HORDEOLUM
Oleh :
Pembimbing:
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya, laporan kasus yang berjudul “Hordeolum” ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Laporan kasus ini disusun dalam rangka mengikuti
Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/
RSUP Sanglah Denpasar.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat :
1. dr. I Made Agus Kusumadjaja, Sp.M (K) selaku Kepala Departemen/ SMF
Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar
2. Dr. dr. A.A. Mas Putrawati T, Sp.M (K) selaku Koordinator Program Studi
Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar
3. dr. I. G. A. Made Juliari, Sp.M (K) selaku Koordinator Pendidikan Bagian/
SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/ RSUP Sanglah Denpasar,
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
laporan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberi manfaat bagi masyarakat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Mata sebagai salah satu alat indera merupakan hal yang sangat penting
untuk manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kesehatan mata sangat
penting untuk dijaga karena kesehatan mata dapat sangat mempengaruhi aktivitas
dan produktivitas seorang individu. Salah satu bagian dari mata yang tidak boleh
dilupakan adalah kelopak mata (palpebra). Kelopak mata berperan penting dalam
memberikan proteksi fisik untuk mata yang melindungi bola mata dari trauma.
Selain itu, kelopak mata juga berperan dalam mempertahankan film air mata serta
drainase air mata sehingga mencegah kekeringan bola mata. Adanya gangguan pada
kelopak mata dapat mempengaruhi komponen mata lainnya berhubungan dengan
fungsinya sebagai pelindung secara fisik dari mata.
Hordeolum merupakan infeksi pada satu atau lebih kelenjar sebasea
(meibomian atau zeisian) kelopak mata. Hordeolum biasanya disebabkan oleh
bakteri Staphyloccocus.1 Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh hordeolum adalah
bengkak, kemerahan, nyeri dan terkadang disertai dengan nanah. Keluhan-keluhan
tersebut membuat pasien tidak nyaman dan kemudian mengunjungi praktek
kesehatan.
Diagnosis hordeolum ditegakkan secara klinis. Hordeolum dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hordeolum eksternal yaitu lesinya berupa
kemerahan yang terlokalisir dan bengkak dekat dengan batas kelopak mata dan
hordeolum internal, yaitu pembengkakan pada bagian tarsal dan terasa lebih nyeri
dibandingkan dengan hordeoloum eksternal.
Penanganan hordeolum dapat dengan memberi kompres hangat saja. Pada
kasus yang lebih serius maka dapat juga diberikan antibiotika atau dilakukan
tindakan insisi apabila sudah terdapat pus. Pemberian antibiotika pada
penatalaksanaan hordeolum yaitu antibiotika topikal untuk bakteri gram positif.
Hordeolum masih sering ditemukan pada masyarakat, terutama pada
fasilitas kesehatan di tingkat satu. Maka dari itu, dirasa perlu untuk melakukan
tinjauan pustaka dan pembahasan lebih lanjut mengenai penyakit hordeolum ini.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
e. Konjungtiva palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa yang
disebut konjungtiva palpebral yang melekat erat pada tarsus.2
3
c. Punktum lakrimalis
Pada ujung medial dari tepian posterior palpebral terdapat punktum
lakrimalis. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah
melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.2
2.1.3 Fisura palpebra
Fisura palpebra adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang
terbuka. Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut
tajam. Kantus medialis lebih elips dari kantus lateralis dan mengelilingi
lakus lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas dua buah struktur yaitu
karunkula lakrimalis yang berupa peninggian kekuningan dari modifikasi
kulit yang mengandung modifikasi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
besar yang bermuara ke dalam folikel yang mengandung rambut-rambut
halus dan plica semilunaris.5
2.1.4 Septum orbitale
Septum orbitale merupakan fascia yang terletak di belakang
bagian muskularis orbikularis okuli yang terletak di antara tepian anterior
dan tarsus yang berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superior menyatu dengan tendo dari m. levator palpebra superior
dan tarsus superior; septum orbitale inferior menyatu dengan tarsus
inferior.5
2.1.5 Retraktor palpebra
Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Di palpebra
superior terdapat m. levator palpebra superior, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis
dan bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari
muskulus Muller (m. tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan
fibrosa untuk membungkus muskulus obliquus inferior dan berinsersio
ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos
4
dari retraktor palpebra dipersarafi oleh nervus simpatis. Muskulus levator
dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus III (okulomotoris).7
2.1.6 Pembuluh darah dan persarafan sensoris palpebra
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebra adalah a. palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal
nervus V (Trigeminus), sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua
nervus V (Trigeminus).4
2.1.7 Gerakan palpebra
Gerakan palpebral secara umum adalah membuka dan menutup
palpebral. Ketika menutup, yang berkontraksi adalah M. Orbikularis
Okuli yang dipersarafi nervus cranialis N.VII sedangkan M. Levator
Palpebra Superior akan berelaksasi. M. Rioland (M. Orbikularis Okuli
yang terletak di dekat tepi margo palpebra) menahan bagian belakang
palpebra terhadap dorongan bola mata, sehingga palpebra akan menutup.
Sedangkan saat membuka, M. Levator Palpebra Superior yang
dipersarafi N.III akan berkontraksi dan M. Muller akan mempertahankan
mata agar tetap terbuka.7
2.1.8 Kelenjar pada palpebra
a. Kelenjar Sebasea
b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat
c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel
rambut dan juga menghasilkan sebum
5
d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus.
Kelenjar ini menghasilkan sebum (minyak).7
7
2.6 Diagnosis Hordeolum
Diagnosis hordeolum dapat ditegakkan secara klinis berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hordeolum eksternal karakteristik lesinya
yaitu kemerahan yang terlokalisir dan bengkak dekat dengan batas kelopak
mata. Keluhan primer yaitu nyeri yang terlokalisir yang onsetnya tiba-tiba dan
akut. Dalam beberapa hari area yang sebelumnya berwarna kemerahan akan
menjadi kuning pada kelopak mata. Kebanyakan kasus, abses akan sembuh
sendiri dalam tiga sampai empat hari. Hordeolum internal terlihat
pembengkakan pada bagian tarsal dan terasa lebih nyeri.4
2.8 Komplikasi
Beberapa kasus hordeolum dapat berkembang menjadi selulitis palpebra,
kalazion, dan iritasi kornea.4
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan diantaranya berupa :
a. Kompres hangat 3-4 kali sehari 10-15 menit selama 10 hari untuk
mempercepat supurasi
b. Pemberian antibiotik topikal maupun oral. Antibiotik dindikasikan apabila
dalam 24 jam tidak terjadi perbaikan dan terjadi radang di area hordeolum.
Pemberian antibiotika topical berupa salep mata gentamycin dan pemberian
antibiotik sistemik seperti eritromysin atau amoksisilin apabila terdapat
selulitis.
c. Cabut bulu mata untuk drainase, dapat dilakukan apabila terdapat nanah
yang berhubungan dengan akar bulu mata.
8
d. Insisi dilakukan apabila fluktuasi bertambah dan bintik kuning (pus) belum
keluar. Hordeolum eksternum maka dilakukan insisi dari arah luar
horizontal sejajar dengan margo palpebra pada kulit untuk mengurangi
timbulnya luka parut. Insisi vertikal dilakukan pada konjungtiva tarsal dan
tegak lurus dengan margo palpbera untuk menghindari kelenjar-kelenjar
lain tersayat. Setelah selesai diberikan salep mata dan bebat tekan.4
KIE :
a. Perbaiki higienitas untuk mencegah kekambuhan
b. Hindari menggosok kelopak mata dan area sekitar mata.
c. Jangan menggunakan make-up disekitar mata terlebih dahulu agar
tidak menimbulkan infeksi
d. Jangan menekan maupun menusuk hordeolum sembarangan agar
tidak menimbulkan infeksi sekunder
e. Jangan menggunakan kontak lensa terlebih dahulu agar infeksi tidak
ke kornea
2.10 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad Functionam : bonam
Ad Kosmetikum : bonam
9
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Terdapat benjolan pada kelopak atas dan bawah mata kiri.
10
dan sistemik. Keluhan lainnya seperti penglihatan kabur, mata merah, mata
berair, mata mengeluarkan kotoran disangkal oleh pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan sudah pernah memeriksakan keluhan benjolan pada
kelopak atas mata kirinya ke Puskesmas dan diberikan tetes mata. Keluhan
dirasakan membaik.
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terdapat makanan, obat-obatan dan
lainnya.
11
3.3 Pemeriksaan Fisik
Status Present
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, regular
Respirasi : 16 kali/menit
Suhu Aksila : 36,5 0C
Status General
Mata : dijelaskan pada Status Oftalmologi
THT
Telinga : sekret (-/-), bentuk normal
Hidung : sekret (-), mukosa nasalis intak/intak, bentuk normal,
Bibir : Ulkus (-)
Lidah : Sianosis (-),
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-),
Leher : Pembesaran kelenjar (-), kaku kuduk (-)
Thorax : Simetris (+), retraksi (-) , deformitas (-)
Cor : S1 S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), BU (+) Normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : Hangat +/+, edema - / -
OD OS
12
Posisi: Orthophoria
13
Jernih Lensa Jernih
14
3.4 Diagnosis Banding
OS Hordeolum Eksterna Palpebra Superior
OS Hordeolum Interna Palpebra Inferior
OS Kalazion
OS Tumor Palpebra
3.6 Penatalaksanaan
- Kompres hangat 3-4 kali sehari pada mata kiri selama 10-15 menit.
- Salep mata deksamethasone + neomycin + polymycin B dioleskan 3 x
sehari pada mata kiri.
- Vitamin C tablet 2 x sehari.
- Insisi jika tidak membaik dengan obat-obtan selama 2 minggu.
3.7 KIE
1. Menjelaskan pengertian penyakit, kemungkinan penyebab dan rencana
terapi pada pasien dan keluarga pasien.
2. Menjelaskan untuk selalu menjaga kesehatan dan kebersihan mata.
3. Menjelaskan pentingnya pemakaian kacamata pelindung untuk menghindari
debu maupun asap.
4. Menjelaskan perlunya kontrol kembali untuk evaluasi tanda peradangan
kronis dan tindakan lanjutan.
3.8 Prognosis
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionam : Bonam
Ad Sanationam : Bonam
15
BAB IV
PEMBAHASAN
17
BAB V
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
20