Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

HORDEOLUM

Pembimbing:
dr. Michael Indra Lesmana, Sp.M

Disusun oleh :
Stevani 112018159

KEPANITERAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT FMC BOGOR
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 8 FEBRUARI - 13 MARET 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Palpebra atau kelopak mata merupakan struktur penting pada mata yang berfungsi
memberikan perlindungan mekanis pada bola mata dan pendistribusian air mata. Kelopak
mata merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap
trauma, (trauma sinar) dan pengeringan bula mata.1 Penutupan kelopak mata berguna untuk
menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum
lakrimalis. Kelainan yang dapat terjadi pada kelopak mata dapat bermacam-macam, mulai
dari proses inflamasi, tumor jinak sampai keganasan, maupun masalah struktur seperti
ektropion, entropion dan blefaroptosis. Sebagian besar penyakit yang terjadi pada kelopak
mata merupakan penyakit yang cukup aman, tidak mengancam jiwa ataupun mengancam
penglihatan.2
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata.
Hordeolum adalah proses infeksi akut yang dapat terjadi pada kelenjar kelopak mata atas
maupun kelopak mata bawah. Hordeolum adalah inflamasi akut kelenjar meibom, Zeis, atau
Moll di kelopak mata akibat infeksi Staphylococcus aureus. Hordeolum dapat dibagi menjadi
hordeolum interna dan eksterna. Hordeolum interna terbentuk jika infeksi mengenai kelenjar
meibom yang terletak di bagian posterior kelopak mata, sedangkan hordeolum eksterna
terjadi jika infeksi mengenai kelenjar Zeis atau Moll yang terletak lebih superfisial.3
Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah,
serta nyeri bila ditekan. Insidensi dan prevalensi dari hordeolum tidak diketahui. Hordeolum
dapat terjadi pada semua usia, namun jarang pada neonatus. Hordeolum lebih sering
ditemukan pada anak dan dewasa muda. Tidak terdapat predileksi jenis kelamin pada kasus
hordeolum.4 Prognosis hordeolum umumnya baik, karena dapat mengalami penyembuhan
dengan sendirinya (self-limited). Namun, terdapat juga beberapa kondisi hordeolum yang
memerlukan pengobatan khusus seperti penggunaan antibiotik topikal, antibiotik sistemik,
hingga tindakan insisi.5

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Palpebra


Palpebra merupakan pelindung bola mata. Secara anatomis, palpebra superior dan
inferior mempunyai beberapa perbedaan, walaupun terdapat analogi untuk lapisan tertentu.
Beberapa lapisan yang menyusun palpebra dari anterior ke posterior adalah kulit, jaringan
subkutis, otot protraktor, septum orbita, lemak, otot retraktor, tarsus dan konjungtiva.3
Kulit, jaringan subkutis dan otot protraktor disebut lamella anterior; septum orbita
disebut lamella media;sedangkan tarsus dan konjungtiva disebut lamella posterior(Gambar
1).3

Gambar 1. Anatomi palpebra dan gambaran lamella anterior, media, dan posterior.
Kulit dan jaringan subkutis
Kulit palpebra merupakan kulit yang paling tipis bila dibandingkan dengan kulit di
permukaan tubuh yang lain, dan bersifat "mobile" atau mudah digerakkan, dengan sedikit
jaringan subkutis. Kulit palpebra juga rnengandung kelenjar sebasea, kelenjar keringat dan
folikel rambut. Kulit di daerah pretarsal melekat erat ke jaringan di bawahnya, sedangkan
kulit preseptal melekat lebih longgar.3
Otot protraktor
Dikenal juga sebagai otot orbikularis dan berfungsi menutup kelopak mata. Otot ini
dibedakan atas 3 bagian, yaitu muskulus orbikularis pretarsal, preseptal dan orbital. Otot ini
mengelilingi palpebra dan dipersarafi oleh cabang nervus fascialis (N VII).3
3
Septum orbita
Septum orbita merupakan jaringan fibrosa tipis yang berasal dari arkus marginalis di
rima orbita. Di dalam palpebra superior, septum orbita ini berjalan ke inferior untuk
kemudian bersatu dengan aponeurosis levator kurang lebih 2-5 mm di atas tarsus palpebra
superior, sedangkan di dalam palpebra inferior, septum bersatu dengan ligamentum
kapsulopalpebra untuk kemudian bersama-sama melekat pada tepi bawah tarsus palpebra
inferior.3
Lemak orbita
Bagian orbita yang tidak diisi oleh bola mata atau adneksa diisi oleh lemak orbita.
Lemak orbita ini terletak di posterior septum orbita dan anterior terhadap aponeurosis levator,
dan merupakan "surgical landmark" untuk operasi/rekonstruksi palpebra. Lemak orbita di
superior terdiri dari 2 lobus, sedangkan di inferior terdiri dari 3 lobus (Gambar 2).3

Gambar 2. (A) Tampak lobus-lobus lemak orbita: 2 di superior, 3 di inferior; (B) Potongan sagital
yang memperlihatkan kedudukan lemak orbita terhadap struktur di sekitarnya.
Otot retraktor
Otot retraktor palpebra terdiri dari muskulus levator palpebra dan muskulus Muller
untuk palpebra superior; serta ligamentum kapsulopalpebra dan muskulus tarsalis inferior
untuk palpebra inferior. Otot levator palpebra berasal dari apeks orbita di luar anulus Zinn,
yang berjalan ke anterior bersama otot rektus superior, dan pada kedudukan setinggi
ligamentum Whitnall berubah menjadi aponeurosis levator serta otot Muller. Aponeurosis
kemudian berinsersi ke permukaan anterior tarsus, dengan sebagian menembus muskulus
orbikularis untuk membentuk lipatan kelopak mata, sedangkan muskulus Muller berinsersi ke
pinggir atas tarsus. Otot ini berfungsi mengangkat palpebra superior dan dipersarafi oleh N
III (aponeurosis levator) dan saraf simpatis (muskulus Muller).3

4
Ligamentum kapsulopalpebra merupakan lanjutan kapsul tendon otot rektus inferior,
yang berjalan ke anterior bersama otot tarsalis inferior dan bersama sama melekat ke tepi
bawah tarsus.3
Tarsus dan konjungtiva
Tarsus merupakan jaringan fibrosa padat yang memberi bentuk pada palpebra, dan
mengandung sebanyak 30 kelenjar meibom untuk masing-masing palpebra. Tinggi tarsus
superior adalah 9-10 mm dan tarsus inferior 4-5 mm. Konjungtiva merupakan membran
mukosa yang transparan dan sangat tipis, yang terdiri dari konjungtiva palpebra, konjungtiva
forniks dan konjungtiva bulbi.3
Vaskularisasi dan aliran getah bening
Pendarahan atau vaskularisasi palpebra superior dan inferior berasal dari dua sumber
utama yaitu arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna. Arteri karotis intema
memberikan vaskularisasi melalui arteri oftalmika dan cabang-cabangnya (arteri
supraorbitalis dan arteri lakrimalis), sedangkan arteri karotis eksterna melalui arteri di wajah
(arteri angularis dan arteri temporalis). Aliran vena dapat dibagi menjadi aliran pretarsal dan
post-tarsal. Jaringan pretarsal didrainase ke dalam vena angularis di medial serta vena
temporalis superfisial di lateral. Jaringan post-tarsal didrainase ke dalam vena orbitalis dan
lebih dalam ke cabang- cabang anterior vena fasialis serta pleksus pterigoid.3
Aliran getah bening 2/3 lateral palpebra menuju ke nodus limfe preaurikular, nodus
limfe parotid superfisial, kemudian ke nodus limfe servikal yang lebih dalam; sedangkan
aliran dari 1 /3 bagian medial palpebra menuju ke nodus limfe submandibula (Gambar 3).3

Gambar 3. Skema vaskularisasi dan aliran getah bening palpebra.

5
Saraf otak yang berperan mempersarafi kelopak mata dan orbita adalah (Gambar 4):3
- Nervus okulomotorius (N III), nervus troldearis (N IV) dan nervus abdusen (N VI):
mempersarafi otot-otot ekstraokular dan muskulus levator palpebra.
- N trigeminus (N V): mempersarafi sensorik wajah.
- N fascialis (N VII): mempersarafi otot wajah.

Gambar 4. Persarafan kelopak mata dan orbita.

2.2 Kelenjar Lakrimal

Sistem lakrimal adalah struktur kompleks yang memfasilitasi sekresi, aliran di


permukaan mata, dan ekskresi dari air mata. Kelenjar lakrimal memiliki fungsi penting dalam
produksi air mata yang sekitar 95% merupakan lapisan akuos. Lapisan akuos merupakan air
yang di dalamnya terdapat komponen air mata yang larut dalam air, seperti protein, enzim,
elektrolit, oksigen, dan lain-lain.6
Margo (tepi) palpebra dipisahkan oleh garis abu batas mukokutan (grey line) menjadi
margo anterior dan margo posterior. Margo anterior terdiri dari bulu mata, kelenjar zeis dan
kelenjar moll. Margo posterior memiliki kontak dengan bola mata, dan di sepanjang margo
ini terdapat kelenjar meibom.6
2.2.1 Kelenjar Moll
Kelenjar moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris
dekat bulu mata berbentuk suatu saluran seperti tabung berukuran kecil yang tak bercabang
dan hulunya berbentuk saluran spiral biasa dan bukan seperti bentuk glomerulus pada
kelenjar keringat. Kelenjar Moll tergolong kelenjar apokrin. Secara histologis dan fungsi
apokrin, kelenjar moll terbagi menjadi dua jenis, yaitu kelenjar apokrin yang aktif dan inaktif.
Kelenjar moll yang aktif tampak sebagai sel kelenjar yang tinggi, tebal, dan padat yang

6
tersusun saling

7
berdesakan pada lapisan myoepitelial sehingga lumen tampak sempit, sedangkan kelenjar
yang inaktif hanya tampak lapisan sel kelenjar tipis pada lapisan myoepitelial sehingga lumen
tampak lebar.6
2.2.2 Kelenjar Zeis
Kelenjar zeis adalah modifikasi kelenjar sebaseus kecil yang bermuara dalam folikel
rambut pada dasar bulu mata. Kelenjar ini berfungsi menyekresikan sebum yang memiliki
sifat antiseptik dan dapat mencegah pertumbuhan bakteri.6
2.2.3 Kelenjar Meibom
Kelenjar meibom merupakan kelenjar sebaseus yang telah termodifikasi. Kelenjar
meibom memiliki lubang-lubang kecil yang bermuara pada margo posterior (tarsus). Kelanjar
ini berfungsi dalam sekresi lapisan lemak atau lipid (tear film lipid layer). Fungsi lapisan
lemak ini adalah mencegah penguapan dari lapisan di bawahnya dan membentuk pertahanan
di sepanjang tepi kelopak mata agar air mata tidak jatuh ke kulit.6
2.2.4 Kelenjar lakrimal Krausse dan Wolfring
Kelenjar lakrimal Krausse dan Wolfring terdapat di bawah konjungtiva palpebra.
Kelenjar ini memasok cairan ke kantong konjungtiva dan kornea. Kelenjar ini berfungsi
sebagai sekresi basal yang menghasilkan air mata secara terus menerus dalam jumlah yang
relatif kecil, yaitu sekitar 30 μl per menit.6

Gambar 5. Skematik Kelenjar Lakrimal

8
2.3 Hordeolum
2.3.1 Definisi dan Klasifikasi
Hordeolum adalah inflamasi akut kelenjar meibom, Zeis, atau Moll di palpebra akibat
infeksi Staphylococcus aureus. Gambaran klinis umunya pasien mengeluhkan rasa nyeri,
kemerahan, serta pembengkakan di kelopak mata 3,6 Hordeolum diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yaitu hordeolum interna dan hordeolum eksterna.3
2.3.1.1 Hordeolum interna
Hordeolum interna disebabkan oleh infeksi pada kelenjar meibom yang terletak di
bagian posterior kelopak mata. Hordeolum interna dapat menonjol ke arah konjungtiva (dalam)
atau kulit.3

Gambar 6. Hordeolum Interna


2.3.1.2 Hordeolum eksterna
Hordeolum eksterna disebabkan oleh infeksi pada kelenjar Zeis atau Moll yang
letaknya lebih superfisial. Hordeolum eksterna umunya menonjol ke arah kulit (luar).3

Gambar 7. Hordeolum Eksterna

9
2.3.2 Faktor Risiko
Kejadian hordeolum dapat meningkat pada keadaan sebagai berikut:7,8
 Pasien dengan kondisi kronis seperti dermatitis seboroik, diabetes, dan roseola,
 Riwayat hordeolum sebelumnya,
 Pasien dengan blefaritis kronik,
 Pasien dengan higiene mata yang buruk.

2.3.3 Etiologi
Sekitar 90-95% hordeolum disebabkan oleh Staphylococcus aureus dengan
Staphylococcus epidermidis menjadi penyebab paling umum kedua.7 Hordeolum eksterna
disebabkan oleh penyumbatan kelenjar sebaceous (Zeis) atau kelenjar keringat (Moll).
Penyumbatan terjadi pada garis bulu mata dan muncul sebagai daerah bengkak merah yang
terasa nyeri kemudian berkembang menjadi pustula. Hordeolum interna disebabkan oleh
penyumbatan kelenjar meibom, dan pustula terbentuk di permukaan bagian dalam kelopak
mata.8

2.3.4 Patofisiologi
Hordeolum terjadi karena infeksi yang disebabkan oleh penebalan, pengeringan, atau
stasis sekresi kelenjar zeis, moll, atau meibom. Kelenjar zeis dan moll adalah kelenjar siliary
mata. Kelenjar zeis mensekresikan sebum yang memiliki sifat antiseptik dan dapat mencegah
pertumbuhan bakteri. Kelenjar moll menghasilkan imunoglobulin A, musin 1, dan lisosom
yang penting dalam pertahanan kekebalan terhadap bakteri di mata, sedangkan kelenjar
meibom berfungsi sebagai kelenjar sebasea yang berada pada bagian tarsal kelopak mata.
Saat kelenjar-kelenjar ini tersumbat, pertahanan mata menjadi terganggu. Stasis dapat
menyebabkan infeksi bakteri, dengan Staphylococcus aureus menjadi patogen yang paling
sering menginfeksi. Setelah respons inflamasi terlokalisasi terjadi infiltrasi oleh leukosit,
yang dapat berkembang menjadi kantung bernanah atau abses. 6,8 Perjalanan alamiah dari
hordeolum interna akut dimulai dengan munculnya nanah dan berakhir dengan drainase
spontan dari nanah tersebut yang mana membutuhkan waktu sekitar satu hinggga 2 minggu.6

1
2.3.5 Penegakan Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda klinis yang muncul
pada pasien dan dengan melakukan pemeriksaan fisik mata yang sederhana. Karena kekhasan
dari manifestasi klinis penyakit ini pemeriksaan penunjang tidak diperlukan.6
2.3.5.1 Anamnesis
Keluhan utama digolongkan menurut lama, frekuensi, hilang-timbul, dan cepat
timbulnya gejala. Lokasi, berat, dan keadaan lingkungan saat timbulnya keluhan harus
diperhatikan, demikian pula setiap gejala yang berkaitan. Obat-obat mata yang dipakai
belakangan ini dan semua gangguan mata yang pernah maupun yang sedang terjadi harus
dicatat. Selain itu, semua gejala mata lain yang berhubungan perlu dipertimbangkan. 2 Pada
kasus hordeolum biasanya pasien datang dengan keluhan munculnya benjolan kecil dengan
titik berwarna kekuningan di tengah benjolan yang kemudian berkembang menjadi nanah dan
melebar di sekitar area tersebut. Gejala utama hordeolum adalah kelopak yang bengkak
dengan rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan, serta perasaan tidak nyaman
dan sensasi terbakar pada kelopak mata.9 Perlu digali adanya penyakit yang berhubungan
dengan kejadian hordeolum seperti diabetes, kadar lipid serum tinggi, roseola, dermatitis
seboroik, blepharitis, dan riwayat hodeolum sebelumnya.6
Riwayat kesehatan terdahulu berpusat pada kondisi kesehatan pasien secara umum
dan bila ada penyakit sistemik yang penting. Gangguan vaskular yang biasanya menyertai
manifestasi mata, seperti diabetes harus ditanyakan secara spesifik. Riwayat keluarga
berhubungan dengan penyakit medis seperti diabetes juga perlu ditanyakan.2

2.3.5.2 Pemeriksaan Fisik Oftalmologi


Sebagaimana penilaian tanda vital merupakan bagian dari setiap pemeriksaan fisik,
setiap pemeriksaan mata harus mencakup penilaian ketajaman penglihatan; walaupun
ketajaman penglihatan tidak disebut sebagai bagian dari keluhan utama. Pemeriksaan mata
luar secara umum dilakukan pada adneksa mata (palpebra dan daerah periokular). Lesi kulit,
pertumbuhan, dan tanda-tanda radang seperti pembengkakan, eritema, panas, dan nyeri tekan
dievaluasi melalui inspeksi dan palpasi.2
Pada kasus hordeolum dapat ditemukan kelopak mata bengkak, merah, dan nyeri pada
perabaan. Nanah dapat keluar dari pangkal rambut (hordeolum eksterna). Apabila sudah
terjadi abses dapat timbul undulasi.8 Hordeolum dapat terjadi pada kelopak mata atas maupun
kelopak mata bawah. Pembengkakan pada hordeolum interna dapat menonjol ke arah kulit
maupun ke arah permukaan konjungtiva, sedangkan hordeolun eksterna selalu menonjol ke

1
arah luar.2

1
2.3.6 Diagnosis Banding
2.3.6.1 Kalazion
Kalazion adalah peradangan granulomatosa kronik yang steril dan idiopatik pada
kelenjar meibom. Umumnya ditandai dengan pembengkakan setempat yang tidak terasa nyeri
dan berkembang dalam beberapa minggu. Perbedaan kalazion dengan hordeolum adalah pada
kalazion tidak terdapat tanda-tanda radang akut. Jika cukup besar, kalazion dapat menekan
bola mata dan menimbulkan astigmatisme.2

Gambar 8. Kalazion
2.3.6.2 Blefaritis anterior
Blefaritis anterior merupakan radang bilateral kronik yang umum di tepi palpebra.
Gejala utamanya adalah iritasi, rasa terbakar, dan gatal pada tepi palpebra. Mata yang
terkena “bertepi merah”. Banyak sisik atau granulasi terlihat menggantung pada bulu
mata palpebra superior maupun inferior. Terdapat dua jenis utamanya, yaitu stafilokokus
dan seborreik. Pada tipe stafilokokus, sisiknya kering, palpebra merah, terdapat ulkus-
ulkus kecil di sepanjang tepi palpebra, dan bulu mata cenderung rontok. Pada tipe
seborreik, sisik berminyak, tidak terdapat ulserasi, dan tepian palpebra tidak terlalu

merah.2
Gambar 9. Blefaritis anterior
1
2.3.6.3 Granuloma Piogenik
Granuloma piogenik adalah lesi vaskular yang paling sering didapat yang
melibatkan kelopak mata. Granuloma piogenik ditandai dengan massa yang tumbuh
cepat, berdaging, berwarna merah-ke-merah muda. Granuloma piogenik dapat mengenai
kelopak mata atau konjungtiva, yang dapat berbentuk sessile atau bertangkai. Granuloma
piogenik umumnya disebabkan oleh trauma atau pembedahan pada mata, tetapi juga
dapat timbul sebagai reaksi benda asing. Penutupan luka yang terganggu, aposisi yang
tertunda atau iritasi kronis dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih dari jaringan

granulasi ini. 10

Gambar 10. Granuloma Piogenik


2.3.6.4 Selulitis Preseptal
Selulitis preseptal adalah infeksi jaringan lunak kelopak mata yang ditandai
oleh eritema dan edema kelopak mata akut. Selulitis preseptal umumnya terjadi pada
anak-anak daripada orang dewasa. Sumber utama infeksi dapat berupa trauma kulit
lokal, infeksi sinus atau trauma penetrasi, khususnya yang melibatkan sinus ethmoid.
Sebagian besar selulitis preseptal disebabkan oleh penyebaran lokal dari sinusitis atau
dakriosistitis yang berdekatan, infeksi mata luar, atau setelah trauma pada kelopak
mata. Demam mungkin saja terjadi, namun hiperemia konjungtiva biasanya tidak ada.
Selulitis preseptal dapat berkembang menjadi abses subperiosteal dan orbital serta
dapat menyebar ke posterior septum.11

Gambar 11. Selulitis Preseptal


1
2.3.7 Tatalaksana
Kasus hordeolum ringan dapat sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 minggu. Namun
pemberian kompres hangat dan antibiotik topikal umumnya akan mempercepat penyembuhan.
2.3.7.1 Tatalaksana Non Medikamentosa3,6,9
 Kompres hangat selama 10 - 15 menit, 3-4 kali tiap hari untuk membantu. Tindakan
dilakukan dengan mata tertutup.
 Kelopak mata dibersihkan dengan air bersih atau pun dengan sabun atau shampo yang
tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses
penyembuhan. Tindakan dilakukan dengan mata tertutup.
2.3.7.2 Tatalaksana Medikamentosa3,6,9
 Antibiotik oral yang dapat diberikan adalah amoksisilin/ asam klavulanat 3x500mg
(dosis anak 20-40 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis).
 Antibiotik topikal dapat digunakan salep mata Kloramfenikol 1% (tiap 1-3 jam) atau
Polymixin B/Neomycin 0,35% (1-4 kali sehari).

2.3.7.3 Pembedahan3,6
Bila dengan pengobatan tidak tampak perbaikan maka dapat dilakukan insisi untuk
mengeluarkan pus, dengan syarat pasien sudah tidak merasakan nyeri.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan tetes mata
pantokain. Dilakukan anestesi infiltrat dengan prokain atau lidokain di daerah
hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
 Hordeolum internum insisi dilakukan secara vertikal di permukaan konjungtiva tarsal
untuk mencegah tersayatnya kelenjar meibom
 Hordeolum eksternum insisi dilakukan secara horizontal untuk meminimalisasi bekas
sayatan.

2.3.7.4 Edukasi 6,9


 Hordeolum dapat dicegah dengan memberlakukan pola hidup bersih. Kebiasaan
mencuci tangan dapat menurunkan terjadinya risiko terkena hordeolum.
 Biasakan tidak menggaruk atau pun menyentuh kelopak mata dengan tangan yang
kotor.
 Pada pasien-pasien wanita dapat disarankan untuk membersihkan dan menyimpan
alat- alat kosmetiknya secara benar. Alat kosmetik yang terkontaminasi oleh kuman
dapat menyebabkan terjadinya hordeolum. Selain itu tukar menukar alat kosmetik
yang

1
berkaitan dengan kelopak mata dapat meningkatkan risiko penularan kuman penyebab
hordeolum atau pun kuman penyebab infeksi mata lainnya.
 Para wanita pengguna kosmetik mata juga disarankan untuk membersihkan daerah
kelopak mata sebelum tidur, agar sisa-sisa kosmetik tidak membuntu saluran kelenjar
minyak pada tepi kelopak mata.
 Apabila pasien memiliki riwayat memakai lensa kontak, disarankan untuk tidak
memakai kontak lensa selama penyembuhan. Penggunaan kontak lensa dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada kornea selama terjadi hordeolum.

2.3.8 Prognosis
Prognosis umumnya baik jika tidak terjadi komplikasi dari hordeolum seperti infeksi
pada bola mata. Hordeolum umumnya dapat sembuh sendiri, dan membaik secara spontan
dalam kurun waktu satu hingga dua minggu. Jika pasien melakukan manipulasi pada
hordeolum seperti tindakan memencet atau menusuk hordeolum dengan jarum tidak steril,
maka infeksi dapat menyebar menuju area yang lebih luas dan menyebabkan terapi
penyembuhan menjadi lebih sulit. Jika hordeolum muncul berulang-ulang harus dipikirkan
diagnosis lainnya seperti keganasan dan di-follow up dengan melakukan pemeriksaan
histopatologis.6

1
BAB III

KESIMPULAN

Hordeolum adalah infeksi akut kelenjar di palpebra yang umumnya tampak sebagai
suatu masa nodul atau pustula yang nyeri dan kemerahan di sekitar margo palpebra.
Hordeolum paling sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Hordeolum eksterna
disebabkan oleh penyumbatan kelenjar sebaceous (Zeis) atau kelenjar keringat (Moll).
Hordeolum interna disebabkan oleh penyumbatan kelenjar Meibom, dan pustula terbentuk di
permukaan bagian dalam kelopak mata. Hordeolum dapat terjadi pada kelopak mata atas
maupun kelopak mata bawah. Pembengkakan pada hordeolum interna dapat menonjol ke
arah kulit maupun ke arah konjungtiva, sedangkan hordeolun eksterna selalu menonjol ke
arah luar.
Penegakan diagnosis dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologis.
Hordeolum memiliki manifestasi klinis yang mirip dengan kalazion, blefaritis, granuloma
piogenik, dan selulitis preseptal. Tatalaksana utama hordeolum adalah dengan cara non
medikamentosa seperti: kompres dengan air hangat selama 15 menit 4-6 kali sehari, dan
pembersihan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak
menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Antibiotik topikal dan sistemik hanya diberikan
sesuai indikasi. Selain itu, pasien juga perlu diedukasi terkait eyelid hygiene seperti: mencuci
tangan sebelum memegang kelopak mata, rajin membersihkan alat kosmetik, membersihkan
kosmetik mata sebelum tidur, dan tidak memakai lensa kontak selama masa penyembuhan.
Prognosis hordeolum umumnya baik selama tidak terdapat komplikasi infeksi pada daerah
lainnya.

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta I, Yulianti SR. Kelainan Kelopak. Dalam: Sidarta I, Yulianti SR. Ilmu

Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017. H.1-2; 91-

6.

2. Riordan EP, Whitcher JP. Oftalmologi umum vaughan dan asbury. Ed-17. Jakarta:

EGC; 2008.

3. Sitorus SR, Sitompul R, dkk. Hordeolum. Dalam: Sitorus SR, Sitompul R, dkk. Buku

ajar oftalmologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2020. H. 413-5.

4. Ferri F. Ferri's Clinical Advisor: 5 Books in 1. Philadelphia: Mosby Elsevier; 2014.

5. Kabat AG, Sowka JW. Stye vs. Stye: tips on managing both external and internal

hordeola. Review of Optometry. 2016;153(3):111-4.

6. Soebagjo HD. Penyakit Sistem Lakrimal. Airlangga University Press; 2020.

7. Willmann,Davis, et al. Stye. Stat Pearls Publishing & Treasure Island. 2020.

8. Bragg KJ, Le PH, Le JK. Hordeolum. In Treasure Island (FL); 2020.

9. IDI. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer :

Hordeolum. Jakarta. 2014.

10. Ergün S, Kocabora, M. Surgical treatment of giant pyogenic granuloma of the upper

eyelid. Annals of Ophthalmology.2007;39(3):264-6.

11. Az-Zahra NF, Himayani R. Laporan Kasus: Anak Perempuan Usia 12 Tahun dengan

Selulitis Preseptal. Jurnal Medula. 2020;9(4):625-30.

Anda mungkin juga menyukai