Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IPPD 3

PERSIAPAN PASIEN DAN PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

PENYAKIT STROKE

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

1. AJENG RETNO ANGGRAENI

2. NI PUTU AGNES WULANDARI


BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Therapi suatu penyakit sangat tergantung dengan diagnosis

penyakit tersebut, tidak terkecuali stroke. Therapi stroke juga sangat

tergantung dari jenis patologis stroke. Sampai saat ini baku emas (gold

standard) diagnosis stroke ditegakkan dari gejala-gejala klinis. Diagnosis

baku emas jenis patologis stroke ditegakkan dengan pemeriksaan CT-

Scan (Computerized Tomography Scan) atau dengan MRI (Magnetic

Resonance Imaging).

Keberhasilan therapi stroke juga sangat ditentukan keberhasilan

therapi penyakit-penyakit yang menyertai stroke, baik sebelum terjadi

stroke atau sudah terjadi stroke. Hal ini tentu pula diagnosis penyakit-

penyakit yang menyertai stroke harus ditegakkan dengan betul dan benar.

Sesuai dengan sifat serangan stroke, yang terjadi sangat akut,

memerlukan tindakan therapi yang juga sangat cepat, untuk menghindari

cacat permanen akibat stroke, diperlukan pula penegakan diagnosis

stroke dengan cepat pula.

Paradigma baru untuk menentukan pengambilan keputusan klinis

(contoh: menegakkan diagnosis, therapi) haruslah sesuai dengan

Evidence-based Medicine.
BAB II

PEMBAHASAN

Selain melalui identifikasi gejala stroke, pemeriksaan fisik,

diagnosis juga dilakukan melalui tes neurologis. Tes ini dilakukan untuk

mengetahui penurunan fungsi otak yang memungkinkan seseorang

terkena serangan stroke.

1. Scan Computed Tomography (CT)

Pemindaian Computed Tomography (CT) merupakan cara

yang efektif untuk mengetahui penyakit ini karena selain dapat

dengan mudah mendeteksi perdarahan di dalam otak, tes ini juga

dapat melakukannya dengan cepat. CT scan juga dapat

mendeteksi stroke iskemik, tetapi dalam waktu 6-12 jam setelah

kejadian.

Persiapan pemeriksaan CT SCAN

Sebelum melakukan CT Scan, dokter akan melakukan

pemeriksaan terlebih dahulu untuk konsultasi dan persiapan.

Biasanya pasien diminta untuk puasa selama beberapa jam jika

pasien melakukan CT Scan dengan disuntik cairan kontras.

Sebelum melakukan CT Scan, sebaiknya pasien mengabari dokter

mengenai alergi yang dimiliki, pengobatan yang sedang dilakukan,

atau kondisi khusus lainnya seperti kehamilan.


Prosedur pemeriksaan CT SCAN

CT Scan adalah pemeriksaan yang non-invasif dan

sederhana. Pasien diminta berbaring di atas meja periksa yang

akan masuk ke dalam mesin CT Scan, berbentuk seperti

terowongan.

2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah

pemeriksaan dengan teknik pengambilan gambar detail organ dari

berbagai sudut yang menggunakan medan magnet dan gelombang

radio. MRI aman digunakan untuk ibu hamil dan anak. Metode ini

dapat menghasilkan gambar organ yang lebih jelas.

Ini adalah salah satu tes paling membantu dalam diagnosis

stroke karena dapat mendeteksi stroke dalam beberapa menit

setelah munculnya kejadian. Hasil penggambaran otak pun lebih

bagus bila dibandingkan dengan scan CT. Oleh karena itu, MRI

adalah tes yang paling banyak dipilih untuk mendiagnosis stroke.

MRI jenis khusus disebut Magnetic Resonance Angiography (MRA)

yang memungkinkan dokter dapat dengan tepat memvisualisasikan

penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah di otak.


Persiapan Pemeriksaan MRI

Dokter spesialis radiologi mungkin memberikan aturan makan dan

minum sebelum pemeriksaan MRI dilaksanakan. Selain itu mungkin

ada rekomendasi obat-obatan yang perlu dihentikan untuk

sementara, sampaikan seluruh obat-obatan rutin yang Anda

konsumsi kepada dokter radiologi Anda. Jangan kenakan perhiasan

pada saat pemeriksaan MRI dan gunakan pakaian yang nyaman,

sebab Anda akan diminta menggunakan pakaian khusus radiologi.

Jika Anda memiliki kegelisahan atau trauma terhadap ruang sempit,

sampaikan kepada dokter radiologi Anda.

Prosedur Pemeriksaan MRI

Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien rawat inap maupun

rawat jalan. Pasien akan diposisikan pada meja pemeriksaan yang

dapat dipindahkan. Akan dipasang strap pada tubuh pasien

sebagai pengaman agar membantu pasien tetap diam saat bagian

tubuh tertentu sedang diperiksa. Pada beberapa kasus, pasien

mungkin akan diberikan cairan kontras dengan suntikan/infus pada

tangan antau lengan.

Selesai pemeriksaan, tim radiologi pasien akan meminta pasien

untuk menunggu saat tim radiologi melihat hasil MRI dan

memastikan tidak ada lagi gambar radiologi yang dibutuhkan. Lama


pemeriksaan bergantung pada jenis dan tujuan pemeriksaan MRI,

namun umumnya memakan waktu 30-50 menit.

3. Transcranial Doppler (TCD)

Tes ini menggunakan gelombang suara untuk mengetahui

aliran darah melalui pembuluh darah utama di otak. Area pembuluh

darah yang sempit menunjukkan aliran darah yang lebih cepat

daripada area normal. Informasi ini dapat digunakan oleh dokter

untuk mengikuti perkembangan pembuluh darah yang tersumbat.

Persiapan pemeriksaan TCD

TCD tidak memerlukan persiapan apapun seperti misalnya

berpuasa. Pasien juga dapat tetap menggunakan pakaian biasa

atau baju dari RS. Perhiasan juga tidak perlu dilepas, kecuali jika

digunakan di bagian wajah.

Prosedur pemeriksaan TCD

TCD sering dilakukan di RS dan diawasi oleh seorang ahli radiologi

atau ahli saraf terlatih. Pasien dapat berbaring di meja periksa atau

meja operasi atau di atas tempat tidur, atau duduk di kursi. Gel

yang telah diramu khusus kemudian dioleskan di bagian tertentu

pada wajah, seperti di sekitar tulang pipi, kelopak mata, bagian

depan telinga, serta tengkuk. Pasien tidak diperbolehkan


menggerakkan kepalanya dan berbicara saat tes ini dilakukan.

Sebuah transduser digerakkan di bagian wajah pasien lalu

mengirimkan umpan balik ke perangkat lunak pada komputer.

Umpan balik tersebut membuat dokter mendapatkan informasi

aliran darah pada layar komputer. Setelah tes selesai dilakukan,

maka gel akan dibersihkan.

4. Elektrokardiogram

Tes ini, juga dikenal sebagai EKG atau ECG, membantu

dokter mengidentifikasi masalah terkait konduksi listrik jantung.

ketika jantung mengalami gangguan dalam konduksi listriknya,

maka jantung akan berdetak secara tak beraturan dan inilah kondisi

aritmia, di mana detak jantung tidak teratur.

Aritmia dapat menyebabkan pembentukan gumpalan darah di

dalam bilik jantung. Gumpalan darah ini bisa sewaktu-waktu

berpindah ke otak dan menyebabkan stroke.

Persiapan pemeriksaan EKG

Secara umum, tidak ada persiapan khusus untuk pemeriksaan

elektrokardiogram (EKG), terkadang EKG dilakukan pada keadaan

gawat darurat untuk mendeteksi serangan jantung dan mengetahui

kondisi kerja jantung yang mungkin menyertai penyakit lainnya.

Namun bila pasien direncanakan untuk melakukan pemeriksaan


EKG, sebaiknya hindari pemakaian losion, minyak, atau bedak

pada tubuh, terutama dada. Bila terdapat bulu pada dada,

sebaiknya juga dicukur. Hal tersebut terkadang dapat membuat

elektrode sulit menempel pada tubuh. Informasikan kepada dokter

mengenai obat-obatan, suplemen, dan herba yang sedang

dikonsumsi.

Prosedur pemeriksaan EKG

Elektrokardiogram (EKG) umumnya berlangsung 5-8 menit.

Tes ini bisa dilakukan di rumah sakit atau klinik yang memiliki

fasilitas pemeriksaan EKG, dan pengerjaannya biasa dilakukan

oleh perawat. Sebelum berbaring di tempat tidur pasien akan

diminta untuk melepaskan pakaian atas, serta melepas aksesoris

atau benda yang terdapat dalam kantong pakaian yang mungkin

dapat mempengaruhi hasil pemeriksan.

Setelah berbaring di tempat tidur, elektrode-elektrode akan

ditempelkan di dada, lengan, dan tungkai pasien. Hindari berbicara

dan menggerakkan anggota tubuh karena dapat mengacaukan

hasil tes.

Tiap kabel elektrode tersambung ke mesin EKG dan akan

merekam aktivitas kelistrikan jantung. Dokter akan menginterpretasi

aktivitas kelistrikan jantung berdasarkan gelombang yang

ditampilkan di layar pemantau dan akan dicetak pada kertas.


5. Transthoracic Echocardiogram (TTE)

Tes ini, juga dikenal sebagai ‘tes echo atau USG jantung’,

menggunakan gelombang suara untuk mencari gumpalan darah

atau sumber emboli pada jantung. Selain itu, juga digunakan untuk

mencari kelainan pada fungsi jantung yang memicu terbentuk

gumpalan atau pembekuan darah di dalam bilik jantung. Tes juga

digunakan untuk menyelidiki apakah gumpalan darah dari kaki

dapat berpindah menuju otak.

Persiapan pemeriksaan TTE

Untuk TEE , pasien akan diminta berpuasa beberapa jam sebelum

tindakan, guna menghindari mual, muntah, dan masuknya isi

lambung ke dalam paru-paru. Dokter akan menyuntikkan obat

sedatif sebagai penenang dan menyemprotkan obat bius lokal ke

dalam tenggorokan, agar pasien tidak merasa nyeri saat alat

endoskopi dimasukkan. Pasien akan diminta untuk melepas gigi

palsu, apabila ada, sebelum tindakan.

Prosedur pemeriksaan TTE

Pasien akan diminta untuk berbaring di atas tempat tidur dan

membuka bagian dada untuk dipasang elektroda di beberapa titik.

Dokter jantung akan mengoleskan gel pelumas di sekeliling

dada dan menggerakkan probe yang tersambung ke monitor.


Gelombang suara dari elektroda dan probe akan terekam dan

terlihat pada monitor yang diletakkan tidak jauh dari posisi pasien.

Pasien mungkin akan mendengar suara bising saat

pemindaian dilakukan. Hal tersebut adalah normal dikarenakan

probe akan menangkap suara aliran darah.

Pasien dapat diminta untuk menarik napas panjang dan

menahan napas, atau berbalik ke arah kiri sambil dokter menekan

probe pada area dada untuk menangkap gambar secara jelas. Hal

ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman untuk sementara waktu.

6. Tes darah

Tes medis melalui sampel darah dapat membantu dokter

mengindentifikasi penyakit lain yang mungkin meningkatkan risiko

terkena stroke, seperti:

 Kolesterol tinggi

 Diabetes

 Gangguan pembekuan darah

Persiapan pemeriksaan Tes Darah

Dokter atau petugas kesehatan akan memberikan instruksi untuk

Puasa makan dan minum selama kira-kira 10 hingga 12 jam, selain

konsumsi air putih. Selain itu, dokter juga meminta untuk

menghentikan konsumsi obat-obatan tertentu. Penting untuk


mengikuti instruksi tersebut karena makanan, minuman, maupun

obat yang masuk ke dalam tubuh dapat berpengaruh pada hasil tes

yang memungkinkan dilakukan penundaan atau tes ulang.

Prosedur pemeriksaan Tes Darah

Pengambilan sampel darah umumnya menggunakan teknik

venipunktur. Venipunktur adalah proses pengambilan darah melalui

pembuluh vena dengan menggunakan jarum kecil. Prosedurnya

adalah sebagai berikut:

 Dokter atau petugas medis akan membalut lengan dengan

pengikat lengan atau tourniquet. Tujuannya untuk memperlambat

aliran darah dan menjadikan pembuluh vena lebih menonjol. Hal

ini membuat proses pengambilan darah menjadi lebih mudah.

 Petugas medis mengidetifikasi letak pembuluh vena, lalu

membersihkan area tersebut dengan alkohol.

 Petugas medis mengambil darah menggunakan jarum.

 Bekas tusukan ditutup menggunakan plester.

Prosedur pengambilan darah biasanya berlangsung 5-10 menit.

Proses ini bisa lebih cepat jika pembuluh vena mudah

ditemukan. Jika sampel yang dibutuhkan hanya sedikit, dapat

dilakukan pengambilan sampel darah melalui jari, yaitu dengan

menusukkan jarum kecil ke ujung jari lalu menekan-nekan ujung

jari agar tetesan darah keluar dan dapat ditampung. Meski


terlihat menyeramkan, sebenarnya proses pengambilan darah

yang benar hanya sedikit menimbulkan rasa sakit.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Oleh karena stroke dengan sifat serangannya sangat akut,

dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian, diperlukan

therapi dengan cepat dan tepat. Untuk itu, perlu ditegakkan

diagnosis stroke dan jenis patologis stroke dengan cepat dan tepat

pula. Diagnosis stroke dapat ditegakkan dengan gejala-gejala klinis

yang khas dengan gangguan neurolis, sesuai dengan letak lesi,

jenis patologis stroke. CT-Scan dan MRI adalah tes diagnosis baku

emas untuk menentukan jenis patologis stroke. ASGM (Algoritma

Stroke Gadjah Mada) dapat dipakai dengan reliabilitas dan

valididtas tinggi untuk membedakan stroke iskemik akut dengan

stroke perdarahan.

Anda mungkin juga menyukai