BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 2
2
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar,
dan elastis,dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi muskulus orbikularis okuli adalah menutup palpebra. Serat-serat
ototnya mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit
melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang
terdapat di dalam palpebral dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum
orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
3
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)
4
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat
yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom.
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)
5
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian
ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi
(glandula Meibom atau tarsal).4
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra,
berupa elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior
dan inferior. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.4
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm
dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam.4
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang
terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra
orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior
dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.4
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita
dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang
lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis
superior). Di palpebra inferior, retractor utama adalah muskulus rektus inferior, yang
menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus muskulus obliqus inferior dan
berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbicularis okuli. Otot polos dari
retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus
inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.4,13
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak
mata bawah oleh cabang kedua nervus V.4,13
6
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)
(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)
7
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
8
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
kehidupan yang diikuti dengan anomali skeletal khususnya pada mandibula, maksila
dan vertebra. Xeroderma pigmentosum merupakan kelainan resesif autosomal yang
ditandai dengan sangat sensitif terhadap paparan sinar matahari dan kerusakan
mekanisme repair terhadap sinar matahari sehingga merangsang kerusakan DNA
pada sel kulit.5
2.2.1.4 Klasifikasi 5
Secara klinis dan secara patologi, karsinoma sel basal di bagi menjadi empat
tipe, yaitu :
a) Karsinoma sel basal tipe nodular merupakan manifestasi klinis terbanyak
dari karsinoma sel basal, keras, berbatas tegas, nodul seperti mutiara dan
disertai dengan telangiectasia and sentral ulkus. Secara histologi, tumor
ini terbentuk dari sekumpulan sel basal yang asalnya dari lapisan sel basal
epitelium dan terlihat seperti pagar di bagian pinggir.
Pada tahap permulaan, sangat sulit ditentukan malah dapat berwarna
seperti kulit normal atau menyerupai kutil.Kumpulan sel atipik merusak
permukaan epitel, nekrosis di tengah karena lebih cekung dan timbul
ulkus bila sudah berdiameter ± 0,5 cm yang pada pinggir tumor awalnya
9
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
10
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.1.5 Patofisiologi
Radiasi telah terbukti menyebabkan pembentukan tumor melalui dua
mekanisme. Mekanisme pertama meliputi inisiasi dan prolong seluler proliferasi,
dengan cara demikian terjadi peningkatan kesalahan transkripsi yang menyebabkan
transformasi seluler. Mekanisme kedua yaitu secara langsung merusak replikasi
DNA, menyebabkan mutasi dari sel yang mengaktifkan proto-onkogen atau
deaktivasi tumor supresor gen3.
Karsinoma sel basal pada kelopak mata adalah tumor epitel yang paling
umum, tetapi patogenesis dari molekular genetik masih belum jelas. Mutasi dari p53
(pada kasus ini, overekspresi gen p53) dapat merupakan bagain intergral dari
11
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.1.6 Tatalaksana
Biopsi diperlukan untuk mengkonfirmasi kecurigaan secara klinis dari
karsinoma sel basal. Diagnosis yang sangat akurat bisa dijamin jika pada setiap biopsi
insisional jaringan yang akan diperiksa:
a) Mewakili keadaan lesi secara klinis
b) Ukuran yang tepat untuk pemeriksaan secara histopatologi
c) Tidak menambah trauma atau kerusakan
d) Mengikutsertakan jaringan normal di bagian pinggir sekitar daerah yang
dicurigai
12
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Biopsi insisi merupakan salah satu prosedur yang bisa digunakan untuk
menkonfirmasi kecurigaan terhadap tumor ganas. Area dari biopsi insisi seharusnya
di potret atau di gambar dengan pengukuran sehingga daerah asal tumor menjadi
tidak sulit untuk ditemukan pada saat prose pengangkatan tumor berikutnya.5
Biopsi eksisi bisa menjadi pertimbangan ketika lesi di kelopak mata kecil dan
tidak terlibatnya daerah di pinggir kelopak mata atau saat lesi di pinggir kelopak mata
yang berlokasi di sentral jauh dari kantus lateral atau pungtum lakrimal. Biopsi eksisi
harus diarahkan secara vertikal sehingga tidak terjadi traksi pada kelopak mata. Jika
pinggir dari daerah kelopak mata yang di eksisi positif terdapat sel tumor, maka area
yang terlibat harus di reeksisi secara pembedahan dengan teknik Mohs micrographic
untuk mengetahui batas bawah atau teknik frozen-section untuk mengetahui batas
samping.5
Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan terapi,
diantaranya :
a) Bedah dilakukan dengan mengeksisi tumor sampai dengan benar-benar
meninggalkan sisa. Pilihan terapi bedah :
Eksisi dengan potong beku (frozen section)
Bedah mikrografi Mohs
Bedah dengan laser CO2
Eksisi tanpa potong beku
Bedah merupakan pilihan terapi dari karsinoma sel basal di kelopak mata.
Bedah eksisi memberikan keuntungan dari diangkatnya tumor secara keseluruhan
dengan batas areanya dikontrol secara histologi. Tingkat kekambuhan tumor pada
terapi bedah lebih sedikit dan lebih jarang jika dibandingkan jika diterapi dengan
modalitas terapi lain.5
Ketika karsinoma sel basal bertempat di daerah kantus medial, sistem aliran
air mata juga bisa terangkat jika dilakukan eradikasi tumor secara komplet. Jika
sistem drainase air mata telah terangkat setelah proses eradikasi tumor, rekonstruksi
13
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
sistem aliran keluar air mata tidak bisa dilakukan sampai pasien benar-benar bebas
dari tumor. Beberapa tumor bisa menyebar ke daerah subkutan dan tidak dapat
diketahui sebelum operasi.5
Kambuhnya tumor yang sudah diangkat secara total, infiltrasi yang lebih
dalam, atau tumor tipe morphea dan tumor yang berada di kantus medial dikelola
dengan cara bedah mikrografi Mohs. Jaringan diangkat secara lapis demi lapis dan
dibuat tipis yang dilengkapi dengan gambar 3 dimensi untuk mengangkat tumor.
Reseksi tumor secara mikrografik Mohs paling sering digunakan untuk mengeksisi
karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.5
Mikrografi eksisi bisa menjamin secara maksimal jumlah jaringan yang sehat
untuk tidak terlibat sehingga hanya area tumor yang terangkat secara komplet.
Kekurangan dari bedah mikrografi Mohs ini adalah dalam mengidentifikasi batas
tumor ketika tumor sudah menginvasi daerah orbita.5
Setelah dilakukan reseksi tumor, kelopak mata seharusnya direkonstruksi
dengan prosedur okuloplastik yang terstandar. Rekonstruksi ini penting walaupun
bukan merupakan hal yang mendesak, pembedahan awal bertujuan untuk melindungi
secara maksimal bola mata lalu diikuti dengan memperbaiki sisa kelopak mata yang
masih baik. Jika rekonstruksi tidak bisa dilakukan segera, kornea harus dilindungi
dengan cara menempelkan atau sementara dengan cara menutup kelopak mata. Jika
defeknya kecil, maka granulasi jaringan secara spontan bisa menjadi alternatif terapi.5
Untuk lesi yang nodular, angka kekambuhan jika diterapi dengan cryotherapy
lebih besar daripada setelah diterapi secara pembedahan. Saat cryotherapy digunakan
untuk menangani diffuse sclerosing lesion, angka kekambuhan tinggi. Selain itu,
secara histologi pinggir area tidak bisa dievaluasi dengan cryotherapy. Akibatnya,
modalitas terapi ini dihindari untuk lesi yang kambuh, lesi dengan diameter lebih dari
1 cm, dan lesi tipe morphea. Lagipula, cryotherapy menimbulkan depigmentasi dan
atropi pada jaringan. Maka dari itu, cryotherapy untuk karsinoma sel basal pada
kelopak mata dijadikan cadangan terapi untuk pasien yang intoleran terhadap
14
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
pembedahan seperti pasien yang sangat tua yang aktifitasnya terbatas di tempat tidur,
atau pasien dengan kondisi medis yang serius yang kontraindikasi untuk dilakukan
intervensi bedah.5
Jika tumor terbatas pada adneksa dilakukan eksisi 3-5 mm dari batas
makroskopis. Sedangkan jika tumor sudah menginvasi orbita, maka ada dua pilihan
terapi secara eksentrasi yaitu dengan mengangkat seluruh bola mata disertai dengan
adneksa mata dengan meninggalkan bagian tulang saja, selain itu juga bisa dilakukan
radioterapi. Jika sudah menginvasi intrakranial harus dikonsultasikan ke bagian bedah
saraf.5
15
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
b) Non bedah dilakukan jika lokasi cukup sulit untuk dilakukan pembedahan, respon
dari terapi non bedah cukup bagus tetapi memiliki efek samping yang cukup
banyak. Pilihan terapi non bedah yaitu :
Radioterapi
Kemoterapi
Interferon
Terapi radiasi juga bisa dipertimbangkan sebagai terapi paliatif tetapi untuk
lesi periorbita sebaiknya dihindari. Seperti cryotherapy, terapi radiasi juga tidak bisa
digunakan untuk memantau area pinggir tumor secara histologi. Angka kekambuhan
jika diterapi dengan radiasi juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan terapi
pembedahan. Ditambah lagi, kekambuhan setelah radiasi sulit untuk dideteksi.
Kekambuhan ini timbulnya lebih lama setelah terapi awal dan lebih sulit untuk
menangani secara pembedahan karena telah terjadi perubahan dari struktur jaringan
yang telah diradiasi sebelumnya.5
Komplikasi yang terjadi akibat terapi radiasi diantanya adalah timbulnya
sikatrik pada kelopak mata, pembentukan scar pada drainase air mata disertai dengan
obstruksi, keratitis sica. Radiasi juga merangsang timbulnya keganasan baru atau
cedera pada bola mata yang timbul jika bola mata tidak dilindungi selama terapi.5
16
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
17
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
18
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.3.3 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa pasti dari karsinoma sel sebasea ini dilakukan
biopsi.6
19
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.3.5 Tatalaksana
Pada penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan terapi bedah.
Pengobatan bertujuan untuk mengangkat lesi yang ganas untuk mencegah penyebaran
local ataupun sistemik. Pengobatan dari karsinoma kelenjar sebasea adalah operasi
eksisi yang adekuat, dengan batasan operasi yang luas dengan control potongan beku
segar untuk menggambarkan pinggiran tumor. Evaluasi nodul limfatik diperlukan
untuk menilai metastase.6,15
Jika terdapat keterlibatan difus dari kedua bola mata atas dan bawah,
diperlukan tindakan eksentrasi. Buatkan biopsy pada area konjungtiva yang
hyperemia yang dicurigai karsinoma kelenjar sebasea pada waktu operasi.6
2.2.3.6 Prognosis
Karsinoma kelenjar sebasea dari kelopak mata dapat berhubungan dengan
bagian yang agresif dan prognosa yang buruk. Identifikasi faktor-faktor risiko dengan
pasti membantu menemukan pasien-pasien yang mungkin memperoleh keuntungan
dari terapi yang lebih agresif.6,7
Indikator-indikator prognosa buruk, keterlibatan kelopak mata atas, durasi
gejala lebih dari 6 bulan, bentuk pertumbuhan yang infiltrative, diferensiasi sebasea
sedang sampai buruk, asal multisentrik, karsinoma intraepitel (penyebaran pagetoid),
invasi vascular dan saluran limfatik, invasi ke orbita, ukuran lebih dari 10 mm.6
Dengan eksisi luas dan tanpa bukti metastase, hasil operasi dapat mencegah
keganasan. Meskipun demikian, lesi-lesi sebasea mempunyai insiden kekambuhan
dan metastase.6
20
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
melanoma maligna yang didiagnosa setiap tahun. Ada 51.400 kasus baru melanoma
didiagnosa pada tahun 2002 dengan 7.800 kematian. 25% pasien melanoma maligna
dijumpai pada umur di bawah 40 tahun.10
Meloma hanya ditemukan 1% dari keseluruhan lesi palpebra. Kenyataannya,
walaupun hanya 3% dari semua kanker kulit melanoma, ini sangat penting karena
lebih dari dua pertiga dari semua kematian akibat kanker kulit yang disebabkan
melanoma maligna. Oleh karena itu, penting untuk mengenali lesi jinak dan ganas
kelopak mata, terutama ketika berpigmen.11
Gambar 9. Melanoma
21
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and
Lacrimal System. Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)
2.2.4.3 Diagnosis
Ciri khas dari melanoma maligna adalah pigmentasi variabel (yaitu sebuah
lesi dengan tingkat warna coklat, merah, putih, biru atau hitam gelap) batas tidak
tegas, ulserasi dan perdarahan. Melanoma palpebra yang melibatkan konjungtiva
biasanya lebih agresif daripada yang terbatas di kulit palpebra.11
Perubahan tampilan pada lesi berpigmen memerlukan biopsi eksisi pada lesi.
Evaluasi sistemik untuk metastasis regional atau jauh diperlukan bila didiagnosis
melanoma.11
Clark dan Breslow membagi kedalaman invasi ke dalam lima tingkat
anatomis:11
Tingkat 1 hanya terbatas pada epidermis (in situ).
Tingkat 2 menembus papiler dermis.
Tingkat 3 mengisi papila dermis.
Tingkat 4 meluas ke reticular dermis.
Tingkat 5 tumor meluas ke dalam jaringan subkutan.
2.2.4.4 Penatalaksanaan
Terapi bedah dapat dilakukan untuk alasan kosmetik atau kecurigaan
keganasan pada lesi jinak berpigmen. Prosedur pilihan untuk pengobatan melanoma
maligna kulit kelopak mata adalah eksisi bedah lebar dengan 1 cm margin kulit
dikonfirmasi oleh histologi. Pemotongan kelenjar getah bening regional harus
dilakukan untuk tumor yang lebih besar dari 1,5 mm secara mendalam dan / atau
untuk tumor yang menunjukkan bukti penyebaran vaskular atau limfatik.11
22
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Laser dapat digunakan untuk lesi berpigmen kelopak mata tertentu, sebuah
penelitian terbaru telah menunjukkan kasus uveitis bilateral setelah terapi laser pada
lesi kelopak mata berpigmen.11
2.2.4.5 Prognosis
Tingkat 4 atau Tingkat 5 melanoma ganas kulit palpebra biasanya mempunyai
prognosis buruk. Breslow mengembangkan metode kuantitatif dengan mengukur
kedalaman invasi dengan milimeter. Pasien dengan tebal tumor kurang dari 0,75 mm
memiliki prognosis sangat baik dengan dapat bertahan hidup 5 tahun sebesar 100%.
Pasien dengan lesi 0,75 mm sampai 1,5 mm memiliki prognosis yang cukup baik, dan
pasien dengan tumor lebih dari 1,5 mm memiliki prognosis yang buruk dengan
ketahanan hidup 5 tahun sebesar 50% sampai 60%.11
2.2.5.2 Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti, tetapi beberapa faktor terlibat yang
ditemui pada pasien sarkoma Kaposi:12
23
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.5.3 Patofisiologi
Sarkoma Kaposi kemungkinan besar disebabkan oleh beberapa faktor,
termasuk ekspresi deregulasi dari onkogen dan gen oncosuppressor oleh
KSHV/HHV-8 dikombinasikan dengan penurunan kekebalan tubuh dan pelepasan
sitokin (interleukin [IL] -6) dan faktor pertumbuhan dari HIV bertindak ke atas
terjadinya infeksi sel. IL-6 menginduksi signal transducers andactivators of
transcription 3 (STAT3), sehingga menyebabkan ekspresi onkogen. Meskipun
mekanisme yang tepat tentang KSHV/HHV-8 bertindak sebagai perantara
oncogenesis belum sepenuhnya diketahui, banyak KSHV/HHV-8 onkogen virus yang
telah dikatakan dapat menyebabkan neoplasia.12
2.2.5.4 Diagnosis
Sarkoma Kaposi pada mata biasanya asimptomatik, kadang-kadang disertai
iritasi ringan. Tumor sarkoma Kaposi berwarna kemerah-merahan, padat, dengan
gambaran proliferasi vaskuler, sel-sel spindle dan serat-serat retikulin, diduga berasal
dari endotel.12
Untuk mengidentifikasi faktor risiko pada sarkoma Kaposi, dokter harus
anamnesa tentang hal-hal berikut:12
Demografi
Status kekebalan
24
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
25
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Tahap I dan II, tumor merata dan datar. Lesi ini memiliki tinggi
ketebalan kurang dari 3 mm vertikal dan timbul kurang dari 4
bulan.
Tahap III, tumor nodular dan kenaikan tinggi vertikal yang lebih
besar dari 3 mm, cenderung timbul lebih dari 4 bulan.
Lesi sarkoma Kaposi oftalmik ditemukan di kelopak mata, konjungtiva,
dan jarang ditemukan di dalam orbital.
Keterlibatan konjungtiva dapat disertai pendarahan subkonjunctiva,
injeksi, dan kemosis.
Pemeriksaan Lab 12
Pada pasien dengan sarkoma Kaposi diindikasikan:
HIV enzyme-linked immunosorbent assay
HIV Western blot
Berhubung dengan kulit atau konjungtiva, biopsi dari lesi mungkin diperlukan
untuk diagnosis pasti.
26
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.5.5 Penatalaksanaan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk sakoma Kaposi, hanya bersifat paliatif.
Radioterapi memberikan respon yang baik pada 93-100% penderita dengan sarkoma
Kaposi.12
Tujuan terapi pada pasien dengan sarkoma Kaposi adalah untuk meringankan
iritasi mata, efek massa, dan kerusakannya. Sarkoma Kaposi cenderung untuk
mempunyai respon terhadapkemoterapi. Jika pasien memiliki keterlibatan sistemik
yang membutuhkan kemoterapi, lesi mata seringkali teratasi atau berkurang drastis
setelah memulai terapi ini. Namun, biasanya terjadi kekambuhan berikut setelah
penghentian kemoterapi.12
Pengobatan dengan Interferon hanya 10% memberikan respon baik, 20%
memberikan respons partial sedangkan sebagian besar penderita tidak memberikan
hasil yang baik.29 Indikasi untuk eksisi lokal mencakup lesi mengganggu secara
kosmetik, ketidaknyamanan, dan obstruksi penglihatan dari bagian terbesar tumor.
Pertimbangan dalam mengobati lesi untuk mencegah pembentukan entropion dengan
trikiasis dan keratopati eksposur dan ulkus kornea.12
2.2.5.6 Komplikasi
Keterlibatan pada kelopak mata dapat menyebabkan kerusakan dan disfungsi
kelopak. Lagofthalmos dan trikiasis dapat menyebabkan iritasi mendalam dan
kekeringan, infeksi, dan jaringan parut pada kornea. Keterlibatan konjungtiva dapat
mengakibatkan pendarahan subkonjunctiva berulang. Pada akhirnya, penglihatan bisa
hilang dari disfungsi kelopak, perubahan permukaan kornea, atau obstruksi
penglihatan.12
BAB 3
KESIMPULAN
27
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata
dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan
kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra.1,2
Tumor ganas yang paling sering mengenai palpebra adalah karsinoma sel
basal, karsinoma sel squamous, karsinoma sel sebasea, melanoma, dan sarkoma
kaposi. Sedangkan tumor jinak palpebra seperti hemangioma dan xanthalesma.3
Karsinoma sel basal berasal dari lapisan basal epitel kulit atau dari lapis luar
sel folikel rambut. Berupa benjolan yang transparan, kadang dengan pinggir yang
seperti mutiara. Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif,
jarang mempunyai anak sebar atau bermetastasis. Dapat merusak jaringan di
sekitarnya terutama bagian permukaan bahkan dapat sampai ke tulang (bersifat lokal
destruktif), serta cenderung untuk residif lebih bila pengobatannya tidak adekuat.
Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan terapi,
diantaranya adalah bedah eksisi dengan potong beku (frozen section), bedah
mikrografi Mohs, bedah dengan laser CO2, dan eksisi tanpa potong beku. Pilihan
terapi non bedah yaitu : Radioterapi, Kemoterapi, dan Interferon.
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas kelopak mata tersering
kedua. Insidensinya hanya 5% jauh lebih kecil dari insidensi karsinoma sel basal.
Umumnya sering muncul dari batas kelopak mata (gabungan kulit dengan mukosa)
pada pasien yang tua. Dapat mengenai kelopak mata atas dan bawah. 2 Gejala klinis
dapat muncul dalam 2 bentuk yaitu sebuah luka dengan batas tinggi dan keras yang
paling sering. Kedua adalah bentuk seperti jamur atau polip verukosa tanpa ada luka,
tetapi jarang muncul.
Karsinoma kelenjar sebasea adalah karsinoma yang tumbuh dari kelenjar
meibom pada kelopak mata. Etiologinya adalah idiopatik. Jarang muncul pada anak-
anak, dengan frekuensi tertinggi muncul pada orang dengan umur 60-79 tahun.
Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis berspektrum luas.
28
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion. Sering terlihat seperti
khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Pada
penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan terapi bedah. Pengobatan bertujuan
untuk mengangkat lesi yang ganas untuk mencegah penyebaran local ataupun
sistemik. Pengobatan dari karsinoma kelenjar sebasea adalah operasi eksisi yang
adekuat, dengan batasan operasi yang luas dengan control potongan beku segar untuk
menggambarkan pinggiran tumor. Evaluasi nodul limfatik diperlukan untuk menilai
metastase.6,15
Melanoma adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus
dibedakan dari Nevi dan karsinoma sel basal. Ciri khas dari melanoma maligna
adalah pigmentasi variabel (yaitu sebuah lesi dengan tingkat warna coklat, merah,
putih, biru atau hitam gelap) batas tidak tegas, ulserasi dan perdarahan.
Penatalaksanaan pada melanoma adalah terapi bedah untuk alasan kosmetik atau
kecurigaan keganasan pada lesi jinak berpigmen. Sedangkan terapi laser dapat
digunakan untuk lesi berpigmen kelopak mata tertentu.
Sarkoma Kaposi merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai pada
penderita AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma dapat mengenai mata, yaitu palpebra
atas/bawah menyerupai hordeolum atau hemangioma dan pada konjuntiva forniks,
dan bulbi bagian inferior. Gejala klinis sarkoma kaposi pada mata biasanya
asimptomatik, kadang-kadang disertai iritasi ringan. Tumor sarkoma Kaposi
berwarna kemerah-merahan, padat, dengan gambaran proliferasi vaskuler, sel-sel
spindle dan serat-serat retikulin, diduga berasal dari endotel. Tidak ada pengobatan
spesifik untuk sakoma kaposi, hanya bersifat paliatif. Radioterapi memberikan respon
yang baik pada 93-100% penderita dengan sarkoma Kaposi.12
DAFTAR PUSTAKA
29
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
30
PAPER NAMA : FEBRYNA RIZKY
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100006
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
12. Jacqueline Freudenthal MD. Kaposi Sarcoma. 2010. Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/.
13. Ilyas, S., Yulianti, S.R., 2012. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Keempat, Cetakan
Kedua. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 1-2.
14. Jiyo Shin, MD. Case Report: Sebaceous Cell Carcinoma of the Upper Eyelid in
an Older Patient. Avalaible at : http://www.aafp.org/afp/2010/1101/p1046.html
15. Sukmawati, T.T., Gabriela, R. Diagnosis dan Tatalaksana Karsinoma Sel Basal.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas
Tarumanagara, Jakarta, Indonesia.
31