Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOLOGI MATA & THT

Nama : Zuhri Abdul Gani


NIM : 018.06.0040
Kelompok : Kelas A / 3
Blok : Mata & THT
Dosen : Rusmiatik, S.Si, M.Biomed

LABORATORIUM TERPADU 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2022
BAB I

1.1 Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi penyakit pada system mata


dan THT berdasarkan dari patologi anatomi penyakit tersebut.

2. Mahasiswa mampu membedakan jaringan yang masih normal dengan yang tidak
berdasarkan pada patologi anatominya.

1.2 Manfaat Praktikum

1. Dapat mengetahui dan mengidentifikasi jaringan jaringan yang sudah terinfeksi.

2. Dapat menjabarkan kelainan kelainan yang diamati dari tiap penyakit.

BAB II

2.1 Tinjauan Pustaka


Anatomi dan Histologi palpebra
Fisura palpebra adalah zona di antara palpebra bagian superior dan inferior. Orang
dewasa memiliki ukuran panjang fisura palpebra 27-30 mm dengan lebar 8-11 mm.
Palpebra superior cenderung lebih aktif bergerak dari palpebra bagian inferor, dan
dapat diangkat sampai 15 mm yang digerakkan muskulus levator palpebra superior
yang diinervasi oleh CN III. Palpebra merupakan struktur dengan sembilan lapisan
kompleks baik anatomi dan fungsinya. Anatomi lapisan palpebra dan struktur dari
permukaan luar ke dalam yaitu kulit, margo palpebra, jaringan ikat subkutan, muskulus
orbikularis okuli, septum orbita, muskulus levator palpebra superior, otot muller,
tarsus, dan konjungtiva.Esofagus
Esofagus adalah saluran yang menghubungkan mulut dengan gaster. yang
merupakan jalan bagi makanan yang telah dikunyah dari mulut menuju proses
pencernaan selanjutnya di dalam lambung. Pada ujung kerongkongan terdapat sfingter,
atau otot-otot berbentuk cincin. Otot-otot ini memungkinkan makanan untuk masuk
ke lambung dan kemudian menutupnya untuk mencegah makanan dan cairan naik
kembali ke kerongkongan.

Kulit palpebra merupakan kulit paling tipis pada tubuh, terdapat rambut halus,
kelenjar sebasea, dan kelenjar keringat. Lipatan kelopak mata superior berada di dekat
batas atas tarsus, tempat levator aponeurosis membentuk perlekatan insersi pertama.
Orang keturunan asia timur memiliki beberapa perlekatan levator aponeurosis pada
kulit dekat batas tarsal atas, dan lipatan kelopak mata superior yang minimal.
Aponeurosis membentuk perlekatan paling tegas pada anterior tarsus.
Margo kelopak mata memiliki struktur penting seperti punctum dari kanalikuli
yang terdapat di medial ujung setiap papila lakrimal. Punctum superior terletak di
bagian dalam dan mengarah ke bola mata serta tidak terlihat jika tidak dilakukan
eversi. Gray line atau sulkus intermarjinalis terdapat di sepanjang margo kelopak mata
yang secara histologis merupakan otot orbikularis okuli, otot Riolan, dan bidang
avaskular kelopak mata. Bulu mata atau silia tumbuh tepat di depan garis tersebut, dan
di belakang garis tersebut terdapat kelenjar meibom tepat di depan mukokutan. Bulu
mata disusun atas 2 atau 3 baris yang tidak teratur di sepanjang tepi kulit anterior
kelopak mata yang biasanya lebih panjang dan lebih banyak di kelopak mata atas.
Kelenjar Zeis yaitu kelenjar sebasea yang terdapat silia dan kelenjar Moll, yang
merupakan kelenjar keringat apokrin di kulit terdapat pada margo palpebra.
Jaringan ikat subkutan merupakan jaringan ikat longgar kelopak mata yang tidak
mengandung lemak. Darah atau cairan lain dapat menumpuk di bawah kulit dan
menyebabkan pembengkakan kelopak mata jika terjadi trauma atau reaksi inflamasi.
Otot orbikularis okuli berada di sekitar fisura palpebra dan dibagi menjadi bagian
orbita, preseptal, dan pretarsal, otot orbikularis okuli memiliki serat dengan diameter
terkecil dari semua otot wajah, otot tersebut di inervasi berasal dari saraf fasialis (CN
VII). Bagian orbita menempel pada struktur tendon kantal medial berfungsi sebagai
sfingter otot involunter yang berperan dalam refleks berkedip. Bagian preseptal dan
pretarsal menyatu di sepanjang alur palpebra superior. Otot orbikularis pretarsal
melekat kuat pada tarsus dan sebagian dari otot tersebut menempel pada krista lakrimal
anterior dan krista posterior lakrimal atau disebut otot Horner. Serat otot orbikularis
meluas ke margo kelopak mata, di mana terdapat serat otot lurik yang disebut otot
Riolan. Suplai persarafan yang sedikit pada kelopak mata bawah dari tarsus dapat
menyebabkan kelemahan pada kelopak mata bawah.
Septum orbita adalah selembar tipis jaringan ikat yang mengelilingi orbit dan
merupakan lanjutan dari periosteum atap dan dasar orbit. Septum orbita menempel
pada permukaan anterior otot levator palpebra superior. Bagian posterior dari septum
orbita adalah lemak orbita. Septum orbita menempel pada aponeurosis baik pada kedua
kelopak mata atas dan bawah. Septum orbita sendiri berfungsi sebagai penghalang
untuk ekstravasasi darah anterior atau posterior jika terjadi peradangan.
Otot levator palpebra superior berjalan melewati tulang sfenoid ala minor dan
menutupi rektus superior saat bergerak ke anterior kelopak mata. Terdapat ligamen
Whitnall yang dibentuk oleh kondensasi jaringan yang mengelilingi otot rektus dan
levator superior. Otot levator berubah arah dari horizontal ke lebih vertikal dekat
ligamentum Whitnall, dan membelah ke arah anterior pada aponeurosis dan posterior
menjadi otot Muller. Panjang otot levator beserta tendonnya adalah 50-55 mm dan
dipersarafi oleh divisi superior CN III. Otot Muller merupakan otot simpatis yang
berasal dari otot levator palpebra superior bagian bawah. Otot polos yang serupa
terdapat pada kelopak mata atas. Otot Muller menempel pada batas atas tarsus atas dan
konjungtiva dari forniks bagian atas.
Tarsus terdiri dari jaringan ikat padat yang melekat pada margo orbita oleh ligamen
palpebral medial dan lateral. Tarsus atas dan bawah memiliki panjang yang sama 29
mm dan ketebalan 1 mm, tarsus atas hampir 3 kali lebih lebar secara vertikal dengan
ukuran 11 mm dibandingkan tarsus bawah yang berukuran 4 mm. Kelenjar meibom
merupakan kelenjar sebasea holokrin yang terdapat di tarsus, tersusun secara vertikal
dalam baris yang paralel. Terdapat 30–40 saluran muara meibom di kelopak mata atas,
tetapi hanya ada 20-30 di kelopak bawah. Produksi lipid yang terbentuk disebarkan ke
film air mata pada setiap kedipan dan penuaan dikaitkan dengan perubahan dalam
profil lipid sekresi kelenjar meibom. Akar rambut silia terletak di anterior tarsus dan
lubang kelenjar meibom.
Konjungtiva dibagi menjadi 3 zona geografis yaitu zona palpebral, forniks, dan
bulbar. Konjungtiva palpebral dimulai di persimpangan mukokutan kelopak mata dan
menutupi permukaan bagian dalam kelopak mata. Bagian ini melekat kuat pada tarsus.
Konjungtiva forniks normalnya berbalik arah pada bagian cul-de-sac yang kemudian
melekat pada bola mata. Konjungtiva bulbar yang tipis dapat bergerak bebas dan
kemudian bergabung dengan kapsul tenon dan limbus. Persarafan pada konjungtiva
berasal dari divisi oftalmik CN V. Konjungtiva adalah selaput yang terdiri dari epitel
skuamosa non-keratin dengan banyak sel goblet dan substansia propria yaitu substrat
tipis yang kaya akan vaskularisasi dan mengandung pembuluh limfatik, sel plasma,
makrofag, dan sel mast. Ketebalan epitel konjungtiva bervariasi dari 2 hingga 5 sel.
Sel-sel basal berbentuk kuboid dan berevolusi menjadi sel-sel polihedral yang rata saat
mencapai permukaan.
Sistem lakrimal terdiri atas sekresi dari kelenjar lakrimal, dan ekskresi pada
punctum, kanalikuli, sakus, dan duktus nasolakrimal. Kelenjar lakrimal utama terletak
pada bagian orbita tulang frontal. Kelenjar dipisahkan dari orbit oleh jaringan
fibroadiposa yang kemudian terbagi menjadi 2 oleh ekspansi lateral aponeurosis
levator. Kelenjar di bagian palpebra bisa terlihat ketika kelopak mata atas dibalik,
tepatnya di forniks terdapat isthmus dari kelenjar yang berada di antara palpebra.
Kelenjar lakrimal adalah kelenjar eksokrin yang menghasilkan sekresi serosa.
Masing-masing kelenjar mengandung 2 jenis sel yaitu sel asinar yang melapisi lumen
kelenjar dan sel myoepithelial, yang mengelilingi parenkim dan ditutupi oleh
membrana basalis. Kelenjar lakrimal mengalami perubahan struktural dan fungsional
seiring bertambahnya usia. Kelenjar lakrimal asesoris Krause dan Wolfring terletak di
batas proksimal atau di forniks dan secara sitologis identik dengan kelenjar lakrimal
utama dan menerima persarafan serupa dan menyumbang sekitar 10% dari total
sekretori lakrimal.

Sistem ekskresi lakrimal meliputi punctum, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal,


dan duktus nasolakrimal. Punctum lakrimal masing-masing memiliki diameter sekitar
0,3 mm. Punctum inferior sekitar 6,5 mm dari kantus medial sementara punctum
superior adalah 6.0 mm. Punctum kelopak mata inferior terletak lebih dekat ke limbus
kornea karena pertumbuhan sinus maksilaris, yang menarik punctum kelopak mata
bawah secara lateral. Saluran ini berjalan terus ke kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal,
dan berakhir di duktus nasolakrimal, yang mengarah ke hidung. Punctum lakrimal dan
kanalikuli dilapisi epitel skuamosa non-keratin bertingkat yang menyatu dengan epitel
margo kelopak mata dan pada kantung lakrimal, epitel berubah menjadi 2 lapisan yaitu
lapisan permukaan kolumnar dan lapisan sel pipih.
Secara histologis, kelenjar lakrimal terdiri atas kelenjar tubulus alveolar dengan
tubular cabang pendek yang strukturnya menyerupai kelenjar parotis. Setiap lobus
terdiri dari banyak asini atau kelenjar kecil yang terhubung melalui saluran atau duktuli
dan menuju pada duktus yang lebih besar, yang pada akhirnya terkumpul menjadi 6-
12 duktus sekretori yang terbuka pada forniks konjungtiva.
Sel asini merupakan unit sekresi, tersusun dari lapisan sel myoepitel basal dan
suatu bagian dalam dengan sel-sel asinar. Sel asini terdiri dari dua lapisan sel yang
terletak pada dasar membran hialin dan di sekitar kanalis sentralis. Sel pada lapisan
basal bentuknya datar dan kontraktil, sementara sel lain berbentuk silindris dan
mengandung granul sekretori. Sekresi jalur sinus ke dalam duktus intermediate dan
akhirnya ke dalam duktus sekretori defintif. Stromanya mengandung elemen limfoid.

Kelenjar Moll tergolong kelenjar apokrin. Secara histologis kelenjar Moll ini mirip
dengan kelenjar apokrin yang lain. Unit kelenjar apokrin terdiri atas dua bagian, yaitu
1) bagian proksimal yang melingkar dan merupakan bagian sekretorik serta, 2) bagian
saluran (duktus) yang merupakan bagian utama dan berjalan melalui dermis. Secara
histologis dan fungsi apokrin, kelenjar Moll terbagi menjadi dua jenis, yaitu kelenjar
apokrin yang aktif dan inaktif. Kelenjar Moll yang aktif tampak sebagai sel kelenjar
yang tinggi, tebal, dan padat yang tersusun saling berdesakan pada lapisan
myoepitelial sehingga lumen tampak sempit, sedangkan kelenjar yang inaktif hanya
tampak lapisan sel kelenjar tipis pada lapisan myoepitelial sehingga lumen tampak
lebar.
Kelenjar Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebaseus kecil yang bermuara dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata. Sedangkan kelenjar lakrimal Krausse dan
Wolfring terdapat di bawah konjungtiva palpebra. Kelenjar ini memasok cairan ke
kantong konjungtiva dan kornea. Kedua kelenjar ini berfungsi sebagai sekresi basal
yang menghasilkan air mata secara terus menerus dalam jumlah yang relatif kecil,
yaitu sekitar 30 μl per menit.

Anatomi dan Fisiologi media retraksi mata


Mata adalah suatu bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan jaringan
khusus. Anatomi mata dari bagian paling luar hingga paling dalam, lapisan-lapisan
tersebut adalah sklera/kornea, koroid/badan siliaris/ iris, retina. Sebagian besar bola
mata ditutupi oleh suatu lapisan kuat jaringan ikat, sklera, yang membentuk bagian
putih mata. Di sebelah anterior, lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat
ditembus oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah di bawah
sklera adalah koroid yang berpigmen banyak dan mengandung banyak pembuluh
darah yang memberi nutrisi bagi retina. Lapisan koroid di sebelah anterior mengalami
spesialisasi membentuk badan siliaris dan iris. Lapisan paling dalam di bawah koroid
adalah retina, yang terdiri dari lapisan berpigmen di sebelah luar dan lapisan jaringan
saraf di sebelah dalam. Lapisan jaringan saraf mengandung sel batang dan sel kerucut,
fotoreseptor yang mengubah energi cahaya menjadi impuls saraf. Seperti dinding
hitam sebuah studio foto pigmen di koroid dan retina menyerap sinar setelah sinar
mengenai retina untuk mencegah pantulan atau pembuyaran sinar di dalam mata.
Rongga posterior yang lebih besar antara lensa dan retina mengandung bahan cair
mirip gel, cairan vitreous.. Cairan vitreous membantu mempertahankan bentuk bola
mata tetap bulat. Rongga anterior antara kornea dan lensa mengandung cairan jernih
encer, cairan aqueous. Cairan aqueous membawa nutrien bagi kornea dan lensa. Cairan
ini mengalir ke suatu kanalis di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah (Sharewood,
2015).
Jumlah cahaya yang masuk ke mata ditingkatan pada saat gelap dan dikurangi pada
waktu terang oleh kontrol iris. Jumlah cahaya yang memasuki mata melalui pupil
sebanding dengan luas pupil atau kuadrat diameter pupil. Diameter pupil manusia
dapat mengecil sampai 1,5 mm dan membesar hingga 8 mm. Jumlah cahaya yang
memasuki mata dapat berubah sekitar 30 kali lipat sebagai akibat dari perubahan pupil.
Mata atas, pupilnya kecil, sedangkan pada mata bawah, pupilnya besar (Guyton &
Hall, 2014).
Kemampuan untuk menyesuaikan kekuatan lensa dikenal sebagai akomodasi.
Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang dikendalikan oleh otot siliaris.
Ketika otot siliaris berelaksasi, ligamentum suspensorium menegang, dan ligamentum
ini menarik lensa menjadi bentuk gepeng dan kurang refraktif. Sewaktu otot ini
berkontraksi, kelilingnya berkurang sehingga tegangan pada ligamentum
suspensorium berkurang. Ketika tarikan ligamentum suspensorium pada lensa
berkurang, lensa menjadi Iebih bulat karena elastisitas inherennya. Meningkatnya
kelengkungan karena lensa menjadi lebih bulat akan meningkatkan kekuatan lensa dan
lebih membelokkan berkas sinar. Pada mata normal, otot siliaris berelaksasi dan lensa
menggepeng untuk melihat jauh, tetapi otot ini berkontraksi agar lensa menjadi lebih
konveks dan lebih kuat untuk melihat dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf
autonom, dengan stimulasi simpatis menyebabkan relaksasi dan stimulasi parasimpatis
menyebabkannya berkontraksi (Sharewood, 2015).
Retina manusia merupakan suatu struktur yang sangat terorganisasi, dengan
kemampuan untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi
tersebut ditransmisikan melalui nervus opticus ke korteks visual. Sel-sel batang dan
kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu impuls
saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke korteks penglihatan oksipital.
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang
avaskular dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mengawali proses
penglihatan. (Fletcher, et al., 2016).

BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu & Tempat


Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2022
Waktu : 08.50 – Selesai
Tempat : Laboratorium Terpadu 1 Fakultas Kedokteran UNIZAR

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat

A. Mikroskop Olympus
B. Buku
C. Kertas gambar
D. Jangka
E. Pensil warna
3.2.2 Bahan

A. H13/40 Eye
B. H13/70 Cochlea
C. H13/10 Conjungtiva
D. H13/20 Lacrimal Gland
E. 64C Nose Cavity
F. 14B Epiglotis
G. 15B Trachea
H. 71B Palpebra
I. 95C Eye Lid

3.3 Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan yang telah disediakan di laboratorium


2. Periksa keadaan mikroskop yang akan digunakan, cek pencahayaan, pembesaran
lensa objektif dan lensa okulernya.
3. Siapkan preparat yang akan akan diteliti.
4. Mula-mula untuk melihat jaringan, bangunan dan sel gunakan perbesaran 4 × 10 dan
perbesaran 40 × 10.
5. Amati dengan seksama dan gambar hasil pengamatan pada lembar praktikum
dengan.
6. Setelah selesai letakkan preparate di tempatnya dan matikan mikroskop.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Hasil Pengamatan dari Mikroskop


No Hasil Keterangan
1 H13/40 Eye 1. Papila optic
1 2. Koroid
3. Sklera
4. Sel kerucut dan batang
2
5. Saraf Optik
3
4

2 H13/70 Cochlea 1. Lamina spiralis


2. Sel ganglion spuate

3 H13/10 Conjungtiva 1. Duktus elokretorius


interlobularis
1

4 H13/20 Lacrimal Gland 1. Septum Jaringan Ikat


1 2. Pembuluh Darah
3. Duktus Ekstorius
Interlobularis
2

5 64C Nose Cavity 1. Duktus Kelenjar Olfaktori


2. Mukosa Permukaan
3. Silia
4. Sel goblet
1
2
3

6 14B Epiglotis 1. Tulang rawan elastic


2. Pembuluh darah
1 3. Epitel berlapis

2
3

7 15B Trachea 1. Membran elastic


2. Kelenjar trakealis
1

8 71B Palpebra 1. Pembuluh darah


1 2. Kelenjar tarsal
3. Orikularis okuli
2

9. 95C Eye Lid 1. Hair Follicles


2. Sweat glands

1
3. Lymphatic tissue
3
2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan praktikum yang di lakukan dapat di tarik kesimpulan
bahwa dalam system mata dan THT terdiri dari beberapa komponen dengan
penyusunnya masing-masing dan memiliki fungsi yang berebeda-beda. Beberapa
bagian dari sistem endokrin ini saling bekerja sama satu dan yang lainnya dalam
menjaga homeostatis tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Eroschenko, Victorr P. 2008. Atlas Histologi Difiiore Dengan Korelasi Fungsional


Edisi 11. Amerika : Unated states Of Amerika.
2. Gartner, Leslie P. 2007.Buku Ajar Berwarna Histologi Edisi 3. China : Saunders
Elsevier.
3. Macher, Antony L. 2011. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. New York: Mc Graw
Hill Education.
4. Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem Edisi ke 8.
Australia: Brooks/Cole

Anda mungkin juga menyukai