A.pengertian.
Narkolepsi merupakan salah satu bagian dari gangguan tidur kronik. Pengertian dari
narkolepsi sendiri adalah keinginan untuk tidur yang tidak tertahankan pada keadaan dan waktu
yang tidak sesuai. Serangan tidur ini biasanya muncul mendadak dan dalam waktu yang singkat.
Penderita narkolepsi biasanya akan mengantuk lalu langsung tertidur kemudian setelah 15 menit
orang tersebut akan bangun dan merasa segar, tetapi setelah itu akan mulai merasa mengantuk
lagi. Kejadian ini akan terjadi secara berulang ulang setiap hari.
Penyakit ini berbeda dengan insomnia yang terjadi secara terus menerus. Justru penderita
narcolepsy ini terkena serangan secara mendadak pada saat yang tidak tepat, seperti sedang
memimpin rapat biasanya terjadi serangan pada kondisi emosi yang tegang seperti: marah,
takut atau jatuh cinta. Serangan narcolepsy dapat melumpuhkan seseorang dalam beberapa menit
ketika dia masih sadar dan secara tiba-tiba membawanya ke alam mimpi.
B. Etiologi
Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan gelombang otak,
terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan Rapid Eye Movement (REM.)
Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi. Pada penderita narkolepsi gelombang REM
seolah menyusup ke gelombang sadar. Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah
bermimpi dalam keadaan sadar. Akibatnya kantuk menyerang terus dan otak seolah bermimpi
dalam keadaan sadar. Kelainan ini cenderung ditemukan juga dalam satu keluarga, sehingga
diduga merupakan penyakit keturunan. Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang
menyebabkan tidak terkendali lainnya periode tidur REM
C. Patofisiologi
Patofisiologi narkolepsi pada manusia telah ditemukan setelah para peneliti menemukan gengen narkolepsi pada hewan. Para peneliti sekarang percaya bahwa dalam hampir 90 dari orang
lumpuh
total.
Orang-orang
dengan
narkolepsi
sering
mengalami
ketidakmampuan untuk bergerak atau berbicara saat jatuh tertidur atau saat terjaga dalam
beberapa menit. kejadian ini biasanya singkat- yang berlangsung satu atau dua menit.
Penderita merasa hilang kendali atas tubuhnya.
4. Hypnagogic/hypnopompic hallucination
Halusinasi (melihat atau mendengar benda yang sesungguhnya tidak ada) bisa terjadi
pada awal tidur atau ketika terbangun. Halusinasi ini menyerupai mimpi biasa, tetapi
lebih hebat. Kondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai
halusinasi. Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di
dalam ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar
bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang budaya
penderita. Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga menganggap
penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa.
E. Pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosa, selain keempat gejala klasik tadi diperlukan juga pemeriksaan
Polysomnografi (sleep study.) Pemeriksaan dilakukan semalaman dan dilanjutkan dengan
Multiple Sleep Latency Test (MSLT.) MSLT adalah sleep study yang dilakukan di pagi hingga
sore hari untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat tertidur di pagi/siang hari.
Pemeriksaan dibagi menjadi 5 kali tidur siang, dimana setiap kalinya pasien diberi waktu 20
menit untuk jatuh tidur dengan tidur pertama berjarak 1,5 hingga 3 jam setelah bangun pagi.
Penderita narkolepsi tertidur kurang dari 5 menit dan biasanya dari 5 tidur siang terdapat 2 sleep
onset REM (SOREM.) SOREM adalah kondisi dimana gelombang otak penderita berubah
langsung dari terjaga ke REM.
Pada narkolepsi yang tidak disertai dengan katapleksi, selain menggunakan MSLT diagnosa
dapat juga ditegakkan dengan ditemukannya antigen khusus (HLA DQB1*0602) atau rendahnya
kadar hipokretin (orexin) dalam cairan serebro spinal. Walaupun tidak spesifik untuk memeriksa
narkolepsi, pemeriksaan ini dapat membantu diagnosa. Biasanya pasien tanpa katapleksi yang tes
DQB1*0602-nya positif, baru akan diperiksakan kadar hipokretin.
Elektroensefalogram (EEG), yang merupakan rekaman aktivitas listrik otak, bisa menunjukkan
bahwa pola tidur REM terjadi pada saat penderita mulai tertidur. Hal ini khas untuk narkolepsi.
Tidak ditemukan perubahan struktural dalam otak dan tidak ditemukan kelainan dalam hasil
pemeriksaan darah.
F. Penatalaksanaan
Narkolepsi adalah suatu kronis yang tidak hilang sepenuhnya. Meskipun tidak ada obat untuk
narkolepsi, pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu penderita mengelola gejala.
Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain stimultan atau antidepresan. Namun sebelum
mengkonsumsi
obat
tersebut
disarankan
untuk
berkonsultasi
dengan
dokter.
Obat perangsang (stimulan), seperti efedrin, amfetamin, dekstroamfetamin dan metilfenidat, bisa
membantu mengurangi narkolepsi. Dosisnya disesuaikan agar tidak terjadi efek samping yang
tidak
diinginkan,
seperti
kegelisahan,
terlalu
aktif
atau
penurunan
berat
badan.