Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH DENGAN KASUS TUMOR PALPEBRA


DI RUANG BROMO RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh :
SITI MARYAM
(14901.10.23111)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HAFSHAWATY ZAINUL HASAN
GENGGONG PROBOLINGGO
2023-2024
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH DENGAN KASUS TUMOR PALPEBRA DI RUANG BROMO
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Nama : SITI MARYAM


NIM : 14901.10.23111
Program Studi : Profesi Ners
Semester : 1 (Satu)
LP dan Asuhan Keperawatan disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Mahasiswa

SITI MARYAM

Pembimbing Praktik/CI Pembimbing Akademik

. .

Mengetahui,
Kepala Ruangan

.
A. ANATOMI FISIOLOGI

Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi. Palpebra terdiri atas lima bidang
jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapiskulit, lapis otot rangka
(orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapis
membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).

1. Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis,dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli: Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah
menutup palpebra. Serat-serat ototnya mengelilingi fissura palpebra secara
konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat
berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebral
dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis
okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli,
berhubungan degan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas
jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar Meibom.
5. Konjungtiva Palpebra Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran
mukosa, konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
6. Panjang tepian bebas palpebra adalah 27-30 mm dan lebar 2 mm. Ia
dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior
dan posterior.
a. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.4 Bulu
mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun teratur. Bulu mata atas
lebih panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke
atas; bulu mata bawah melengkung ke bawah. Glandula Zeiss adalah
modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut
pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar
keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata
b. Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang
tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). Punktum lakrimalis
terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra, berupa
elevasi kecil dengan lubang berupa elevasi kecil dengan lubang kecil
di pusat kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior yang
terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punktum ini berfungsi
menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis. lakrimalis.
c. Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
dibuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk
sudut dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
d. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan
berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum orbitale
superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan
tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus
inferior.
e. Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior, bagian bagian otot rangka otot rangka adalah levator levator
palpebra palpebra superioris, yang superioris, yang berasal da berasal
dari apek ri apeks orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi
sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior).
f. Di palpebra inferior, retractor utama adalah muskulus rektus inferior,
yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior
dan orbicularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh
nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh
nervus okulomotoris.
g. Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata rik kelopak mata atas didapatka atas
didapatkan dari ramus frontal nervus V, dari ramus frontal nervus V,
sedang kelopak sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua
nervus V
B. DEFINISI
Tumor adalah pertumbuhan atau tonjolan abnormal di tubuh. Tumor
sendiri dibagi menjadi jinak dan ganas. Tumor ganas disebut sebagai
kanker(Mufatih, 2020)
Tumor palpebra merupakan kasus yang cukup sering ditemukan di bidang
oftalmologi. Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah
sekitar mata dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan
ikat, jaringan kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun kelenjar, pembuluh
darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra (Marszałek, 2021)
Tumor palpebra dibedakan menjadi dua tipe yaitu tumor palpebra jinak
dan ganas. Banyak tumor palpebra dapat mudah dikenali dari penampilan
klinis, akan tetapi ada juga tumor palpebra berbeda yang memberikan gambaran
klinis yang serupa sehingga ini merupakan tantangan seorang oftalmologis.
C. KLASIFIKASI
Tumor Palpebra Jinak
a. Hemangioma kapiler

Hemangioma kapiler merupakan tumor palpebra yang paling sering


ditemukan pada anak. Gambaran Klinis Hemangioma kapiler tampak
beberapa hari sesudah lahir, Strawberry nevus terlihat sebagai bercak
merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala,
tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan.
b. Kista Palpebra

Secara histologis terdapat 3 varian kista palpebra yaitu kista


epidermoid, kista dermoid, dan teratoid.
1) Kista epidermoid, kista dilapisi oleh epitel gepeng tanpa disertai
adneksa. Kista epidermoid adalah kumpulan material seperti keratin,
biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di dalam dinding
kista. Kista epidermoid berisi kumpulan material seperti keratin,
biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di dalam dinding
kista. Secara klinis, kista epidermal muncul sebagai nodul bulat, agak
keras berwarna daging
2) Kista dermoid, selain dilapisi oleh epitel gepeng, juga disertai adneksa,
seperti rambut, folikel rambut dan kelenjar sebasea. Kista dermoid
berisi cairan sebasea, keratin, kalsium, dan kristal kolesterol. Sekitar
10-50% kista dermoid merupakan kista dermoid orbital. Kista dermoid
biasanya ditemukan pada beberapa tahun pertama kehidupan. Akan
tetapi, kista dermoid yang profunda dapat tidak terdiagnosis pada
beberapa tahun kehidupan dan biasanya akan didiagnosis pertama kali
pada usia dewasa. Kista dermoid ditemukan berupa massa berbentuk
oval, membesar perlahan, teraba lunak, dan tidak nyeri. Namun bisa
juga ditemukan kista dermoid dengan pergeseran bola mata dan
proptosis yang biasanya ditemukan pada kista dermoid tipe profunda.
3) Kista teratoid, selain epitel berlapis gepeng dan adneksa juga
ditemukan adanya elemen mesoderm seperti otot, tulang, dan
kartilago.
c. Molluscum Contagiosum:

Molluscum contagiosum adalah infeksi virus pada epidermis yang


sering mengenai kelopak mata. Tanda Klinik Infeksi molluskum
contagiosum biasanya muncul sebagai satu atau lebih lesi yang terpisah
satu dengan yang lain, lesi berupa papul yang berukuran 15 mm. Setiap lesi
biasanya memiliki umbilisasi di tengahnya
d. Nevus:

Sel nevus berpigmen adalah pigmentasi tahi lalat yang umum terjadi
pada kebanyakan orang. Klasifikasi, Junctional nevus, Intradermal nevus,
Compound nevus, Nevus biru
e. Xanthelasma

Xanthelasma diartikan sebagai kumpulan kolesetrol di bawahkulit


dengan batas tegas berwarna kekuningan biasanya di permukaan anterior
papelbra, sehingga sering disebut xanthelasma palpebra. Manifestasi
Klinisnya yaitu Timbul plak irregular di kulit, warna kekuningan sering
kali disekitar mata. Ukuran xanthelasma bervariasi berkisar antara 230 mm,
Tumor Palpebra Ganas
a. Karsinoma sel skuamosa

Merupakan tumor akan tumor ganas kelopak mata ganas kelopak mata
tersering kedua. Insidensinya hanya 5% jauh lebih kecil dari insidensi
karsinoma sel basal. Umumnya sering muncul dari batas kelopak mata
(gabungan kulit dengan mukosa) pada pasien yang tua. Dapat mengenai
mengenai kelopak kelopak mata atas dan bawah. Gejala klinis dapat
muncul dalam 2 bentuk yaitu sebuah luka dengan batas tinggi dan keras
yang paling sering. adalah kedua bentuk seperti jamur atau po jamur atau
polip verukosa lip verukosa tanpa ada tanpa ada luka, tetapi jarang muncul.
b. Karsinoma kelenjar sebasea

adalah karsinoma yang tumbuh dari kelenjar meibom pada kelopak


mata. Etiologinya adalah idiopatik. Jarang muncul pada anakanak, dengan
frekuensi tertinggi muncul pada orang dengan umur 60-79 tahun.
Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis
berspektrum luas. Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti
khalazion.
c. Melanoma Maligna Palpebra

adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus dibedakan


dari Nevi dan karsinoma sel basal. Ciri khas dari melanoma maligna adalah
pigmentasi variabel (yaitu sebuah lesi dengan tingkat warna coklat, merah,
putih, putih, biru atau hitam gelap) ulserasi dan perdarahan.
d. Sarkoma Kaposi

Merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai pada


penderita penderita AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma sarkoma dapat
mengenai mengenai mata, yaitu palpebra palpebra atas/bawah menyerupai
hordeolum atau hemangioma dan pada konjuntiva forniks, dan bulbi bagian
inferior. Gejala klinis sarkoma kaposi pada mata biasanya asimptomatik,
kadang-kadang disertai iritasi ringan. Tumor sarkoma Kaposi berwarna
berwarna kemerah-merahan, kemerah-merahan, padat, dengan gambaran
gambaran proliferasi proliferasi vaskuler, vaskuler, sel-sel sel-sel spindle
dan serat-serat retikulin, diduga berasal dari endotel.
D. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab tumor palpebra tergantung dari jenis masing-
masing tumor palpebra dengan klasifikasi yang mana namun secara
kesuluruhan etiologi tumor meliputi:
1. Mutasi gen pengendali pertumbuhan (kehilangan kedua kromosom dari
satu pasang alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom
13q14).
2. Malformasi congenital.
3. Kelainan metabolisme.
4. Penyakit vaskuler.
5. Inflamasi intraokuler.
6. Trauma
7. Paparan Sinar UV
8. Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma jinak tumbuh
dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak tetapi menekan
jaringan disekitarnya dan biasanya tidak mengalami metastasis.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif,
Dapat merusak jaringan di sekitarnya terutama bagian permukaan bahkan dapat
sampai ke tulang (bersifat lokal destruktif), serta cenderung untuk residif
lebih bila pengobatannya tidak adekuat. Ulserasi dapat terjadi yang menjalar
dari samping maupun dari arah dasar, sehingga dapat merusak bola mata
sampai orbita
1. Nyeri orbital: jelas pada tumor ganas yang tumbuh cepat, namun juga
merupakan gambaran khas 'pseudotumor' jinak dan fistula karotid-
kavernosa
2. Proptosis: pergeseran bola mata kedepan adalah gambaran yang sering
dijumpai, berjalan bertahap dan tak nyeri dalam beberapa bulan atau
tahun (tumor jinak).
3. Pembengkakan pada kelopak mata
4. Terdapat massa yang menunjukan distorsi kelopak mata atau bola mata
5. Ketajaman penglihatan: mungkin terganggu langsung akibat terkenanya
saraf optik atau retina, atau tak langsung akibat kerusakan vaskuler.
F. PATOFISIOLOGI
Radiasi telah terbukti menyebabkan pembentukan tumor melalui dua
mekanisme. Mekanisme pertama meliputi inisiasi dan prolong seluler
proliferasi, dengan cara demikian terjadi peningkatan kesalahan transkripsi
yang menyebabkan transformasi seluler. Mekanisme kedua yaitu secara
langsung merusak replikasi DNA, menyebabkan mutasi dari sel yang
mengaktifkan proto-onkogen atau deaktivasi tumor supresor gen (Eva &
Asbury, 2023).
Karsinoma sel basal pada kelopak mata adalah tumor epitel yang paling
umum, tetapi patogenesis dari molekular genetik masih belum jelas. Mutasi dari
p53 (pada kasus ini, overekspresi gen p53) dapat merupakan bagain intergral
dari sekuensial yang patogenik menunjukkan bahwa paparan sinar UV spesifik
dapat mengubah nukleotida dari 2 tumor supresor gen yaitu p53 dan PTCH,
keduanya mengimplikasikan perkembangan onset yang cepat dari karsinoma
sel basal (Eva & Asbury, 2023).
Secara imunologi, mekanisme paparan radiasi UV menyebabkan
perkembangan dari karsinoma sel basal melalui supresi sistem imun kulit, dan
tidak responsifnya sistem imun terhadap tumor kulit. Efek lokalnya berupa
penurunan dari sel Langerhan, sel dendritik T-epidermal, T-helper, dan lebih
jauh lagi proliferasi T-suppresor sel dan melepaskan imunosupresi faktor
(tumor necrosis factor-a, interleukin-1, prostaglandin, interleukin-10), diyakini
sebagai agen patogenik dalam perkembangan karsinoma sel basal (Eva &
Asbury, 2023). Sinar UV yang secara kronik mengenai stem cell kulit
menyebabkan photoaging, imunosupresi, dan fotokarsinogen. Fotokarsinogen
melibatkan pembentukan foto produk yang merusak DNA. Jika DNA repair
gagal, maka akan terjadi mutasi protoonkogen menjadi onkogen atau inaktivasi
tumor supressor gene. Akumulasi mutasi akibat fotokarsinogen termasuk
genetic deletion menyebabkan tidak aktifnya tumor supressor gene yang
menyandi pembentukan protein penghambat proliferasi sel. Akumulasi mutasi
gen inilah yang berperan dalam memicu terjadinya KSB (Eva & Asbury, 2023).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi : untuk melihat ukuran rongga orbita, terjadinya
kerusakan tulang, terdapat perkapuran pada tumor dan kelainan foramen
optic.
2. Pemeriksaan ultrasonografi : untuk mendapatkan kesan bentuk tumor,
konsistensi tumor, teraturnya susunan tumor dan adanya infiltrasi tumor.
3. CT-scan : untuk menentukan ganas atau jinak tumor, adanya vaskularisasi
pada tumor dan terjadinya perkapuran pada tumor.
4. Arteriografi : untuk melihat besar tumor yang mengakibatkan bergesernya
pembuluh darah disekitar tumor, adanya pembuluh darah dalam tumor
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tumor berdasarkan ganas atau tidaknya tumor yaitu :
1. Tumor jinak : memerlukan eksisi, namun bila kehilangan penglihatan
merupakan hasil yang tak dapat dihindarkan, dipikirkan pendekatan
konservatif.
2. Tumor ganas : memerlukan biopsi dan radioterapi. Limfoma juga bereaksi
baik dengan kemoterapi. Terkadang lesi terbatas (misal karsinoma kelenjar
lakrimal) memerlukan reseksi radikal.
J. KOMPLIKASI
Sebagian besar tumor kelopak mata / tumor palpebra akibat karsinoma sel
basal dan sel skuamosa. Keduanya berisiko tinggi merusak struktur mata di
sekitarnya. Komplikasi yang paling serius adalah Kebutaan
Komplikasi pada tumor mata meliputi:
1. Glaukoma, adalah suatu keadaan dimana tekanan bola mata tidak normal
atau lebih tinggi dari pada normal yang mengakibatkan kerusakan saraf
penglihatan dan kebutaan
2. Keratitis ulseratif, yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu
terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. Keratitis
merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada kornea yang
akan mengakibatkan kornea menjadi keruh.
K. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
Pengkajian Subjektif
a. Pengkajian Identitas Klien: Data klien berisi Nama, umur, Jenis
Kelamin, Status Perkawinan, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat,
Tgl Masuk RS
b. Penanggung Jawab (diisi lengkap): Data penanggung jawab berisi
Nama, Agama, Jenis kelamin, Pendidikan, Pekerjaan dan Alamat
c. Pengkajian Riwayat Kesehatan: Keluhan utama, keluhan yang
dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian, Apakah klien mengalami
gangguan penglihatan/adanya benjolan pada mata.
d. Riwayat kesehatan sekarang: riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit. Apakah ada benjolan pada daerah sekitar
mata/dahi, ada perasaan yang tidak nyaman akibat adanya benjolan,
nyeri, takut. Tampak benjolan pada daerah orbita, kaji ukuran
benjolan, jenis benjolan (keras, lunak, mobile/tidak ).
e. Riwayat kesehatan yang lalu: riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). Apakah klien punya
riwayat trauma pada mata atau riwayat penyakit tumor, memiliki
faktor resiko penyakit mata (memiliki diabetes, tekanan darah tinggi,
riwayat penyakit mata dalam keluarga seperti glaukoma, atau
mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi mata).
f. Riwayat kesehatan keluarga: adakah riwayat penyakit yang sama
diderita oleh anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain
baik bersifat genetis maupun tidak). Apakah ada anggota keluarga
yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau
penyakit degeneratif lainnya
Dasar Data Pengkajian Mata
a. Aktivitas/ Istirahat: Gejala à perubahan aktivitas biasanya / hobi
sehubungan dengan gangguan penglihatan
b. Makanan/ cairan: Mual / muntah (glaucoma akut)
c. Neurosensori: Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/ tak jelas), sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa di ruang
gelap. Penglihatan berawan/ kabur, tampak lingkaran cahaya/ pelangi
sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia. Perubahan
kacamata / pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda :
Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak). Pupil
menyempit dan merah / mata keras dengan kornea berawan (glaucoma
akut). Peningkatan air mata.
d. Nyeri/ kenyamanan: Gejala à Ketidaknyamanan ringan/ mata berair
(glaukoma kronis). Nyeri tiba-tiba/ berat menetap atau tekanan pada
sekitar mata, sakit kepala (glaucoma akut)
Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: Pada pengkajian post operasi biasanya kondisi kepala tidak
mengalami perubahan dari pre operasi. Namun terkadang dapat
ditemui kurangnya kebersihan pada rambut dan kulit kepala jika klien
kurang dapat menjaga personal hygiene.
b. Muka Dapat ditemukan perubahan raut muka yang menyeringai
kesakitan karena nyeri post operasi dan tampak pucat jika terjadi syok
hipovolemik.
c. Mata Kondisi mata pada post operasi pada bagian mata kanan pasien
sudah terangkat dan mata anak sudah tertutup kassa.
d. Hidung Pada post operasi tidak ditemukan kelainan pada hidung
seperti epitaksis dan pernapasan cuping hidung.
e. Mulut dan Faring Pada post operasi enukleasi tidak ditemukan mukosa
bibir yang kering.
f. Leher dengan post operasi kondisi leher tidak mengalami perubahan
dari kondisi pre operasi
g. Thorak Pada post operasi hasil kajian biasanya tidak jauh berbeda
dengan pre operasi, namun dapat ditemukan peningkatan frekuensi
napas akibat nyeri yang dirasakan klien dan bisa ditemukan adanya
suara napas tambahan karena efek dari anastesi sehingga otot-otot
faring mengalami relaksasi dan dapat menyumbat jalan napas.
h. Abdomen Pada post operasi enukleasi tidak ditemukan adanya
kelainan Dan bising usus (+) 9) Inguinal, genital, dan anus Pada anak
post operasi enukleasi tidak ditemukan adanya benjolan.
i. Integumen Pada anak post operasi enukleasi tidak ditemuikan CRT < 2
dan akral hangat.
j. Ekstremitas dan neurologis Pada anak dengan post operasi Didapatkan
kesadaran somnolen jika klien masih dalam efek anastesi
Pemeriksaan penunjang
a. Foto polos orbit: mungkin menunjukkan erosi lokal (keganasan),
dilatasi foramen optik (meningioma, glioma saraf optik) dan terkadang
kalsifikasi (retinoblastoma, tumor kelenjar lakrimal). Meningioma
sering menyebabkan sklerosis lokal.
b. CT scan orbit: menunjukkan lokasi tepat patologi intraorbital dan
memperlihatkan adanya setiap perluasan keintrakranial.
c. Venografi orbital: mungkin membantu. Pemeriksaan diagnostik pada
mata secara umum sebagai berikut : Kartu mata Snellen/ mesin
telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) ;
mungkin terganggu dengan kerusaakan kornea, lensa, aqueus atau
vitreus Humour, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optic
2. Diagnosa
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis (D.0077)
b. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan penglihatan (D.0085)
c. Ansietas b.d verbalisasi kekhawatiran terhadap kondisi penyakit
3. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA SLKI SIKI
Gangguan Setelah dilakukan tindakan Minimalisi Rangsangan
Persepsi keperawatan selama 1x 24 Observasi
sensorik jam masalah gangguan  Periksa status mental,
persepsi sensori bisa status sensori, dan
teratasi dengan krteria tingkat kenyamanan
hasil: (mis: nyeri, kelelahan)
1. Verbalisasi mendengar Terapeutik
bisikan menurun  Diskusikan tingkat
2. Vernalisasi melihat toleransi terhadap
bayangan menurun beban sensori (mis:
3. Verbalisasi merasakan bising, terlalu terang)
sesuatu melalui indera  Batasi stimulus
perabaan menurun lingkungan (mis:
4. Verbalisasi merasakan cahaya, suara,
sesuatu melalui indera aktivitas)
penciuman menurun  Jadwalkan aktivitas
5. Verbalisasi merasakan harian dan waktu
sesuatu melalui indera istirahat
pengecapan menurun  Kombinasikan
6. Distorsi sensori prosedur/Tindakan
menurun dalam satu waktu,
7. Perilaku halusinasi sesuai kebutuhan
menurun Edukasi
8. Respons sesuai  Ajarkan cara
stimulus membaik meminimalisasi
stimulus (mis:
mengatur pencahayaan
ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi
kunjungan)
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam
meminimalkan
prosedur/tindakan
 Kolaborasi pemberian
obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus
Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x 24  Identifikasi lokasi,
jam masalah nyeri akut bisa karakteristik, durasi,
teratasi dengan krteria hasil: frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
2. Meringis menurun  Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif  Idenfitikasi respon
menurun nyeri non verbal
4. Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang
5. Kesulitan tidur memperberat dan
menurun memperingan nyeri
6. Frekuensi nadi  Identifikasi
membaik pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
 Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
 Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis:
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
music, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgesik secara tepat
 Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x 24  Identifikasi saat tingkat
jam masalah ansietas bisa ansietas berubah (mis:
teratasi dengan krteria kondisi, waktu, stresor)
hasil:  Identifikasi
1. Verbalisasi kemampuan
kebingungan menurun mengambil keputusan
2. Verbalisasi khawatir  Monitor tanda-tanda
akibat kondisi yang ansietas (verbal dan
dihadapi menurun nonverbal)
3. Perilaku gelisah Terapeutik
menurun  Ciptakan suasana
4. Perilaku tegang terapeutik untuk
menurun menumbuhkan
5. Konsentrasi membaik kepercayaan
6. Pola tidur membaik  Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang
membuat ansietas
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
 Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
 Motivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
 Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
 Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
 Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
 Latih Teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA
Adamski WZ, Maciejewski J, Adamska K, Marszałek A, Rospond-Kubiak I. The
prevalence of various eyelid skin lesions in a single-centre observation study.
Advances in Dermatology and Allergology. 2021;38(5):804-7. 4.
Al-Wohaib M, Al-Ahmadi R, Al-Essa D, Maktabbi A, Khandekar R, AlSharif E, et
al. Characteristics and factors related to eyelid basal cell carcinoma in Saudi
Arabia. Middle East African Journal Ophthalmology. 2020;25(2):96-102.
Damasceno JC, Isenberg J, Lopes LR, Hime B, Fernandes BF, Lowen M, et al.
Largest case series of Latin American eyelid tumors over 13-years from a
single center in Sao Paulo, Brazil. Arquivos Brasileiros de Oftalmologia.
2020;81(1):7-11. 5.
Kafle PA, Hamal D, Sahu S, Poudyal P, Kafle SU. Clinico-pathological analysis of
malignant eyelid and adnexal tumors presenting to a tertiary eye hospital of
eastern nepal. Birat Journal of Health Sciences. 2019;4(3):840-4. 3.
Khurana A, Khurana AK, Khurana B. Comprehensive ophthalmology. 6th ed. New
Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher; 2020
Quigley C, Deady S, Hughes E, McElnea E, Zgaga L, Chetty S. National incidence of
eyelid cancer in Ireland The Royal College of Ophtalmologist.
2019;33(10):1534-9.
Sari YP, Yuliawati P, Djelantik AAAS, Utari NML, Triningrat AAMP, Manuaba
IBP. Karakteristik dan keakuratan diagnosis klinis terhadap hasil patologi
anatomi tumor palpebra di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
periode 1 Januari 2021-31 Desember 2021. Medicina. 2021;49(1):78-83.
Supartoto A, Ayuningtyas AN, Dibyasakti BA, Utomo PT, Respatika D, Sasongko
MB. The eyelid tumor in Yogyakarta, Indonesia. Journal of Medical Sciences
(Berkala Ilmu Kedokteran). 2019;51(3):229-36
G. Pathway

Stafolococcus

Kelenjar palpebra

Infeksi kelenjar infeksi meibom (hordeulum)

Zeis dan moll/ hordeolum

Peningkatan sekresi

Vasodilatasi Abses Kelenjar

Merah permeabilitas pembengkakan Benjolan pada palpebra


NYERI
Kelopak mata
Gangguan citra
tubuh
Kelopak mata sukar

Diangkat

Penglihatan menurun

Gangguan persepsi sensori

Penglihatan

Anda mungkin juga menyukai