Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

Hordeulum Internum Fase Supuratif

Pembimbing:
dr. Bambang Herwindu, Sp.M

Disusun oleh:
Erihka Silvia Siregar 112022158

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RSUD TARAKAN JAKARTA
PERIODE 11 DESEMBER 2023 – 13 JANUARI 2024

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No 6, Kebon Jeruk – Jakarta Barat
BAB I
PENDAHULUAN

Hordeolum merupakan salah satu penyakit mata yang sering


ditemukan di masyarakat. Hordeolum adalah peradangan akut yang bersifat
supuratif pada kelenjar kelopak mata yang bisanya merupakan infeksi oleh
staphylococcuss. 1 Frekuensi penderita hordeolum sebesar 1,6% dengan usia
terbanyak pada golongan dewasa muda dan sebanyak 56,25% dari penderita
mengalami sakit berulang2
Kesehatan indera penglihatan merupakan hal yang penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. Kelopak mata berperan penting dalam memberikan
proteksi fisik untuk mata. Selain itu, kelopak mata juga berperan dalam
mempertahankan film air mata serta drainase air mata.3 Oleh karena itu
semua bagian dari mata harus dijaga kesehatannya, termasuk palpebra yang
menjadi salah satu pertahanan atau barrier dari mata. Diagnosis dan
tatalaksana yang tepat pada hordeolum dapat mencegah proses inflamasi
dan perjalanan penyakit yang lebih berat.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PALPEBRA

Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan bola
mata dari kerusakan lokal. Selain itu, palpebra juga meregulasi cahaya yang masuk
ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat berkedip, juga dalam proses
pengaliran air mata, yaitu dalam pemompaan conjunctival sac dan lacrimal sac.3
Palpebra superior berbatas hingga ke alis, yang memisahkannya dengan dahi.
Palpebra inferior berbatas hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum pipi,
membentuk lipatan dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan jaringan
padat dari pipi.3
Sulkus palpebra superior dibentuk oleh perlekatan insersi superfisial dari serat
levator aponeurotik. Sulkus palpebral inferior, yang pada beberapa orang dibentuk
oleh jaringan ikat antara kulit dan muskulus orbicularis okuli. Semakin
bertambahnya usia bisa terdapat dua buah sulkus pada palpebral inferior yang
disebut sulkus nasojugal. Sulkus nasojugal berasal dari kulit yang yang tertambat
pada periosteum.3,4
Palpebra terdiri atas enam bidang jaringan utama. Dari superfisial ke
dalamterdapat lapis kulit, jaringan subkutan, lapis otot rangka (orbikularis okuli),
septum orbita dan tarsus, otot polos dan lapis membran mukosa (konjungtiva
pelpebrae).3,4
a. Kulit
Kulit kelopak mata lebih tipis dibandingkan kulit pada bagian tubuh
lainnya. Pada pemeriksaan mikroskopis kulit kelopak mata terdiri dari
banyak rambut halus, glandula sebasea dan kelenjar keringat
berukuran kecil. Bulu mata berbentuk melengkung, tebal serta
pendek dan terdapat lebih banyak palpebral superior. Folikel bulu mata
tersusun atas dua hingga tiga baris yang terletak pada sudut anterior
dari palpebra. Pada setiap folikel bulu mata bermuara glandula sebasea
Zeis. Di belakang dan diantara folikel terdapat glandula Moll yang
merupakan modifikasi dari kelenjar keringat.
b. Jaringan Subkutan
Jaringan subkutan merupakan jaringan ikat longgar yang tersusun atas
serabut elastic. Pada ras kaukasian hampir keseluruhan jaringan subkutan
dibentuk oleh lemak.
c. Muskulus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal;
bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar
palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus
facialis.
d. Tarsal dan septum orbita
Lempengan Tarsal, dibentuk dari jaringan fibrosa padat dan bertanggung
jawab dalam integritas struktural dari palpebra.Tarsal ditahan oleh septum
orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran pembukaan
rongga orbita. Tiap tarsal berukuran panjang 29 mm dan ketebalan 1 mm.
Setiap tarsal memiliki 25 kelenjar sebaseus yang disebut meibomian, yang
tersebar secara vertikal. Salurannya terbuka pada batas posterior palpebra
hingga ke garis abu -abu tepat di depan batas mukokutaneus. Bagian
ujung medial dan lateral dari tarsal menempel pada rima orbita oleh
ligamen palpebra medial dan lateral.
e. Otot Polos
Otot polos membentuk bagian superior dan inferior dari lempengan
tarsal. Muskulus tarsal superior berlanjut dengan refraktor palpebra yaitu
muskulus levator palpebra superior yang berfungsi untuk membuka
palpebra. Muskulus tarsal inferior melekat pada bagian bawah dari
lempengan tarsal pada palpebra inferior dan berhubungan dengan
selubung kapsul muskulus rektus inferior yang merpakan refraktor
inferior utama di palpebra inferior. Otot polos dan refraktor palpebra
dipersarafi oleh saraf simpatis. Levator palpebra dan muskulus rektus
inferior dipersarafi oleh nervus oculomotoris.
f. Konjungtiva Palpebrae
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang halus dan tembus cahaya.
Konjungtiva terletak berada pada forniks superior dan inferior hingga
permukaan anterior bola mata. Pada margin papebra hingga Kongjungtiva
palpebra kaya akan pembuluh darah sehingga memberikan penampakan
kemerahan atau warna merah muda.
Gambar 1. Penampang melintang palpebra superior

Terdapat beberapa kelenjar yang terdapat pada palpebra yaitu : 3,4

a. Kelenjar Meibom
Biasa juga dikenal sebagai kelenjar tarsal dan terdapat pada stroma
dari lempeng tarsal yang tersusun secara vertikal. Terdapat sekitar
30-40 kelenjar meibom pada palpebra superior dan 20-30 kelenjar
meibom pada palpebra inferior. Kelenjar meibom merupakan
kelenjar sebasea yang turut berkontribusi pada lapisan lipid pada
tear film dan ductus yang bermuara pada margin palpebra.
b. Kelenjar Zeiss
Kelenjar sebasea yang bermuara pada folikel bulu mata.
c. Kelenjar Moll
Merupakan kelenjar keringat di dekat folikel rambut. Bermuara pada
folikel rambut atau pada ductus kelenjar zeiss dan tidak bermuara
langsung ke permukaan kulit.
d. Wolfring kelenjar lakrimalis aksesori
Terdapat di sekitar batas atas dari lempeng tarsal.

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar
keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior
berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara- muara kecil
dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).3,4
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait
ke sakus lakrimalis.3,4
Gambar 2. Kelenjar pada kelopak mata

Arteri karotis interna dan eksterna merupakan asal suplai dari arteri
palpebra. Arteri karotis interna berasal dari cabang terminal dari arteri
ophtalmikus dan arteri lakrimalis. Arteri karotis interna berperan melalui cabang-
cabang arteri fasialis, arteri temporal superfisial dan arteri infraorbita.3,4
Pembuluh limfatik dari palpebra superior dan inferior mengalir ke nodus
parotis superior. Kemudian dari nodus parotis superior melalui bagian medial
menuju ke nodus submandibular.3,4

Gambar 3. Aliran Limfatik palpebra


2.2 HORDEOLUM

2.2.1 Definisi Hordeolum


Hordeolum merupakan peradangan akut yang bersifat supuratif pada kelenjar
kelopak mata yang bisanya merupakan infeksi oleh staphylococcus.1

2.2.2 Epidemologi Hodeolum


Prevalensi kejadian hordeolum yaitu 1,6% dari seluruh penyakit
mata. Hordeolum umumnya terjadi pada dewasa muda dibandingkan pada
anaka-anak. Hal ini disebabkan terjadi peningkatan viskositas sebum terkait
pengaruh hormonal.2

2.2.3 Etiologi Hordeolum


Agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum adalah Staphylococcus
aureus. Kebiasaan mengucek mata dan hidung, blefaritis kronik dan diabetes
berhubungan dengan kejadian hordeolum berulang.1,4

2.2.4 Klasifikasi Hordeolum

Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.


Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1,4,5
a. Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau
Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada
hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut.
Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan
mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.

Gambar 4. Hordeolum Eksternum

b. Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang
terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit
konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih
besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum
internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut
bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami
supurasi dan tidak memecah sendiri.

Gambar 5. Hordeolum Internum

2.2.5 Patogenesa Hordeolum


Hordeolum disebabkan oleh infeksi dari bakteri Staphylococcus
aureus yang akan menyebabkan inflamasi pada palpebra. Hordeolum interna
timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeis atau kelenjar Moll.
Hordeolum internum timbul dari blockade dan infeksi dari kelenjar Meibom
yang terletak di dalam tarsus. Obstruksi dari kelenjar ini memberikan reaksi
peradangan pada tarsus dan jaringan di sekitarnya. Kedua tipe hordeolum ini
dapat timbul sebagai komplikasi dari blefaritisi. Apabila infeksi dari kelenjar
meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan infeksi meluas ke konjungtiva.2,4,5

2.2.6 Manifestasi Hordeulum


Gejala klinis: 1,6
- Pembengkakan

- Rasa nyeri pada kelopak mata

- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata

- Eritema

- Riwayat penyakit yang sama


2.2.7 Penatalaksanaan Hordeolum
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari1,6,7

a. Non farmakologi

1) Kompres hangat 3-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya


untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2) Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan
sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun
bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan
dengan mata tertutup.
3) Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat
menimbulkan infeksi yang lebih serius.
4) Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan
hal itu menjadi penyebab infeksi.
5) Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi
ke kornea.

b. Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar
daerah hordeolum.4
1) Antibiotik topikal
Dapat diberikan Oksitatrasiklin salep mata atau salep
kloramphenikol setiap 8 jam. Apabila digunakan tetes mata
kloramfenikol sebanyak 1 tetes setiap 2 jam. Antibiotik topical
(salep oxytetrasiklin 3×1; salep kloramfenikol 3×1; tetes mata
kloramfenikol 12×1).
2) Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular.4 Dapat diberika
antibiotic eritromicin 500 mg pada dewasa dan akan-anak
disesuaikan dengan berat badan. Dapat pula diberikan
dikloksasilin 4 kali sehari selama 3 hari. Antibiotik oral
(eritromisin 2x500mg atau dikloksasilin 4×1 selama 3 hari).
Sebagai terapi suportif dapat diberikan analgesic.

c. Tindakan Operatif
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat
drainase pada hordeolum.8

Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal


dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan
prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi
yang bila : 8
1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus,
tegak lurus pada margo palpebra.
2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo
palpebra.

Gambar 6. Insisi pada hordeolum

2.2.8 Komplikasi
Komplikasi dari hordeolum dapat berupa mata kering. Hal ini disebabkan
karena proses peradangan terjadi statis dan blockade dari glandula meibom yang
berfungsi menghasilkan tear film. Sehingga pasien akan datang dengan keluhan
tambahan berupa mata merah, mata terasa panas., mata seperti berpasir dan kering,
mata berair karena respon tubuh terhadap iritasi pada mata kering dan sensitif
terhadap sinar matahari.1,4

2.2.9 Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum
bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah
mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta
terapi yang sesuai.1,7

2.2.10 Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan wajah
dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah agar hordeolum tidak
mudah berulang, menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak
terkontaminasi oleh kuman, dan menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di
daerah berdebu.4,6
PERIODE 11 DESEMBER 2023 – 13 JANUARI 2024
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FKIK UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SEHAT RSUD TARAKAN, JAKARTA

Nama : Erihka Silvia Siregar Tanda Tangan


Nim : 112022158 ………………

Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Bambang Herwindu, Sp. M (SMF)

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SKW Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 47 tahun Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jl. Tiang bendera Status Pernikahan : Menikah

ANAMNESA
Diambil secara : Autoanamnesis
Pada tanggal : Rabu, 27 Desember pukul 09:00 WIB
Keluhan Utama : Bengkak pada kedua mata
Keluhan tambahan :-

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien perempuan berusia 47 tahun datang dengan keluhan bengkak pada kedua mata dan
bengkak pada bagian nasal hidung pada kedua mata sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan bengkak
pada mata pasien tidak disertai dengan keluhan mata merah (-), pandangan buram (-), mata berair
(-), mata gatal (-), mata terasa menggangjal (-), mata terasa ada benda asing (-), nyeri tekan (+).
Bengkak pada kelopak mata awalnya dirasakan kecil, dan lama kelamaan bengkak membesar
tetapi tidak mengganggu mengelihatan dari pasien. Pasien memiliki Riwayat penyakit SLE (+),
Diabetes melitus (+), Hipertensi (+)

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien ada riwayat SLE, diabetes melitus, hipertensi dan menyangkal trauma pada mata,
penyakit jantung, asma. Riwayat operasi tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien mengaku ibu memiliki riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, jantung,
penyakit lain-lainnya pasien lupa. Tidak ada keluarga yang mengalami keadaan serupa.

Riwayat Penyakit Pribadi dan Sosial


Pasien mengaku mengucek-ngucek mata jika gatal. Pasien menyangkal riwayat
pemakaian make-up disekitar mata, tidak memiliki alergi terhadap cuaca, makanan maupun obat-
obatan. Merokok (-), alkohol (-), sering begadang (-).
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA
Dilakukan pada 27 Desember 2023 pk. 09.25
Keadaan Umum Baik
Kesadaran Compos Mentis
Tekanan Darah Tidak dilakukan
Respirasi 20 x/menit
Nadi 84 x/menit
Suhu Tidak dilakukan
Kepala Tidak dilakukan
Leher Tidak dilakukan
Paru-paru Tidak dilakukan
Jantung Tidak dilakukan
Abdomen Tidak dilakukan
Ekstremitas Tidak dilakukan

STATUS OPTHALMOLOGIS

KETERANGAN OD OS
VISUS
Visus Naturalis - -
Koreksi 20/20 20/20
Addisi - -
Distansia Pupil -
KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Deviasi Tidak ada Tidak ada
Gerakan mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
SUPRA SILIA
Warna Hitam Hitam

Letak Simetris Simetris

PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR


Edema Ada Ada
Nyeri tekan Tidak Ada Tidak Ada
Ektropion Tidak Ada Tidak Ada
Entropion Tidak Ada Tidak Ada
Blefarospasme Tidak Ada Tidak Ada
Trikiasis Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Punctum lakrimal Normal Normal
Fisura palpebra Tidak Ada Tidak Ada
Hordeolum Ada Ada
Kalazion Tidak Ada Tidak Ada
Ptosis Tidak Ada Tidak Ada
Tes anel Tidak Ada Tidak Ada
KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis Tidak Ada Tidak Ada
Folikel Tidak Ada Tidak Ada
Papil Tidak Ada Tidak Ada
Sikatriks Tidak Ada Tidak Ada
Anemia Tidak Ada Tidak Ada
Kemosis Tidak Ada Tidak Ada
KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva Tidak Ada Tidak Ada
Injeksi siliar Tidak Ada Tidak Ada
Perdarahan
Tidak Ada Tidak Ada
subkonjungtiva
Pterigium Tidak Ada Tidak Ada
Pinguekula Tidak Ada Tidak Ada
Nervus pigmentosus Tidak Ada Tidak Ada
SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik Tidak Ada Tidak Ada
KORNEA
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Ukuran Tidak Ada Tidak Ada
Sensibilitas Baik Baik
Infiltrat Tidak ada Tidak ada
Ulkus Tidak ada Tidak ada
Perforasi Tidak ada Tidak ada
Arcus senilis - -
Edema Tidak ada Tidak ada
Tes Plasido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
BILIK MATA DEPAN
Kedalaman Dalam Dalam
Kejernihan Jernih Jernih
Hifema Tidak ada Tidak ada
Hipopion Tidak ada Tidak ada
Efek Tyndall Tidak ada Tidak ada
IRIS
Warna Coklat Coklat
Kripte Jelas Jelas
Bentuk Bulat Bulat
Sinekia Tidak ada Tidak ada
Koloboma Tidak ada Tidak ada
PUPIL
Letak Sentral Sentral
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran - -
Refleks cahaya
Menurun Menurun
langung
Refleks cahaya tidak
Menurun Menurun
langsung
LENSA
Kejernihan Jernih Jernih
Letak Ditengah Ditengah
Tes shadow - -
BADAN KACA
Kejernihan Jernih Jernih
FUNDUS OKULI
Batas Tegas Tegas
Warna Jingga Jingga
Ekskavasio Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Ratio Arteri : Vena 2:3 2:3
C/D Ratio 1:3 1:3
Makula Lutea Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Retina Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Sikatriks Tidak ada Tidak ada
Ablasio Tidak ada Tidak ada
PALPASI
Nyeri Tekan Ada Ada
Massa Tumor Tidak Ada Tidak Ada
Tensi Occuli Tidak Ada Tidak Ada
Tonometri Schiots Tidak dilakukan Tidak dilakukan

RESUME
Pasien perempuan berusia 47 tahun datang dengan keluhan bengkak pada kedua mata dan
bengkak pada bagian nasal hidung pada kedua mata sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan bengkak
pada mata pasien tidak diserati dengan keluhan mata merah (-), pandangan buram (-), mata berair
(-), mata gatal (-), mata terasa menggangjal (-), mata terasa ada benda asing (-), nyeri tekan (+).
Bengkak pada kelopak mata awalnya dirasakan kecil, dan lama kelamaan bengkak membesar
tetapi tidak mengganggu mengelihatan dari pasien. Pasien memiliki Riwayat penyakit SLE (+),
Diabetes melitus (+), Hipertensi (+). Riwayat operasi tidak ada. Tidak ada keluarga yang
mengalami keadaan serupa. Pasien menyangkal riwayat pemakaian make-up disekitar mata,
tidak memiliki alergi terhadap cuaca, makanan maupun obat-obatan. Merokok (-), alkohol (-).
Pada pemeriksaan didapatkan:
OD : edema pada palpebra superior dan inferior (+), terdapat benjolan kecil (hodeolum) pada
palpebra superior dan inferior (+)
OS : edema pada palpebra superior dan inferior (+), terdapat benjolan kecil (hodeolum) pada
palpebra superior dan inferior (+)

DIAGNOSIS KERJA
Hordeulum Internum Fase Supuratif

PENATALAKSANAAN
Farmakologi
1. Doxycycline 2x100 mg
2. Polydex od 6x1 ODS
Non-Farmakologi
1. Kompres air hangat
2. Tindakan operatif: insisi

EDUKASI
1. Menjelaskan pada pasien bahwa penyakit pasien tidak membahayakan
2. Menjelaskan pada pasien untuk sering mengkompres mata dengan air hangat
3. Menjelaskan pada pasien untuk menggunakan antibiotic sampai habis atau sesuai waktu
yang telah ditetapkan
4. Menjelaskan pada pasien untuk control kembali ke dokter sesuai waktu yang ditentukan,
untuk melihat perkembangan penyakit dari pasien

PROGNOSIS
ODS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Hordeolum merupakan peradangan akut yang bersifat supuratif


pada kelenjar kelopak mata yang bisanya merupakan infeksi oleh
staphylococcus. Umumnya hordeolum terjadi pada dewasa muda. Hal
ini disebabkan terjadi peningkatan viskositas sebum terkait pengaruh
hormonal. Sesuai kasus ini dimana hordeolum terjadi pada wanita
berusia 47 tahun.
Gejala yang dialami pasien yang menderita hordeolum antara
lain pembengkakan pada kelopak mata, rasa nyeri, perasaan tidak
nyam dan sensai terbakar pada kelopak mata. Selain itu pasien
biasanya memiliki riwayat panyakit yang sama sebelumnya. Sesuai
kasus ini pasien dating dengan keluhan nyeri pada kelopak mata
bawah, disertai pembengkakan kelopak mata bawah. Pasien
mengeluhkan merasa ada yang mengganjal pada kelopak mata bawah.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik pasien hordeolum didapatkan eritema
palpebra hingga kongjungtiva palpebra, edema palpebra, nyeri jika
ditekan pada pangkal bulu mata serta terdapat abses kecil pada
palpebra. Sasuai kasus pada pemeriksaan fisik didapatkan eritema
palpebra
hingga konjungtiva palpebra inferior, terdapat edema palpebra
inferior, serta nyeri tekan pada pangkal bulu mata. Selain itu
ditemukan beberapa abses kecil pada konjungtiva palpebra inferior.
Penatalaksaan pasien yang mengalami hordeolum terdiri dari non
farmakologi, farmakologi serta tindakan operatif. Dapat diberikan
salep antibiotik pada pasien yang mengalami hordeolum. Antibiotik
sistemik diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat
tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Sebagai terapi
suportif dapat diberikan analgesic. Sesuai dengan teori pada kasus
ini pasien dberikan terapi farmakologi berupa salep mata
doksisiklin 3 x 1, polydex 6x1, analgesic asam mefenamat 3 x 1, serta
terapi non faramkologi berupa kompres hangat pada mata yang sedang
tertutup 3 x 1.

BAB V
KESIMPULAN

Telah dipaparkan sebuah kasus dari seorang perempuan usia


47 tahun dengan diagnosa ODS hordeolum interna fase supuratif.
Tindakan diagnosa yang telah dilakukan pada pasien ini meliputi
anamnesis serta pemeriksaan fisik yang semuanya mendukung kearah
diagnosis hordeolum interna. Pasien kemudian diterapi dengan
menggunakan antibiotik topical.
Faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada pasien ini adalah
umur, dimana hordeolum biasanya terjadi pada dewasa muda.
Prognosa dari penyakit ini dubia ad bonam jika pasien mendapatkan
pengobatan serta penaganan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke 5. Balai


Penerbit FK UI : Jakarta 2018.
2. American Academy of Ophthalmology. 2007-2008. Eyelids.
Ophthalmic Pathology and Intraocular Tumors. San
Francisco, CA: LEO.
3. Snell, Richard S. Clinical anatomy of eye. Edisi ke 2.
Blackwell Science : USA 1998.
4. Ilyas HS. Hordeolum dalam : Ilmu Perawatan Mata. Sagung
Seto : Jakarta, 2004.

5. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum. Edisi 14, Cetakan I. Widya


Medika : Jakarta, 2000.

6. Tim Penulis. Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas


Pelayanan Kesehatan Primer. IDI: Jakarta, 2014.
7. Leonid SJ. Hordeolum and Chalazion Treatment. Optometry:
UK, 2002.

8. Panicharoen C, Hirunwiwatkul P. 2011. Current pattern


treatment of hordeolum by ophthalmologists in Thailand.J
Med Assoc Thai. 94(6):721-4

Anda mungkin juga menyukai