Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KDM 5

NARKOLEPSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
1. SRI WAHYUNI HS
2. NUR ALIAH
3. NI PUTU AGNES WULANDARI
4. DIAH PUTRI ANGGRAENI
5. SISKA RAMDANI WARDANA
6. LILIS
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Ternasuk dari salah satu kebutuhan dasar manusia adalah tidur. Kita tidak
akan pernah terlepas dari tidur di dalam keseharian. Tidur nyenyak adalah impian
dari semua orang, tak terkecuali kita. Namun itu tidak mudah untuk dicapai.
Tidur juga sama seperti kegiatan-kegiatan lain pada umumnya. Tidur juga
mempunyai penyebab, yaitu kantuk. Rasa kantuk merupakan hal yang sangat wajar
terjadi pada setiap orang, selama itu masih tetap dalam tahap kewajaran. Namun,
rasa kantuk yang berlebihan adalah termasuk pada ketidak wajaran dan bisa di
kategorikan suatu penyakit. Seperti halnya narkolepsi.

Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan


gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan
Rapid Eye Movement (REM.) Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi.
Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar.
Akibatnya kantuk terus menyerang, dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar.

Untuk menambah atau bahkan memberikan suatu pengetahuan tentang


narkolepsi itu sendiri bagi kita semua, kami akan mencoba menuliskan atau
menyusun beberapa hal yang berhubungan dengan narkolepsi dalam makalah ini.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian Narkolepsi?
2.Apa penyebab Narkolepsi?
3.Apa Patofisiologis Narkolepsi?
4.Apa tanda & gejala Narkolepsi?
5.Apa pencegahan/cara mengatasi Narkolepsi?

C.TUJUAN
1.Untuk mengetahui pengertian Narkolepsi
2.Untuk mengetahui penyebab Narkolepsi
3.Untuk mengetahui Patofisiologis Narkolepsi
4.Untuk mengetahui Tanda & gejala Narkolepsi
5.Untuk mengetahui pencegahan/cara mengatasi Narkolepsi
BAB II
PEMBAHASAN

1.PENGERTIAN
Narkolepsi adalah gangguan tidur kronis yang ditandai dengan rasa kantuk di
siang hari dan serangan tidur yang tiba-tiba. Orang dengan narkolepsi merasa sulit
untuk tetap terjaga untuk jangka waktu yang lama, terlepas dari keadaannya.
Narkolepsi dapat menyebabkan gangguan serius dalam rutinitas sehari-hari.

Narkolepsi atau serangan tidur merupakan gangguan tidur yang terjadi, yang
ditandai dengan serangan tidur berulang yang tak tertahankan, kelumpuhan dan
halusinasi. Hampir sepanjang hari penderita merasakan kantuk. Sebaliknya, banyak
penderita narkolepsi tidak dapat tidur pada malam hari.

Penderita akan merasakan kesegaran ketika terbangun, tetapi beberapa menit


kemudian akan tertidur kembali. Penderita bisa mengalami kelumpuhan sementara
tanpa disertai penurunan kesadaran (keadaan seperti ini disebut katapleksi) sebagai
respon terhadap suatu reaksi emosional mendadak, seperti kemarahan, ketakutan,
kegembiraan, tertawa atau kejutan. Berjalan menjadi tumpang, menatuhkan barang
yang sedang dipegang atau akan terjatuh ke tanah.
Penderita juga bisa mengalami episode kelumpuhan tidur, dimana ketika baru saja
tertidur atau segera sesudah terbangun, penderita merasakan tidak dapat bergerak.
Dan juga dapat mengalami halusinasi (melihat atau mendengar benda yang
sesungguhnya tidak ada).

Gangguan terjadi pada mekanisme pengaturan tidur. Tidur, berdasarkan


gelombang otak, terbagi dalam tahapan-tahapan. Mulai dari tahap 1, 2, 3, 4 dan
Rapid Eye Movement (REM). Tidur REM adalah tahapan dimana kita bermimpi.
Pada penderita narkolepsi gelombang REM seolah menyusup ke gelombang sadar.
Akibatnya, kantuk terus menyerang dan otak seolah bermimpi dalam keadaan sadar.
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti narkolepsi tidak diketahui. Orang narkolepsi memiliki tingkat
rendah dari hypocretin, yang mana adalah neurokimia di otak yang membantu
mengatur bangun dan tidur REM.

Penyebab hilangnya sel-sel penghasil hypocretin di otak tidak diketahui, namun


diduga hal ini disebabkan oleh reaksi autoimun. Genetik dapat berperan dalam
perkembangan narkolepsi. Tetapi risiko orang tua yang mewariskan gangguan ini
pada seorang anak rendah - hanya sekitar 1 persen. Penelitian menunjukkan ada
hubungan yang mungkin dengan paparan virus flu babi (H1N1 flu) dan bentuk
tertentu dari vaksin H1N1 yang saat ini dikelola di Eropa.

Proses normal tertidur dimulai dengan fase yang disebut tidur non-rapid eye
movement (NREM). Selama fase ini, gelombang otak melambat, dan setelah satu
jam tidur, aktivitas otak akan berubah, dan tidur REM dimulai. Kebanyakan mimpi
terjadi saat tidur REM. Namun, pada narkolepsi, pengidap tiba-tiba masuk ke dalam
tidur REM tanpa mengalami tidur NREM, baik pada malam hari atau siang hari.

Beberapa karakteristik narkolepsi - seperti katapleksi, kelumpuhan tidur, dan


halusinasi - mirip dengan perubahan yang terjadi pada tidur REM, tetapi terjadi saat
terjaga atau mengantuk. Beberapa faktor risiko yang diketahui untuk narkolepsi,
termasuk usia antara 10 dan 30 tahun, dan adanya riwayat dalam keluarga
sebelumnya.

Perawatan dapat membantu, namun penyakit ini tidak dapat disembuhkan.


3. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi narkolepsi pada manusia telah ditemukan setelah para peneliti


menemukan gen-gen narkolepsi pada hewan. Para peneliti sekarang percaya bahwa
dalam hampir 90 dari orang yang menderita narkolepsi disebabkan oleh kekurangan
hypocretin / orexin ligan.

Oleh karena itu, percaya bahwa narkolepsi adalah genetik di alam karena fungsi
normal dan abnormal neurotransmitter modulasi kekebalan. Namun, para peneliti
telah mampu mengembangkan sebuah tes diagnostik baru yang melibatkan
mengukur cairan serebrospinal untuk tingkat hypocretin. Dan jika masalah dapat
dilihat dalam tingkat ini, maka terapi penggantian hypocretin dapat diberikan.
Namun, pengobatan ini masih dalam tahap perkembangan dan tidak tersedia untuk
merawat orang yang menderita narkolepsi.

4.TANDA & GEJALA

Untuk mengenali penderita narkolepsi, terdapat 4 gejala klasik (classic tetrad):

1. Rasa kantuk berlebihan (EDS)

Karakteristik utama narkolepsi adalah mengantuk luar biasa dan tak terkendali di
siang hari. Orang dengan narkolepsi tertidur secara tiba-tiba, di mana saja dan
kapan saja. Sebagai contoh, penderita mungkin tiba-tiba tertidur untuk beberapa
menit di tempat kerja atau ketika sedang berbicara dengan teman. Penderita tidur
hanya beberapa menit atau sampai setengah jam sebelum bangun dan merasa
segar, tapi kemudian tertidur lagi. Selain tidur di waktu dan tempat yang tidak tepat,
penderita juga mengalami penurunan kewaspadaan sepanjang hari.

Rasa kantuk dapat dipuaskan setelah tidur selama 15 menit, tetapi dalam waktu
singkat kantuk sudah menyerang kembali. Sebaliknya di malam hari, banyak
penderita narkolepsi yang mengeluh tidak dapat tidur.

2. Katapleksi (cataplexy)

Penderita bisa mengalami kelumpuhan sementara tanpa disertai penurunan


kesadaran (keadaan ini disebut katapleksi), sebagai respon terhadap suatu reaksi
emosional mendadak, seperti kemarahan, ketakutan, kegembiraan, tertawa atau
kejutan.

Berjalan menjadi timpang, menjatuhkan barang yang sedang dipegang atau terjatuh
ke tanah. Penderita juga bisa mengalami episode kelumpuhan tidur, dimana ketika
baru saja tertidur atau segera sesudah terbangun, penderita merasakan tidak dapat
bergerak.

Kondisi tiba-tiba lemas (seperti tak berotot), dapat menyebabkan berbagai


perubahan fisik, dari cadel ketika berbicara untuk melengkapi kelemahan dari
sebagian besar otot, dan dapat berlangsung selama beberapa detik hingga
beberapa menit. Cataplexy yang tidak terkontrol dan sering dipicu oleh emosi yang
kuat, biasanya yang positif seperti tertawa atau kegembiraan, tapi kadang-kadang
ketakutan, kejutan atau kemarahan. Misalnya, kepala penderita dapat terkulai tak
terkendali atau lutut tiba-tiba lemas ketika tertawa.

Beberapa orang dengan pengalaman narkolepsi hanya satu atau dua episode
cataplexy setahun, sementara yang lain memiliki banyak episode setiap hari. Dari
data Mayoclinic diperkirakan 70 persen orang dengan pengalaman narkolepsi
mengalami cataplexy.

3. Sleep paralysis

Sleep paralysis adalah keadaan lumpuh dimana penderitanya tidak dapat


menggerakkan tubuhnya sama sekali. Di saat peralihan dari sadar ke tidur, sleep
paralysis bisa menyerang berbarengan dengan halusinasi sehingga menimbulkan
pengalaman yang menakutkan bagi penderitanya. Ini terjadi karena gelombang tidur
REM (mimpi) yang menerobos ke kesadaran sehingga seolah penderita bermimpi di
siang bolong. Anda tentu ingat, bahwa dalam tahap tidur REM seluruh otot tubuh
(kecuali mata dan pernafasan) menjadi lumpuh total.

Orang-orang dengan narkolepsi sering mengalami ketidakmampuan untuk bergerak


atau berbicara saat jatuh tertidur atau saat terjaga dalam beberapa menit. kejadian
ini biasanya singkat- yang berlangsung satu atau dua menit. Penderita merasa
hilang kendali atas tubuhnya.

4. Hypnagogic/hypnopompic hallucination.

Halusinasi (melihat atau mendengar benda yang sesungguhnya tidak ada) bisa
terjadi pada awal tidur atau ketika terbangun. Halusinasi ini menyerupai mimpi biasa,
tetapi lebih hebat.

Kondisi mimpi yang menyusup ke alam sadar bermanifestasi sebagai halusinasi.


Penderita narkolepsi biasanya berhalusinasi seolah melihat orang lain di dalam
ruangan. Orang lain tersebut bisa orang yang dikenal, teman, keluarga, sekedar
bayangan, hantu atau bahkan makhluk asing, tergantung pada latar belakang
budaya penderita. Dengan gejala-gejala yang tidak biasa ini, tidak jarang keluarga
menganggap penderita narkolepsi mengidap gangguan jiwa.
5.PENCEGAHAN

Modifikasi gaya hidup yang penting dalam mengelola gejala narkolepsi. Anda bisa
mendapatkan manfaat dari langkah-langkah ini:

1. Tetaplah pada jadwal. Tidur dan bangun pada waktu yang sama setiap hari,
termasuk akhir pekan.
2. Ambil tidur siang. Jadwalkan tidur siang pendek secara teratur sepanjang
hari. Tidur siang 20 menit pada waktu strategis sepanjang hari mungkin akan
menyegarkan dan mengurangi kantuk selama satu sampai tiga jam.
3. Hindari nikotin dan alkohol. Dengan menggunakan bahan ini, terutama pada
malam hari, dapat memperburuk tanda-tanda dan gejala Anda.
4. Dapatkan olahraga secara teratur. Moderat, olahraga teratur setidaknya
empat sampai lima jam sebelum tidur dapat membantu Anda merasa lebih
terjaga di siang hari dan tidur lebih baik di malam hari.
5. Jika gejala narkolepsi sudah di rasakan, segeralah berkonsultasi ke Dokter.

6.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah polisomnografi. Tes ini
mengukur berbagai sinyal selama tidur menggunakan elektroda yang ditempatkan di
kulit kepala. Untuk tes ini, pengidap harus tidur bermalam di fasilitas medis,
kemudian mengukur aktivitas listrik otak (elektroensefalogram) dan jantung
(elektrokardiogram) dan pergerakan otot (electromyogram) dan mata (elektro-
oculogram). Pola pernapasan selama itu juga dimonitor secara ketat.

Selain itu, terdapat juga uji tidur latensi ganda. Pemeriksaan ini mengukur berapa
lama penderita tertidur di siang hari, kemudian pola tidur akan diamati. Penderita
dengan narkolepsi tertidur dengan mudah dan masuk ke dalam rapid eye movement
(REM) tidur dengan cepat. Perawatan dapat membantu, namun penyakit ini tidak
dapat disembuhkan
7.PENATALAKSAAN/PENANGANAN

Tidak ada obat untuk narkolepsi, tetapi obat-obatan dan modifikasi gaya hidup
yang tepat dapat membantu mengelola gejala.

1.Obat perangsang (stimulan), seperti efedrin, amfetamin, dekstroamfetamin dan


metilfenidat, yang merangsang sistem saraf pusat untuk membantu orang dengan
narkolepsi tetap terjaga di siang hari. Dosisnya disesuaikan agar tidak terjadi efek
samping yang tidak diinginkan, seperti kegelisahan, terlalu aktif atau penurunan
berat badan.

2. Untuk mengurangi katapleksi, biasanya diberikan obat anti-depresi, yaitu


imipramin.

3. Sementara usaha yang dapat dilakukan sendiri tanpa obat di rumah adalah
dengan menghindari atau meminimalkan paparan pemicu emosional, tidur yang
cukup di malam hari, serta menghindari tidur dalam posisi terlentang. Selain itu,
karena salah satu penyebab narkolepsi diduga autoimun, maka pengidap
disarankan untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu penyakit autoimun
yang lainnya.

8.PENGOBATAN

Narkolepsi, seperti banyak kelainan neurologis lainnya, memerlukan penyesuaian


gaya hidup untuk pasien. Mereka harus mengatur kondisi mereka dan meggunakan
resep untuk membantu gejala. Pengobatan dapat membantu namun penyakit ini
tidak dapat di sembuhkan.

Untuk sementara, ada dua cara yang dapat digunakan untuk pengobatan
narkolepsi, yaitu:
1. Yoga
Yoga telah dikenal memiliki efek positif pada orang-orang dengan berbagai
jenis gangguan. Yoga mengatur siklus dalam tubuh dan suplai oksigen ke berbagai
bagian otak. Dengan memasok oksigen, mereka juga mengatur aliran darah ke otak.
Jika terdapat cukup oksigen dan aliran darah ke otak sepanjang waktu, maka otak
akan berfungsi secara normal dan gangguan dapat dengan mudah diobati.

2. Menggunakan obat-obatan
Selain dengan yoga narkolepsi juga dapat dibantu (dikurangi) dengan
mengkonsumsi obat-obatan perangsang (stimulan). Antara lain: efedrin, amfetamin,
dekstroamfetamin metilfenidat.

Perawatan dapat membantu, namun penyakit ini tidak dapat disembuhkan.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Narkolepsi adalah sauatu gangguan tidur yang berasal dari faktor genetik
(keturunan). Banyak dari penderitanya tidak sadar bahwa mereka sedang
mengalami suatu kelainan, karena memang tidak ada suatu bahaya yang
ditimbulkan dari efek narkolepsi tersebut. Kecuali serangan terjadi saat penderita
melakukan suatu aktifitas tertentu. Seperti mengemudi dan atau memegang suatu
barang yang mudah pecah.

SARAN
1. Jangan pernah menganggap remeh suatu penyakit. Karena sekecil-kecil
apapun suatu penyakit pasti memberikan efek negatif bagi kita.
2. Jika gejala narkolepsi sudah dirasa ada, segeralah berkonsultasi kepada
dokter. Agar gangguan tersebut tidak berlarut-larut dan semakin parah.
3.Segeralah berusaha secara mandiri dengan cara menyeseuaikan gaya hidup
yang sehat dan benar jika anda sudah merasa mengidap gangguan narkolepsi.

REFERENSI
http://eby-cool.blogspot.com/2011/06/narkolepsi.html
http://mukmin93.blogspot.com/2013/04/makalah-tentang-narkolepsi_16.html
https://nishapramawaty.wordpress.com/2010/10/27/narkolepsi/
https://www.halodoc.com/kesehatan/narkolepsi
https://hellosehat.com/penyakit/narkolepsi-2/

Anda mungkin juga menyukai