BAB I
PENDAHULUAN
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola
mata. Trikiasis biasanya akibat inflamasi atau parut pada palpebra setelah operasi palpebra,
trauma, kalazion, atau blefaris berat. Trikiasis sering dikaitkan dengan penyakit sikatriks
kronik seperti pemphigoid ocular, trakoma, dan sindrom Steven Johnson.1
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada
orang dewasa. Orang dewasa sampai tua merupakan resiko terjadi trikiasis. Kelompok
anak-anak dan remaja jarang terjadi trikiasis. Belum ditemukan bukti adanya predileksi
pada ras-ras tertentu ataupun jenis kelamin1.
1
Symptom yang terjadi pada penderita trikiasis dapat berupa sensai benda asing
pada permukaan bola mata, gatal pada mata, nyeri pada mata, bengkak pada mata, dan
biasanya penderita menjadi lebih emosional daripada biasa.
Telaah ilmiah ini dibuat dengan tujuan agar kita dapat mengetahui dan
memahami tentang trikiasis, serta komplikasi yang dapat menyertai apabila tidak ditangani
dengan segera, dan juga trikiasis termasuk dalam kompetensi 4 untuk dokter umum dimana
sebagai dokter umum harus dapat memberikan tatalaksana yang tepat untuk penyakit ini
sehingga penting bagi dokter umum untuk mengetahui tentang trikiasis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra adalah lipatan tipis kulit, otot, dan jaringan fibrosa yang berfungsi
melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra superior dan inferior adalah
modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian inferior.
Pada pelpebra terdapat rambut halus, yang hanya tampak dengan pembesaran.1,2
Kelopak mata atas lebih lebar dan mobile dibandingkan dengan kelopak mata
bawah, dan mempunyai otot penggerak yaitu otot levator palpebra. Fisura palpebra, terletak
pada tepi bebas kelopak mata dan bergabung pada kantus lateral dan medial. Kantus lateral
relatif tidak mempunyai keistimewaan khusus. Kantus medial sekitar 2 mm di bawah
kantus lateral (jarak ini relatif lebih lebar pada orang Asia). Kantus medial yang merupakan
area kecil berbentuk segitiga yang memisahkan kedua bola mata, dimana lacrimal caruncle
terletak3.
Papila lakrimal, terletak pada margin palpebra jaraknya sekitar 1/6 dari kantus
medial mata. Punctum lakrimal, terletak di tengah papila yang membentuk muara dari
sistem drainase lakrimal. Dari margin lateral kelopak mata menuju ke papila lakrimal
terdapat beberapa bulu mata yang disebut bagian siliaris kelopak mata. Dari margin medial
menuju ke papila yang tidak memiliki bulu mata membentuk bagian lakrimal bulu mata 3.
Ketika melihat lurus ke depan, kelopak mata atas menutupi bagian atas dari
kornea sekitar 2 sampai 3 mm, dimana kelopak mata bawah hanya menutupi sampai di
limbus. Ketika mata ditutup, kelopak mata atas menutupi seluruh bagian kornea. Malposisi
pada kelopak mata bawah adalah umum, terutama pada orang tua. Ektropion adalah
bergulir keluarnya kelopak mata bawah sehingga tidak lagi kontak dengan kornea.
3
Sedangkan entropion menggambarkan inversi kelopak mata yang dapat menyebabkan bulu
mata mengarah ke dalam (trikiasis) yang dapat menyebabkan iritasi kornea3.
Setiap margin kelopak mata tebalnya 2 sampai 3 mm. 2/3 anterior dari kelopak
mata merupakan kulit dan 1/3 posterior merupakan mukosa konjunctiva. Sebuah garis abu-
abu yang tajam terletak anterior dari mucocutaneous junction, berhubungan dengan lokasi
dari bagian siliaris dari orbicularis oculi dan merupakan surgical landmark, karena insisi
pada titik ini menyebabkan kelopak mata terpisah menjadi lamela anterior dan posterior.
Bulu mata terletak di depan garis abu-abu dan muara sirkular kelenjar tarsal (kelenjar
meibom) terletak di belakangnya3.
Gambar 1. Kelopak mata dan anterior bola mata. 1. Pupil, 2. Plica semilunaris, 3. Lacrimal
caruncle, 4. Kantus medial, 5. Konjunctiva, 6. Kelopak mata atas, 7. Bulu mata, 8. Kantus
lateral, 9. Margin kelopak mata, 10. Iris, 11. Kelopak mata bawah.
Kelopak mata terdiri atas tujuh lapisan. Dari superficial ke dalam terdapat
lapisan kulit dan jaringan subkutan, lapisan otot orbikularis okuli, septum orbita, lemak
orbita, lapisan otot retraktor, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan membrane mukosa
(konjungtiva palpebrae).1
4
Gambar 2. Anatomi palpebra
5
Gambar 3. M. orbicularis oculi dan m. frontalis (a) bagian pretarsal, (b) bagian preseptal,
(c) bagian orbital, (d) m. frontalis
- Septum orbita
- Lemak orbita
Lemak orbita terletak pada posterior dari septum orbita dan anterior
dari levator aponeurosis (palpebra superior) atau fascia kapsulopalpebra
(palpebra inferior). Pada palpebra superior, terdapat 2 kantong lemak; nasal dan
sentral. Pada palpebra inferior, terdapat 3 kantong lemak; nasal, sentral, dan
temporal. Kantong-kantong lemak ini dikelilingi oleh lapisan tipis fibrosa yang
merupakan kelanjutan dari anterior septum orbita.1,4
6
- Otot-otot retraktor
- Tarsus
- Konjunctiva
7
Pada fase embryo, bulu mata tumbuh dari jaringan ektoderm pada umur
kehamilan 22 sampai 26 minggu. Bulu mata membutuhkan waktu 7 sampai 8 minggu untuk
tumbuh kembali setelah dicabut tetapi penyabutan bulu mata secara terus-menerus dan
konstan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Warna bulu mata dapat berbeda dari
rambut pada umumnya, walaupun mereka dapat berwarna lebih gelap pada seseorang
dengan rambut warna gelap dan berwarna lebih terang pada orang dengan rambut warna
terang3,5.
II.3. Definisi
8
Trikiasis adalah suatu kelainan dimana bulu mata mengarah ke dalam bola mata
yang dapat menggosok kornea atau konjunctiva yang dapat menyebabkan iritasi. Trichiasis
harus dibedakan daripada entropion, dimana pada entropion terjadi pelipatan palpebra ke
arah dalam. Kemungkinan dimana terjadinya entropion dan trikiasis bersamaan dapat
terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk keduanya.7,8
II. 4. Epidemiologi
Trikiasis dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering ditemukan pada
orang dewasa. Belum ditemukan bukti adanya predileksi pada ras-ras tertentu ataupun jenis
kelamin.1
Setiap orang dapat terjadi trikiasis, namun umumnya lebih sering terjadi pada
orang dewasa. Trikiasis dapat disebabkan oleh infeksi pada mata, peradangan pada
palpebra, kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan juga merupakan penyebab umum
terjadinya trikiasis, karena kulit yang kehilangan elastisitas.9
Idiopatik
Blefaritis kronik : Margo palpebra meradang, menebal, berkrusta,
erythem dengan secret ringan dan telangiektasis pembuluh darah
Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh luka palpebra oleh trauma.
Epiblepharon, penyakit kongenital yang terjadi dimana jaringan longgar
di sekitar mata membentuk lipatan yang abnormal kulit dan otot
pretarsal, menyebabkan bulu mata mengarah ke dalam.
9
Trachoma, suatu konjunctivitis folikular kronik yang berkembang hingga
terbentuknya jaringan parut. Pada kasus yang berat, trikiasis dapat terjadi
akibat jaringan parut yang berat.
Penyakit-penyakit lainnya yang dapat mengenai kulit dan membran
mukosa seperti Steven Johnson Syndrome dan cicatrical pemphigoid.
10
Pasien dapat mengeluhkan sensasi benda asing, iritasi pada permukaan bola
mata yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal, nyeri pada mata, dan mata bengkak.
Abrasi kornea sampai dapat terjadi ulkus kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan
mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat menyertai penyakit ini.1,7
II. 8. Penatalaksanaan1,4,13
Jika hanya sedikit bulu mata yang terlibat, trikiasis dapat diterapi dengan
mechanical epilation, yaitu membuang bulu mata yang tumbuh ke dalam dengan forcep
pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali dapat terjadi, epilasi berulang diperlukan
setelah 3-8 minggu.
11
Trikiasis segmental dapat diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy hanya
membutuhkan anestesia lokal infiltratif. Folikel dari bulu mata sangat sensitif terhadap
dingin dan dapat dihancurkan pada suhu -20o C. Area yang terlibat dibekukan kurang lebih
selama 25 detik dan kemudian dibiarkan mencair. Kemudian dibekukan kembali selama 20
detik (double freeze-thaw technique). Beberapa sumber menyebutkan, membutuhkan 45
detik membekukan dengan 4 menit mencairkan secara lambat untuk double freeze-thaw
technique14. Bulu mata yang abnormal dapat diangkat dengan forcep. Kekurangan dari
cryotherapy adalah edema yang dapat bertahan selama beberapa hari, kehilangan pigmen
kulit melanosit yang dapat hancur pada suhu -10 o C sehingga dapat hancur terlebih dahulu
sebelum folikel rambut dihancurkan, penebalan margin palpebra, dan kemungkinan
gangguan fungsi sel goblet. Metode ini dapat dikombinasi dengan berbagai tehnik
pembedahan dan dapat diulangi jika persisten atau berulang.
Dari semua tehnik yang telah disebutkan, tingkat keberhasilan dapat bervariasi,
dan penatalaksanaan tambahan biasanya diperlukan. Full thickness pentagonal resection
dengan penutupan primer dapat dipertimbangkan ketika trikiasis terbatas pada segmen
palpebra.
12
sebagai prosedur primer atau ketika upaya elektrolisis atau modalitas ablasi lainnya telah
gagal dan pengobatan lebih lanjut berisiko terbentuknya jaringan parut.
II.9. Komplikasi
BAB III
KESIMPULAN
13
Trikiasis merupakan kondisi dimana silia bulu mata melengkung ke arah bola
mata. Trikiasis biasanya terjadi akibat inflamasi atau jaringan parut pada palpebra setelah
operasi palpebra, trauma, kalasion, atau blefaritis kronik yang berat. Trikiasis sering
dikaitkan dengan penyakit sikatriks kronik seperti pemphigoid ocular, trakoma, dan Steven
Johnson Syndrome. Pasien mengeluhkan sensasi benda asing dan iritasi permukaan bola
mata kronik. Abrasi kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan mukus, dan reflex epifora
merupakan gambaran yang sering ditemukan.
Untuk menentukan adanya gangguan pada system eksresi air mata dilakukan :
DAFTAR PUSTAKA
14
3. Standring, Susan dan Neil R. Borley. 2008. Gray's Anatomy: the Anatomical Basis
of Clinical Practice (40th ed.). Edinburgh: Churchill Livingstone/Elsevier. p. 703.
4. AAO. 2007. Orbit, Eyelid, and Lacrimal System.American Academy of
Ophtalmology.
5. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Fetal growth and development. In:
Cunnigham FG, Leveno KL, Bloom SL, et al, eds. Williams Obstetrics. 23rd ed.
New York, NY: McGraw-Hill; 2010:chap 4
6. Frank J. Weinstock. Eyelid Inflammation. [diakses dari : http://
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/ tanggal 19
March 2017]
7. Manners, Ruth. 2011. Information factsheet : ingrowing eyelashes (trichiasis &
distichiasis). [diakses dari : http://www.uhs.nhs.uk/ tanggal 20 March 2017]
8. Ilyas, Sidharta. 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
9. The Eye M. D. association. 2014. Trichiasis. American Academy of Ophtalmology.
[diakses dari : http://www.geteyesmart.org/eyesmart/diseases/trichiasis-
symptoms.cfm tanggal 20. March 2017]
10. Unknown. 2012. Clinical Management Guidelines Trichiasis. The College of
Optometrists. [diakses dari : http://www.college-optometrists.org/ tanggal 20 March
2017]
11. Khooshabeh, Ramona. 2002. Focus On : The Unwanted Eyelash. The Royal
College of Ophthalmologist issue 24.
12. Barber K, Dabbs T. Morphological observation on patients with presumed
trichiasis. Br J Ophthalmol 1988; 72(1): 17-22.
13. Collin, R dan Rose, G. 2001. Fundamentals of Clinical Ophthamology Plastic and
Orbital Surgery. Malaysia : BMJ group.
14. Delaney MR, Rogers PA. A simplified cryotherapy technique for trichiasis and
distichiasis. Aust J Ophthalmology 1984; 12(2): 163-6.
15. Elder MJ. Anatomy and physiology of eyelash follicles: relevance to lash ablation
procedures. Ophthalmology Plastic Reconstruction Surgery. 1997; 13(1): 21-5.
16. Dutton JJ, Tawfik HA, DeBaker CM, Lipham WJ. Direct internal eyelash bulb
extirpation for trichiasis. Ophthalmology Plastic Reconstruction Surgery 2000;
16(2): 142-5.
15
17. Robert H Graham, MD. Trichiasis. Department of Ophthalmology, Mayo Clinic,
Scottsdale, Arizona. [diakses dari : http://emedicine.medscape.com/article/1213321-
overview tanggal 21 March 2017]
16