CLUSTER A :
GANGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID
Ciri-Ciri Dasar
Merujuk ke DSM IV (1994. hal : 638). Ciri-ciri dasar dari gangguan kepribadian skizoid adalah
pola sikap meresap yang tidak terpengaruh oleh hubungan sosial dan batasan tingkat ekspresi
emosi dalam pengaturan antar perseorangan. Pada orang-orang ini tampak kekurangan hasrat
dalam hubungan intim, mereka menghabiskan waktu sendiri dan memilih aktivitas yang tidak
memerlukan interaksi dengan orang lain.
Dalam ICD-10 (1994. hal : 225) menggambarkan gangguan kepribadian skizoid adalah yang
ditandai oleh penarikan diri dari rasa kasih sayang (afeksional), hubungan sosial dan kontak
lainnya, dengan lebih memilih untuk berkhayal, aktivitas menyendiri dan instropeksi. Ada suatu
kapasitas yang terbatas untuk menyatakan perasaan dan untuk mengalami kesenangan.
Millon dan Davis (1996, hal : 217) menguraikan gangguan kepribadian skizoid sebagai tidak
suka bergaul dengan orang lain (anti sosial), pola utama yang ditandai dengan kekurangan
didalam kemampuan untuk mengalami kesenangan. Kallus (1995, hal : 58) percaya bahwa
gangguan kepribadian skizoid dikenali dari kezaliman munculnya gejala negatif yang
berhubungan dengan kekacauan spectrum penyakit jiwa. Misalnya : sosial, interpersonal, dan
defisit alam perasaan tanpa disertai penyimpangan alam pikiran / persepsi.
Diagnosis gangguan kepribadian skizoid sebaiknya tidak digunakan jika pola utama dari perilaku
hanya terjadi selama perjalanan gangguan jiwa atau gangguan psikotik lainnya atau dalam kaitan
gangguan neurologi atau gangguan medis lainnya. (DSM-IVTM, 1994, hal : 639)
Orang-orang dengan gangguan kepribadian skizoid mungkin mempunyai kesukaran dalam
menyatakan kemarahan, walaupun ketika diprovokasi secara langsung. Mereka sering bereaksi
secara pasif terhadap keadaan lingkungan yang tidak cocok dan mungkin tidak memberikan
respon yang tepat terhadap kejadian-kejadian penting dalam hidup. Individu ini mungkin
mengalami secara singkat (menit sampai jam) suatu episode psikotik dalam respon terhadap
stress. Pada gangguan kepribadian skizoid ini dapat terjadi, namun tidak terlalu penting, suatu
kejadian yang terdahulu dapat berlanjut menjadi suatu gangguan jiwa, depresi mayor dan
kekacauan delusional.. Frekuensi yang paling sering menjadi gangguan kepribadian dengan STP
adalah skizotypal, paranoid dan gangguan kepribadian menghindar. Diagnosa gangguan
kepribadian skizoid lebih sering pada laki-laki yang lebih lemah dibandingkan dengan wanita
dengan gangguan kepribadian skizoid. (DSM-IV. 1994 hal : 639)
Gangguan kepribadian skizoid merupakan hal luar biasa dalam menentukan perawatan secara
klinik. Hal ini dapat menjadi sangat sulit untuk membedakan dari autistic atau gangguan
Gambaran Diri
Beck (1990, hal : 51-52) menyatakan bahwa individu dengan gangguan kepribadian skizoid
memandang diri mereka sebagai penyendiri, menghargai kebebasan, kesunyian dan mobilitas.
Bagaimanapun ada kontroversi tentang apakah benar atau tidak orang dengan gangguan
kepribadian skizoid lebih suka menarik diri dari orang lain atau secara umum terjadi karena
kecemasan dalam hubungan antar pribadi. Milon dan Davis (1996, hal : 232) percaya bahwa
individu dengan gangguan kepribadian skizoid puas dengan sedikit atau tidak ada kecendrungan
untuk melihat ke dalam perasaan pribadi mereka. Selagi mungkin ada ketertarikan minimal,
Magnavita (1997, hal 237-241) mencatat orang-orang dengan gangguan kepribadian skizoid
mengenali perbedaan mereka dengan orang lain. Dia menggambarkan seorang klien dengan
gangguan kepribadian skizoid yang pernah mengalami tekanan oleh pikiran dimana ada sesuatu
yang salah pada dirinya; dia tidak bisa menikmati hidup dan tampak ingin tinggal disebuah kulit
kerang (tempat tertutup). Individu ini mengetahui bahwa dia menyusahkan istrinya dengan
kesendiriannya. Seiver (Lion, Editor, 1981 hal : 40-41) Menguraikan individu dengan gangguan
kepribadian skizoid yang dalam pengobatannya mengatakan hidup mereka mereka ketinggalan
jaman oleh: mereka melihat diri mereka sebagai orang yang ketinggalan bus, dan mengeluh
memperhatikan hidup mereka dari jarak yang jauh.
Akhtar (1992, hal : 136 -140) mengemukakan apa yang tertulis dalam DSM-III, apa yang
diketahui oleh para analis tentang kepribadian skizoid, menghindar dan skizotipal. DSM III
kemudian mengubah gangguan kepribadian menghindar lebih kearah gangguan phobia dan
berpendapat ketidakacuhan dan penarikan diri pada gangguan kepribadian schizoid lebih tampak
nyata. Akhtar kemudian berpendapat bahwa individu dengan gangguan kepribadian skizoid
mempunyai konsep diri yang mungkin pada awalnya selalu mengeluh, pandai menahan nafsu,
tidak bersaing dan merasa diri cukup. Tetapi mereka samar - samar melihat diri mereka suka
mengejek, tidak otentik dan depersonalized.
Bagaimanapun, jika ketiadaan yang nyata dari kecemasan antar hubungan perseorangan yang
muncul merupakan suatu pengalaman yang tersembunyi, perbedaan antara gangguan kepribadian
skizoid dan gangguan kepribadian menghindar akan menjadi suatu yang rumit. Gangguan
kepribadian skizoid pada saat ini ditentukan dari ketiadaan afek, ketidakmampuan menikmati
suatu kesenangan dan keterlibatan yang rendah dengan orang lain. Individu-individu dengan
gangguan kepribadian menghindar, mungkin bisa mengontrol afek, menarik diri dari kegiatan
bersenang-senang dan menghindari orang lain atas nama management kecemasan. Keduanya
sama-sama mencari kesendirian, tetapi individu dengan gangguan kepribadian skizoid akan
toleransi terhadap perpisahan dengan rasa nyaman dan individu dengan gangguan kepribadian
menghindar akan mengalami tekanan dan kesepian. Jika yang dinilai Millon benar-benar akurat,
individu dengan gangguan kepribadian menghindar akan menunjukkan perlawanan besar dan
ketidaknyamanan subjektif. Individu dengan gangguan kepribadian schizoid tidak akan
mempunyai indikasi ketidakpuasan terhadap pengasingan diri. Hal ini akan muncul jika terdapat
secara klinik terdapat sarana terhadap pandangan ini. Individu dengan gangguan kepribadian
kelompok agama atau kelompok perlawanan budaya yang mengijinkan mereka untuk
memelihara kontak yang dangkal tanpa keakraban. (Lion, ed, 1981, hal 36)
Kantor percaya bahwa gangguan kepribadian skizoid melibatkan sikap tutup mulut dan
penarikan diri terhadap hubungan antar pribadi oleh karena lemahnya anhedonia dari skizofrenia,
yaitu kapasitas yang disepakati untuk berhubungan dalam kaitan dengan suatu ketidakmampuan
untuk mengantisipasi atau mengalami kegembiraan dalam hubungan antar manusia. Anhedonia
ini tampak dalam sifat pemalu, perasaan malu atau didapatkan dalam membina hubungan. Hal
ini tampak sebagai suatu kesederhanaan cadangan yang tersimpan, suatu ketiadaan tekanan atau
penampakan dari suatu tingkat energi yang rendah; dan kelihatan ketiadaan intelegensia (Kantor,
1992, hal 191-192). Sekalipun individu dengan gangguan kepribadian skizoid merasa hal ini
sangatlah bijaksana untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, namun mereka merasa
canggung, mereka ingin menjaga suatu jarak yang aman dengan manusia lainnya.
tampak untuk mempunyai suatu ketidakmampuan pokok dalam merasakan kebutuhan orangorang disekitar mereka. Mereka tidak memerlukan untuk berkomunikasi dan secara umum
mempunyai respon yang rendah terhadap bentuk-bentuk rangsangan dan penguatan. Ketika
orang lain mencoba untuk menjalin hubungan atau berusaha memahami orang-orang dengan
gangguan kepribadian skizoid, mereka sering kalki dibingungkan oleh tidak adanya tanggapan
dan keramahan, tetapi sangat jelas, sikap acuh tak acuh yang mereka hadapi.
Orang dengan varian relatif normal dari gangguan kepribadian skizoid tampak tidak terganggu
dan acuh tak acuh; mereka dapat berfungsi dengan baik dalam jabatan mereka tetapi mereka
tampak lebih tidak menarik dan pemalu.
Klien dengan gangguan kepribadian skizoid mungkin hidup sebagai orang dewasa, dengan orang
tua mereka tanpa interaksi yang berarti, misalnya mereka hidup di ruang bawah tanah dan
berinteraksi dengan anggota keluarga dengan jumlah sangat terbatas, dengan kebiasaan yang
jarang. Ini adalah individu yang mungkin bekerja sebagai pegawai gudang yang mempunyai
jadwal jaga sepanjang malam dalam memberikan eceran atau sebagai pelayan suatu proyektor
film pada suatu gedung bioskop. Jika mereka dilepaskan dari suatu keluarga yang selalu
memberi dukungan (terutama ketika mereka menjadi terlibat dengan obat-obatan dan alkohol)
mereka mungkin menjadi tunawisma dan menolak target jasa yang tersedia untuk melibatkan
mereka dalam kesehatan mental, penanggulangan alkohol dan obat-obatan atau jasa diagnosa
ganda.
Struktur Pertahanan
Individu dengan gangguan kepribadian skizoid menggunakan pertahanan untuk melepaskan diri
dan membentuk suatu penghalang terhadap emosi; mereka terlibat dalam perenungan, berbicara
melantur, mengintelektualisasi diri, memotong perasaan, menghindari konflik, dan menarik diri
(Magnacita, 1997, hal : 252). Millon juga mencatat orang-orang dengan gangguan kepribadian
skizoid menggunakan intelektualisasi diri. Dia menyatakan bahwa individu ini cenderung
memisahkan hal kebenaran tentang emosi mereka dan kehidupan sosialnya; mereka melawan
dalam beberapa proses tidak sadar yang sulit. Ketiadaan mereka terhadap penggeliatan kembali
berakibat pada sedikitnya kebutuhan untuk pertahanan intrapisikis yang kompleks. (Millon,
1996, hal 232)
McWilliams (1994, hal 189-191) percaya pertahanan lain itu yang menggambarkan orang dengan
gangguan kepribadian skizoid menarik diri dalam khayalan. Dunia luar terasa sangat penuh
terhadap konsumsi ancaman melawan keamanan merupakan ciri khas individu dengan gangguan
kepribadian skizoid menjelma menjadi suatu kecenderungan untuk menarik diri dan mencari
kepuasan di dalam khayalan.
Pada sisi lain, kapasitas yang paling bisa diterima individu dengan gangguan kepribadian skizoid
adalah kreativitas. Kekaguman terhadap diri sendiri sering ditegakkan dengan aktifitas kreatif
ketika individu ini mencari konfirmasi dari keaslian dan keunikan mereka (Mcwilliams, 1994,
hal 192-196)
mereka bisa menghargai suatu pertemuan jika intensitasnya dikontrol dan keselamatan
dipastikan.
Individu dengan gangguan kepribadian schizoid secara umum tidak mempunyai ikatan
interpersonal dan mungkin untuk menjalin suatu hubungan dengan penyedia jasa dalam bentuk
emosi yang lemah lembut dengan interaksi yang sangat sedikit. Penyedia pengobatan mungkin
berperan dalam diskusi dan memperkenalkan bagian-bagian dari pengobatan(Craig, Retzlaff, ed,
1995, hal 76).
Sebagian besar penyedia jasa bekerja di bidang kesehatan mental, pelayanan ketergantungan
alcohol dan obat-obatan, atau pengobatan diagnosa ganda karena mereka termotivasi untuk
terlibat dan bekerja dengan klien mereka untuk suatu perubahan. Mereka ingin untuk menjalin
hubungan dan merasakan bahwa mereka bisa membuat perbedaan. Klien dengan gangguan
kepribadian schizoid adalah seorang pendiam, tidak mau berhubungan dan mungkin tidak pada
kenyataannya mereka mengizinkan para penyedia jasa untuk menjadi factor penting dalam hidup
mereka. Hal ini bisa membuat stress dan mengundang gangguan atau kelebihan fungsi pada
pihak penyedia jasa. ini penting bagin penyedia jasa untuk mempunyai tujuan yang terlalu ambisi
untuk pasien dengan gangguan kepribadian schizoid dari klien menjadi dirinya sendiri. Juga, jika
pengalaman afektif atau ekspresi tidak bisa ditoleransi untuk pasien dengan gangguan
kepribadian schizoid, sebagian focus dalam pengertian intelektual dalam hubungan interpersonal
atau masalah pokok kecanduan mungkin efektif dan sebuah metode dari sebuah komunikasi yang
tetap dengan individu-individu ini.
Penekanan untuk memusatkan perhatian pada masalah afektif cenderung akan membuat klien
dengan gangguan kepribadian skizoid menjadi enggan dan bingung. Penyedia jasa harus ingat
bahwa individu-individu ini adalah seorang ahli didalam kehidupan diruangan tanpa keharusan
secara fisik untuk keluar. Mereka dapat melepaskan dan memindahkan diri mereka dari proses
yang tidak bisa mereka terima. Sisanya difokuskan pada tingkat intelektual keduanya dapat
dijadikan alat pembelajaran dan memberikan arti untuk mengatur tingkat ancaman pasien
dengan gangguan kepribadian schizoid yang dirasakan dalam proses pengobatan.
McWilliams (1994, hal, 202) percaya individu dengan gangguan kepribadian schizoid dapat
bekerja sama dengan baik dan menghargai proses terapi ketika pengobatan dilakukan dengan
pertimbangan dan rasa hormat. Mereka mungkin merasa kosong, kehilangan dan tidak mampu
mengekspresikan pemikiran mereka dalam pengobatan. Penyedia jasa harus melakukan
komunikasi bahwa ekspresi terbatas dari isi pemikiran atau afektif dari individu ini dapat
dimengerti dan dapat membentuk dasar dari hubungan diantara mereka. Ketika berada dalam
kondisi yang baik, orang dengan gangguan kepribadian schizoid khawatir bahwa mereka tidak
dapat dimengerti dan menyimpang dari kebiasaan. Diterimanya kesunyian mereka
menyatakannya sebagai individu yang berharga.
empati dan untuk menetapkan suatu ikatan yang dapat mengobati dengan klien (McCann,
Retzlaff, ed., 1995, hal. 145). Mereka tidak mempunyai respon, dan frustasi tidak mempunyai
kapasitas untuk membina hubungan, secara umum ketiadaan empati yang meresap terhadap
proses perawatan terutama sekali tidak akan membuat interaksi menjadi menyenangkan atau
menguntungkan bagi penyedia jasa. ini merupakan hal penting bagi penyedia jasa untuk tidak
jatuh ke dalam kebosanan dan dijadikan bahan pembanding. Malahan, klinikal butuh lebih gigih,
toleransi dan menjadi seperti pasien.
Masalah bahan perbandingan lainnya terhadap pasien dengan gangguan kepribadian skizoid
adalah kecenderungan penyedia jasa untuk merasakan pengharapan sebagai jawaban terhadap
klien yang bergaya pasif dan keadaan kosong (melamun). Penyedia perawatan harus mengatur
sesi perawatan, mendorong terjadinya kontak kedua pengalaman dan ekspresi dari perasaan, dan
memberikan penghargaan terhadap usaha memelihara hubungan. (Hyer, et.al., Retzlaff, ed.,
1995, hal. 222).
Cara Perawatan
Dalam menilai individu dengan gangguan kepribadian schizoid, perlu dipertimbangkan
kemungkinan proses psikotik; yang menentukan ya atau tidaknya adalah adanya bukti dari
halusinasi, khayalan dan kekacauan dari suatu pemikiran. Jika gejala psikosis muncul, maka
perawatan harus dirancang untuk penyakit mental yang serius.
Zimmerman (1994, hal. 90-91) menyarankan pertanyaan-pertanyaan dalam menilai gangguan
kepribadian schizoid :
Apakah kamu mempunyai hubungan yang erat dengan teman atau keluarga ? Jika ia dengan siapa
? jika tidak, apakah melakukan hal ini mengganggu kamu ?
Apakah kamu mempunyai keinginan untuk membina hubungan dengan orang lain ?
Sebagian orang ingin menghabiskan waktu sendiri. Sebagian yang lain ingin bersama orangorang. Bagaimana kamu menggambarkan dirimu ?
Apakah kamu sering untuk lebih memilih mengerjakan sesuatu sendiri ?
Apakah akan mengganggu dirimu untuk pergi dalam waktu lama tanpa adanya suatu hubungan
seksual ? apakah kehidupan seks terlihat penting atau kamu bisa mendapatkannya sendiri
tanpanya ?
Jenis aktivitas apa yang kamu senangi ?
Apakah kamu dapat mempercayai dengan segera orang yang bukan dari keluargamu ?
Bagaimana reaksi kamu jika ada orang yang memujimu ?
Bagaimana reaksi kamu jika ada orang yang mengkritikmu ?
Dalam proses penilaian, perlu dicatat jika individu ini membuat kontak mata, tersenyum atau
memberikan pengaruh secara non verbal.
Beck & Freeman (1990, Hal. 125) mencatat bahwa individu dengan gangguan kepribadian
schizoid tampak mempunyai cacat dalam pengamatan persepsi yang mana berakibat dalam
mengenal lingkungan. Kecacatan persepsi ditandai oleh suatu kecendrungan untuk kehilangan
perbedaan dan untuk menyatukan variasi unsur-unsur dari pengalaman. Persepsi dari suatu
peristiwa dicampurkan, dikacaukan, dan tidak dibisa dibedakan. (Millon, 1996, hal. 231). Ini
hanya dilayani untuk menambah ketakukan mereka dari keakraban dan sungguh membatasi
pengalaman hubungan antar pribadi. Dampak dari pengasingan adalah tidak cukupnya
kesempatan untuk mempelajari keterampilan sosial dan kegagalan dalam memperbaiki perilaku
yang tidak biasa. Group sosialisasi memberikan tawaran untuk memperbaiki pembelajaran
pengalaman dengan orang lain; mereka juga melibatkan intensitas hubungan antar pribadi yang
lebih rendah dibandingkan perawatan individual. Pengobatan sering mendidik dalam
merencanakan dan mengarahkan pembelajaran sosial yang pantas, tata krama dan kebiasaan
sosial. Dan kenyamanan sosial. (Stone, 1993, hal. 185).
Strategi bidang pendidikan mungkin efektif dalam bekerja terhadap individu dengan gangguan
kepribadian schizoid untuk mengidentifikasikan hal positif dan negative dari emosi mereka.
Mereka dapat menggunakan identifikasi afek untuk mempelajari tentang : 1) emosi mereka
sendiri, 2) emosi yang mereka timbulkan terhadap orang lain, 3) perasaan yang mungkin timbul
terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka,. Proses ini dapat memberikan nilai
dalam pembentukan kemampuan untuk berempati terhadap individu ini (Will, Retzlaff, ed.,
1995, hal. 95).
Penekanan terhadap individu dengan gangguan kepribadian schizoid boleh meliputi menjabarkan
konsep diri mereka dan pandangan terhadap keberadaan mereka di dunia. Konfrontasi akan
menjadi minimal. Sebagai gantinya akan memperjelan hubungan emosi terhadap pemikiran dan
mendorong klien untuk melihat kenyataan. Menjadi waspada terhadap kecenderungan klien
dengan gangguan kepribadian schizoid dalam kepasifan mereka dengan bekerja keras dan
mereka melakukannya dalam proses perawatan (Dorr, Retzlaff, ed., 1995, p. 196)
Tujuan Pengobatan
Individu dengan gangguan kepribadian schizoid jarang mencari pengobatan, mereka lebih sering
dicukupi dengan apa yang bisa membuat mereka lebih dihargai oleh orang lain sebagai suatu
keberadaan yang sedikit. Jika keluarga mendesak atau keadaan lingkungan yang membawa
individu dengan gangguan kepribadian schizoid kedalam perawatan, Oldham (1990, hal 280)
menyatakan bahwa tujuan pengobatan menjadi lebih praktis dan mendukung. Tujuan tersebut
harus diarahkan dengan mengurangi dalam pengasingan social dan mempromosikan penyesuaian
yang efektif ke dalam lingkungan social. (Livesley, ed., 1995, hal. 66).
Tujuan pengobatan yang dialamatkan terhadap penggunaan alcohol dan obat-obatan harus
realistis dan praktis. Individu ini akan membalas dengan tenang petunjuk tingkah laku yang
mereka tidak suka dan tidak berniat mempertahankannya. Misalnya menahan nafsu. Mereka
tidak secara langsung membantah tetapi hanya menantikan penyedia jasa atau program
pengobatan keluar dari kehidupan mereka , jadi mereka bisa memulai lagi perilaku yang pada
intinya tidak pernah mereka harapkan untuk dihentikan. Mungkin ada beberapa individu dengan
gangguan kepribadian skizoid akan mempertimbangkan tujuan pengobatan itu akan mengurangi
bahaya atau konsekuensi negatif dari penyalahgunaan obat, misalnya tehnik mengurangi bahaya.
Adalah penting untuk secara langsung dan terbukan tentang berbagai kemungkinan realistis dari
berbagai tujuan pengobatan dan untuk menekankan pilihan terhadap tingkah laku, sikap, atau
mempangaruhi perubahan selalu tersisa pada klien.
mereka tetap tidak mudah terkena konskuensi negative dalam penggunaan yang sedikit. Mereka
juga cenderung untuk mempertimbangkan penggunaakn untuk bisnis tetapi untuk mereka
sendiri. Jika mereka dipaksa untuk mengikuti pengobatan karena undang-undang atau tekanan
keluarga, mereka mungkin patuh dengan program yang diberikan tetapi memelihara suatu
kepastian internal dimana mereka akan kembali ke penggunaan obat sesegera mungkin jika
hukuman sudah dipindahkan. Yang utama, individu dengan gangguan kepribadian schizoid
mempunyai pertahanan tinggi untuk dipengaruhi tetapi tetap cenderung tunduk terhadap figur
yang mempunyai kekuasaan dengan suatu perjuangan yang aktif melawan terhadap permintaan;
mereka secara sederhana akan menunggu sampai mereka bebas dari tekanan untuk kembali pada
perilaku yang mereka sukai.
kepribadian skizoid, suatu pantangan harus menjadi tujuan yang datang untuk membuat suatu
pengertian kepada mereka secara teori jika hal itu diharapkan untuk dicapai tanpa paksaan.
Jika individu dengan gangguan kepribadian dikirim ke penjara, mereka akan jadi mangsa yang
mudah dan memerlukan perlindungan dari populasi secara umum. Mereka tidak mengambil
isyarat hubungan antar pribadi yang cukup memuaskan tidak pula mereka secara interpersonal
cukup dominan untuk menghindari penipuan dari narapidana yang lebih agresif. Dalam
pengaturan seperti pengobatan yang serius, peluang terhadap unsur penyalahgunaan zat atau
pengobatan diagnosa rangkap mungkin lebih diterima terumata sekali jika mereka melibatkan
pemisahan dari orang yang lebih berbahaya. Dengan cara yang sama, didalam pengaturan
pengobatan diagnosa ganda pada pasien yang dirawat dirumah sakit atau berobat jalan, apakah
dalam unsur penyalahgunaan obat atau fasilitas kesehatan mental, individu dengan gangguan
kepribadian skizoid mungkin memerlukan beberapa perlindungan dari orang lain yang lebih
ganas atau klien yang meledak-ledak. Hal ini tidak perlu mencapai SPDs mungkin tidak
menyambut usaha yang tidak melindungi dan mengorganisir. Usaha akan berguna jika dalam
pengaturan ini semua individu dengan gangguan kepribadian skizoid dapat menemukan,
mengadakan percobaan atau belajar untuk memperoleh obat dengan mereka tidak mempunyai
keakraban sebelumnya.
Sharon C. Ekleberry, 2000