PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ensefalopati sendiri merupakan gangguan metabolisme otak akibat terganggunya
keseimbangan elektrolit yang disebabkan oleh suatu enteritritis atau disentri basiler2.
Ensefalopati hipertensi merupakan sindroma klinik akut reversible oleh kenaikan tekanan
darah secara mendadak sehingga melampaui kemampuan autoregulasi otak yang dapat
menyebabkan hipertensi vaskulopati hingga edema intrasereblar3.
2.2 Epidemiologi
Ensefalopati hipertensi kebanyakan terjadi pada golongan umur paruh baya yang
mempunyai riwayat hipertensi yang lama. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
dapat dilihat prevalesi hipertensi kelompok usia 45-54 tahun dan lebih tua selalu lebih
tinggi pada kelompok hipertensi dibandingkan kontrol. Kelompok usia 25-34 mempunyai
resiko 1,56 kali dibandingkan usia 18-24 tahun. Resiko hipertensi meningkat bermakna
sejalan dengan bertambahnya usia dan kelompok usia ≥75 tahun berisiko 11,53 kali.
Berdasarkan jenis kelamin, proporsi laki-laki berisiko 1,25 kali daripada perempuan3
Ensefalopati hipertensi kebanyakan terjadi pada golongan umur paruh baya yang
mempunyai riwayat hipertensi yang lama. Secara umum hipertensi sendiri memiliki
prevalensi yang lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Selain umur
hipertensi juga dipengaruhi oleh ras dimana lebih sering terjadi pada ras berkulit hitam.
Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) milik Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk
Indonesia mengidap hipertensi. Laporan Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas)
menunjukkan angka pengidapnya meningkat jadi 32,4 persen. Ini artinya ada peningkatan
sekitar tujuh persen dari tahun-tahun sebelumnya. Angka pasti di dunia nyata mungkin bisa
lebih tinggi dari ini karena banyak orang yang tidak menyadari mereka memiliki tekanan
darah tinggi1.
2.3 Etiologi
Ensefalopati hipertensi dapat merupakan komplikasi dari berbagai penyakit antara lain
penyakit hipertensi kronik dengan penyebab apapun, glomerulis nefritik akut khususnya
setelah infeksi, eklamsi, Renovascular hipertensi, post coronary artery bypass
2
3
hypertension. Ensefalopati hipertensi lebih sering ditemukan pada orang dengan riwayat
hipertensi esensial lama3.
Gangguan endokrin, neurologis, ginjal, jantung, obat-obatan dan intoksikasi dapat
menyebabkan hipertensi dan ensefalopati hipertensi. Meskipun hipertensi esensial
merupakan penyebab lebih dari 90% hipertensi pada populasi umum dan 80% penyebab
pada klinik rujukan pada orang dewasa, pada anak usia dibawah 6 tahun kebanyak
diakibatkan sekunder4. Penyebab utama hipertensi sekunder diklasifikasikan ke dalam
empat kategori4:
1. Hipertensi ginjal atau azotemic (80%)
2. Hipertensi yang dimediasi rennin (10-15%)
3. Hipertensi yang diinduksi oleh mineralokortikoid (3-5%)
4. Hipertensi yang diinduksi katekolamin (2-5%)
2.4 Patogenesis
Secara fisiologis peningkatan tekanan darah akan mengaktivasi regulasi mikrosirkulasi
di otak (respon vasokontriksi terhadap distensi dinding endotel). Aliran darah otak tetap
konstan selama perfusi aliran darah otak berkisar 60 – 120 mmHg. Ketika tekanan darah
meningkat secara tiba-tiba, maka akan terjadi vasokontriksi dan vasodilatasi dari arteriol
otak yang mengakibatkan kerusakan endotel, ekstravasasi protein plasma, edema serebral.
Diduga karena terjadinya peningkatan tekanan darah secara cepat disertai pening-
katan resistensi vaskular. Peningkatan tekanan darah yang mendadak ini akan
menyebabkan jejas endotel dan nekrosis fibrinoid arteriol sehingga membuat keru-
sakan vaskular, deposisi platelet, fibrin dan kerusakan fungsi autoregulasi4,5.
ini gagal, maka akan terjadi iskemia otak dengan manifestasi klinik seperti mual,
menguap, pingsan dan sinkop.4
Pada penderita hipertensi kronis, penyakit serebrovaskuar dan usia tua, batas
ambang autoregulasi ini akan berubah dan bergeser ke kanan pada kurva,sehingga
pengurangan aliran darah dapat ter- jadi pada tekanan darah yang lebih tinggi (lihat
gambar 2).6
dengan infark serebri akut atau- pun perdarahan intrakranial, penurunan tekanan darah
dilakukan lebih lambat (6-12 jam) dan harus dijaga agar tekanan darah tidak lebih
rendah dari 170-180/100 mmHg.6
(A) BBB terbentuk dalam sistem saraf pusat oleh sel-sel endotel kapiler dan elemen
perivaskular sekitarnya (lamina basal, perisit, ujung kaki astrosit, dan interneuron).
(B) Persimpangan ketat dibentuk oleh interaksi antara protein transmembran
(claudins, occludin, dan molekul adhesi persimpangan) pada sel-sel endotel yang
berdekatan. Terminal C dari protein transmembran ini terkait dengan aktin sitokeletal
melalui ZO-1. Menanggapi rangsangan patologis, δPKC dapat secara langsung atau
tidak langsung meningkatkan fosforilasi ZO-1, sehingga mengganggu hubungan
6
antara ZO-1 dan aktin sitoskeleton. Disorganisasi protein di persimpangan ketat dapat
menyebabkan permeabilitas yang menyimpang dari BBB7.
2.4.3 Vasokonstriksi Simpatik
Saraf simpatis memiliki sedikit pengaruh pada pembuluh darah otak,
mengakibatkan penyempitan pembuluh serebral selama hipertensi akut dan dapat
menggeser autoregulasi dan peningkat tekanan arteri yang lebih tinggi. Oleh karena
itu, aktivasi saraf simpatik dapat mengurangi peningkatan aliran darah otak selama
hipertensi akut dan melindungi terhadap gangguan blood brain barrier di pembuluh
darah4, Namun, sistem vertebrobasilar dan khususnya arteri serebral posterior jarang
innervated, sehingga lobus oksipital dan daerah otak posterior lainnya berada pada
risiko yang relatif meningkat untuk edema hidrostatik. Ini mungkin menjelaskan
distribusi posterior karakteristik kelainan sinyal pada pasien dengan Ensefalopati
hipertensi.
2.6 Diagnosis
Diagnosis Ensefalopati hipertensi dapat ditegakan dengan mengidentifikasi terlebih
dahulu tipe hipertensi yang dialami. Apakah termasuk hipertensi urgency atau hipertensi
emergency . Hipertensi urgency didapatkan tekanan darah sistolik lebih tinggi dari lebih
dari 180 mmhg, dan diastolik lebih daru 120 mmhg. Sedangkan hipertensi emergency jika
tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari120
mmhg dan disertai dengan kerusakan target organ (pembedahan aorta aneurisma, angina
pektoris yang tidak stabil, gagal ginjal akut, perdarahan intracranial akut, stroke iskemik
akut, ensefalopati eklamsia atau pre- eklamsia, hipertensi perioperative, dan krisis
pheochromocytoma). Diagnosis hipertensi ensephalopati dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.8–10
Anamnesis:
Gambar. pada pemeriksaan funduskopi ditemukan papil edema dan pendarahan pada retina,
dan cotton-wool spots3.
Gambar 3. Aspek posterior medial dari kedua lobus parietal, kanan lebih buruk
dari pada bagian kiri9
Gambaran dari MRI diatas terdapat edema vascular di bagian posterior medial.
2.7 Diagnosis Banding
Diagnosis banding ensefalopati hipertensi antara lain:
a.Stroke iskemik atau hemoragik
b. Stroke trombotik akut
c.Perdarahan intracranial
d. Encephalitis
e.Hipertensi intracranial
f. Lesi massa SSP
g. Kondisi lain yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah atau yang
memiliki gejala serupa3,6
Membaiknya gejala klinis dan peningkatan status mental setelah tekanan darah
terkontrol merupakan karakteristik untuk mendiagnosis dan membedakan ensefalopati
hipertensi dari penyakit-penyakit di atas 5.
2.8 Penatalaksanaan
Terapi pada hipertensi encephalopati dapat dilakukan sebagai terapi emergency.
Penatalaksaan hipertensi ensephalopati harus medapatkan terapi yang intensif untuk
menurunkan tekanan darah. Tujuan terapi hipertensi ensephalopati dengan menurunkan
tekanan darah maka dapat mencegah terjadinya kerusakan target organ dan menurunkan
mortalitas. Tetapi dalam menurunkan tekanan darah yang tinggi tidak boleh terlalu cepat
12
khususnya pada usia tua dengan gangguan perfusi organ coroner, dan gangguan
serebrovaskular dapat mengakibatkan gagal ginjal akut, jantung iskemik, dan kejadian
serebral, okulsi arteri ginjal dan bahkan bisa menyebabkan gagal ginjal akut. Menurut JNC
7 tekanan darah arteri harus diturunkan 20-25% dalam 2 jam pertama dan tingkat 150-160
/ 100-110 mmHg dalam 6 jam berikutnya. (jurnal 2d, 476). Pencapaian target tekanan darah
tersebut diperkirakan 1-2 hari dengan menggunakan obat yang memiliki waktu paruh
singkat tetapi tindakan yang cepat (dengan intravena). Apabila tekanan darah tidak dapat
terkontrol maka akan menyebabkan pendarahan dan semakin parah terjadinya kerusakan
target organ.
pada hipertensi ensephalopati dapat dimulai dengan menggunakan nitrat, labetolol parentral,
atau esmolo. 8.
a) Sodium Nitroprusside
Merupakan vasodilator pembuluh darah. Sodium Nitropruside memiliki onset
segera dan waktu paruh yang singkat. Dengan penurunan tekanan darah 2-3
menit. Sodium Nitropruside sering menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial, oleh karena itu harus hati-hati untuk dapat digunakan pada hipertensi
ensepalophati8,13.
b) Labetalol
Labetalol merupakan alfa-bloker selektif dan di dominasi oleh beta-bloker non-
selektif. Memiliki onset 2-10 menit dengan dosis maksimum 300 mg/ 24 jam.
Efek ini akan hilang dalam waktu 2-6 jam. Dapat diberikan secara bolus intravena
berkelanjutan. Obat ini baik digunakan pada hipertensi ensephalopati. Efek
samping yang dapat ditimbulkan ialah bradikardi karena pemblokiran beta. 8,13
14
c) Esmolol
Esmolol juga merupakan beta-selektif dengan efek puncak setelah pemberian 500
mg/ kg bolus diikuti oleh intravena berkelanjutan. Dosis titrasi pada interval 5
menit dengan atau tanpa bolus. Kisaran dosis terus menerus antara 25 dan 30 µg
/kg/menit.8,13
2.9 Prognosis
Pada penderita hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan kematian 90% dalam 1
tahun karena gagal jantung, stroke, atau gagal ginjal. Pada ensefalopati hipertensi, jika
tekanan darah tidak segera diturunkan, maka penderita akan jatuh dalam koma dan
meninggal dalam beberapa jam. Sebaliknya apabila tekanan darah diturunkan secepatnya
secara dini prognosis umumnya baik dan tidak menimbulkan gejala sisa 3,6
Morbiditas dan kematian pada pasien yang mengalami ensefalopati hipertensi terkait
dengan tingkat kerusakan organ target. Tanpa penatalaksanaa, tingkat kematian dalam
enam bulandari hipertensi emergensi kurang lebih adalah 50% dan tingkat mortalitas dalam
1 tahun mencapai 90%.5,13
2.10 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan mengedukasi untuk memodifikasi gaya hidup termasuk
mengurangi berat badan untuk menurunkan body mass index (BMI) menjadi kurang dari
27, menghidari alcohol,natrium dan rokok serta meningkatkan aktivitas fisik6
BAB III
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
15