Anda di halaman 1dari 16

Trikiasis Okuli Dextra Sinistra

Raffella Jeffry (102014235)


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi : Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta barat 11510
Telp: 021 42061, Fax : 021 563 1731
_________________________________________________________________________

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak mata mempunyai beberapa fungsi. Salah satunya adalah sebagai


proteksi mekanik terhadap bola mata. Kelopak mata juga menyediakan elemen kimia
penting pada lapisan air mata prekorneal, dan membantu mendistribusikan lapisan ini ke
seluruh permukaan bola mata. Selama fase mengedip, kelopak mata mendorong air mata ke
kantus medial dan masuk ke dalam system drainase pungtum lakrimal. Bulu mata yang ada
di sepanjang tepi kelopak mata membersihkan partikel-partikel dari depan mata, dan
pergerakan gerakan konstan serta reflex kelopak mata mencegah kornea dari trauma
ataupun cahaya yang menyilaukan.1

Trikiasis adalah suatu kelainan dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola
mata. Trikiasis biasanya akibat inflamasi atau parut pada palpebra setelah operasi palpebra,
trauma, kalazion, atau blefaris berat. Trikiasis sering dikaitkan dengan penyakit sikatriks
kronik seperti pemphigoid ocular, trakoma, dan sindrom Steven Johnson.1

Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada
orang dewasa. Orang dewasa sampai tua merupakan resiko terjadi trikiasis. Kelompok
anak-anak dan remaja jarang terjadi trikiasis. Belum ditemukan bukti adanya predileksi
pada ras-ras tertentu ataupun jenis kelamin1.

1
Symptom yang terjadi pada penderita trikiasis dapat berupa sensai benda asing
pada permukaan bola mata, gatal pada mata, nyeri pada mata, bengkak pada mata, dan
biasanya penderita menjadi lebih emosional daripada biasa.

Pada trikiasis biasanya terjadi penggesekan bulu mata yang melengkung ke


dalam yang dapat menyebabkan erosi pada kornea, abrasi kornea, terbentuk ulkus pada
kornea, perforasi, yang kemudian dapat terjadi infeksi pada bola mata. Apabila tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan kebutaan.

Telaah ilmiah ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat mengetahui dan
memahami tentang trikiasis, serta komplikasi yang dapat menyertai apabila tidak ditangani
dengan segera, dan juga trikiasis termasuk dalam kompetensi 4 untuk dokter umum dimana
sebagai dokter umum harus dapat memberikan tatalaksana yang tepat untuk penyakit ini
sehingga penting bagi dokter umum untuk mengetahui tentang trikiasis.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Palpebra

Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi
melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra superior dan inferior adalah
modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian inferior.
Pada pelpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran.1,2

Kelopak mata atas lebih lebar dan mobile dibandingkan dengan kelopak mata
bawah, dan mempunyai otot penggerak yaitu otot levator palpebra. Fisura palpebra, terletak
pada tepi bebas kelopak mata dan bergabung pada kantus lateral dan medial. Kantus lateral
relatif tidak mempunyai keistimewaan khusus. Kantus medial sekitar 2 mm di bawah
kantus lateral (jarak ini relatif lebih lebar pada orang Asia). Kantus medial yang merupakan
area kecil berbentuk segitiga yang memisahkan kedua bola mata, dimana lacrimal caruncle
terletak3.

Papila lakrimal, terletak pada margin palpebra jaraknya sekitar 1/6 dari kantus
medial mata. Punctum lakrimal, terletak di tengah papila yang membentuk muara dari
sistem drainase lakrimal. Dari margin lateral kelopak mata menuju ke papila lakrimal
terdapat beberapa bulu mata yang disebut bagian siliaris kelopak mata. Dari margin medial
menuju ke papila yang tidak memiliki bulu mata membentuk bagian lakrimal bulu mata 3.

Ketika melihat lurus ke depan, kelopak mata atas menutupi bagian atas dari
kornea sekitar 2 sampai 3 mm, dimana kelopak mata bawah hanya menutupi sampai di
limbus. Ketika mata ditutup, kelopak mata atas menutupi seluruh bagian kornea. Malposisi
pada kelopak mata bawah adalah umum, terutama pada orang tua. Ektropion adalah
bergulir keluarnya kelopak mata bawah sehingga tidak lagi kontak dengan kornea.

3
Sedangkan entropion menggambarkan inversi kelopak mata yang dapat menyebabkan bulu
mata mengarah ke dalam (trikiasis) yang dapat menyebabkan iritasi kornea3.

Setiap margin kelopak mata tebalnya 2 sampai 3 mm. 2/3 anterior dari kelopak
mata merupakan kulit dan 1/3 posterior merupakan mukosa konjunctiva. Sebuah garis abu-
abu yang tajam terletak anterior dari mucocutaneous junction, berhubungan dengan lokasi
dari bagian siliaris dari orbicularis oculi dan merupakan surgical landmark, karena insisi
pada titik ini menyebabkan kelopak mata terpisah menjadi lamela anterior dan posterior.
Bulu mata terletak di depan garis abu-abu dan muara sirkular kelenjar tarsal (kelenjar
meibom) terletak di belakangnya3.

Gambar 1. Kelopak mata dan anterior bola mata. 1. Pupil, 2. Plica semilunaris, 3. Lacrimal
caruncle, 4. Kantus medial, 5. Konjunctiva, 6. Kelopak mata atas, 7. Bulu mata, 8. Kantus
lateral, 9. Margin kelopak mata, 10. Iris, 11. Kelopak mata bawah.

Kelopak mata terdiri atas tujuh lapisan. Dari superficial ke dalam terdapat
lapisan kulit dan jaringan subkutan, lapisan otot orbikularis okuli, septum orbita, lemak
orbita, lapisan otot retraktor, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan membrane mukosa
(konjungtiva palpebrae).1

4
Gambar 2. Anatomi palpebra

Berikut merupakan ketujuh lapisan dari palpebra :

- Lapisan kulit dan jaringan subkutan

Lapisan kulit palpebra merupakan lapisan paling tipis pada tubuh,


longgar, elastik dan tanpa jaringan lemak subkutan.1,4

- Lapisan otot orbikularis okuli

Fungsi m. orbicularis oculi adalah menutup palpebra. Serat-serat


ototnya mengelilingi fissure palpebrae secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot
yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal,, bagian di
atas septum orbital adalah bagian praseptal. Segmen di luar palpebra disebut
bagian orbita. M. orbicularis oculi dipersarafi oleh nervus facialis (N. VII).1,4

5
Gambar 3. M. orbicularis oculi dan m. frontalis (a) bagian pretarsal, (b) bagian preseptal,
(c) bagian orbital, (d) m. frontalis

- Septum orbita

Merupakan lapisan tipis, terdiri dari jaringan fibrosa, muncul dari


periosteum di atas orbital rim bagian superior dan inferior pada arcus
marginalis. Pada palpebra superior, septum orbita bergabung dengan levator
aponeurosis 2-5 mm di atas tarsal superior. Pada palpebra inferior, septum
orbita bergabung dengan fascia kapsulopalpebra di bawah tarsal inferior.1,4

- Lemak orbita

Lemak orbita terletak pada posterior dari septum orbita dan anterior
dari levator aponeurosis (palpebra superior) atau fascia kapsulopalpebra
(palpebra inferior). Pada palpebra superior, terdapat 2 kantong lemak; nasal dan
sentral. Pada palpebra inferior, terdapat 3 kantong lemak; nasal, sentral, dan
temporal. Kantong-kantong lemak ini dikelilingi oleh lapisan tipis fibrosa yang
merupakan kelanjutan dari anterior septum orbita.1,4

6
- Otot-otot retraktor

Otot retraktor palpebra superior adalah otot levator dengan aponeurosis


dan otot tarsal superior (M. Muller). Pada palpebra inferior adalah fascia
kapsulopalpebra dan otot tarsal inferior.1,4

- Tarsus

Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan


fibrosa padat yang bersama sedikit jaringan elastic disebut tarsus superior dan
inferior. Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita
oleh ligament palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga
tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepi atas dan bawah orbita.1,4

- Konjunctiva

Konjunctiva tersusun oleh epitel squamous non keratin, membentuk


lapisan di posterior dari palpebra dan terdiri dari sel-sel goblet, kelenjar
lakrimal Wolfring dan Krause. Kelenjar lakrimal terletak di jaringan
subkonjunctiva palpebra superior dan inferior. Kelenjar Wolfring terletak di
sepanjang tarsal, sedangkan kelenjar Krause terletak pada forniks.1,4

II.2. Anatomi Bulu Mata

Bulu mata (dalam bahasa Yunani : blepharo) adalah rambut-rambut pendek,


halus dan melengkung yang terdiri dari 2 sampai 3 lapisan yang tumbuh pada tepi kelopak
mata. Bulu mata berfungsi melindungi bola mata dari debris dan benda asing 3,5. Bulu mata
kelopak mata bagian atas lebih panjang, lebih banyak, dan melengkung keatas dimana bulu
mata kelopak mata bagian bawah lebih pendek, lebih sedikit dan melengkung ke bawah
sehingga tidak saling bertemu dan mengganggu ketika kedua kelopak mata ditutup5.

7
Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm pada umur
kehamilan 22 sampai 26 minggu. Bulu mata membutuhkan waktu 7 sampai 8 minggu untuk
tumbuh kembali setelah dicabut tetapi penyabutan bulu mata secara terus-menerus dan
konstan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Warna bulu mata dapat berbeda dari
rambut pada umumnya, walaupun mereka dapat berwarna lebih gelap pada seseorang
dengan rambut warna gelap dan berwarna lebih terang pada orang dengan rambut warna
terang3,5.

Beberapa penyakit dan kelainan pada bulu mata yaitu3,5 :

- Madarosis, adalah kehilangan bulu mata dapat merupakan kelainan


kongenital atau akibat infeksi seperti leprosy, alopecia totalis dll.
- Blepharitis, adalah peradangan kronik pada kelopak mata dengan tingkat
keparahan yang bervariasi. Kelopak mata menjadi merah dan gatal, kulit
kelopak mata menjadi menebal dan dapat menyebabkan bulu mata
rontok3,5,6.
- Distichiasis, adalah pertumbuhan abnormal dari bulu mata pada beberapa
area dari kelopak mata.
- Trichiasis, adalah pertumbuhan bulu mata ke dalam yang dapat menggosok
kornea dan konjunctiva dapat menyebabkan iritasi.
- Hordeolum eksterna, adalah peradangan purulen folikel bulu mata, kelenjar
Zeis dan kelenjar Moll sekitar pada kelopak mata.
- Trikotilomania, adalah kelainan berupa keinginan untuk mencabut rambut
kepala, bulu mata, dll.
- Demodex folliculorum, adalah sejenis tungau yang hidup di bulu mata dan
folikel rambut, dan sekitar 98 % orang mempunyai tungau ini. Terkadang,
tungau ini dapat menyebabkan blepharitis.

II.3. Definisi

8
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola mata
yang dapat menggosok kornea atau konjunctiva yang dapat menyebabkan iritasi. Trichiasis
harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion terjadi pelipatan palpebra ke
arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya entropion dan trikiasis bersamaan dapat
terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk keduanya.7,8

II. 4. Epidemiologi

Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada
orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-ras tertentu ataupun jenis
kelamin.1

II. 5. Etiologi dan Patofisiologi

Setiap orang dapat terjadi trikiasis, namun umumnya lebih sering terjadi pada
orang dewasa. Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata, peradangan pada
palpebra, kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan juga merupakan penyebab umum
terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan elastisitas.9

Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya trikiasis sebagai


berikut1,2,9 :

Idiopatik
Blefaritis kronik : Margo palpebra meradang, menebal, berkrusta,
erythem dengan secret ringan dan telangiektasis pembuluh darah
Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra oleh trauma.
Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan longgar
di sekitar mata membentuk lipatan yang abnormal kulit dan otot
pretarsal, menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam.

9
Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang berkembang hingga
terbentuknya jaringan parut. Pada kasus yang berat, trikiasis dapat terjadi
akibat jaringan parut yang berat.
Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan membran
mukosa seperti Steven Johnson Syndrome dan cicatrical pemphigoid.

Selain dari penyakit-penyakit diatas, pentingnya membedakan tipe-tipe kelainan


dari bulu mata yang dapat menyebabkan trikiasis, dimana penatalaksanaannya dapat
berbeda tergantung dari penyebabnya. Pembagian trikiasis berdasarkan kelainan bulu mata
yaitu sebagai berikut10,11 :

- Acquired metaplastic eyelashes. Biasanya disebabkan peradangan kelopak


mata seperti meibomitis atau trauma akibat pembedahan, dimana epitel
kelenjar meibom mengalami perubahan metaplastik menjadi folikel rambut.
Hal ini menyebabkan pertumbuhan bulu mata lebih posterior daripada
normal dimana dapat mengarah ke belakang.
- Congenital metaplastic eyelashes. Kelainan kongenital dimana kelenjar
meibom menjadi multipoten berkembang menjadi folikel-folikel rambut.
Barisan kedua dari bulu mata tumbuh dari permukaan kelenjar meibom.
Bulu mata yang tumbuh tersebut mengarah secara vertikel, dan pada anak-
anak dapat ditoleransi dikarenakan oleh adanya tear film yang bagus dan
sedikit mengurangi sensasi kornea.
- Misdirected eyelashes12. Pertumbuhan bulu mata yang normal, namun
akibat dari sedikit jaringan parut pada margin kelopak mata menyebabkan
perubahan arah dari bulu mata ke dalam.
- Marginal entropion. Pembalikan dari margin kelopak mata akibat dari
proses parut dari lamela posterior kelopak mata.

II. 6. Gambaran Klinik

10
Pasien dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi pada permukaan bola
mata yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata bengkak.
Abrasi kornea sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan
mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat menyertai penyakit ini.1,7

II. 7. Diagnosis Banding

Trikiasis dapat didiagnosis banding dengan entropion. Entropion adalah


pelipatan kelopak mata ke arah dalam yang dapat disebabkan oleh involusi, sikatrik, atau
congenital. Gangguan ini selalu mengenai kelopak mata bawah dan merupakan akibat
gabungan kelumpuhan otot-otot retractor kelopak mata , mikrasi ke atas muskulus
orbikularis preseptal, dan melipatnya tarsus ke atas.1

II. 8. Penatalaksanaan1,4,13

Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi dengan
mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke dalam dengan forcep
pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat terjadi, epilasi berulang diperlukan
setelah 3-8 minggu.

Electrolysis dapat digunakan untuk menatalaksana trikiasis. Akan tetapi tingkat


rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata normal yang berdekatan dapat menjadi rusak dan
jaringan parut pada jaringan margin palpebra dapat menyebabkan trikiasis lebih lanjut.

Radiosurgery dapat memperbaiki bulu mata yang abnormal dengan


menggunakan ujung jarum yang dimasukkan dari ujung silia ke basis silia. Sinyal
radiosurgery dikirimkan kurang lebih selama 1 detik dengan tenaga yang lemah untuk
menghancurkan folikel rambut. Ketika ujung jarum dipindahkan, maka bulu mata dapat
diangkat dengan mudah.

11
Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy hanya
membutuhkan anestesia lokal infiltratif. Folikel dari bulu mata sangat sensitif terhadap
dingin dan dapat dihancurkan pada suhu -20o C. Area yang terlibat dibekukan kurang lebih
selama 25 detik dan kemudian dibiarkan mencair. Kemudian dibekukan kembali selama 20
detik (double freeze-thaw technique). Beberapa sumber menyebutkan, membutuhkan 45
detik membekukan dengan 4 menit mencairkan secara lambat untuk double freeze-thaw
technique14. Bulu mata yang abnormal dapat diangkat dengan forcep. Kekurangan dari
cryotherapy adalah edema yang dapat bertahan selama beberapa hari, kehilangan pigmen
kulit melanosit yang dapat hancur pada suhu -10 o C sehingga dapat hancur terlebih dahulu
sebelum folikel rambut dihancurkan, penebalan margin palpebra, dan kemungkinan
gangguan fungsi sel goblet. Metode ini dapat dikombinasi dengan berbagai tehnik
pembedahan dan dapat diulangi jika persisten atau berulang.

Penggunaan Argon Laser pada trikiasis tidak se-efektif seperti menggunakan


cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika hanya sedikit dari bulu mata yang tersebar
membutuhkan ablasi atau ketika stimulasi dari area peradangan yang lebih besar tidak
dibutuhkan. Beberapa pigmen dibutuhkan pada dasar bulu mata untuk menyerap energi
laser dan mengablasi bulu mata, menyebabkan tehnik ini sensitif terhadap warna rambut.
Ablasi menggunakan argon laser membutuhkan sinar dengan lebar 200_m untuk kelopak
mata bawah, dan 250 _m untuk kelopak mata atas, untuk kedalaman yang sama dengan
electrolysis15.

Dari semua tehnik yang telah disebutkan, tingkat keberhasilan dapat bervariasi,
dan penatalaksanaan tambahan biasanya diperlukan. Full thickness pentagonal resection
dengan penutupan primer dapat dipertimbangkan ketika trikiasis terbatas pada segmen
palpebra.

Tingkat keberhasilan ablasi bulu mata dapat ditingkatkan dengan


transconjunctival eyelash bulb extirpation di bawah mikroskop16. Hal ini dapat digunakan

12
sebagai prosedur primer atau ketika upaya elektrolisis atau modalitas ablasi lainnya telah
gagal dan pengobatan lebih lanjut berisiko terbentuknya jaringan parut.

II.9. Komplikasi

Apabila tidak ditangani dengan segera trikiasis dapat menyebabkan komplikasi


seperti iritasi pada permukaan bola mata yang kronik, abrasi kornea, terjadi ulkus kornea,
perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata. Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan
kebutaan.

II. 10. Prognosis

Prognosis umumnya baik. Tindak lanjut perawatan berkala dan perhatian


terhadap komplikasi, kekambuhan, atau komplikasi kornea dapat meningkatkankan
prognosis jangka panjang.17

BAB III

KESIMPULAN

13
Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola
mata. Trikiasis biasanya terjadi akibat inflamasi atau jaringan parut pada palpebra setelah
operasi palpebra, trauma, kalasion, atau blefaritis kronik yang berat. Trikiasis sering
dikaitkan dengan penyakit sikatriks kronik seperti pemphigoid ocular, trakoma, dan Steven
Johnson Syndrome. Pasien mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola
mata kronik. Abrasi kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mukus, dan reflex epifora
merupakan gambaran yang sering ditemukan.

Penanganan trikiasis dapat berupa epilasi, eksisi langsung, electrolysis, atau


radiosurgery. Jika entropion ditemukan, tepi palpebra sebaiknya dikoreksi sebagai
tambahan untuk menghilangkan bulu mata yang terlibat.

Untuk menentukan adanya gangguan pada system eksresi air mata dilakukan :

Inspeksi pada posisi punctum.


Palpasi daerah sakus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan bercampur
nanah.
Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai
rongga hidung, maka system eksresi berfungsi baik (tes anel).
Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic
system eksresi lakrimal.
Tindakan probing didahului oleh dilatasi pungtum dengan dilatators.

DAFTAR PUSTAKA

1. Nurcamelia. 2009. Referat Distrikiasis. [diakses dari :


http://www.scribd.com/doc/133626577/DISTRIKIASIS tanggal 19 March 2017]
2. Vaughan dan Asbury., Riordan, Paul-Eva., Whitcher, JP. 2009. Oftalmologi Umum
Edisi 17. Jakarta : EGC.

14
3. Standring, Susan dan Neil R. Borley. 2008. Gray's Anatomy: the Anatomical Basis
of Clinical Practice (40th ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone/Elsevier. p. 703.
4. AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System.American Academy of
Ophtalmology.
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Fetal growth and development. In:
Cunnigham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al, eds. Williams Obstetrics. 23rd ed.
New York, NY: McGraw-Hill; 2010:chap 4
6. Frank J. Weinstock. Eyelid Inflammation. [diakses dari : http://
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/ tanggal 19
March 2017]
7. Manners, Ruth. 2011. Information factsheet : ingrowing eyelashes (trichiasis &
distichiasis). [diakses dari : http://www.uhs.nhs.uk/ tanggal 20 March 2017]
8. Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
9. The Eye M. D. association. 2014. Trichiasis. American Academy of Ophtalmology.
[diakses dari : http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/trichiasis-
symptoms.cfm tanggal 20. March 2017]
10. Unknown. 2012. Clinical Management Guidelines Trichiasis. The College of
Optometrists. [diakses dari : http://www.college-optometrists.org/ tanggal 20 March
2017]
11. Khooshabeh, Ramona. 2002. Focus On : The Unwanted Eyelash. The Royal
College of Ophthalmologist issue 24.
12. Barber K, Dabbs T. Morphological observation on patients with presumed
trichiasis. Br J Ophthalmol 1988; 72(1): 17-22.
13. Collin, R dan Rose, G. 2001. Fundamentals of Clinical Ophthamology Plastic and
Orbital Surgery. Malaysia : BMJ group.
14. Delaney MR, Rogers PA. A simplified cryotherapy technique for trichiasis and
distichiasis. Aust J Ophthalmology 1984; 12(2): 163-6.
15. Elder MJ. Anatomy and physiology of eyelash follicles: relevance to lash ablation
procedures. Ophthalmology Plastic Reconstruction Surgery. 1997; 13(1): 21-5.
16. Dutton JJ, Tawfik HA, DeBaker CM, Lipham WJ. Direct internal eyelash bulb
extirpation for trichiasis. Ophthalmology Plastic Reconstruction Surgery 2000;
16(2): 142-5.

15
17. Robert H Graham, MD. Trichiasis. Department of Ophthalmology, Mayo Clinic,
Scottsdale, Arizona. [diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/1213321-
overview tanggal 21 March 2017]

16

Anda mungkin juga menyukai