PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang umumnya berbeda. Setiap orang
mempunyai kepribadian yang berbeda dari orang lain, dan setiap kepribadian yang
dimiliki manusia tidak ada yang sama. Kepribadian yang dimiliki manusia umumnya
menetap dan tidak bisa diubah.
Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin : persona.
Kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di
zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya. Pada saat itu, setiap pemain
sandiwara memainkan peranannya masing-masing sesuai dengan topeng yang
dikenakannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjadi salah satu istilah
yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok
atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan
atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya (Koswara, 1991:10 (dalam
Sobur, 2003)).
Gangguan kepribadian merupakan ciri kepribadian yang kaku dan mengalahkan
diri sendiri, sehingga mempengaruhi fungsinya dan bahkan menyebabkan gejala
psikiatrik, menyebabkan penderitaan pasien, atau orang lain atau keduanya dan
menimbulkan maladaptasi sosial (teman, keluarga, maupun pekerjaan).
1
BAB II
KAJIAN
2
2. Memandang bahwa semua kesulitannya disebabkan oleh nasib buruk atas perbuatan jahat
orang lain, sehingga tidak pernah memiliki rasa bersalah.
3. Tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang lain.
4. Ia tidak dapat melepaskan diri dari perilakunya yang maladaptive itu.
5. Selalu menghindari tanggung jawab atas masalah-masalah yang ia timbulkan.
Penyebab munculnya gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock (dalam Dara
Amalia, 2010 P: 3):
1. Faktor genetik
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan
kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk
gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembadizigotik.
Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan
temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotik
yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang
dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan
dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.
3. Faktor biologis
a) Hormon
Orang yang menunjukkkan sifat impulsive sering kali juga menunjukkan
peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
b) Neurotransmitter
Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik,
menyatakan suau fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut.
Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergic tertentu seperti
fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatic pada beberapa karakteristik
kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
4. Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram ditemukan pada beberapa
pasien dengan gangguan kepribadian dan paling sering pada tipe antisosial dan ambang,
dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
5. Faktor psikoanalitik
Sigmun Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada
salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak
yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala,
kikir, dan sangat teliti.
3
2.1.3 Penggolongan Gangguan Kepribadian menurut DSM-V
Menurut DSM-V (2013), gangguan kepribadian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Klaster A gambarannya aneh (odd), menyendiri (aloof), dan eksentrik (eccentric). Klaster
ini terdiri atas:
a. Gangguan Kepribadian paranoid,
b. Gangguan Kepribadian skizoid,
c. Gangguan Kepribadian skizotipal
301.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Sebuah ketidakpercayaan meluas dan kecurigaan orang lain sehingga motif mereka
ditafsirkan sebagai jahat, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh 4 atau lebih dari berikut ini:
1) Tersangka, tanpa dasar yang cukup bahwa orang lain memanfaatkan, membahayakan,
atau menipu dia
2) Sibuk dengan keraguan dibenarkan tentang loyalitas atau kepercayaan dari
temanteman atau rekan
3) Enggan untuk menceritakan pada orang lain karena takut yang tidak beralasan bahwa
informasi tersebut akan digunakan untuk jahat terhadap dia atau
4) Membaca arti tersembunyi yang merendahkan atau mengancam dengan komentar
lunak
5) Terus-menerus memendam dendam, yaitu, yang tak mau memaafkan penghinaan,
trauma, atau pengabaian
6) Memandang serangan pada karakter nya atau reputasi yang tidak sesuai kepada cepat
bereaksi dengan marah atau menyerang balik
7) Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang kesetiaan pasangan.
4
Sebuah pola defisit sosial dan interpersonal meresap yang ditandai dengan rasa tidak
nyaman akut dan kapasitas dikurangi untuk hubungan dekat serta oleh distorsi kognitif
atau persepsi dan keeksentrikan perilaku, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir
dalam berbagai konteks seperti ditunjukkan oleh 5 atau lebih:
1) Ide-ide rujukan (termasuk waham rujukan)
2) Keyakinan aneh atau pemikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan ketidak
konsisten dengan norma-norma subkultur (misalnya, keangkuhan, kepercayaan dalam
kemampuan mendapatkan informasi tanpa menggunakan pancaindra tapi dengan
perasaan, telepati, "indra keenam", fantasi atau preokupasi yang aneh
3) Pengalaman persepsi yang tidak biasa, termasuk ilusi tubuh
4) Berpikir & bicara yang aneh (misalnya samar-samar,berputar-putar, metafora, atau
stereotipik
5) Ide-ide kecurigaan atau paranoid
6) Inappropriate or constricted affect (6)afek yang tidak serasi atau terbatas
7) Perilaku atau penampilan yang eksentrik atau aneh
8) Kurangnya teman dekat atau orang kepercayaan lain selain keluarga derajat pertama
9) Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak berkurang dengan keakraban dan
cenderung dihubungkan dengan ketakutan paranoid bukan penilaian negatif tentang
diri.
2. Klaster B gambarannya dramatik (dramatic), impulsif, dan tak menentu (erratic). Klaster
ini terdiri atas :
a. Gangguan Kepribadian Ambang (borderline)
b. Gangguan Kepribadian Antisosial
c. Gangguan Kepribadian Narsisistik
d. Gangguan Kepribadian Histrionik
5
6) Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas ditandai suasana hati (dysphoria episodik
mendalam, lekas marah, atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam &
jarang hari)
7) Perasaan kekosongan kronis
8) Tidak pantas marah, kemarahan yang intens atau kesulitan mengendalikan
(menampilkan sering marah, kemarahan yang menetap, perkelahian berulang)
9) Stres sementara, ide-ide paranoid terkait atau gejala disosiatif yang parah.
3. Klaster C gambarannya cemas dan penuh ketakutan. Klaster ini terdiri dari :
a. Gangguan Kepribadian Menghindar (avoidant)
b. Gangguan Kepribadian Dependen
c. Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif
7
6) Dilihat diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial, secara pribadi tidak menarik,
atau lebih rendah daripada orang lain
7) Biasanya enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam aktivitas
yang baru karena mereka mungkin terbukti memalukan.
8
6) Enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain kecuali mereka
tunduk kepada persis nya atau cara dia melakukan sesuatu
7) Mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain, uang dipandang
sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk menghadapi bencana di masa depan
8) Menunjukkan kekakuan dan keras kepala.
9
2.4 Jalan dalam Mendapatkan Data
Untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang individu yag menderita gangguan
paranoid maka kami menganalisa salah satu tokoh dari sebuah film yang berjudul: “A
Beautiful Mind”. Film ini ditayangkan pada tahun 2001 diangkat dari kisah nyata seorang
ahli matematika genius yang bernama John Forbes Nash.
2.5 Hasil
Film ini menceritakan tentang kisah perjuangan seorang ahli matematika genius yang
bernama John Forbes Nash, yang berhasil menciptakan konsep ekonomi yang kini dijadikan
sebagai dasar dari teori ekonomi kontemporer.
John Nash merupakan seorang yang genius karena kegeniusannya ia masuk ke universitas
bergensi, Princeton University. Ia merupakan orang yang suka menyendiri, pemalu, rendah
diri, dan introvert. Nash mengatakan bahwa ia tidak terlalu suka berhubungan dengan orang
lain dan menurutnya tak ada orang yang menyukainya. Selain itu, ia juga merupakan orang
yang arogan dan bangga akan kepandaiannya. Ini ditunjukkannnya dengan cara menolak
mengikuti kuliah yang dianggapnya hanya menghabiskan waktu dan membuat otak tumpul.
Sebagai gantinya, Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide
orisinal untuk meraih gelar doktornya dan diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler
Defense Lab di MIT.
Selain itu, Nash mempunyai teman sekamar bernama Charles Herman, mempunyai
keponakan yang bernama cilik Marcee. Menurut Nash, teman sekamarnya itu sangat
mengerti dirinya. Nash suka menulis rumus di jendela kamarnya dan perpustakaan yang
secara tidak sengaja ia berhasil menemukan konsep baru.
Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang
dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia
ini, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi
sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
Nash mulai jatuh cinta pada seorang gadis bernama Alicia Larde.
Setelah Nash menikah, Nash menjadi semakin parah. Ia semakin
ketakutan dan terlihat aneh. Akhirnya, Alicia Larde mulai curiga
dengan kondisi suaminya tersebut. Larde mulai mencari tahu
tentang teman sekamar Nash yang pernah diceritakannya. Ketika
Larde mencari tahu , ternyata teman yang diceritakan oleh Nash
tidak ada dan ternyata, Nash hanya tingga sendiri di astrama
tersebut. Nash semakin hari semakin ketakutan karena ia merasa
diikuti oleh agen rahasia. Dari situlah Larde membawa Nash ke
sebuah rumah sakit jiwa untuk diobati.
10
2.6 Hasil Diagnosa
Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita paranoid, yang ditandai
dengan beberapa ciri-ciri gangguan paranoid berdasarkan PPDGJ III sebagai berikut:
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
Dalam film tersebut John Nash terlihat sangat tidak mau tersaingi oleh
rekan- rekannya, terlihat ketika para teman dikelasnya sudah selesai
membuat naskah dan sudah diterbitkan sementara John Nash sedang
mencari-cari teori yang akan dia ungkap, namun sang professor
mengatakan apabila ia tetap belum menyelesaikan naskahnya dia tidak
akan berhasil dikelasnya. Lalu, ia sangat berfrustasi sekali setelah
mendengar ucapan professornya sampai-sampai ia membantingkan
kepalanya ke jendela kamarnya.
2. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
Terlihat ketika Nash bermain catur “go” dengan Martin, ia sudah sangat
mempunyai perhitungan untuk menang dan sudah sangat amat yakin
menang, namun ternyata Martin mengalakhkannya sehingga terjadi
kekecewaan yang mendalam di diri Nash sampai ia membanting papan
catur tersebut dengan kakinya
3. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk kepada diri sendiri ( self-
referential attitude).
Terlihat dalam film tersebut Nash sangat yaki bahwa dirinya memiliki
suatu kelebihan sehingga bisa dikatakan menjadi orang penting. Yaitu, John Nash
pada film tersebut menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan
mata – mata/agen rahasia.
Selanjutnya dalam film tersebut dapat kita ketahui bahwa John Nash juga melakukan social
withdrawl (penarikan sosial), yaitu John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang –
orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak
menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.
11
- Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang
pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan kepribadian paranoid (GKP) adalah jenis gangguan kepribadian
eksentrik di mana penderitanya memiliki rasa curiga dan tidak percaya yang tak ada
hentinya terhadap orang lain. Tanda lain dari kondisi ini termasuk keengganan untuk
bercerita pada orang lain, memendam dendam, dan menganggap semua peristiwa sebagai
sesuatu yang “merendahkan” atau “mengancam” dirinya. Seseorang dengan gangguan
kepribadian seringnya lekas marah dan tidak bersahabat terhadap orang lain.
Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT
membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan
pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT,
individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling
menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol
amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik.
3.2 Saran
Makalah ini tentu saja masih sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
tim penulis sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca agar dapat kami jadikan
masukan yang membangun, serta membantu kami membuat makalah yang lebih baik di
tugas yang akan datang.
13
DAFTAR PUSTAKA
Candra, I Wayan dan I Gusti Ayu Harini, I Nengah Sumirta. 2017. PSIKOLOGI
Landasan Keilmuan Praktik Perawatan Jiwa. Yogyakarta: ANDI
Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Dirjen Pelayanan Medis RI. Jakarta.
Maslim, Dr. dr. Rusdi, Sp. KJ, M. Kes. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa Rujukan ringkas Dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: FK Unika Atmajaya.
Idrus, M. Faisal 2016. Gangguan kepribadian. Universitas Hasanuddin.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Gangguan-
Kepribadian.pdf. Diakses pada tanggal 03 september 2019
Sobur, Alex. 2003. PSIKOLOGI UMUM Dalam Lintas Sejarah. Bandung:
Pustaka Setia
14