Anda di halaman 1dari 31

BLEPHARITIS

I. PENDAHULUAN
Infeksi kelopak atau blepharitis adalah radang yang sering terjadi pada
kelopak mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepian
kelopak. Blepharitis dapat disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang
biasanya berjalan kronis atau menahun. Blepharitis alergi dapat terjadi akibat
debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik, sedangkan
Blepharitis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus, pneumococcus,
pseudomonas, dan lain sebagainya.1
Data dari National Disease and Therapeutics Index menunjukan
terjadinya 590.000 kasus blepharitis pada tahun 1982. Sama halnya dengan
data epidemiologi dari Inggris yang mengindikasikan bahwa blepharitis dan
konjungtivitis merupakan 71% kasus yang datang ke klinik dengan keluhan
inflamasi pada mata5. Blepharitis lebih sering terjadi pada orang-orang dengan
kecenderungan kulit berminyak, rambut berketombe atau dry eyes. Blefaritis
bisa terjadi pada masa kanak-kanak yang membentuk granulasi pada kelopak
mata, terus berlanjut sebagai kondisi kronis dan gejala-gejalanya lebih timbul
pada dekade ke-6 dan ke-7.2,3..
Pada permukaan kulit setiap orang terdapat bakteri, namun pada
beberapa orang bakteri tersebut tumbuh pada pinggiran kulit dekat bulu mata.
Kemudian bisa menimbulkan iritasi yang ada hubungannya dengan aktivitas
berlebih dari kelenjar minyak di sekitar daerah mata hingga membentuk
serpihan-serpihan yang mirip ketombe di sekitar margin kelopak mata dan bulu
mata. Gejala yang di timbulkan terkadang hanya berupa iritasi kecil disertai
dengan rasa gatal tetapi dalam beberapa kasus bisa menyebabkan kemerahan
pada mata, rasa seperti tersengat atau terbakar. Beberapa orang mungkin
memiliki reaksi hipersensitivitas terhadap serpihan seperti ketombe yang
terbentuk di sekitar mata karena reaksi iritasi ataupun pada bakteri yang
mengilingi kelopak mata, kondisi ini bisa menyebabkan inflamasi yang lebih

0
buruk lagi di jaringan sekitar mata khususnya pada kornea hingga timbul
infeksi sekunder.4,5.
Secara klinis blefaritis dikategorikan menjadi staphylococcal, seborrheic,
meibomian gland dysfunction (MGD) atau kombinasinya, sedangkan
berdasarkan bentuknya blepharitis dibagi menjadi blepharitis seborrheic dan
blepharitis ulcerative.4,5.
Buruknya korelasi antara tanda dan gejala pada blepharitis, etiologi serta
patofisiologi yang tidak jelas mengakibatkan kesulitan dalam menentukan
penatalaksanaan. Hanya terdapat sedikit bukti yang mendukung prosedur
penatalaksanaan dari blepharitis. Pasien harus tahu bahwa terapi jangka
panjang mungkin diperlukan dan kesembuhan permanen jarang terjadi tetapi
semua gejala yang timbul sangat mungkin untuk dikendalikan. Pengobatan
sendiri tidak akan cukup untuk mengendalikan gejala; menjaga kebersihan dari
kelopak dan bulu mata menggunakan air hangat juga merupakan kunci
pengobatan pada blepharitis, walaupun remisi dapat tercapai, rekurensi sering
timbul terutama jika perawatan dan terapi di hentikan.4,5.

II. ANATOMI
A. Anatomi Kelopak mata
Kelopak mata atau palpebra berperan dalam melindungi bagian depan
bola mata dari kerusakan lokal. Fungsi lain dari palpebra adalah meregulasi
cahaya yang masuk ke mata, menyebarkan air mata ke seluruh kornea saat
berkedip, dan dalam drainase air mata, yaitu dalam pemompaan
conjunctival sac dan lacrimal sac.2,3.
Palpebra superior berbatas sampai ke alis. Palpebra inferior berbatas
hingga ke bawah cekungan orbita tepat sebelum pipi, membentuk lipatan
dimana jaringan ikat longgar palpebra bertemu dengan jaringan padat dari
pipi. Struktur yang menyusun palpebra antara lain adalah kulit, jaringan
subkutan, otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar submuskular,
lapisan fibrosa (lempeng tarsus), lapisan membran mukosa (konjungtiva
palpebralis).4,5.

1
Kulit kelopak mata merupakan kulit yang tertipis dari tubuh dan tidak
memiliki lapisan lemak subkutan, sehingga pergerakan konstan saat
berkedip dapat mempengaruhi konsistensi palpebra seiring bertambahnya
usia. Muskulus orbikularis okuli berperan dalam menutupnya palpebra.
Serat- serat otot mengelilingi fissura palpepra secara konsentris dan
menyebar ke tepi orbita. Bagian otot di dalam palpebra dikenal sebagai
bagian pratarsal, bagian diatas septum orbita adalah bagian praseptal,
segmen diluar palpebra disebut bagian orbita. Palpebra bagian pretarsal dan
preseptal bertanggung jawab dalam gerakan kelopak mata yang bersifat
involunter saat berkedip, sedangkan bagian orbital terlibat dalam penutupan
kelopak mata secara sadar. Kontraksi otot ini dipersarafi oleh nervus
fasialis.2,3,4,5.
Jaringan alveolar submuskular terletak di bawah muskulus orbikularis
okuli yang berhubungan dengan lapisan subaponeurotik kulit kepala. Tarsus
merupakan struktur utama yang menyokong palpebra dan merupakan
jaringan fibrosa padat. Bersama dengan sedikit jaringan elastik,
kompartemen ini disebut lempeng tarsus. Lempeng tarsus kelopak mata
berukuran 10-12 mm secara vertikal di tengah kelopak mata dan memiliki
keterikatan pada periosteum melalui tendon kantus medialis. Lempeng
tarsus dapat berpindah secara horizontal seiring bertambahnya usia sebagai
akibat dari peregangan medial dan lateral tendon pendukung. Kelenjar
meibom terletak di dalam tarsus. Konjungtiva palpebra adalah selapis
membran mukosa yang melekat pada tarsus dan melapisi bagian posterior
palpebra yang mengandung sel goblet penghasil musin dan kelenjar
lakrimalis, aksesori, wolfring, dan Krause. 2,3,4,5.

2
Tepian palpebra memiliki panjang 25-30 mm dan lebar 2mm. Tepian
ini dipisahkan menjadi tepian anterior dan posterior oleh sambungan
mukokutan. Tepian palpebra anterior terdiri dari, bulu mata, glandula zeis,
glandula moll. Bulu mata terletak di bagian tepi palpebra dan tersusun tidak
teratur. Bulu mata atas lebih panjang dan lebih banyak di panding bulu mata
bawah serta melengkung keatas, sedangkan bulu mata bawah melengkung
ke bawah. Glandula zeis, merupakan kelenjar sebasea kecil yang bemuara
kedalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula moll, merupakan
kelenjar keringat yang bermuara membentuk suatu barisan dekat bulu mata.
2,3,4,5.

Tepian posterior palpebra berkontak langsung dengan bola mata.


Sepanjang tepian posterior terdapat muara- muara kecil kelenjar sebasea
seperti kelenjar meibom atau tarsal. Punctum lakrimal terletak pada ujung
medial tepian posterior yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata kebawah melalui
kanalikulus ke sakus lakrimalis (Vaughan dan Asbury, 2015). Fissura
palpebra merupakan ruang elips di antara kedua palpebra yang terbuka.
Fissura ini berakhir di kantus medialis dan lateralis. Pada orang asia, sebuah
lipatan yang dikenal sebagai epikantus terbentang dari ujung medial
palpebra superior ke ujung medial palpebra inferior, menutupi karunkula.
Epikantus secara normal terdapat pada bayi dan menghilang saat
perkembangan nasal, tapi hal ini tidak berlaku pada ras Asia. 2,3,4,5.
Septum orbital adalah fasia di belakang bagian otot orbikularis di
antara tepian orbita dan tarsus. Septum orbita berfungsi sebagai sawar antara
palpebra dan orbita. Septum orbita ditembus oleh pembuluh dan saraf
lakrimal, pembuluh dan saraf supratroklear, pembuluh dan saraf
supraorbital, saraf infratroklear, anastomosis antara vena angularis dan vena
optalmika, dan otot levator palpepra superior. 2,3,4,5.
Otot retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra. Otot tersebut
dibentuk oleh kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan
polos, yang dikenal sebagai kompleks levator di palpebra superior dan fasia

3
Palpebral orbita
Otot orbicularis
okuli
Otot tarsal
Kelenjar krause

kapsulopalpebra di palpebra inferior seperti yang ditunjukan pada gambar.


Fornik sakus lakrimalis
Otot rangka levator
Tarsal
palpebra superioris, berasalKonjungtiva
dari apeks orbita pada
bulbar Sakus
lakrimalis
palpebral superior. Retraktor utama dari palpebra inferior adalah otot rektus
2,3,4,5. meibom)
inferior.
Tarsal (kelenjar
Kelenjar wolfring
Gambar 1. Anatomi Palpebra.3,4

Konjungtiva palppebra
Kelenjar zeis

Kelenjar moll

4
B. Fisiologi Kelopak Mata
Palpebra merupakan salah satu unsur yang paling penting yang
terbentuk dalam sistem proteksi pada mata. Fungsi ini dilaksanakan oleh
tiga unsur pada palpebra yaitu, fungsi sensasi dan penyaringan dari silia,
sekresi kelenjar- kelanjar palpebra, pergerakan palpebra. Rangsangan
mekanik, optik, dan akustik yang kuat seperti benda asing, cahaya, suara
keras yang mendadak akan memicu refleks menutup mata. Palpebra secara
regular berkedip 20-30 kali permenit untuk membantu mendistribusikan
sekresi kelenjar dan air mata pada konjungtiva dan kornea sehingga
mencegah dari kekeringan pada mata.3,4.
Refleks kedip mata dapat disebabkan oleh hampir semua stimulus
perifer, namun dua refleks fungsional yang signifikan yaitu, Stimulasi
terhadap nervus trigeminus di kornea, palpebra dan konjungtiva yang
disebut refleks kedip sensoris atau refleks kornea. Refleks ini berlangsung
cepat yaitu 0,1 detik dan Stimulus yang berupa cahaya yang menyilaukan
yang disebut refleks kedip optikus. Refleks ini lebih lambat dibandingkan
refleks kornea.4,6.
Fungsi proteksi palpebra yang pertama adalah silia dan alis mata.
Folikel silia dikelilingi pleksus saraf yang sangat rendah ambang
rangsangannya, sehingga saat silia tersentuh akan timbul refleks berkedip.
Alis berfungsi sebagai penghalang objek yang mendekati mata dari alis. Alis
mata dapat dielevasi tanpa gerakan bola mata ke atas, namun bila bola mata
menatap ke atas, alis mata dapat ikut terelevasi. Alis mata dielevasi oleh
otot frontalis dan didepresi oleh otot orbikularis okuli saat menutup
palpebra. Fungsi proteksi yang kedua dilakukan oleh sekresi kelenjar
palpebra oleh kelenjar Meibom yang terdapat pada lempeng tarsal, yang
jumlahnya kira-kira
30 pada tiap tarsus. Lapisan minyak yang terbentuk merupakan
lapisan superfisial dari tear film prekorneal yang berfungsi mencegah
evaporasi dan tumpahnya air mata dari palpebra. Palpebra juga mengandung
kelenjar lakrimal aksesorius yaitu Krause dan Wolfring.3,4,6

5
Pergerakan palpebra diatur oleh otor levator palpebra, otot orbikularis
okuli dan otot muller’s pada palpebra superior dan inferior. Gerakan
palpebra menutup dan terbuka dilakukan secara volunter (disadari) maupun
secara refleks (tidak sadar). Pada saat mata dibuka, palpebra superior
terangkat kira- kira 10 mm melawan gravitasi dan terlipat di bawah tepi
orbita pada lipatan palpebra. Gerakan ini terutama diakibatkan oleh kontrasi
dari otot levator palpebra yang di inervasi oleh sistem simpatis. Gerakan ini
berhubungan dengan kontraksi otot rektus superior. Palpebra superior
mengikuti bola mata saat menatap ke atas, namun, pada refleks berkedip,
bola mata dan palpebra superior bergerak ke arah yang berlawanan yaitu
bola mata bergerak ke atas sedangkan palpebra superior ke bawah dan
menutup. 3,4,6
Gerakan menutup palpebra dilakukan oleh otot Orbikularis okuli yang
di inervasi oleh nervus fasialis (N.VII). Bagian palpebra yang melapisi
tarsus dan septum orbita berperan dalam pergerakan berkedip dan menutup
mata, sedangkan bagian orbital berperan pada saat palpebra menutup mata
dengan keras. Ada tiga jenis gerakan menutup mata yang dihasilkan oleh
kombinasi-kombinasi yang berbeda dari serabut otot orbikularis okuli dan
otot yang menggerakkan alis mata saat berkedip, menutup mata dengan
sadar dan blefarospasme. 3,4,6
Gerakan menutup mata secara sadar (voluntary winking) adalah
gerakan satu mata. Gerakanini dihasilan oleh konstraksi otot orbikularis
okuli bagian palpebra dan orbital secara simultan. Sedangkan pada
blefarospasme, dihasilkan oleh kontraksi otot Orbikularis okuli pars
palpebra dan otot-otot pada alis mata. 3,4,6

6
Mata mulai mengedip

Kanalikuli
Sakus lakrimalis

Punctum terbuka 2/3 kelopak mata membuka Punctum menutup


dan air mata masuk Punctum 1/3 kelopak mata menutupakibat kontak dengan
margin kelopak mata

2/3 kelopak mata menutup Menyebabkan


1/3 kelopak mata membuka
penekanan
pada kanalikuli

Tekanan pada
kanalikuli terlepas,
Kelopak mata menutup sepenuhnya
namun punctum tetap
menutup

Gambar 2. Fisiologi dari Mekanisme Aliran Air Mata. 3

Kestabilan air mata tidak hanya tergantung pada komposisinya, tetapi


juga pada kemampuan palpebra untuk berkedip. Seperti yang ditunjukan
gambar, saat berkedip terjadi distribusi air mata yang merangsang sekresi air
mata dari kelenjar lakrimal aksesorius dan memompakan ke dalam sakkus
lakrimal. Sebagian besar orang berkedip 20-30 kali permenit.3,4,5.
Berkedip dapat diinduksi oleh rasa nyeri atau sentuhan pada
permukaan okuler dan dihantarkan melalui saraf trigeminus atau oleh
stimulus cahaya melalui saraf optikus. Stimulus dihantarkan ke nukleus
sensorik saraf trigemunus dan diproses pada regio supranuklear. Stimulus
eferen untuk mengedip dibawa ke otot orbikularis okuli pretarsal oleh
cabang zygomatikus dari saraf fasialis. Abnormalitas dari saraf trigeminus
dapat diakibatkan oleh infeksi Herpes Simpleks atau Varicella Zoster yang
mencegah konduksi stimulus sensoris ke batang otak dan menurunkan
angka frekuensi mengedip maupun kedipan yang tidak sempurna. 3,4,6.
Kelenjar air mata juga terdiri dari komponen eksresi. Komponen
eksresi terdiri dari punkta, kanalikuli, sakus lakrimalis dan duktus

7
Kelenjar lakrimal
Punctum lakrimalis superior
bagian orbital Kanalikulus lakrimalis
Superior

Fundus laksimalis
lakrimalis, seperti yang terlihat pada gambar. Palpebra menutup mulai dari
Plika semilunaris
lateral menyebabkan air mata menyebar secara merata diatas kornea dan
Sakus lakrimalis
menyalurkanya ke sistem eksresi di sisi medial palpebra. Air mata yang
Duktus nasolakrimal
sudah memenuhi sakus konjungtivitis akan memasuki punctum.

Konka inferior
Punctum lakrimal inferior

Gambar 3.Sistem Sekresi Air Mata.3

Saat menutup mata, bagian khusus orbikularis yang mengelilingi


ampula akan mengencang untuk mencegahnya keluar. Bersamaan dengan
itu, palpebra ditarik kearah krista lakrimalis posterior, lalu terjadi traksi
fasia yang mengelilingi sakus lakrimalis yang mengakibatkan
memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan negatif di dalam
sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalam sakus yang
kemudian berjalan melalui duktus lakrimalis karena pengaruh gaya berat
dan elastisitas jaringan, ke dalam meatus inferior hidung. Secara terus
menerus air mata kembali di produksi dengan cara mengedipkan mata.
Pada saat mata terbuka, lapisan air mata aquous akan berkurang akibat
dari evaporasi serta aliran keluar melalui punctum dan duktus nasolakrimal.
Apabila mata mulai terasa kering dan terjadi dry spot pada kornea, mata
akan terasa perih, menimbulkan rangsangan pada saraf sensoris dan terjadi
refleks mengedip sehingga tirai air mata terbentuk lagi dan seterusnya. 3,4,6.
Produksi air mata kira-kira 1,2 μl per menit dengan volume total 6 μl.
Tebal lapisan air mata diukur dengan interferometri adalah 6,0 μm ± 2,4 μm

8
pada mata normal dan menurun menjadi 2,0μm ±1,5 μm pada pasien dry
eye (Hosaka et al., 2011). Dalam keadaan normal, air mata dihasilkan
dengan kecepatan yang sesuai dengan jumlah yang diuapkan, sehingga
hanya sedikit yang sampai di sistem eksresi. 3,4,6.

III. DEFINISI
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata.
Kata blefaritis berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti kelopak
mata, dan akhiran itis yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
peradangan dalam bahasa Inggris. Blefaritis adalah inflamasi kronik kelopak
mata yang umumnya terjadi bilateral. Blefaritis adalah suatu kondisi yang
dapat mempengaruhi fungsi normal bulu mata dan kelenjar meibom melalui
infeksi bakteri, peradangan, perubahan sekresi kelenjar meibom, atau
kombinasi dari faktor-faktor ini. Secara anatomis, blefaritis dibagi menjadi
blefaritis anterior dan blefaritis posterior. Pada blefaritis anterior, inflamasi
terjadi di tepi kelopak mata, kulit, dan folikel bulu mata, sedangkan pada
blefaritis posterior, inflamasi terjadi di tepi kelopak hingga konjungtiva
tarsal.3,4,5.

IV. ETIOLOGI
Blefaritis dapat disebabkan oleh peradangan, bakteri, alergi, kondisi
lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik:6
A. Blefaritis inflamasi atau alergi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit
di sekitar kelopak.
B. Blefaritis alergi dapat disebabkan oleh iritasi di atmosfer (misalnya, bahan
kimia di tempat kerja) atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik.
Pada banyak orang, blefaritis disebabkan oleh paparan hewan seperti
anjing atau kucing.
C. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret
kuning atau kehijauan.
D. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit
dari berbagai jenis.

9
Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus
blefaritis) atau ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal
ini juga dapat terjadi karena kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi
atau kutu dari bulu mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh produksi
minyak tidak teratur oleh kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis)
yang menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan
bakteri. Hal ini juga dapat berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit
lainnya seperti jerawat rosacea dan ketombe kulit kepala.2
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh
dan pintu dari kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada.
Mungkin ada keterlibatan tepi luar dari tepi kelopak mata yang berdekatan
dengan kulit atau dan tepi bagian dalam kelopak mata yang bersentuhan
dengan bola mata. Perubahan pada kulit kelopak mata atau permukaan mata
itu sendiri biasanya bisa menjadi penyebab sekunder yang mendasari
terjadinya kelainan pada kelopak mata.3,4,5.
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar
minyak di kelopak. Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan
bawah. Ketika kelenjar minyak memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit,
atau salah jenis minyak, tepi kelopak mata dapat menjadi meradang, iritasi,
dan gatal.3,4,5.
V. EPIDEMIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di
seluruh dunia. Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak
diketahui, tetapi penyakit dengan angka kematian yang dikenal, seperti lupus
eritematosus sistemik, mungkin terdapat blefaritis sebagai bagian dari gejala
yang ditemukan. Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual,
kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas kehidupan
sehari-hari. Proses penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk
mata dengan trichiasis, entropion notching, dan ectropion. Kerusakan kornea
dapat mengakibatkan peradangan, jaringan parut, hilangnya kehalusan
permukaan, dan kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang

10
parah berkembang, perforasi kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang
diketahui menunjukkan perbedaan ras dalam kejadian blefaritis. Rosacea
mungkin lebih umum di orang berkulit putih, meskipun temuan ini mungkin
hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis pada ras ini.8
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui
perbedaan dalam insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis
seboroik lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua dengan usia
rata-rata adalah 50 tahun.8 Akan tetapi apabila dibandingkan dengan bentuk
lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda (42 tahun) dan
sebagian besar adalah wanita (80%).3.

VI. PATOFISIOLGI
Selama bertahun-tahun, blefaritis dan penyakit mata kering telah
dianggap sebagai dua penyakit yang berbeda, namun, mata kering baik
dikarenakan meningkatnya penguapan ataupun menurunnya produksi air
mata, merupakan gejala dari blefaritis kronis. Mata kering hanyalah bentuk
dan manifestasi akhir dari satu penyakit, yaitu blefaritis. Istilah baru dalam
menggambarkan penyakit kronis yang satu ini, yaitu Dry Eye Blepharitis
Syndrome (DEBS).
Bakteri berkolonisasi ditepi kelopak mata dalam struktur yang dikenal
sebagai biofilm. Kolonisasi bakteri dapat menginisiasi aktivasi quorum-
sensing gene. Produk gen yang baru diaktifkan terdiri dari faktor virulensi
inflamasi seperti eksotoksin, toksin sitolitik dan super-antigen yang muncul
selama sisa hidup pasien. Seperti yang di tunjukan gambar dibawah, terdapat
enam tahapan penyakit pada kelopak mata yaitu pertahanan hidup bakteri,
pembentukan biofilm, kolonisasi bakteri secara berlebihan, aktivasi quorum-
sensing gene, produksi faktor virulensi dan peradangan pada kelopak mata.7.

11
Teori DEBS oleh Rynerson
Derajat 1Derajat 2Derajat 3
Kelenjar Krause dan
Folikel bulu mataKelenjar meibomwolfring
Folikel bulu mataKelenjar meibom
Folikel bulu mata

Kerusakan akibat inflamasi

Faktor virulensi bakteri

Aktifasi gen

Quorum Sensing

Kenaikan densitas

Biofilm

Bakteri

Gambar 4. Mekanisme Blefaritis.3,4.

Tahap 1 DEBS melibatkan folikel bulu mata. Biofilm dapat dengan


mudah mengakses ruang potensial antara bulu mata dan folikel secara
memanjang ke bawah di sepanjang bulu mata dan jaringan di sekitarnya.
Setelah produksi faktor virulensi dimulai, akan terjadi peradangan pada bulu
mata. Peradangan ini dibuktikan secara tanda klinis dengan volcano sign yang
terjadi ketika jaringan folikel edematosa membengkak di sekitar pangkal bulu
mata, seperti yang terlihat pada gambar dibawah. Hal ini terjadi karena
kompresi kapiler akibat edema dan peningkatan keberadaan transudat dalam

12
jaringan, sehingga menyebabkan pucat bila dibandingkan dengan jaringan
yang meradang di sekitarnya.8

Gambar 5. Volcano Sign.5

Saat bulu mata tumbuh, potongan-potongan kecil biofilm yang melekat


pada bulu mata akan tertarik dari margin kelopak mata dan menghasilkan
yang dikenal sebagai collarattes atau puing-puing scurf, seperti yang terlihat
pada gambar. Bulu mata tumbuh pada waktu dan tahap yang berbeda
menyebabkan terdapat perbedaan temuan biofilm yang tampak. Pada gambar
, dapat terlihat di bagian atas gambar sebuah collarattes yang baru terpisah
dari margin penutup biofilm. Semakin tua bulu mata, collarattes muncul lebih
jauh dari margin kelopak mata.8

Gambar 6. Biofilm pada Bulu Mata.6.

13
Tahap 2 DEBS melibatkan folikel bulu mata dan kelenjar meibom.
Kerusakan meibom selalu terjadi setelah kerusakan folikel karena letak
anatomi kelenjar meibom lebih sulit dijangkau dibandingkan dengan folikel
bulu mata. Kelenjar meibomian memiliki duktus yang sempit. Karakteristik
ini, bersama dengan aliran konstan meibom yang keluar dari kelenjar, secara
efektif menghambat pertumbuhan biofilm ke dalam kelenjar.
Waktu timbulnya inflamasi ditentukan oleh karakteristik biofilm dan
faktor virulensi dari bakteri. Meibomian Gland Disfunction (MGD) pada
Gambar dapat dianggap sebagai pelapisan biofilm dalam kelenjar meibom.
Saat kerusakan akibat inflamasi telah dimulai, duktus yang tersumbat dan
lipid yang berkurang dapat mempengaruhi sekresi meibom. Kekurangan lipid
atau lipid abnormal ditandai oleh peningkatan titik leleh, sekresi yang
menebal, bercampur dengan biofilm, muncul gambaran seperti pasta gigi,
menandakan penurunan drastis lipid fungsional.8

Gambar 7. Gangguan pada Muara Kelenjar Meibom.8

Meibomian Gland Dissfunction (MGD) secara jelas terlihat pada


gambar. Kombinasi biofilm dengan MGD sangat mungkin terjadi. Kelenjar
meibom yang dipenuhi dengan biofilm membuat sekresi kelenjar meibom
tidak memiliki tempat lain kecuali keluar dari duktus, sehingga akan muncul
gambaran seperti kubah kecil yang terperangkap di bawah penutup biofilm.

14
Prosedur kompres hangat dan ekspres otomatis, seperti lipiflow, adalah cara
terbaik untuk menghilangkan sekresi abnormal dari dalam kelenjar sehingga
inflamasi antara kelenjar meibom dapat diatasi.9.
Tahap 3 DEBS melibatkan folikel, kelenjar meibom, dan kelenjar
lakrimal aksesorius dari Wolfring dan Krause. Kelenjar air mata ini
terlindungi dengan baik oleh kelopak mata. Lumen yang sempit dan aktivitas
pembilasan dari produksi air mata berfungsi melindungi kelenjar ini. Setelah
40-50 tahun penyebaran harian ratusan biofilm, sedikit biofilm dapat
menemukan jalannya menuju kelenjar Krause dan Wolfring jika margin
biofilm terus-menerus mencurahkan sedikit biofilm ke dalam film air mata
melalui dispersal. Kelenjar air mata ini merupakan bagian terakhir yang
diinfiltrasi oleh biofilm.10.
Tahap 4 DEBS adalah ketika integritas struktural kelopak mata mulai
rusak. Peradangan pada akhirnya memengaruhi seluruh margin di kelopak
mata, ujung jaringan, otot, dan saraf menjadi rusak dan kehilangan fungsinya.
Kelopak mata yang mengalami pengenduran, entropion, ektropion, dan
floppy eye syndrome adalah manifestasi dari penyakit inflamasi kronis
kelopak mata pada stadium akhir. Pasien pada tahap ini cenderung tidak
memiliki gejala. Setelah puluhan tahun mengalami peradangan dan kerusakan
kelopak mata, ujung saraf tidak lagi mampu menandakan ketidaknyamanan.
Pada kondisi ini, kerusakan kelopak mata dan kelenjar air mata sudah tidak
dapat dipulihkan. DEBS adalah penyakit knonis yang muncul secara
bertahap, selama beberapa dekade ataupun sepanjang hidup seseorang.10.

VII. KLASIFIKASI
A. Berdasarkan letaknya, blefaritis dibagi menjadi:11
1. Blefaritis anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian
luar,tempat dimana bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya
disebabkanoleh infeksi bakteri (stafilokokusblefaritis) atau ketombe
di kepala danalis mata (blefaritis seboroik). Walaupun jarang, dapat
juga disebabkan karena alergi.11

15
Gambar 8. Blefaritis Anterior.11
2. Blefaritis posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian
dalam, bagian yang kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis
posterior dapat disebabkan karena produksi minyak oleh kelenjar di
kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan
mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri
untuk bertumbuh. Selain itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit
yang lain seperti jerawat atau ketombe.11.

Gambar 9. Blefaritis Posterior.11

B. Klasifikasi berdasarkan penyebabnya:11


1. Blefaritis bakterial
a. Blefaritis superfisial

16
Bila infeksi kelopak superfisial disebabkan oleh
staphylococcus maka pengobatan yang terbaik adalah dengan salep
antibiotik seperti sulfasetamid dan sulfisoksazol. Sebelum
pemberian antibiotik krusta diangkat dengan kapas basah.Bila
terjadi blefaritis menahun maka dilakukan penekanan manual
kelenjar Meibom untuk mengeluarkan nanah dari kelenjar Meibom
(Meibormianitis), yang biasanya menyertai.11
Blefaritis stafilokokal ditandai dengan adanya sisik, krusta
dan eritema pada tepi kelopak mata dan collarette formation pada
dasar bulu mata. Infeksi kronis dapat disertai dengan eksasebasi
akut yang mengarah pada terjadinya blefaritis ulseratif. Dapat juga
terjadi hilangnya bulu mata, keterlibatan kornea termasuk erosi
epitelial, neovaskularisai dan infiltrat pada tepi kelopak.11
b. Blefaritis Seboroik
Blefaritis seboroik merupakan peradangan menahun yang
sukar penanganannya. Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut
(50 tahun), dengan keluhan mata kotor, panas dan rasa kelilipan.
Gejalanya adalah sekret yang keluar dari kelenjar meibom, air mata
berbusa pada kantus lateral, hiperemia dan hipertropi papil pada
konjungtiva. Pada kelopak dapat terbentuk kalazion, hordeolum,
madarosis, poliosis dan jaringan keropeng.Pengobatannya adalah
dengan memperbaiki kebersihan dan membersihkan kelopak dari
kotoran. Dilakukan pembersihan dengan kapas lidi hangat.
Kompres hangat selama 5-10 menit. Kelenjar Meibom ditekan dan
dibersihkan dengan shampo bayi. Penyulit yang dapat timbul
berupa flikten, keratitis marginal, tukak kornea, vaskularisasi,
hordeolum dan madarosis.11

17
Gambar 10. Blefaritis seboroik.11

Pasien dengan blefaritis seboroik mempunyai sisik


berminyak pada kelopak mata depan, dan sering di antara mereka
juga menderita dermatitis seboroik pada alis dan kulit kepalanya.11
The American Academy of Dermatology mencatat bahwa penyebab
kondisi ini belum dipahami dengan baik. Tapi dermatitis seboroik
terkadang muncul pada orang dengan sistem kekebalan yang
lemah. Jamur atau ragi jenis tertentu yang memakan minyak (lipid)
di kulit juga dapat menyebabkan dermatitis seboroik, dengan
blefaritis menyertainya.11
c. Blefaritis Skuamosa
Blefaritis skuamosa adalah blefaritis disertai terdapatnya
skuama atau krusta pada pangkal bulu mata yang bila dikupas tidak
mengakibatkan terjadinyaluka kulit. Merupakan peradangan tepi
kelopak terutama yang mengenai kulit didaerah akar bulu mata dan
sering terdapat pada orang yang berambut minyak. Blefaritis ini
berjalan bersama dermatitis seboroik.Penyebab blefaritis skuamosa
adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur. Pasien akan merasa
panas dan gatal. Pengobatannya ialah dengan membersihkan tepi
kelopak dengan shampoo bayi, salep mata, dan steroid setempat
disertai dengan memperbaiki metabolisme pasien. Penyulit yang
dapat terjadi antara lain: keratitis, konjungtivitis.11
d. Blefaritis Ulseratif.
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan
tukak akibatinfeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif
terdapat keropeng berwarna kekunung-kuningan yang bila diangkat
akan terlihat ulkus yang kecil dan mengeluarkan darah di sekitar

18
bulu mata. Pada blefaritis ulseratif skuama yang terbentuk bersifat
kering dan keras, yang bila diangkat akan luka dengan disertai
perdarahan. Penyakit bersifat sangat infeksius. Ulserasi berjalan
lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak folikel rambut sehingga
mengakibatkan rontok(madarosis).11
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik.
dapat
Pengobatan pada blefaritis ulseratif dengan sulfasetamid,
gentamisin atau basitrasin. Biasanyadisebabkan stafilokok maka
diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luaspengobatan harus
ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.Penyulit adalah
madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum
dan kalazion. Bila ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi
tarikan jaringan parut yang juga dapat berakibat trikiasis.11
e. Blefaritis Angularis.
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak
yang
disudut kelopak mata atau kantus. Blefaritis angularis mengenai
sudut kelopak mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat
mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal. Blefaritis
angularis disebabkan oleh Moraxella lacunata atau Staphylococcus
aureus meskipun bakteri lain atau sangat jarang herpes simplex
juga terlibat. Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada
salah satu tepi kelopak mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-
pecah di kantus lateral dan medial, juga dapat terjadi
konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini bersifat
rekuren. Blefaritis angularis diobati dengan sulfa (kloramfenikol,
eritromisin), tetrasiklin dan seng sulfat. Penyulit terjadi pada
punctum lakrimal bagian medial sudutmata yang akan menyumbat
duktus lakrimal.11

19
Gambar 11. Blefaritis angularis.11

f. Meibomianitis.
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan
mengakibatkan tanda peradangan lokal pada kelenjar tersebut.
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat,
penekanan dan pengeluaran nanah dari dalamberulang kali disertai
antibiotik lokal.4

Gambar 12. Meibominiatis.11

2. Blefaritis virus11
a. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada
ganglion gaseri saraf trigeminus. Bilayang terkena ganglion cabang
oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata
dan kelopak mata atas.Gejala tidak akan melampaui garis median
kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada mata adalah rasa sakit
pada daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak
mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena.
Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial
merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.

20
Pengobatan hanya asimtomatik; steroid superfisial untuk
mengurangi gejala radang dan analgesik untuk mengurangi rasa
sakit. Penyulit yang mungkin terjadi adalah uveitis, parese otot
perggerak mata, glaukoma dan neuritis optik.3
b. Herpes simplek
Vesikel kecil dikelilingi eritema yang dapat disertai dengan
keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks
kelopak. Dikenal bentuk blefaritis simpleks yang merupakan
radang tepi kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning
basah pada tepi bulu mata, yang mengakibatkan kedua kelopak
lengket. Tidak terdapat pengobatan spesifik pada penyakit ini. Bila
terdapat infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik sitemik atau
topikal.3
c. Vaksinia
Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak
berupa pustula dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat
pengobatan spesifik untuk kelainan ini.3
d. Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum pda kelopak akan terlihat sebagai
benjolan dengan penggaungan ditengah yang biasanya terletak di
tepi kelopak. Dapat ditemukan kelainan berupa konjungtivitis yang
bentuknya seperti konjungtivitis inklusi klamidia atau trakoma.
Pengobatan moluskum tidak ada yang spesifik atau dilakukan
ekstirpasi benjolan, antibiotic local diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder.3
3. Blefaritis jamur3
a. Infeksi superfisial
Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk
epidermomikosis, diberikan 0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal
atau dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan nistatin
topikal 100.000 unit per gram.3

21
b. Infeksi jamur profundus
Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan
Nocardia efektif menggunakan sulfonamid, penicillin atau
antibiotik spektrum luas. Spesies lain bisa digunakan Amfoterisin
B dimulai dengan 0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan
dekstrose 5% dalam air.3
4. Phitiriasis palpebrarum9
Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang
yang terinfeksi kutu dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila,
dada atau bulu mata. Pitiriasis palpebarum merupakan kutu dari bulu
mata yang biasanya menjangkiti anak-anak yang hidup ditempat yang
memiliki higinitas yang buruk.9

Gambar 13. Phitiriasis palpebrarum.11

Gejala meliputi iritasi kronis dan gatal pada kelopak mata.


Ditandai oleh kutu yang menempel kebulu mata dengan cakarnya.
Telur dan kulitnya yang kosong muncul seperti bentuk oval,
coklat, keputihan seperti mutiara dan melekat pada dasar cilia.
Kunjungtivitis tidak lazim ditemukan.

22
Kutu diangkat beserta bulu mata secara mekanik dengan
menggunakan pinset, lalu diberikan topikal yellow mercuric oxide
1% atau petroleum jelly pada bulu mata dan kelopak mata dua kali
sehari selama 10 hari. Menghilangkan kutu pada pasien, keluarga,
baju dan tempat tidur penting untuk menghindari kekambuhan.11

VIII. MANIFESTASI KLINIS


Pasien dengan blefaritis anterior maupun posterior, umumnya
mengeluhkan nyeri seperti rasa terbakar, tergesek, perasaan mata
berpasir dan seperti terdapat benda asing, gatal, serta tanda berupa
kemerahan di tepi kelopak mata. Keluhan ini dirasakan terutama pada
pagi hari dan dirasakan hilang timbul.

Gambar 14. Diagram yang memperlihatkan tanda-tanda blepharitis.12

23
Gambar 15. Tampilan Klinis tepi kelopak mata.(1) skuama pada bulu mata
(2) dilatasi pembuluh darah pada bulu mata
(3) sumbatan kelenjar meibom. 12

Perbedaan tanda klinis blefaritis dapat dilihat pada tabel 1.

24
Tabel 1. Manifestasi Klinis Blefaritis.3,5,6

Blefaritis Anterior Blefaritis Posterior


Stafilokokal Seboroik
Sisik ( scales )  Kasar berkusta  Halus  Tidak khas
 Menempel
 Menempel di
disepanjang
pangkal bulu
tepi kelopak
mata
dan bulu
mata
 Berminyak,  Madarosis
Bulu mata  Dapat parsial
bulu
mata saling pada kasus
terjadi kronis
menempel
madarosis
(hilangnya
bulu
mata)  Tepi
kelopak  Tampak
trichiasis, atau
hiperemis penonjolan
poliosis
dan sumbatan
(depigmentasi) kelenjar
Kelopak  Dapat terjadi meibom
parut (scaring)  Sekresi
meibom
pada tepi
berlebihan,
kelopak mata
tampak
seperti
tetes minyak
 Sekresi
meibom
tampak
seperti
pasta gigi
Konjungtiva  Hiperemis  Tidak khas  Konjungtivitis
papilar
 Konjungtiviti
 Dapat terjadi
papiler
erosi epitel di
inferior
kornea

25
Lain-lain  Dry eye syndrome
 Dapat disertai hordeolum atau keratitis marginalis

(Sumber: Sitompul, Widyawati dan Sitorus, 2018)

IX. DIAGNOSIS
Terdapat korelasi yang buruk antara tingkat keparahan gejala dan tanda
klinis
A. Gejala :
1. Gejala blepharitis posterior sama dengan blepharitis anterior
B. Tanda :
Berupa tanda-tanda disfungsi kelenjar meibom :
1. Sekresi kelenjar meibom yang berlebihan dan abnormal yang ditandai
oleh tertutupnya orifisium kelenjar meibom oleh gelembung minyak
2. Sumbatan orifisium kelenjar meibom disertai oleh hyperemia dan
telangektasia margo posterior palpebra
3. Penekanan pada margo palpebral yang meradang mengakibatkan
keluarnya secret kelenjar meibomyang tampak seperti pasta gigi
4. Pada transiluminasi terhadap palpebra yang meradang, tampak
hilangnya kelenjar, dan dilatasi kistik dari duktus meibomian
5. Film air mata menjadi berminyak dan bebusa, dengan busa yang
terakumulasi pada margo palpebra maupun kantus medial.
Adanya perubahan sekunder berupa konjungtivitis papiler dan erosi epite
kornea di bagian sentral.

X. PENATALAKSANAAN
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam
menjaga kebersihan kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis.
Dokter harus memastikan bahwa pasien mengerti bahwa penanganan
blefaritis adalah sebuah proses, yang harus dilakukan untuk jangka waktu
yang lama.8
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini
termasuk variasi dari 3 langkah penting 8,9
A. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan
untuk memicu evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat
penting. Pasien umumnya diarahkan untuk menggunakan kompres
hangat basah dan menerapkannya pada kelopak berulang kali. Air hangat
di handuk, kain kassa direndam, atau dimasak dengan microwave, kain
yang telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk
menghindari penggunaan panas yang berlebihan.8
B. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan
yang menempel, seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan
lubang kelenjar. Hal ini dapat dilakukan dengan handuk hangat atau
dengan kain kasa. Air biasa sering digunakan, meskipun beberapa dokter
lebih suka bahwa beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam satu tutup
botol penuh air hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus
diperhatikan untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi
kelopak mata itu sendiri, bukan kulit kelopak atau permukaan
konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan mungkin
berbahaya. 1,12,13.
C. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok.
Umum digunakan adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep
antibiotik kortikosteroid kombinasi dapat digunakan, meskipun
penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka panjang.8
Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan.
Kasus refrakter blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral.
Satu atau dua bulan penggunaan tetrasiklin sering membantu dalam
mengurangi gejala pada pasien dengan penyakit yang lebih parah.
Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi
juga untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi kelenjar.
Penggunaan metronidazol sedang dipelajari.8
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata
buatan, salep air mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait,
seperti herpes simplex, varicella-zoster, atau penyakit kulit staphilokokal,
bisa memerlukan terapi antimikroba spesifik berdasarkan kultur. Penyakit
seboroik sering ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan
selenium, meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan.
Dermatitis alergi dapat merespon terapi kortikosteroid topikal.8
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan
memerlukan pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata.
Campuran antibiotik-kortikosteroid dapat mengurangi peradangan dan
gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati dengan antibiotik-
kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara
empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal harus
dikerok dan spesimen dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan
pengujian sensitivitas.8
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis
dapat memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan
notching kelopak dapat mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis
diobati dengan pencukuran bulu, perusakan folikel melalui arus listrik, laser,
atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah. Entropion atau ectropion dapat
mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan
rujukan ke ahli bedah oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis
diperlukan hanya untuk komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis,
ektropion, entropion, atau penyakit kornea.8
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal,
bacitracin atau kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut
tetapi terbatas dalam kasus-kasus lama. Setelah kelopak dibersihkan salep
harus digosok ke tepi kelopak anterior dengan cotton bud atau jari yang
bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat
membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.9
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan
pengobatan tetapi tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun
atau pada wanita hamil atau menyusui karena disimpan dalam tulang dan
gigi tumbuh, dan dapat menyebabkan noda pada gigi dan hipoplasia gigi
(eritromisin adalah alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin adalah
kemampuan mereka untuk memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di
bawah konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin
terutama diindikasikan pada pasien dengan phlyctenulosis berulang dan
keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan mungkin diperlukan.
Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12 minggu, Doksisiklin
100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12
minggu, Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi kulit
dapat berkembang setelah penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250
mg perhari atau b.d digunakan untuk anak-anak. 1,12,13.

XI. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi
yang paling sering terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak.
Mungkin sebaiknya disarankan untuk sementara waktu menggunakan alat
bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis benar-benar sudah
hilang.1
A. Hordeolum: adalah suatu infeksi bakteri pada salah satu kelenjar minyak
yang tersumbat. Hasilnya adalah benjolan yang nyeri di tepi atau di
dalam kelopak mata.
B. Chalazion: Sebuah chalazion atau granuloma konjungtiva terjadi ketika
penyumbatan di salah satu kelenjar minyak menyebabkan kelenjar yang
menjadi membesar dan menimbulkan jaringan parut.
C. Mata merah: blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata
merah (konjungtivitis).
D. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang
meradang atau salah arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus)
di kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya,
meskipun defisiensi tear film kadang dapat mengaburkan penglihatan,
menyebabkan berbagai derajatpenglihatan berfluktuasi sepanjang hari. 1,12,13.

XII. PROGNOSIS
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata)
dapat mengontrol tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah
komplikasi. Perawatan kelopak mata yang baik biasanya cukup untuk
pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari kekambuhan, karena
blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan
dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati
kondisi-kondisi tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang
memiliki beberapa episode blefaritis, kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya.
Bahkan dengan pengobatan yang berhasil, kekambuhan dapat terjadi. 1,12,13.

Anda mungkin juga menyukai