan Sejiwa yang
terdiri dari para praktisi psikologi Indonesia. Dari tanggal 29 April 2020
hingga 28 Mei 2020, panggilan yang masuk ke layanan Sejiwa sebanyak
17.088 panggilan. Adapun panggilan yang berhasil diterima petugas
sebanyak 14.916 panggilan dan aduan yang masuk ke relawan sebanyak
1.366 (HIMPSI, 2020). Sebagai upaya preventif, pemerintah melalui
Kementerian Kesehatan telah meluncurkan Buku Pedoman Dukungan
Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pandemi Covid-19, merujuk pada
kebijakan WHO. Buku ini menjadi acuan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam mengambil langkah pencegahan, penanganan, serta
pelaksanaan tindak lanjut di bidang kesehatan mental dan psikososial dalam
pandemi Covid-19. Supaya optimal, Kementerian Kesehatan berupaya
melibatkan masyarakat melalui Desa Siaga Covid-19. Desa Siaga Covid-19
adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan mengatasi masalah kesehatan, baik fisik maupun mental, secara
mandiri dalam menghadapi Covid-19. Desa Siaga Covid-19 kemudian
diturunkan menjadi RT/RW Siaga Sehat Jiwa supaya bisa bekerja sama
dengan lintas profesi terkait, mulai dari Dinas Kesehatan provinsi dan
kabupaten hingga puskesmas. Di sini, psikolog klinis mengedukasi dan
memberikan panduan keterampilan praktis kepada masyarakat supaya dapat
menerapkan prinsip pendampingan secara mandiri. Tampak bahwa langkah
yang dilakukan pemerintah sudah komprehensif, melibatkan lintas sektoral,
swasta, dan masyarakat, sehingga bisa menjadi strategi yang tepat dalam
upaya pencegahan dan pengentasan masalah kesehatan mental masyarakat
akibat pandemi Covid-19.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Kusumawati, Farad, Hartono, Y. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : Nuha
Medika
Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC
Thakur, V., & Jain, A. (2020). Covid 2019 Suicides: A Global Psychological
Pandemic. Brain, behavior, and immunity, No. 88, hal. 952-953.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN

1. Pertemuan : Pertama
2. Kondisi Klien :
S: Komunikasi klien belum terarah
O: Klien di isolasi tampak berbicara sendiri dan selalu berteriak
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Pendengaran
4. Tujuan Keperawatan :
a. Membina hubungan saling percaya dengan klien
b. Mengidentifikasi halusinasi dan mengajarkan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik
5. Tindakan Keperawatan :
- Bina hubungan saling percaya dengan klien
- SP 1 :
1). Identifikasi jenis halusinasi klien
2). Identifikasi isi halusinasi klien
3). Identifikasi waktu halusinasi klien
4). Identifikasi frekuensi halusinasi klien
5). Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6). Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
7). Ajarkan klien cara menghardik halusinasi
8). Anjurkan klien memasukkan kegiatan menghardik halusinasi ke dalam
jadwal kegiatan harian.

A. FASE ORIENTASI :
1. Salam Terapeutik :
Selamat siang Pak, perkenalkan nama saya sri herlina, saya biasa dipanggil
sri, saya yang akan merawat bapak selama di sini, nama Bapak siapa?
Suka dipanggil siapa?
2. Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada siang hari ini? Kalau boleh
saya tahu apa yang terjadi di rumah sehingga bisa sampai kesini atau
alasan bapak dibawa kesini kenapa?
3. Kontrak :
Topik : Bagimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah
kesehatan bapak ?
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau masih kurang bisa
kita tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang tengah ?

B. FASE KERJA
1. Apa yang bapak rasakan saat ini?
2. Apa yang dikatakan dalam suara-suara yang bapak dengar?
3. Kapan bapak terakhir mendengar suara-suara itu?
4. Berapa kali sehari/sering suara-suara itu muncul/terdengar?
5. Apa yang bapak lakukan jika suara-suara itu muncul? Bagaimana perasaan
bapak saat mendengar suara-suara itu?
6. Baiklah bapak saya akan mengajari bapak bagaimana caranya untuk
menghardik/mengusir suara-suara itu
7. Tolong bapak nanti kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak
usahakan untuk mengahrdik seperti cara yang sudah saya ajarkan tadi.

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita
berbincang-bincang?
b. Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong bapak
sekarang menceritakan ulang apa yang sudah kita bicarakan tadi?
2. Rencana Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan) : Baiklah, tolong bapak sekali lagi nanti
kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak usahakan untuk menghardik
seperti cara yang sudah saya ajarkan tadi. Nanti saya akan memasukkan ke
dalam jadwal harian bapak.
3. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : Kita akan berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi yang kedua yaitu dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain?
b. Waktu : Bagaimana kalau besok siang setelah shalat dzuhur ?
c. Tempat : Bagaimana kalau di ruang depan ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN

1. Pertemuan : Kedua
2. Kondisi Klien :
S : Komunikasi klien masih belum terarah
O: Klien tampak mulai terbuka tampak berbicara sendiri dan marah marah.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Pendengaran
4. Tujuan Khusus :
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain
5. Tindakan Keperawatan :
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP II :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
orang lain
3) Anjurkan klien memasukkan kegiatan bercakap-cakap halusinasi ke
dalam jadwal kegiatan harian.

A. FASE ORIENTASI :
1. Salam Terapeutik : Selamat siang Pak S, masih ingat dengan nama saya?
2. Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada siang hari ini? Apa yang
pak S rasakan saat ini? Apakah masih mendengar suara-suara? Jam
berapa? Waktu pak S sedang apa? Lantas apa kemarin saat halusinasinya
muncul, pak S sudah berusaha untuk menghardik?
3. Kontrak : (Sesuai kesepakatan pertemuan sebelumnya)
Topik : Sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara
yang kedua yaitu dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain?
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau masih kurang bisa
kita tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang depan saja?

B. FASE KERJA
1. Mengajarkan cara bercakap-cakap dengan orang lain
2. Tolong bapak nanti kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak
usahakan untuk bercakap-cakap dengan teman sebelahnya atau
menghardik seperti cara yang sudah saya ajarkan kemarin ya.

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita
berbincang-bincang?
b. Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong bapak
sekarang menceritakan ulang apa yang sudah kita bicarakan tadi?
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan) : Baiklah, tolong bapak sekali lagi nanti kalau masih
mendengar suara-suara itu, bapak usahakan untuk bercakap-cakap dengan
orang lain seperti cara yang sudah saya ajarkan tadi. Nanti saya akan
memasukkan ke dalam jadwal harian bapak.
3. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : Kita akan berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu dengan melakukan
kegiatan/aktivitas sehari-hari.
b. Waktu : Bagaimana kalau besok setelah sarapan pagi ?
c. Tempat : Bagaimana kalau di ruang tengah aja ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN

1. Pertemuan : Ketiga
2. Kondisi Klien :
S : Klien mengatakan ingin pulang
O: Klien baru keluar dar ruang isolasi lagi dan kembali berbicara sendiri
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Pendengaran
4. Tujuan Khusus :
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal
5. Tindakan Keperawatan :
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP III:
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas
terjadwal
3) Anjurkan klien memasukkan kegiatan/aktivitas sehari-hari untuk
mengontrol halusinasi ke dalam jadwal kegiatan harian.

A. FASE ORIENTASI :
1. Salam Terapeutik : Selamat pagi Pak S, masih ingat dengan nama saya
(tergantung respon klien saat menyapa kita)?
2. Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada pagi hari ini? Apa yang
pak S rasakan saat ini? Apakah masih mendengar suara-suara? Jam
berapa? Waktu pak S sedang apa? Lantas apa kemarin saat halusinasinya
muncul pak S sudah berusaha untuk mengontrol halusinasi dengan salah
satu cara yang sudah saya ajarkan kemarin?
3. Kontrak : (Sesuai kesepakatan pertemuan sebelumnya)
Topik : Sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara
yang ketiga yaitu melakukan kegiatan/aktivitas terjadwal ?
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau masih kurang bisa
kita tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang depan saja?

B. FASE KERJA
1. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
2. Tolong bapak nanti kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak
usahakan untuk melakukan aktivitas seperti mencuci piring, mencuci baju,
menyapu lantai, dll.

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita
berbincang-bincang cara mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga
ini ?
b. Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong bapak
sekarang menceritakan ulang apa yang sudah kita bicarakan tadi?
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan) : Baiklah, tolong bapak sekali lagi nanti kalau
masih mendengar suara-suara itu, bapak usahakan untuk melakukan
aktivitas terjadwal seperti cara yang sudah saya ajarkan tadi. Nanti saya
akan memasukkan ke dalam jadwal harian bapak.
3. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : Kita akan berbincang-bincang lagi tentang cara benar minum
obat
b. Waktu : Bagaimana kalau besok sesudah sarapan pagi ?
c. Tempat : Bagaimana kalau tetap di ruang depan?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN

1. Pertemuan : Keempat
2. Kondisi Klien :
S : Klien mengatakan gelisah berkurang
O: Klien tampak melakukan kegiatan menyiapkan makanan, mencuci piring
dan membuang sampah
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Pendengaran
4. Tujuan Khusus :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik dan teratur
5. Tindakan Keperawatan :
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP IV :
1) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu
menggunakan obat secara teratur

A. FASE ORIENTASI
1. Salam Terapeutik : Selamat pagi Pak S, masih ingat dengan nama saya
(tergantung respon klien saat menyapa kita)?
2. Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada pagi hari ini pak? Apa
yang pak S rasakan saat ini? Apakah masih mendengar suara-suara ? Jam
berapa? Waktu pak S sedang apa? Lantas apa kemarin saat halusinasinya
muncul, apa pak S sudah berusaha untuk mengontrol dengan salah satu
cara yang sudah saya ajarkan?
3. Kontrak : (Sesuai kesepakatan pertemuan sebelumnya)
Topik : Sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara
yang keempat yaitu patuh obat
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau masih kurang bisa
kita tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang depan saja?

B. FASE KERJA
1. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu
menggunakan obat secara teratur
2. Tolong bapak nanti kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak
usahakan untuk mengontrol halusinasi dengan cara yang sudah saya
ajarkan kemarin dan rutin meminum obat.

C. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita
berbincang-bincang?
b. Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong bapak
sekarang menceritakan ulang apa yang sudah kita bicarakan tadi?
2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan
yang telah dilakukan) : Baiklah, tolong bapak sekali lagi nanti kalau
masih mendengar suara-suara itu, bapak usahakan untuk mengendalikan
halusinasi seperti cara-cara yang sudah saya ajarkan. Nanti saya akan
memasukkan ke dalam jadwal harian bapak.
3. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : Mengevaluasi sejauh mana klien melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk mengontrol halusinasi
b. Waktu : Bagaimana kalau besok sore ?
c. Tempat : Bagaimana kalau tetap di ruang depan?
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA TN. D
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI
PENDENGARAN DI PANTI GRAMESIA CIREBON

ALAMAT : Jengkok, Indramayu

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. S (L) Tanggal Pengkajian : 11 Januari 2021
Umur : <60 Tahun No RM : 720
Informan : Tn. S (mantu)

II. ALASAN MASUK


Klien datang pada hari senin tanggal 11 januari 2021 pukul 09.05 diantar oleh
keluarganya dengan tangan dan kaki terikat. Menurut keluarganya klien
dirumah marah-marah, bicara sendiri dengan nada tinggi, tertawa sendiri dan
klien mengeluhkan sakit pada kakinya. Factor presipitasi klien adalah pernah
kesetrum 1minggu lalu. TTV : TD : 90/70 mmHg, N : 73 x/mnt, S : 36, 6o C,
P : 25 x/mnt.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu ?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Tidak Pernah Kurang berhasil - Tidak berhasil
Aniaya fisik :
• Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan perlakuan aniaya fisik
Aniaya seksual :
• Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan aniaya seksual
Penolakan :
• Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan penolakan dalam keluarga
maupun masyarakat
Kekerasan dalam keluarga :
• Klien mengatakan keluarganya baik dan tidak ada yang memperlakukan
kekerasan pada dirinya
Tindakan Kriminal :
• Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan kriminal
Jelaskan : Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan aniaya fisik,
aniaya seksual, penolakan, kekerasan dalam rumah tangga dan tindakan
kriminal
Masalah keperawatan : halusinasi
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:
Ada - Tidak
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Tidak ada
Masalah keperawatan : halusinasi

IV. FISIK
Tanda Vital : TD : 90/70 mmHg, N : 73 x/mnt, S: 36,6o C, P: 25x/mnt
Ukuran : BB : 67 kg, TB : 162 cm
Keluhan fisik : Ya Tidak
Jelaskan : Klien mengatakan sakit pada kakinya

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

X
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Pasien gangguan jiwa
9
: Meninggal
Jelaskan : Klien merupakan anak ke 3 dari 5 bersaudara
Masalah keperawatan : Tidak ada
2. Konsep diri
a. Gambaran Diri
Klien mengatakan ia adalah petani atau pekerja serabutan pencari
rumput.
b. Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama, jumlah keluarga, dan alamat lengkap
secara jelas
c. Ideal Diri
Klien mengatakan jika sudah keluar dari panti klien ingin meminta
maaf kepada anggota keluarganya.
d. Harga Diri
Klien mengatakan sedih rindu dengan anaknya di rumah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti/orang terdekat
Klien mengatakan dekat dengan anak dan istrinya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak ikut dalam organisasi masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan ketika di rumah klien sering berkomunikasi dengan
tetangga lingkungan sekitar rumahnya
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Klien mengatakan ketika di panti klien shalat hanya pada saat
berjamaah saja yaitu shalat ashar dan shalat magrib

VI. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi dan tidak bersih
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
Rapih
Jelaskan : klien berpenampilan rapih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat Inkoheren
Keras Lambat
Gagap Membisu
Jelaskan : Saat dilakukan komunikasi respon klien lambat
3. Aktivitas motorik
Lesu Gelisah
Tik Tremor
Tegang Agitasi
Grimasem Kompulsif
Jelaskan : klien terlihat gelisah dan kurang ekspresif terhadap stimulus
lingkungan sekitar.
4. Alam perasaan
Sedih Putus asa
Ketakutan Gembira berlebihan
Khawatir
Jelaskan : Klien mengatakan sedih serta khawatir kepada anak dan
istrinya, klien ingin segera pulang
5. Afek
Datar Labil
Tumpul Tidak sesuai
Jelaskan : Klien tampak menyendiri dan bereaksi bila ada stimulus yang
menyengkan
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Kontak mata (-)
Kurang kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Curiga
Jelaskan : Ketika di ajak wawancara klien kurang kooperatif
7. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penghidu
Pengecapan Perabaan
Penglihatan
Jelaskan : Klien tampak berbicara sendiri
Masalah keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial
Flight of ideas Blocking
Pengulangan pembicaraan Kehilangan asosiasi
Jelaskan : Ketika di ajak berbicara respon klien berbelit-belit tetapi
sampai pada tujuan dan pertanyaan bisa terjawab oleh klien
Masalah keperawatan : halusinasi
9. Isi pikir
Obsesi Ide yang terkait
Depersonalisasi Hipokondria
Fobia Pikiran magis
Jelaskan : Klien merasa takut dan khawatir kepada anaknya yang akan di
jadikan tumbal oleh saudaranya.
Masalah keperawatan : halusinasi
Waham
Agama Sisip Pikir
Nihilistik Kebesaran
Somatik Siar Pikir
Curiga Kontrol Pikir
Jelaskan : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
10. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Jelaskan : Klien tampak bingung
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan : klien terlihat tidak bisa menjelaskan secara detail penyebab
masuk panti.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : tidak ada
13. Kemampuan penilain
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : tidak ada masalah
Masalah keperawatan : tidak ada
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : tidak ada

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: Jam 12:00 s/d 14:00
Tidur malam, lama 19:00 s/d 06:00
Aktivitas sebelum tidur menyikat gigi/sesudah tidur mandi
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √
System pendukung √

8. Aktifitas di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √
Menjaga kerapihan rumah √
Mencuci pakaian √
Mengatur keuangan √

9. Aktifitas di luar rumah Ya Tidak

Belanja √
Transportasi √
Lain-lain √

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Aktifitas konstruktif Bekerja Berlebihan
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan : saat diajak berbicara respon klien lambat dan klien ketika di rumah
bekerja dari pagi sampai sore di sawah

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Masalah dengan perumahan, spesifik : klien mengatakan tinggal di
rumahnya
Masalah ekonomi, spesifik
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Masalah lainnya, spesifik

X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit Fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya

Analisa Data
DATA MASALAH
Subjektif : Gangguan persepsi sensori :
• Klien mengatakan khawatir dan halusinasi pendengaran
gelisah ingin bertemu dengan
anaknya
• Klien mengatakan sering
mendengar suara-suara
Obyektif :
• Klien tampak berteriak dan
berbicara sendiri

XI. ASPEK MEDIK


Diagnose Medik : Skizofrenia
Terapi Medik :
Cara
No Nama Obat Dosis Waktu Indikasi
Pemberian
1. Lodomer 5 mg Oral (2x1) Lodomer merupakan obat
08.00 antipsikotik yang
17.30 mengandung Haloperidol.
Haloperidol merupakan
obat yang fungsinya untuk
mengatasi gejala psikosis
pada gangguan mental,
seperti skizofrenia dan
taurete sindrom (penyakit
neuropsikiatrik yang
membuat penderita
mengucapkan atau
melakukan gerakan
spontan tanpa bisa
mengontrolnya.
2. Hexymer 2 mg Oral (2x1) Digunakan untuk
08.00 meningkatkan kendali otot
17.30 dan mengurangi
kekakuan. Saat gejala
berkurang, obat ini akan
membuat gerakan tubuh
menjadi lebih normal.
3 B Complex 100 mg Oral (2x1) Digunakan untuk proses
08.00 metabolisme, menggunakan
17.30 energy dari makanan, serta
memproduksi sel darah
merah. Selain itu, vitamin B
juga dibutuhkan untuk
menjaga sistem saraf pusat,
meningkatkan kesehatan
kulit dan saraf, serta
memproduksi DNA dan
membantu pertumbuhan
tubuh.
4 Sandepril 50 mg Oral (1x1) Digunakan untuk mengatasi
17.30 depresi yang penyebabnya
belum diketahui namun
terjadi karna faktor dari
dalam (depresi endogen).
Obat ini merupakan obat
keras yang harus
menggunakan resep dokter.
Sandepril tablet mengandung
zat aktif maprotilin HCl.

XII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

XIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran ditandai dengan klien
mengatakan khawatir, gelisah dan mendengar suara-suara

XIV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Rencana tindakan keperawatan
No
Tanggal Kriteria Tindakan Rasional
Dx Tujuan
Evalusi Keperawatan
11-01-2020 1. Klien mampu Setelah SP 1 SP 1
(Senin, jam mengontrol dilakukan 1. Bina hubungan 1. Dengan membina
13.00 WIB) halusinasi tindakan saling percaya hubungan saling
keperawatan 2. Bantu klien percaya klien dapat
sesuai
selama 2-5x mengenali terbuka kepada
strategi pertemuan halusinasi perawat
pelaksanaan diharapkan 3. Latih mengontrol 2. Dengan membantu
tindakan klien halusinasi dengan klien mengenali
keperawatan mampu cara menghardik halusinasi klien dapat
mengontrol Tahapan mengetahui tanda dan
halusinasinya tindakannya gejala halusinasi
dengan cara : meliputi : 3. Dengan membantu
1. Dengan - Jelaskan cara klien melatih
cara menghardik halusinasi, klien dapat
latihan halusinasi mengontrol halusinasi
menghard - Peragakan cara dengan cara
ik menghardik menghardik.
2. Dengan - Minta klien 4. Dengan membantu
cara memperagakan klien memasukkan
latihan ulang jadwal harian, klien
bercakap- - Pantau dapat mengalihkan
cakap penerapan cara halusinasi dengan cara
3. Dengan ini, beri menghardiknya
cara penguatan
melakuka perilaku klien SP 2
n aktivitas 4. Masukan cara 1. Dengan memvalidasi
sehari- kontrol halusinasi dapat mengingat
hari dengan kembali kegiatan
4. Minum menghardik kemarin
obat dalam jadwal 2. Dengan melatih
secara harian klien bicara/bercakap-cakap
teratur dengan orang lain
SP 2 klien dapat terhindar
1. Validasi masalah dari halusinasi
dan latihan 3. Dengan membantu
sebelumnya klien memasukkan
2. Latih jadwal harian, klien
bicara/bercakap- dapat mengalihkan
cakap dengan halusinasi dengan
orang lain saat berbincang-bincang
halusinasi muncul dengan orang lain
3. Masukan cara
kontrol halusinasi SP 3
dengan cara 1. Dengan memvalidasi
berbincang- dapat mengingat
bincang dengan kembali kegiatan
orang lain dalam kemarin
jadwal harian klien 2. Dengan melatih klien
cara mengontrol
SP 3 halusinasi dengan
1. Validasi masalah kegiatan harian klien
dan latihan mampu mengontrol
sebelumnya halusinasi
2. Latih klien cara 3. Dengan melakukan
mengontrol kegiatan sehari-hari
halusinasi dengan dalam jadwal harian,
kegiatan harian klien dapat mengontrol
agar halusinasi halusinasi dan
tidak muncul halusinasi dapat
Tahapannya : berkurang
- Jelaskan
pentingnya SP 4
aktivitas yang 1. Dengan memvalidasi
teratur untuk dapat mengingat
mengatasi kembali kegiatan
halusinasi kemarin
- Diskusikan 2. Dengan
aktivitas yang mengkonsumsi obat
biasa dilakukan secara
oleh klien teraturhalusinasi dapat
- Latih klien terkontrol
melakukan 3. Dengan
aktivitas mengkonsumsi obat
- Susun jadwal sesuai jadwal harian
aktivitas sehari- akan membantu
hari sesuai mengurangi tingkat
dengan aktivitas halusinasi yang
yang telah dilatih dialami pasien.
(dari bangun
pagi sampai tidur
malam)
- Pantau
pelaksanaan
jadwal kegiatan,
berikan
pengaturan
terhadap perilaku
pasien yang
positif.
2. Masukan cara
kontrol halusinasi
dengan cara
kegiatan sehari-
hari dalam jadwal
harian klien

SP 4
1. Validasi masalah
dan latihan
sebelumnya
2. Jelaskan cara
mengontrol
halusinasi dengan
teratur minum obat
Tahapannya :
- Jelaskan manfaat
penggunaan obat
pada pasien
dengan gangguan
jiwa
- Jelaskan akibat
bila tidak
digunakan sesuai
program
- Menyarankan
pada klien untuk
melakukan
control jika obat
yang diberikan
telah habis
3. Masukan cara
kontrol halusinasi
dengan cara teratur
minum obat dalam
harian klien.

XV. CATATAN PERKEMBANGAN


Dx.
Tanggal Implementasi Evaluasi
Kep
12-01- 1. SP 1 S: Klien mengatakan khawatir dan gelisah
2021 - Membina hubungan saling percaya ingin bertemu dengan anaknya
(Selasa, - Melatih mengontrol halusinasi O: Klien tampak masih berbicara sendiri
15.00 dengan cara menghardik dengan nada tinggi
WIB) Tahapan tindakannya meliputi : A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
- Jelaskan cara menghardik pendengaran
halusinasi P: - Bina hubungan saling percaya
- Peragakan cara menghardik - Latih mengontrol halusinasi dengan cara
- Minta klien memperagakan ulang menghardik
- Pantau penerapan cara ini, beri I: - Membina hubungan saling percaya
penguatan perilaku klien - Melatih mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
E: Masalah belum teratasi
R: Ulangi SP 1
13-01- 1. SP 1 S : Klien mengatakan gelisah berkurang.
2021 - Membina hubungan saling percaya O: Klien tampak mulai terbuka masih
(Rabu, - Melatih mengontrol halusinasi berbicara sendiri dan teriak-teriak
jam 11.00 dengan cara menghardik A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
WIB) Tahapan tindakannya meliputi : pendengaran
- Jelaskan cara menghardik P: - Bina hubungan saling percaya
halusinasi - Latih mengontrol halusinasi dengan cara
- Peragakan cara menghardik menghardik
- Minta klien memperagakan ulang I: - Membina hubungan saling percaya
- Pantau penerapan cara ini, beri - Melatih mengontrol halusinasi dengan
penguatan perilaku klien cara menghardik
E: Masalah teratasi sebagian
R: Lanjut ke SP 2
14-01- 1. SP 2 S : Klien mengatakan gelisah berkurang
2021 - Melatih berbicara atau bercakap- O: Klien tampak berinteraksi dan mengobrol
(Kamis, cakap dengan orang lain saat dengan teman-temannya, dan lebih rileks
jam 11.00 halusinasi muncul saat di ajak berbicara
WIB) A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
P: - Latih berbicara atau bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi
muncul
I: - Melatih berbicara atau bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi
muncul
E: Masalah teratasi sebagian
R: Lanjut ke SP 3
15-01- 1 SP 3 S : Klien mengatakan gelisah berkurang
2021 - Memasukan cara kontrol O: Klien tampak melakukan kegiatan
(Jum’at, halusinasi dengan cara melakukan mencuci baju, menyiapkan makanan,
jam 08.00 kegiatan sehari-hari dalam jadwal mencuci piring dan membuang sampah
WIB) harian klien A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran
P: - Masukan cara kontrol halusinasi dengan
cara melakukan kegiatan sehari-hari
dalam jadwal harian klien
I: - Memasukan cara kontrol halusinasi
dengan cara melakukan kegiatan sehari-
hari dalam jadwal harian klien
E: Masalah teratasi sebagian
R: Lanjut ke SP 4
16-01- 1 SP 4 S : Klien mengatakan gelisah berkurang
2021 - Menjelaskan cara mengontrol O: Klien tampak masih berbicara sendiri
(Sabtu, halusinasi dengan teratur minum sendiri dan klien mengerti saat di berikan
jam 08.00 obat penjelasan mengenai obat
WIB) Tahapannya : A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
- Jelaskan manfaat penggunaan pendengaran
obat pada pasien dengan P: - Jelaskan cara mengontrol halusinasi
gangguan jiwa dengan teratur minum obat
- Jelaskan akibat bila tidak I: - Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
digunakan sesuai program dengan teratur minum obat
- Menyarankan pada klien untuk E: Masalah teratasi sebagian
melakukan control jika obat yang R: Intervensi di lanjutkan oleh perawat lain
diberikan telah habis
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Tn. H DENGAN


GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENGLIHATAN
DI PANTI GRAMESIA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individu Pada Stase Keperawatan Jiwa Pada
Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Disusun Oleh:
SRI HERLINA
JNR0200081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020-2021
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN

6. Pertemuan : Pertama
7. Kondisi Klien :
S: Klien mengatakan ingin pulang dan bertemu keluarganya
O: Klien tampak berbicara sendiri dan senyum-senyum sendiri
8. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Penglihatan
9. Tujuan Keperawatan :
c. Membina hubungan saling percaya dengan klien
d. Mengidentifikasi halusinasi dan mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik
10. Tindakan Keperawatan :
- Bina hubungan saling percaya dengan klien
- SP 1 :
9). Identifikasi jenis halusinasi klien
10). Identifikasi isi halusinasi klien
11). Identifikasi waktu halusinasi klien
12). Identifikasi frekuensi halusinasi klien
13). Identifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
14). Identifikasi respon klien terhadap halusinasi
15). Ajarkan klien cara menghardik halusinasi
16). Anjurkan klien memasukkan kegiatan menghardik halusinasi ke dalam jadwal
kegiatan harian.

D. FASE ORIENTASI :
4. Salam Terapeutik :
Selamat siang Pak, perkenalkan nama saya sri herlina, saya biasa dipanggil sri, saya yang
akan merawat bapak selama di sini, nama Bapak siapa? Suka dipanggil siapa?
5. Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada siang hari ini? Kalau boleh saya tahu apa
yang terjadi di rumah sehingga bisa sampai kesini atau alasan bapak dibawa kesini
kenapa?
6. Kontrak :
Topik : Bagimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah kesehatan bapak ?
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau masih kurang bisa kita
tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang tengah ?

E. FASE KERJA
8. Apa yang bapak rasakan saat ini?
9. Apa yang dikatakan dalam suara-suara yang bapak dengar?
10. Kapan bapak terakhir mendengar suara-suara itu?
11. Berapa kali sehari/sering suara-suara itu muncul/terdengar?
12. Apa yang bapak lakukan jika suara-suara itu muncul? Bagaimana perasaan bapak
saat mendengar suara-suara itu?
13. Baiklah bapak saya akan mengajari bapak bagaimana caranya untuk
menghardik/mengusir suara-suara itu
14. Tolong bapak nanti kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak usahakan
untuk mengahrdik seperti cara yang sudah saya ajarkan tadi.

F. FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
c. Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-
bincang?
d. Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong bapak sekarang
menceritakan ulang apa yang sudah kita bicarakan tadi?
5. Rencana Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan yang
telah dilakukan) : Baiklah, tolong bapak sekali lagi nanti kalau masih mendengar suara-
suara itu, bapak usahakan untuk menghardik seperti cara yang sudah saya ajarkan tadi.
Nanti saya akan memasukkan ke dalam jadwal harian bapak.
6. Kontrak yang akan datang :
d. Topik : Kita akan berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol halusinasi yang
kedua yaitu dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain?
e. Waktu : Bagaimana kalau besok siang setelah shalat dzuhur ?
f. Tempat : Bagaimana kalau di ruang depan ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN

1. Pertemuan : Kedua
2. Kondisi Klien :
S : Klien mengatakan masih merasa gelisah
O: Klien tampak mulai terbuka dan masih tampak berbicara sendiri dan senyum senyum sendiri.
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Penglihatan
4. Tujuan Khusus :
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
5. Tindakan Keperawatan :
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP II :
4) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
5) Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
6) Anjurkan klien memasukkan kegiatan bercakap-cakap halusinasi ke dalam jadwal
kegiatan harian.

D. FASE ORIENTASI :
4. Salam Terapeutik : Selamat siang Pak H, masih ingat dengan nama saya?
5. Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada siang hari ini? Apa yang pak H rasakan
saat ini? Apakah masih mendengar suara-suara? Jam berapa? Waktu pak H sedang apa?
Lantas apa kemarin saat halusinasinya muncul, pak H sudah berusaha untuk menghardik?
6. Kontrak : (Sesuai kesepakatan pertemuan sebelumnya)
Topik : Sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara yang kedua
yaitu dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain?
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau masih kurang bisa kita
tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang depan saja?

E. FASE KERJA
3. Mengajarkan cara bercakap-cakap dengan orang lain
4. Tolong bapak nanti kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak usahakan untuk
bercakap-cakap dengan teman sebelahnya atau menghardik seperti cara yang sudah saya
ajarkan kemarin ya.

F. FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
c. Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang?
d. Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong bapak sekarang
menceritakan ulang apa yang sudah kita bicarakan tadi?
5. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan) : Baiklah, tolong bapak sekali lagi nanti kalau masih mendengar suara-suara
itu, bapak usahakan untuk bercakap-cakap dengan orang lain seperti cara yang sudah saya
ajarkan tadi. Nanti saya akan memasukkan ke dalam jadwal harian bapak.
6. Kontrak yang akan datang :
d. Topik : Kita akan berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol halusinasi dengan
cara yang ketiga yaitu dengan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-hari.
e. Waktu : Bagaimana kalau besok setelah sarapan pagi ?
f. Tempat : Bagaimana kalau di ruang tengah aja ?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN

1. Pertemuan : Ketiga
2. Kondisi Klien :
S : Klien mengatakan ingin pulang
O: Klien masih tampak senyum-senyum sendiri dan berbicara sendiri
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Penglihatan
4. Tujuan Khusus :
Klien dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal
5. Tindakan Keperawatan :
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP III:
4) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
5) Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas terjadwal
6) Anjurkan klien memasukkan kegiatan/aktivitas sehari-hari untuk mengontrol halusinasi
ke dalam jadwal kegiatan harian.

D. FASE ORIENTASI :
4. Salam Terapeutik : Selamat pagi Pak H, masih ingat dengan nama saya (tergantung
respon klien saat menyapa kita)?
5. Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada pagi hari ini? Apa yang pak H rasakan
saat ini? Apakah masih mendengar suara-suara? Jam berapa? Waktu pak H sedang apa?
Lantas apa kemarin saat halusinasinya muncul pak H sudah berusaha untuk mengontrol
halusinasi dengan salah satu cara yang sudah saya ajarkan kemarin?
6. Kontrak : (Sesuai kesepakatan pertemuan sebelumnya)
Topik : Sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga
yaitu melakukan kegiatan/aktivitas terjadwal ?
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau masih kurang bisa kita
tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang depan saja?
E. FASE KERJA
3. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
4. Tolong bapak nanti kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak usahakan untuk
melakukan aktivitas seperti mencuci piring, mencuci baju, menyapu lantai, dll.

F. FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang
cara mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga ini ?
b. Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong bapak sekarang
menceritakan ulang apa yang sudah kita bicarakan tadi?
5. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan) : Baiklah, tolong bapak sekali lagi nanti kalau masih mendengar suara-suara
itu, bapak usahakan untuk melakukan aktivitas terjadwal seperti cara yang sudah saya
ajarkan tadi. Nanti saya akan memasukkan ke dalam jadwal harian bapak.
6. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : Kita akan berbincang-bincang lagi tentang cara benar minum obat
b. Waktu : Bagaimana kalau besok sesudah sarapan pagi ?
c. Tempat : Bagaimana kalau tetap di ruang depan?
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENGLIHATAN

1. Pertemuan : Keempat
2. Kondisi Klien :
S : Klien mengatakan gelisah berkurang
O: Klien tampak melakukan kegiatan menyiapkan makanan, mencuci piring dan membuang
sampah
3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori – Halusinasi Penglihatan
4. Tujuan Khusus :
Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik dan teratur
5. Tindakan Keperawatan :
- Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- SP IV :
3) Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
4) Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu menggunakan obat
secara teratur

D. FASE ORIENTASI
4. Salam Terapeutik : Selamat pagi Pak H, masih ingat dengan nama saya (tergantung
respon klien saat menyapa kita)?
5. Evaluasi / Validasi : Bagaimana kabarnya pada pagi hari ini pak? Apa yang pak H
rasakan saat ini? Apakah masih mendengar suara-suara ? Jam berapa? Waktu pak H
sedang apa? Lantas apa kemarin saat halusinasinya muncul, apa pak H sudah berusaha
untuk mengontrol dengan salah satu cara yang sudah saya ajarkan?
6. Kontrak : (Sesuai kesepakatan pertemuan sebelumnya)
Topik : Sekarang kita akan belajar cara mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat
yaitu patuh obat
Waktu : Bagaimana kalau selama 15 menit? Nanti kalau masih kurang bisa kita
tambahkan waktunya lagi.
Tempat : Bagaimana kalau di ruang depan saja?
E. FASE KERJA
3. Mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu menggunakan obat
secara teratur
4. Tolong bapak nanti kalau masih mendengar suara-suara itu, bapak usahakan untuk
mengontrol halusinasi dengan cara yang sudah saya ajarkan kemarin dan rutin meminum
obat.

F. FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-
bincang?
b. Evaluasi perawat (obyektif setelah reinforcement) : Tolong bapak sekarang
menceritakan ulang apa yang sudah kita bicarakan tadi?
5. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih sesuai dengan hasil tindakan yang telah
dilakukan) : Baiklah, tolong bapak sekali lagi nanti kalau masih mendengar suara-suara
itu, bapak usahakan untuk mengendalikan halusinasi seperti cara-cara yang sudah saya
ajarkan. Nanti saya akan memasukkan ke dalam jadwal harian bapak.
6. Kontrak yang akan datang :
a. Topik : Mengevaluasi sejauh mana klien melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
b. Waktu : Bagaimana kalau besok sore ?
c. Tempat : Bagaimana kalau tetap di ruang depan?
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA TN. D DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENGLIHATAN DI PANTI
GRAMESIA CIREBON

ALAMAT : Weru, Cirebon

XVI. IDENTITAS KLIEN


Inisial : Tn. H (L) Tanggal Pengkajian : 19 Januari 2021
Umur : 37 Tahun No RM : 629
Informan : Ny. A (Kakak)

XVII. ALASAN MASUK


Klien datang kepanti pada tanggal 31 mei 2019 diantar oleh keluarga nya, klien selama
dirumah klien keluyuran dan tidur dimana klien mau, dan klien merasa suka dengan adik
kandungnya dan klien diusir oleh keluarganya. TTV : TD : 90/70 mmHg, N : 73 x/mnt, S :
36, 6o C, P : 25 x/mnt.

XVIII. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu ?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Tidak Pernah Kurang berhasil - Tidak berhasil
Aniaya fisik :
• Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan perlakuan aniaya fisik
Aniaya seksual :
• Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan aniaya seksual
Penolakan :
• Klien mengatakan pernah diusir dari rumah.
Kekerasan dalam keluarga :
• Klien mengatakan keluarganya baik dan tidak ada yang memperlakukan kekerasan
pada dirinya
Tindakan Kriminal :
• Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan kriminal
Jelaskan : Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan aniaya fisik, aniaya seksual,
kekerasan dalam rumah tangga dan tindakan kriminal
Masalah keperawatan : halusinasi
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa:
Ada - Tidak
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien mengatakan pernah diusir keluarga karena menyukai adiknya.
Masalah keperawatan : halusinasi

XIX. FISIK
Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg, N : 85 x/mnt, S: 36,2o C, P: 18x/mnt
Ukuran : BB : 73 kg, TB : 172 cm
Keluhan fisik : Ya Tidak
Jelaskan : tidak ada
XX. PSIKOSOSIAL
15.Genogram

X
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
X : Gangguan jiwa
9
: Meninggal
Jelaskan : Klien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara
Masalah keperawatan : Tidak ada
16.Konsep diri
e. Gambaran Diri
Klien mengatakan ia menyukai bagian mata pada tubuhnya.
f. Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama, jumlah keluarga, dan alamat lengkap secara jelas
g. Ideal Diri
Klien mengatakan jika sudah keluar dari panti klien ingin meminta maaf kepada
anggota keluarganya.
h. Harga Diri
Klien mengatakan sedih rindu dengan keluarganya di rumah
17.Hubungan sosial
d. Orang yang berarti/orang terdekat
Klien mengatakan dekat dengan ibunya
e. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Klien mengatakan tidak ikut dalam organisasi masyarakat
f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan ketika di rumah klien sering berkomunikasi dengan tetangga
lingkungan sekitar rumahnya
18. Spiritual
c. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam
d. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Klien mengatakan ketika di panti klien shalat hanya pada saat berjamaah saja yaitu
shalat ashar dan shalat magrib
XXI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi dan tidak bersih
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
Rapih
Jelaskan : klien berpenampilan rapih
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
2. Pembicaraan
Cepat Inkoheren
Keras Lambat
Gagap Membisu
Jelaskan : Saat dilakukan komunikasi respon klien lambat
3. Aktivitas motorik
Lesu Gelisah
Tik Tremor
Tegang Agitasi
Grimasem Kompulsif
Jelaskan : klien terlihat gelisah dan kurang ekspresif terhadap stimulus lingkungan
sekitar.
4. Alam perasaan
Sedih Putus asa
Ketakutan Gembira berlebihan
Khawatir
Jelaskan : Klien mengatakan sedih serta khawatir kepada anak dan istrinya, klien ingin
segera pulang
19. Afek
Datar Labil
Tumpul Tidak sesuai
Jelaskan : Klien tampak menyendiri dan bereaksi bila ada stimulus yang menyengkan
20. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan Kontak mata (-)
Kurang kooperatif Defensif
Mudah tersinggung Curiga
Jelaskan : tidak ada
21. Persepsi
Halusinasi
Pendengaran Penghidu
Pengecapan Perabaan
Penglihatan
Jelaskan : Klien tampak berbicara sendiri
Masalah keperawatan : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
22. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial
Flight of ideas Blocking
Pengulangan pembicaraan Kehilangan asosiasi
Jelaskan : Ketika di ajak berbicara respon klien berbelit-belit tetapi sampai pada tujuan
dan pertanyaan bisa terjawab oleh klien
Masalah keperawatan : halusinasi
23. Isi pikir
Obsesi Ide yang terkait
Depersonalisasi Hipokondria
Fobia Pikiran magis
Jelaskan : Klien merasa bahwa ia pernah diperkosa dan memiliki seribu anak
Masalah keperawatan : halusinasi
Waham
Agama Sisip Pikir
Nihilistik Kebesaran
Somatik Siar Pikir
Curiga Kontrol Pikir
Jelaskan : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
24. Tingkat kesadaran
Bingung Sedasi Stupor
Jelaskan : Klien tampak bingung
25. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jelaskan : klien terlihat tidak bisa menjelaskan secara detail penyebab masuk panti.
26. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : tidak ada
27. Kemampuan penilain
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : tidak ada masalah
Masalah keperawatan : tidak ada
28. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan : tidak ada

XXII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: Jam 12:00 s/d 14:00
Tidur malam, lama 19:00 s/d 06:00
Aktivitas sebelum tidur menyikat gigi/sesudah tidur mandi
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √
System pendukung √

8. Aktifitas di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √
Menjaga kerapihan rumah √
Mencuci pakaian √
Mengatur keuangan √
9. Aktifitas di luar rumah Ya Tidak

Belanja √
Transportasi √
Lain-lain √

XXIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Aktifitas konstruktif Bekerja Berlebihan
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan : saat diajak berbicara respon klien lambat

XXIV. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
Masalah dengan pendidikan, spesifik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik
Masalah dengan perumahan, spesifik : klien mengatakan tinggal di rumah orang tuanya
Masalah ekonomi, spesifik
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
Masalah lainnya, spesifik

XXV. PENGETAHUAN KURANG TENTANG


Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi Penyakit Fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya
Analisa Data
DATA MASALAH
Subjektif : Gangguan persepsi sensori :
• Klien mengatakan pernah halusinasi penglihatan
diperkosa
• Klien mengatakan mempunyai
seribu anak
Obyektif :
• Klien tampak senyum-senyum dan
berbicara sendiri

XXVI. ASPEK MEDIK


Diagnose Medik : Skizofrenia
Terapi Medik :

Cara
No Nama Obat Dosis Waktu Indikasi
Pemberian
1. haloperidol 2mg Oral (2x1) haloperidol sebagai terapi
08.00 psikosis seperti pada
17.30 skizofrenia namun juga
dapat digunakan pada
kasus-kasus penyakit
lainnya. Haloperidol dapat
digunakan pada kasus
psikosis, mual dan muntah,
tics berat, sindroma
Tourette, tambahan pada
gangguan ansietas dan
tingkah laku berat,
kebingungan, dan cegukan
terus menerus.
2. Hexymer 2 mg Oral (2x1) Digunakan untuk
08.00 meningkatkan kendali otot
17.30 dan mengurangi
kekakuan. Saat gejala
berkurang, obat ini akan
membuat gerakan tubuh
menjadi lebih normal.
3 B Complex 50 mg Oral (2x1) Digunakan untuk proses
08.00 metabolisme, menggunakan
17.30 energy dari makanan, serta
memproduksi sel darah
merah. Selain itu, vitamin B
juga dibutuhkan untuk
menjaga sistem saraf pusat,
meningkatkan kesehatan
kulit dan saraf, serta
memproduksi DNA dan
membantu pertumbuhan
tubuh.

XXVII. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan

XXVIII. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan ditandai dengan klien mengatakan
bahwa ia memiliki seribu anak

XXIX. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana tindakan keperawatan


No
Tanggal Kriteria Tindakan Rasional
Dx Tujuan
Evalusi Keperawatan
19-01-2020 1. Klien mampu Setelah SP 1 SP 1
(Senin, jam mengontrol dilakukan 4. Bina hubungan 5. Dengan membina
13.00 WIB) halusinasi tindakan saling percaya hubungan saling
keperawatan 5. Bantu klien percaya klien dapat
sesuai
selama 2-5x mengenali terbuka kepada
strategi pertemuan halusinasi perawat
pelaksanaan diharapkan 6. Latih mengontrol 6. Dengan membantu
tindakan klien halusinasi dengan klien mengenali
keperawatan mampu cara menghardik halusinasi klien dapat
mengontrol Tahapan mengetahui tanda dan
halusinasinya tindakannya gejala halusinasi
dengan cara : meliputi : 7. Dengan membantu
5. Dengan - Jelaskan cara klien melatih
cara menghardik halusinasi, klien dapat
latihan halusinasi mengontrol halusinasi
menghard - Peragakan cara dengan cara
ik menghardik menghardik.
6. Dengan - Minta klien 8. Dengan membantu
cara memperagakan klien memasukkan
latihan ulang jadwal harian, klien
bercakap- - Pantau dapat mengalihkan
cakap penerapan cara halusinasi dengan cara
7. Dengan ini, beri menghardiknya
cara penguatan
melakuka perilaku klien SP 2
n aktivitas 4. Masukan cara 4. Dengan memvalidasi
sehari- kontrol halusinasi dapat mengingat
hari dengan kembali kegiatan
8. Minum menghardik kemarin
obat dalam jadwal 5. Dengan melatih
secara harian klien bicara/bercakap-cakap
teratur dengan orang lain
SP 2 klien dapat terhindar
4. Validasi masalah dari halusinasi
dan latihan 6. Dengan membantu
klien memasukkan
sebelumnya jadwal harian, klien
5. Latih dapat mengalihkan
bicara/bercakap- halusinasi dengan
cakap dengan berbincang-bincang
orang lain saat dengan orang lain
halusinasi muncul
6. Masukan cara SP 3
kontrol halusinasi 4. Dengan memvalidasi
dengan cara dapat mengingat
berbincang- kembali kegiatan
bincang dengan kemarin
orang lain dalam 5. Dengan melatih klien
jadwal harian klien cara mengontrol
halusinasi dengan
SP 3 kegiatan harian klien
3. Validasi masalah mampu mengontrol
dan latihan halusinasi
sebelumnya 6. Dengan melakukan
4. Latih klien cara kegiatan sehari-hari
mengontrol dalam jadwal harian,
halusinasi dengan klien dapat mengontrol
kegiatan harian halusinasi dan
agar halusinasi halusinasi dapat
tidak muncul berkurang
Tahapannya :
- Jelaskan SP 4
pentingnya 4. Dengan memvalidasi
aktivitas yang dapat mengingat
teratur untuk kembali kegiatan
mengatasi kemarin
halusinasi 5. Dengan
- Diskusikan mengkonsumsi obat
aktivitas yang secara
biasa dilakukan teraturhalusinasi dapat
oleh klien terkontrol
- Latih klien 6. Dengan
melakukan mengkonsumsi obat
aktivitas sesuai jadwal harian
- Susun jadwal akan membantu
aktivitas sehari- mengurangi tingkat
hari sesuai halusinasi yang
dengan aktivitas dialami pasien.
yang telah dilatih
(dari bangun
pagi sampai tidur
malam)
- Pantau
pelaksanaan
jadwal kegiatan,
berikan
pengaturan
terhadap perilaku
pasien yang
positif.
3. Masukan cara
kontrol halusinasi
dengan cara
kegiatan sehari-
hari dalam jadwal
harian klien

SP 4
3. Validasi masalah
dan latihan
sebelumnya
4. Jelaskan cara
mengontrol
halusinasi dengan
teratur minum obat
Tahapannya :
- Jelaskan manfaat
penggunaan obat
pada pasien
dengan gangguan
jiwa
- Jelaskan akibat
bila tidak
digunakan sesuai
program
- Menyarankan
pada klien untuk
melakukan
control jika obat
yang diberikan
telah habis
3. Masukan cara
kontrol halusinasi
dengan cara teratur
minum obat dalam
harian klien.
XXX. CATATAN PERKEMBANGAN
Dx.
Tanggal Implementasi Evaluasi
Kep
20-01- 1. SP 1 S: Klien mengatakan ia mempunyai seribu
2021 - Membina hubungan saling percaya anak
(Rabu, - Melatih mengontrol halusinasi O: Klien tampak masih berbicara sendiri
15.00 dengan cara menghardik A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
WIB) Tahapan tindakannya meliputi : penglihatan
- Jelaskan cara menghardik P: - Bina hubungan saling percaya
halusinasi - Latih mengontrol halusinasi dengan cara
- Peragakan cara menghardik menghardik
- Minta klien memperagakan ulang I: - Membina hubungan saling percaya
- Pantau penerapan cara ini, beri - Melatih mengontrol halusinasi dengan
penguatan perilaku klien cara menghardik
E: Masalah belum teratasi
R: Ulangi SP 1
21-01- 1. SP 1 S : Klien mengatakan gelisah berkurang.
2021 - Membina hubungan saling percaya O: Klien tampak mulai terbuka masih
(Kamis, - Melatih mengontrol halusinasi berbicara sendiri
jam 11.00 dengan cara menghardik A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
WIB) Tahapan tindakannya meliputi : penglihatan
- Jelaskan cara menghardik P: - Bina hubungan saling percaya
halusinasi - Latih mengontrol halusinasi dengan cara
- Peragakan cara menghardik menghardik
- Minta klien memperagakan ulang I: - Membina hubungan saling percaya
- Pantau penerapan cara ini, beri - Melatih mengontrol halusinasi dengan
penguatan perilaku klien cara menghardik
E: Masalah teratasi sebagian
R: Lanjut ke SP 2

14-01- 1. SP 2 S : Klien mengatakan gelisah berkurang


2021 - Melatih berbicara atau bercakap- O: Klien tampak berinteraksi dan mengobrol
(Kamis, cakap dengan orang lain saat dengan teman-temannya, dan lebih rileks
jam 11.00 halusinasi muncul saat di ajak berbicara
WIB) A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan
P: - Latih berbicara atau bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi
muncul
I: - Melatih berbicara atau bercakap-cakap
dengan orang lain saat halusinasi
muncul
E: Masalah teratasi sebagian
R: Lanjut ke SP 3
22-01- 1 SP 3 S : Klien mengatakan gelisah berkurang
2021 - Memasukan cara kontrol O: Klien tampak melakukan kegiatan
(Jum’at, halusinasi dengan cara melakukan mencuci baju, menyiapkan makanan,
jam 08.00 kegiatan sehari-hari dalam jadwal mencuci piring dan membuang sampah
WIB) harian klien A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan
P: - Masukan cara kontrol halusinasi dengan
cara melakukan kegiatan sehari-hari
dalam jadwal harian klien
I: - Memasukan cara kontrol halusinasi
dengan cara melakukan kegiatan sehari-
hari dalam jadwal harian klien
E: Masalah teratasi sebagian
R: Lanjut ke SP 4
23-01- 1 SP 4 S : Klien mengatakan gelisah berkurang
2021 - Menjelaskan cara mengontrol O: Klien tampak masih berbicara sendiri
(Sabtu, halusinasi dengan teratur minum sendiri dan klien mengerti saat di berikan
jam 08.00 obat penjelasan mengenai obat
WIB) Tahapannya : A: Gangguan persepsi sensori: halusinasi
- Jelaskan manfaat penggunaan pendengaran
obat pada pasien dengan P: - Jelaskan cara mengontrol halusinasi
gangguan jiwa dengan teratur minum obat
- Jelaskan akibat bila tidak I: - Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
digunakan sesuai program dengan teratur minum obat
- Menyarankan pada klien untuk E: Masalah teratasi sebagian
melakukan control jika obat yang R: Intervensi di lanjutkan oleh perawat lain
diberikan telah habis

Anda mungkin juga menyukai