Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Hematuria adalah setiap kondisi di mana urin mengandung darah

atau sel-sel darah merah. Keberadaan darah dalam urin biasanya

akibat perdarahan di suatu tempat di sepanjang saluran kemih.

Hematuria dapat disebabkan oleh penyakit, iritasi, bakteri, atau

kanker. Hematuria yang dapat Anda lihat dengan mata telanjang

disebut gross hematuria.

Hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam

urin. Ini mungkin idiopatik dan / atau jinak, atau dapat menjadi tanda

bahwa ada batu ginjal atau tumor dalam saluran kemih (ginjal, ureter,

kandung kemih, prostat, dan uretra), mulai dari yang sepele hingga

yang mematikan. Jika sel-sel darah putih ditemukan di samping sel-

sel darah merah, maka itu adalah tanda infeksi saluran kemih.

(Wikipedia).

Hematuria adalah kencing berdarah. Darah di dalam urine ini dapat

disebabkan oleh berbagai penyakit, mulai dari infeksi saluran kemih,

penyakit ginjal, hingga kanker prostat.

Darah di dalam urine akan mengubah warna urine menjadi

kemerahan atau sedikit kecokelatan. Urine yang normal seharusnya

7
8

tidak mengandung darah sedikitpun, kecuali pada wanita yang sedang

menstruasi. (dr. Tjin Willy)

B. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1Ginjal dan sistem perkemihan manusia

Sistem perkemihan terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urin; dua

ureter yang membawa urin ke dalam kandung kemih untuk

penampungan sementara dan uretra yang mengalirkan urin keluar

tubuh melalui orifisium uretra eksternal.( Toto Suharyanto & Abdul

Madjid, 2015)

1. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, berwarna

merah tua, terletak dikedua sisi kolumna vertebralis.Ginjal

terlindungi dengan baik dari trauma langsung karena disebelah

posterior dilindungi oleh tulang kosta dan otot-otot yang meliputi

kosta, sedangkan dibgian anterior dilindungi oleh bantalan usus


9

yang tebal.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan

ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati.

Ginjal melakukan fungsi vital sebagai pengatur volume dan

komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan

mengekskresikan solute dan air secara selektif.Fungsi vital ginjal

dilakukan dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti

dengan reabsorbsi sejumlah solute dan air dalam jumlah yang tepat

disepanjang tubulus ginjal. Kelebihan solute dan air akan

diekskresikan keluar tubuh sebagai air kemih melalui sistem

pengumpul.

a. Struktur Anatomi Ginjal

Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6cm

dan beratnya antara 120-150 gram. Sembilan puluh lima persen

(95 %) orang dewasa memiliki jarak antar kutub ginjal antara 11-

15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal yang lebih dari 1,5

cm atau perubahan bentuk ginjal merupakan tanda yang penting

karena kebanyakan penyakit ginjal dimaifestasikan dengan

perubahan struktur.

Pengetahuan anatomi ginjal merupakan dasar untuk

memahami pembentukan urine. Pembentukan urin dimulai

korteks dan berlanjut selama bahan pembentukan urine tersebut

mengalir melalui tubulus dan duktus kolektivitus. Urine yang

terbentuk kemudian mengalir ke dalam duktus Papilaris Bellini,


10

masuk kaliks minor, kaliks mayor, pelvis ginjal dan akhirnya

meninggalkan ginjal melalui ureter menuju kandung kemih.

b. Aliran Darah Ginjal

Ginjal dilalui oleh sekitar 1.200 ml darah per menit, suatu volume

yang sama dengan 20-25% curah jantung (5.000 ml per menit).

Lebih dari 90% darah yang masuk ke ginjal berada pada korteks,

sedangkan sisanya dialirkan ke medula.

Sifat khusus aliran darah ginjal adalah autoregulasi aliran darah

melalui ginjal.Arteriola aferen mempunyai kapasitas intrinsik

yang dapat merubah Sistemsinya sebagai renspons terhadap

perubahan tekanan darah arter, dengan demikian

mempertahankan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus tetap

konstan.Fungsi ini afektif pada tekanan arteri antara 80-180

mmHg.Hasilnya adalah dapat mencegah terjadinya perubahan

besar pada ekskresi solut da air.

Saraf-saraf renal dapat menyebabkan vasokontriksi pada

keadaan darurat dan dengan demikian mengalirkan darah dari

ginjal ke jantung, otak atau otot rangka dengan mengorbankan

ginjal.

c. Struktur Mikroskopik Ginjal

Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat

sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur

dan fungsi yang sama. Setiap nefron terdiri dari Kapsula


11

Bowman, yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, Tubulus

Proksimal, Lengkung Henle, dan Tubulus distal, yang

mengosongkan diri ke dalam Duktus Kolektivus.

Seorang normal masih dapat bertahan walaupun dengan susah

payah, dengan jumlah nefron kurang dari 20.000 atau 1% dari

massa nefron total. Dengan demikian, masih mungkin untuk

menyumbangkan satu ginjal untuk transplantasi tanpa

membahayakan kehidupan.

Korpuskulus ginjal terdiri dari Kapsula Bowman dan rumbai

kapiler glomerulus.Istilah Glomerulus sering kali digunakan untuk

menyatakan korpuskulus ginjal.Kapsula bowman merupakan

suatu invaginasi dari tubulus proksimal.Kapsula bowman dilapisi

oleh sel-sel epitel, yaitu sel epitel parietal dan sel-sel epitel

viseral.Aparatus Jukstaglomerulus

Pada lokasi ini sel-sel Jukstaglomerulus dinding arteriol aferen

mengandung granula sekresi yang diduga mengeluarkan renin.

Renin adalah suatu enzim yang penting pada pengaturan

tekanan darah.

Pengeluaran renin dari ginjal akan mengakibatkan pengubahan

angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian

diubah menjadi angiotensin II oleh suatu enzim konversi yang

ditemukan dalam kapiler paru-paru. Angiotensin II meningkatkan

tekanan darah melalui efek vasokontriksi arteriola perifer dan


12

merangsang aldosteron. Peningkatan kadar aldosteron akan

merangsang reabsorbsi natrium mengakibatkan peningkatan

reabsorbsi air, dengan demikian volume plasma akan meningkat.

Peningkatan volume plasma ikut berperan dalam peningkatan

tekanan darah yang selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal.

d. Fisiologi Dasar Ginjal

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan

komposisi cairan ekstraksel dalam batas-batas

normal.Komposisi dan volume cairan ekstrasel ini dikontrol oleh

filtrasi glomerulus, reabsorbsi dan sekresi tubulus.

Pembentukan urine dimulai dengan proses filtrasi plasma pada

glomerulus. Aliran darah ginjal atau Renal Blood Flow (RBF)

adalah sekitar 25% dari curah jantung atau sekitar 1.200

ml/menit.

Konsentrasi total solut cairan tubuh yang normal sangat konstan

meskipun fluktuasi asupan dan ekskresi air dan solut cukup

besar. Kadar plasma dan cairan tubuh dapat dipertahankan

dalam batas-batas yang sempit melalui pembentukan urine yang

jauh lebih pekat (Augmentasi/pemekatan) atau lebih encer

dibandingkan dengan plasma dari mana urine dibentuk.Cairan

yang banyak diminum menyebabkan cairan tubuh menjadi encer.

Urine menjadi encer dan kelebihan air akan diekskresikan

dengan cepat. Sebaliknya, dalam waktu tubuh kehilangan air dan


13

asupan solut berlebihan menyebabkan cairan tubuh menjadi

pekat, maka urine akan sangat pekat sehingga solut banyak

terbuang dalam air. Air yang dipertahankan cenderung

mengembalikan cairan tubuh kembali pada konsentrasi solut

yang normal.

Konsentrasi osmotik (osmolalitas) menyatakan jumlah partikel

yang larut dalam suatu larutan.Osmolalitas merupakan suatu

konsentrasi dalam hitungan 1000 gram air.

(Anti Diuretic Hormone)ADH membantu dalam mempertahankan

volume dan osmolalitas cairan ekstrakuler pada tingkat konstan

dengan mengatur volume osmolalitas urine.

Peningkatan osmolalitas dan/atau penurunan volume cairan

ekstraseluler misalnya dapat disebabkan oleh kekurangan air,

kekurangan cairan karena muntah, diare, perdarahan, luka

bakar, berkeringat, atau pergeseran cairan seperti pada asites.

Dalam ginjal, (Anti Diuretic Hormone)ADH secara tidak langsung

meningkatkan proses utama yang terjadi dalam ansa henle

melalui 2 mekanisme yang berhubungan satu dengan yang lain

antara lain: aliran darah melalui vasa rekta dimedula berkurang

bila terdapat (Anti Diuretic Hormone)ADH dan (Anti Diuretic

Hormone)ADH meningkatkan permeabilitas duktus kolektivus

dan tubulus distal sehingga makin banyak air yang berdifusi


14

keluar untuk membentuk keseimbangan dengann cairan

interstisial yang hiperosmotik.

Sebaliknya, osmolalitas plasma yang rendah dan/atau

peningkatan volume akibat peningkatan asupan air menghambat

pengeluaran ADH.Volume akhir urine yang diekskresi meningkat

secara osmotik lebih encer.

2. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal

ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm

dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam

rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik

tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke

dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang

dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran,

melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia

muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter


15

terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan

pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya

mempunyai saraf sensorik.

3. VESIKULA URINARIA ( Kantung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon

karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.

Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot

yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

a. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan

bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium

rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,

vesika seminalis dan prostate.

b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

c. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan

dengan ligamentum vesika umbilikalis.

d. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu,

peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika

submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres

reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan

jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses


16

miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung

kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus,

diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi

pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan

relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut

para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter

bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol

volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani

kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan

terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa

disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako

lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar

berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan

ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan

membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih

terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal

dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah

kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis

sepanjang arteri umbilikalis.


17

4. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung

kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok - kelok melalui tengah -

tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang

menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :

a. Uretra prostaria

b. Uretra membranosa

c. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling

dalam), dan lapisan submukosa.

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan

miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra

pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan

spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan

mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak

di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini

hanya sebagai saluran ekskresi.


18

C. Etilogi

Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di

dalam sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem

urogenitalia. Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi

orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi, batu saluran kemih,

pembesaran prostat jinak, dan keganasan dalam urologi.Namun,

diferensial lengkap sangat luas, beberapa insiden khusus kondisi

yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan umur

pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa

gejala), dan adanya faktor risiko keganasan.

Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria

mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross

hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract.genitourinari.

Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik

mikrohematuria, sulit di identifikasikan penyebabnya.Akibatnya,

dokter harus mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas

penyebabnya dari tingkat mana pun dan mampu mempertimbangkan

kemungkinan suatu keganasan.

Beberapa penyebab terjadinya darah dalam urin (hematuria) adalah:

1. Batu ginjal (atau kencing batu)

2. Kanker kandung kemih

3. Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan


19

4. Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri

strain EPEC dan Staphylococcus saprophyticus.

5. Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah

merah, tetapi hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah

ini

6. Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan

obstruksi sekunder dari vena kava inferior.

7. Alergi mungkin jarang menyebabkan hematuria gross episodic

pada anak-anak.

8. Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut "pemecah kacang

fenomena" atau "sindrom alat pemecah buah keras," adalah

kelainan vaskular yang jarang terjadi, yang bertanggung jawab

atas gross hematuria.

D. Patofisiologi

Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma,

dibedakan glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan

bidang neflogi dan urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut

hematuria glomerulus. Pada keadaan normal, sel darah merah jarang

ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada

kelainan hereditas atau perubahan struktur glomerulus dan integritas

kapiler yang abnormal.


20

Perlu diperhatikan dalam pengambilan contoh urine: pada

perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya

menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia, sedangkan pada

laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak.

Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder

eritrosit, merupakan tanda sugestif penyakit ginjal akut atau penyakit

ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Diagnosis banding

hematuria persisten antara lain glomerulonefritis, nefritis

tubulointerstisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit,

leukosituria menandakan nefritis tubulointerstisial. Bila disertai

hematuria juga merupakan variasi dari glomerulonefritis. Pada

kelompok faktor resiko penyakit ginjal kronik harus di lakukan

evaluasi pemeriksaan sedimen urin untuk deteksi dini.

Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah satunya

adalah uji dipstick untuk mengetahui adanya darah samar

merupakan uji penapisan yang baik untuk hematuria. Uji dipstick

mudah dilakukan sendiri oleh pasien untuk mengikuti perjalanan

hematuria selama pengobatan.

E. Gejala

Gejala hematuria sebenarnya tak hanya menyoal adanya darah pada

urine saja. Sebab, penyakit ini bisa menimbulkan berbagai gejala

pada pengidapnya. Misalnya:


21

1. Berubahnya warna urine menjadi merah muda, kecokelatan, atau

kemerahan.

2. Sering buang air kecil.

3. Susah buang air kecil.

4. Perih saat buang air kecil.

5. Sakit pada perut bagian bawah.

6. Rasa sakit di punggung bagian bawah.

F. Komplikasi

Jika gejala Hematuria disebabkan oleh kanker, mengabaikan kondisi

ini bisa membuat sel-sel kanker makin berkembang, dan semakin sulit

untuk diobati. Selain itu, infeksi yang tak diobati juga bisa

menyebabkan gagal ginjal.

G. Diagnosis

1. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar

kreatinin, ureum dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal;

fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase prostat,

dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis

metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam urat dan hormon

paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan urolithiasis.

2. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,

bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah


22

kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun

non glomeruler. Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat

menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom

hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal, vaskulitis, atau SLE. Pada

keadaan terakhir, adanya autoantibodi dapat ditunjukkan dengan

reaksi Coombs positif, adanya antibodi antinuclear, leukopenia dan

penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan oleh

berkurangnya produksi trombosit (pada keganasan) atau

peningkatan konsumsi trombosit (SLE, purpura trombositopenik

idiopatik, sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal).

Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan

saluran kemih bawah dan dismorfik pada perdarahan glomerular,

morfologi sel tidak secara pasti berhubungan dengan lokasi

hematuria.

3. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan

adanya infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih,

sedangkan pH urine yang sangat asam mungkin berhubungan

dengan batu asam urat.

4. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya

keganasan sel-sel urotelial.

5. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus

hematuria & sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi

ginjal. Umumnya, menghasilkan gambaran terang saluran kemih


23

dari ginjal sampai dengan kandung kemih, asal faal ginjal

memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran

kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma

saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran kemih.

6. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan

prostat (padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen

pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter,

kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan

untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi

dari saluran kemih sangat berguna pada pasien dengan hematuria

berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau trauma. Jika hasil

penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan pemeriksaan

kreatinin dan elektrolit serum.

7. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna

untuk pemeriksaan prostat dan buli-buli

8. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk

menilai vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan

karena lebih aman dan informative. Bagian atas saluran kemih

dapat dilihat dengan cara uretrografi retrograd atau punksi

perkutan.

9. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya

setelah obstruksi dihilangkan.

10. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan


24

gambaran jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy

11. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan

perbandingan antara isi dan tekanan di buli-buli

12. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika

pemeriksaan penunjang di atas belum dapat menyimpulkan

penyebab hematuria. (Wim de Jong, dkk, 2004)

H. Penatalaksanaan

Jika terdapat gumpalan darah pada buli-buli yang menimbulkan

retensi urine, coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli-buli

dengan memakai cairan garam fisiologis, tetapi jika tindakan ini tidak

berhasil, pasien secepatnya dirujuk untuk menjalani evakuasi bekuan

darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan.

Jika terjadi eksanguinasi yang menyebabkan anemia, harus

dipikirkan pemberian transfusi darah. Demikian juga jika terjadi

infeksi harus diberikan antibiotika. (Mellisa C Stoppler, 2010). Setelah

hematuria dapat ditanggulangi, tindakan selanjutnya adalah mencari

penyebabnya dan selanjutnya menyelesaikan masalah primer

penyebab hematuria. (Mellisa C Stoppler, 2010).

Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria.

Pengobatannya tergantung pada penyebabnya:

1. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.


25

2. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar,

dapat dilakukan ESWL atau pembedahan.

3. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau

pembedahan.

4. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan

kanker, atau kemoterapi.

Anda mungkin juga menyukai