Anda di halaman 1dari 16

TUGAS REMED STASE MATA

HORDEULUM
Diajukan untuk memenuhi tugas kepanitraan ilmu mata

Oleh:
Miftahudin 4151201040

Pembimbing :
DR, dr. Awan Buana Sp.M., M.Kes

BAGIAN ILMU MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI - RUMKIT TK II
DUSTIRA
CIMAHI
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang dengan karunia dan kasih sayang-Nya
telah memberikan segala kemudahan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, baik
berupa petunjuk, bimbingan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya
kepada:

1. Kepala Departemen Mata DR, dr. Awan Buana Sp.M., M.Kes yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama di departemen mata.
2. Seluruh staf dan pengajar yang sudah berkontribusi dalam kegiatan selama
di stase mata.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu di masyarakat.

Cimahi, Maret 2023


Penulis

Miftahudin
4151201040
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.


Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata
melindungi kornea dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata.
Penutupan kelopak mata berguna untuk menyalurkan air mata ke seluruh
permukaan mata dan memompa air mata melalui punctum lakrimalis.
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari
yang jinak sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur
seperti ektropion, entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari
kelainan kelopak mata tidak mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada
kelopak mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion
akut. Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak
mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan
bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum.
.Hampir setiap orang mengenal bintitan atau timbil yang dalam bahasa
medis disebut hordeolum. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak-
anak hingga orang tua. Disebutkan bahwa angka kejadian pada usia dewasa lebih
banyak dibanding anak-anak.

1.2 Tujuan.
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah:
1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit mata yang
dikenal dengan Hordeolum
2. Mengetahui etiologi, faktor resiko, patofisiologi pencegahan serta
penatalaksanaan pada penderita Hordeolum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Palpebra


Palpebra (kelopak mata) superior dan inferior adalah modifikasi
lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata bagian anterior.
Berkedip membantu nenyebarkan lapisan tipis air mata, yang melindungi
kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis
mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk
melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola
mata. Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola
mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.

Gambar 1. potongan sagital


palpebra

Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke


dalam terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan lapisan membran mukosa (konjungtiva
pelpebralis).
Struktur alpebra
1. Lapisan kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis,
longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak
subkutan.
2. Otot-otot pada palpebra
a. M. Orbikularis Okuli
Berperan dalam munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi
fissura palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati
tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian
otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian
pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal.
Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
b. M. Levator Palpebra
Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
3. Jaringan Areolar
Jaringan areolar submuskular yang terdapat di bawah muskulus
orbikularis okuli, berhubungan degan lapisan subaponeurotik dari
kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong palpebra utama dari palpebra adalah lapis
jaringan fibrosa padat yang – bersama sedikit jaringan elastik -
disebut lempeng tarsus. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan
20 buah di kelopak bawah).
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Tepian Palpebra
Panjang tepian palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2mm. Tepian
ini dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian
anterior dan posterior.

1. Tepian anterior
- Bulu mata: bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun
tidak teratur. Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak
dibanding bulu mata bawah serta melengkung ke atas; bulu mata
bawah melengkung kebawah
- Glandula Zeiss: struktur ini adalah modifikasi kelenjar sebasea
kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
- Glandula Moll: struktur ini adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
2. Tepian posterior
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian
ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasea yang telah
dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal).
3. Punktum lakrimal
Terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra, dimana
terdapat penonjolan kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat
pada palpebra superior dan inferior. Punktum ini terfungsi
menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulusnya ke sakus
lakrimalis.
Fisura Palpebra
Gambar 2. Fisura Palpebra

Fisura palpebrae adalah ruang berbentuk elips diantara kedua palpebra yang
terbuka. Fisura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Kanthus
lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepi lateral orbita dan membentuk sudut tajam.
Kanthus medialis lebih elips dari kantus lateralis dan mengelilingi lacus
lakrimalis. Lakus lakrimalis terdiri atas dua buah struktur yaitu karunkula
lakrimalis.
Terdapat sebuah lipatan kulit yang disebut epikantus, terbentang dari
ujung medial palpebra superior ke ujung medial palpebra inferior, menutupi
kanalikula. Epikantus secara normal terdapat pada bayi dan menghilang
selam perkembangan jembatan nasal, tetapi menetap pada orang Asia.

Septum Orbitale
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian otot orbikularis yang
terletak di antara tepian orbita dan tarsus yang berfungsi sebagai sawar
antara palpebra orbita. Septum orbitale ditembus oleh pembuluh dan saraf
lakrimal, pembuluh dan saraf supratroklear, pembuluh dan saraf
supraorbital, saraf intraokular, anastomosis antara vena angularis dan vena
ophtalmica dan musculus levator palpebrae superioris. Septum orbitale
superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus
superior; septum orbilae inferius menyatu dengan tarsus inferior.

Refraktor Palpebra

Gambar 3. Refraktor Palpebra


Refraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Refraktor palpebra
dibentuk oleh kompleks muskulofasial, dengan kompleks mukulofasial,
dengan komponen otot rangka dan otot polos. Di palpebra superior, bagian
otot rangka adalah levator palpebra superior yang berasal dari apeks orbita
dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari
muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, refraktor utama
adalah muskulus rektus inferior, yang menulurkan jaringan fibrosa untuk
membungkus muskulus obliqus inferior dan berinsersi ke dalam batas
bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari refraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus
inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.

Pembuluh darah dan limfe

Gambar 4. Arteri dan Vena Palpebra

a. Pasokan darah palpebra berasal dari arteria lacrimalis dan


ophtalmica melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medial.
b. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena opthalmica dan
vena yang membawa darah dari dahi dan temporal
c. Pembuluh limfe dari segmen lateral palpebra berjalan ke dalam
kelenjar getah being preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari
sisi medial
palpebra mengaalirkan isinya kedalam kelenjar getah bening
submandibular.

Persarafan Sensoris
Persarafan sensorik palpebra berasal nervus trigeminus (V). Gerakan
palpebra terdiri atas dua macam, yaitu :
1. Menutup
Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N. VII) dan relaksasi M.Levator
Palpebra Superior. M. Rioland menahan bagian belakang palpebra
terhadap dorongan bola mata.
2. Membuka
Kontraksi M. Levator palpebra superior (N.III). M. Muller
mempertahankan mata agar tetap terbuka.

II.2 Hordeolum
a. Definisi
Peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, merupakan suatu abses
dalam kelenjar kelopak mata.
Nodul infeksi atau inflamasi akut pada satu atau lebih kelenjar palpebra

b. Epidemiologi
- Merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering
ditemukan.
- Dapat terjadi pada semua umur, terutama anak-anak dan dewasa
muda

c. Etiologi
Biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea
kelopak. Disebutkan bahwa Staphylococcus aureus merupakan
penyebab terbanyak infeksi pada kasus hordeolum, yaitu pada 90-95%
kasus. Hordeolum juga dapat dapat disebabkan oleh bakteri
streptoccocus.

d. Klasifikasi
Hordeolum diklasifikasikan berdasarkan lokasi terjadinya infeksi
penonjolan kelopak mata:
- Hordeolum internum : infeksi pada kelenjar meibom didalam tarsus
- Hordeolum eksternum : infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll.

Gambar 5. Hordeolum Interna dan


eksterna

e. Patofisiologi
Hordeolum disebabkan oleh infeksi sekunder kelenjar sebasea.
Hordeolum umumnya disebabkan oleh adanya infeksi dari
bakteri Staphylococcus aureus yang akan menyebabkan inflamasi
pada kelenjar kelopak mata. Hordeolum ekesterna timbul dari blokade
dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum interna timbul
dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi peradangan
pada tarsus dan jaringan sekitarnya. Kedua tipe hordeolum dapat
timbul dari komplikasi blefaritis. Apabila infeksi pada kelenjar
Meibom mengalami infeksi sekunder dan inflamasi supuratif dapat
menyebabkan komplikasi konjungtiva.
f. Gejala klinis
Kelopak membengkak dengan rasa sakit, mengganjal, merah dan nyeri
tekan.
 Hordeolum eksterna (sty):
- Penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak,
- Nanah dapat keluar dari pangkal rambut
- Ikut bergerak dengan pergerakan kulit
 Hordeolum interna :
- Penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal, dengan
ukuran biasanya lebih besar dari hordeolum eksterna .
- Tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit.

Gejala inflamasi seperti edema, merah, sensasi panas, nyeri pada


nodul, dan biasanya timbul unilateral.
Terdapat 2 stadium pada hordeolum, yaitu:
1. Stadium infiltrat : ditandai dengan kelopak mata bengkak,
kemerahan, nyeri tekan dan keluar sedikit kotoran.
2. Stadium supuratif: ditandai dengan adanya benjolan yang berisi
pus (core) yang terlihat berupa bintik kuning atau putih pada
kelopak mata yang terinfeksi.
g. Diagnosis
Diagnosis pada hordeolum berdasarkan tanda dan gejala yang muncul
pada pasien dan dengan dilakukan pemeriksaan mata. Tidak diperlukan
pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis hordeolum.
Dalam penanganan hordeolum, jangan melupakan kemungkinan
keganasan. Apabila peradangan tidak mereda, perlu dilakukan
pemeriksaan uji resistensi dan dicari underlying cause.
h. Diagnosis banding
1. Kalazion
 Kalazion merupakan peradangan granulomatosa Meibom
yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar
Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis kelenjar tersebut.
 Gejala: adanya benjolan pada kelopak mata, besarnya nodul
berkembang lambat, pada palpasi teraba leih lunak, gejala
inflamasi kronis: tidak hiperemis, tidak nyeri tekan, dan
adanya pseudoptosis.
Gambar 6. Kalazion

2. Selulits preseptal
 Selulitis preseptal adalah infeksi umum pada kelopak mata dan
jaringan lunak periorbital
 Gejala: eritema akut pada kelopak mata, disertai demam yang
diikuti dengan munculnya pembengkakan pada kelopak mata
 Perbedaan dengan hordeolum: perjalanan penyakitnya,
selulitis preseptal ditandai dengan demam diikuti munculnya
pembengkakan.

Gambar 7. Selulitis preseptal

3. Tumor Palpebra
 Tumor palpebral adalah suatu pertumbuhan sel yang
abnormal pada kelopak mata.
 Perbedaan dengan hordeolum: tidak adanya tanda-tanda
peradangan seperti hiperemi dan hangat pada perabaan.
 Beberapa jenis tumor pada palpebra: tumor jinak
(hemangioma, molluscum contaginosum, nevus
xanthelasma), tumor ganas

(karsinoma; sel basal, karsinoma sel skuamosa, karsinoma


kelenjar sebasea, sarkoma; melanoma)
 Penegakan diagosis tumor palpebra dengan pemeriksaan
biopsi.

i. Penatalaksanaan
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5 – 7
hari.
1. Kompres hangat 3 kali sehari selama 10 menit, untuk
mempercepat peradangan sampai nanah keluar
2. Pengangkatan/pencabutan bulu mata dapat memberi jalan untuk
drainase nanah,dan diberikan salep antibiotik mata topikal
(tetrasiklin / kloramfenikol) untuk mengurangi gejala
3. Antibiotik lokal terutama bila berkat untuk rekuren atau terjadi
pembesaran kelenjar preurikel
4. Antibiotik sistemik yang diberikan: Eritromisin 250mg atau
Diklosasilin 125-250mg 4 kali sehari, atau Tetrasiklin -> bila
terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran
kelenjar limfe preaurikular
5. Apabila dalam 48 jam tidak ada perbaikan, dan sudah masuk
dalam stadium supurasi maka dapat dilakukan insisi/drainase
apabila diketahui terdapat nanah
6. Insisi pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar.

Insisi hordeolum
- Anastesi lokal dengan pantokain tetes mata
- Anastesi filtrasi dengan prokain atau lidokain didaera hordeolum
- Dilakukan insisi : hordeolum eksternum (dibuat insisi sejajar
dengan margo palpebra), hordeolum internum (insisi pada daerah
fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra)
- Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskokleasi (dengan sendok
kuret) atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam
kantongnya
- Beri salep antibiotik tetrasiklin/kloramfenikol 3x sehari
dilanjutkan selama 3-7hari.
Edukasi pasien :
1. Menggunakan sabun yang tidak menimbulkan iritasi seperti sabun
bayi.
2. Hindari menekan / menusuk / menggosok hordeolum, karena
akan menimbulkan perlukaan dan resiko terjadi infeksi yang
lebih serius
3. Hindari penggunaan makeup pada kelopak mata.

j. Komplikasi
1. Pseudoptosis/ptosis : dapat terjadi akibat bertambah beratnya
kelopak mata sehingga sukar diangkat
2. Selulitis palpebra : radang jaringan ikat jarang palpebra di depan
septum orbita
3. Abses palpebral.

k. Prognosis
– Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat.
– Baik dan dapat timbul berulang.
– Tidak berbahaya dan jarang terjadi komplikasi
– Dengan pengobatan yang baik, hordeolum dapat sembuh
dengan cepat dan tanpa komplikasi
– Prognosis buruk dapat terjadi bila hordeolum ditekan atau ditusuk
karena infeksi dapat menyebar ke jaringan sekitar.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Hordeolum merupakan infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak
mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena disebut hordeolum internum,
sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka disebut hordeolum
eksternum. Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus
hordeolum. Gejala dan tanda hordeolum antara lain bengkak, nyeri pada
kelopak mata, perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata,
memiliki riwayat penyakit yang sama, eritema, edem, nyeri bila ditekan  di
dekat pangkal bulu mata. Seperti gambaran absces kecil. Penatalaksanaan
terdiri dari perawatan umum seperti kompres hangat, antibiotik topikal atau
pun sistemik dan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.Ilmu Penyakit Mata untuk


Dokter umum dan Mahasiswa Kedokteran.Jakarta : Sagung Seto; 2012. p. 60- 57.
2. American Academy of Ophthalmology. Infectious diseases of the external eye:
clinical aspects. External Disease and Cornea. San Francisco, CA: LEO; 2016- 2017.
3. Sundaram V, Barsam A, Alwitry A, Khaw P, eds. Oxford Specialty Training:
Training in Ophthalmology the Essential Clinical Curriculum. UK: Oxford
University Press; 2008. p.84.
4. Khurana AK, ed. Comprehensive Ophthalmology 4th Edition. New Delhi New
Age International (P) Ltd Publishers; 2007. p.339-42; 44-6.
5. Vaughan DF, Asbury T, Eva PR. Oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta: EGC,
2010. hal.17-8
6. Ehrenhaus MP. Hordeolum. 2016. http://emedicine.medscape.com/article/
1213080 diakses: 2023
7. Ming AS, Constable IJ, eds. Color Atlas of Ophthalmology 3rd Edition.
8. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J, eds. Pocket Atlas of
Ophthalmology. New York: Thieme; 2006. p. 26-9.
9. Bustos DE. Chalazion on Medline Plus. 2010.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/ article/001006.htm
10. Panicharoen C, Hirunwiwatkul P. Current pattern treatment of hordeolum by
ophthalmologists in Thailand. J Med Assoc Thai. 2011 Jun. 94(6):721-4.
11. Lindsley K, Nichols JJ, Dickersin K. Interventions for acute internal
hordeolum.Cochrane Database Syst Rev. 2010 Sep 8. CD007742.
12. Kwitko GM. Preseptal cellulitis. http://emedicine.medscape.com/
article/1218009-overview. 2012. Diakses: 2023

Anda mungkin juga menyukai