Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang umumnya berbeda. Setiap orang
mempunyai kepribadian yang berbeda dari orang lain, dan setiap kepribadian yang
dimiliki manusia tidak ada yang sama. Kepribadian yang dimiliki manusia umumnya
menetap dan tidak bisa diubah.
Kata kepribadian (personality) sesungguhnya berasal dari kata latin : persona.
Kata persona ini menunjuk pada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di
zaman Romawi dalam memainkan peranan-peranannya. Pada saat itu, setiap pemain
sandiwara memainkan peranannya masing-masing sesuai dengan topeng yang
dikenakannya. Lambat laun, kata persona (personality) berubah menjadi salah satu istilah
yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok
atau masyarakatnya, kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan
atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya (Koswara, 1991:10 (dalam
Sobur, 2003)).
Gangguan kepribadian merupakan ciri kepribadian yang kaku dan mengalahkan
diri sendiri, sehingga mempengaruhi fungsinya dan bahkan menyebabkan gejala
psikiatrik, menyebabkan penderitaan pasien, atau orang lain atau keduanya dan
menimbulkan maladaptasi sosial (teman, keluarga, maupun pekerjaan).

1
BAB II
KAJIAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Kepribadian
Menurut Alwisol (dalam I Wayan Candra, dkk, 2017) “Kepribadian berasal dari kata
personality dalam bahasa Inggris, yang berasal dari bahasa Yunani-Kuno prosopan atau
persona, yang artinya “topeng”. Sampai saat ini belum ada batasan formal tentang
personality yang mendapat pengakuan atau kesepakatan yang luas di kalangan ahli
kepribadian. Setiap ahli kepribadian membuat suatu definisi tersendiri sesuai dengan
paradigma dan focus analisis dari teori pengembangannya”.
Kepribadian menurut Allport (dalam Dara Amalia, 2010) adalah “organisasi dinamis
dalam individu sebagai system psikologis yang menentukan caranya yang khas dalam
tingkah laku dan fikirannya”. Sedangkan. Pervin 1984 (dalam I Wayan Candra, dkk, 2017 P:
2) menyatakan “kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum orang
banyak yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespons suatu situasi“.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian
(personality) merupakan suatu gabungan emosi dan tingkah laku yang relatif menetap dan
sukar berubah. Kepribadian setiap orang memiliki karakteristk yang berbeda sesuai turunan
genetik dan pengalaman yang diperoleh sejak kecil.
2.1.2 Pengertian Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock (dalam Dara Amalia, 2010 P: 2)
adalah “suatu varian dari sifat karakter tersebut diluar rentang yang ditemukan pada sebagian
besar orang”.
Menurut Faisal Idrus (2016) gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang kaku dan
mengalahkan diri sendiri, sehingga memengaruhi fungsinya dan bahkan menyebabkan gejala
psikiatrik, penderitaan pada pasien atau orang disekitarnya, dan menimbulkan maladaptasi
sosial (keluarga, teman, dan pekerjaan). Kepribadian yang demikian nampak tidak seimbang,
tanpa koordinasi perilaku yang harmonis.
Supratiknya (dalam I Wayan Candra, dkk, 2017 P: 3) mengemukakan “kelompok
gangguan utama dalam kategori ini adalah seseorang yang mengalami gangguan kepribadian
memiliki ciri sebagai berikut”:
1. Hubungan pribadinya dengan orang lain terganggu dalam arti sikap dan perilakunya
cenderung merugikan orang lain.

2
2. Memandang bahwa semua kesulitannya disebabkan oleh nasib buruk atas perbuatan jahat
orang lain, sehingga tidak pernah memiliki rasa bersalah.
3. Tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap orang lain.
4. Ia tidak dapat melepaskan diri dari perilakunya yang maladaptive itu.
5. Selalu menghindari tanggung jawab atas masalah-masalah yang ia timbulkan.
Penyebab munculnya gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock (dalam Dara
Amalia, 2010 P: 3):
1. Faktor genetik
Salah satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan
kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk
gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembadizigotik.
Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan
temperamen, minat okupasional dan waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotik
yang dibesarkan terpisah adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang
dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan
dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.
3. Faktor biologis
a) Hormon
Orang yang menunjukkkan sifat impulsive sering kali juga menunjukkan
peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
b) Neurotransmitter
Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan serotonergik,
menyatakan suau fungsi mengaktivasi kesadaran dari neurotransmitter tersebut.
Meningkatkan kadar serotonin dengan obat serotonergic tertentu seperti
fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatic pada beberapa karakteristik
kepribadian. Serotonin menurunkan depresi, impulsivitas.
4. Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram ditemukan pada beberapa
pasien dengan gangguan kepribadian dan paling sering pada tipe antisosial dan ambang,
dimana ditemukan aktivitas gelombang lambat.
5. Faktor psikoanalitik
Sigmun Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada
salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anak
yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala,
kikir, dan sangat teliti.

3
2.1.3 Penggolongan Gangguan Kepribadian menurut DSM-V
Menurut DSM-V (2013), gangguan kepribadian dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Klaster A gambarannya aneh (odd), menyendiri (aloof), dan eksentrik (eccentric). Klaster
ini terdiri atas:
a. Gangguan Kepribadian paranoid,
b. Gangguan Kepribadian skizoid,
c. Gangguan Kepribadian skizotipal
301.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Sebuah ketidakpercayaan meluas dan kecurigaan orang lain sehingga motif mereka
ditafsirkan sebagai jahat, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh 4 atau lebih dari berikut ini:
1) Tersangka, tanpa dasar yang cukup bahwa orang lain memanfaatkan, membahayakan,
atau menipu dia
2) Sibuk dengan keraguan dibenarkan tentang loyalitas atau kepercayaan dari
temanteman atau rekan
3) Enggan untuk menceritakan pada orang lain karena takut yang tidak beralasan bahwa
informasi tersebut akan digunakan untuk jahat terhadap dia atau
4) Membaca arti tersembunyi yang merendahkan atau mengancam dengan komentar
lunak
5) Terus-menerus memendam dendam, yaitu, yang tak mau memaafkan penghinaan,
trauma, atau pengabaian
6) Memandang serangan pada karakter nya atau reputasi yang tidak sesuai kepada cepat
bereaksi dengan marah atau menyerang balik
7) Memiliki kecurigaan yang berulang, tanpa pembenaran, tentang kesetiaan pasangan.

301.2 Gangguan Kepribadian Skizoid


Sebuah pola meresap dari hubungan sosial & berbagai terbatas dalam pengaturan
emosi antarpribadi, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks,
seperti yang ditunjukkan oleh 4 atau lebih dari berikut ini:
1) Tidak menginginkan atau menikmati hubungan dekat, termasuk menjadi bagian dari
sebuah keluarga
2) Hampir selalu memilih aktivitas sendirian
3) Memiliki sedikit, jika ada, minat memiliki pengalaman seksual dengan orang lain
4) Mengambil kesenangan dalam sedikit, jika ada, kegiatan
5) Tidak memiliki teman dekat atau kepercayaan lain selain kerabat tingkat pertama
6) Tampaknya acuh tak acuh terhadap pujian atau kritik dari orang lain
7) Menunjukkan emosi yang dingin, sikap yang tak terpengaruh, atau mood yang datar.

301.22 Gangguan Kepribadian Skizotipal

4
Sebuah pola defisit sosial dan interpersonal meresap yang ditandai dengan rasa tidak
nyaman akut dan kapasitas dikurangi untuk hubungan dekat serta oleh distorsi kognitif
atau persepsi dan keeksentrikan perilaku, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir
dalam berbagai konteks seperti ditunjukkan oleh 5 atau lebih:
1) Ide-ide rujukan (termasuk waham rujukan)
2) Keyakinan aneh atau pemikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan ketidak
konsisten dengan norma-norma subkultur (misalnya, keangkuhan, kepercayaan dalam
kemampuan mendapatkan informasi tanpa menggunakan pancaindra tapi dengan
perasaan, telepati, "indra keenam", fantasi atau preokupasi yang aneh
3) Pengalaman persepsi yang tidak biasa, termasuk ilusi tubuh
4) Berpikir & bicara yang aneh (misalnya samar-samar,berputar-putar, metafora, atau
stereotipik
5) Ide-ide kecurigaan atau paranoid
6) Inappropriate or constricted affect (6)afek yang tidak serasi atau terbatas
7) Perilaku atau penampilan yang eksentrik atau aneh
8) Kurangnya teman dekat atau orang kepercayaan lain selain keluarga derajat pertama
9) Kecemasan sosial yang berlebihan yang tidak berkurang dengan keakraban dan
cenderung dihubungkan dengan ketakutan paranoid bukan penilaian negatif tentang
diri.

2. Klaster B gambarannya dramatik (dramatic), impulsif, dan tak menentu (erratic). Klaster
ini terdiri atas :
a. Gangguan Kepribadian Ambang (borderline)
b. Gangguan Kepribadian Antisosial
c. Gangguan Kepribadian Narsisistik
d. Gangguan Kepribadian Histrionik

301.83 Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline)


Sebuah pola meresap ketidakstabilan hubungan interpersonal, citra diri, dan
mempengaruhi, dan sebuah awal impulsif ditandai dengan awal masa dewasa dan hadir
dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh 5 dari berikut:
1) Bingung untuk menghindari ditinggalkan nyata atau dibayangkan
2) Pola hubungan interpersonal tidak stabil dan intens ditandai dengan bergantian antara
idealisasi ekstrem dan devaluasi
3) Gangguan identitas: nyata & terus-menerus tidak stabil citra diri atau kesadaran diri
4) Impulsif dalam 2 daerah setidaknya yang berpotensi merusak diri sendiri (belanja,
seks, penyalahgunaan zat, mengemudi sembrono, makan pesta (tidak termasuk 5
item) 5) recurrent suicidal behavior, gestures, or threats, or self-mutilating behavior
5) Perilaku bunuh diri berulang, gerakan, atau ancaman, atau perilaku mutilasi

5
6) Ketidakstabilan afektif karena reaktivitas ditandai suasana hati (dysphoria episodik
mendalam, lekas marah, atau kecemasan biasanya berlangsung beberapa jam &
jarang hari)
7) Perasaan kekosongan kronis
8) Tidak pantas marah, kemarahan yang intens atau kesulitan mengendalikan
(menampilkan sering marah, kemarahan yang menetap, perkelahian berulang)
9) Stres sementara, ide-ide paranoid terkait atau gejala disosiatif yang parah.

301.7 Gangguan Kepribadian Antisosial


1. Ada pola meresap mengabaikan dan melanggar hak orang lain yang terjadi sejak usia
15 tahun, seperti ditunjukkan oleh 3 atau lebih dari berikut ini:
1) Kegagalan untuk mematuhi norma-norma sosial yang berkaitan dengan
perilaku yang sah seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali melakukan
tindakan yang dasar untuk penangkapan
2) Tipu daya, seperti ditunjukkan oleh berulang berbohong, menggunakan alias,
atau menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau kesenangan
3) Impulsif atau kegagalan untuk merencanakan ke depan
4) Iritabilitas & aggresivitas, seperti ditunjukkan oleh perkelahian atau serangan
fisik berulang
5) Sembrono mengabaikan keselamatan diri dan orang lain
6) Tidak bertanggung jawab yang konsisten, seperti yang ditunjukkan oleh
kegagalan yang berulang untuk mempertahankan perilaku kerja yang
konsisten atau menghormati kewajiban keuangan
7) Kurangnya penyesalan.. Seperti ditunjukkan dengan menjadi acuh tak acuh
terhadap atau rasionalisasi memiliki terluka, dianiaya, atau dicuri dari yang
lain.
2. Individu adalah minimal berusia 18 tahun
3. Ada bukti Gangguan Perilaku dengan onset sebelum usia 15 tahun
4. kejadian ini tidak selama Skizofrenia atau Manic Episode.

301.50 Gangguan Kepribadian Histrionik


Sebuah pola meresap emosionalitas yang berlebihan dan mencari perhatian, dimulai
pada awal masa dewasa dan hadir dalam variasi konteks, seperti yang ditunjukkan dalam
5 atau lebih dari berikut ini:
1) Ketidak nyaman dalam situasi di mana ia / dia tidak dalam pusat perhatian
2) Interaksi dengan orang lain adalah sering ditandai oleh perilaku seksual menggoda
atau provokatif yang tidak pantas
3) Menampilkan ekspresi cepat dan dangkal pergeseran emosi
4) Secara konsisten menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian kepada
dirinya
5) Memiliki gaya bicara yang terlalu impresionistik dan kurang rinci
6
6) Menunjukkan dramatisasi diri, sandiwara, dan ekspresi emosi berlebihan
7) Mudah suggestif, yaitu mudah dipengaruhi oleh orang lain atau situasi
8) Menganggap hubungan menjadi lebih intim daripada mereka sebenarnya.

301.81 Gangguan Kepribadian Narsisistik


Sebuah pola meresap kebesaran (dalam khayalan atau perilaku), kebutuhan untuk
dikagumi, dan kurangnya empati, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam
berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh 5 atau lebih dari berikut ini:
1) Memiliki rasa kebesaran diri, merasa penting (melebih-lebihkan prestasi, dan bakat,
mengharapkan untuk diakui sebagai lebih unggul)
2) Sibuk dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan, kecantikan,
atau cinta ideal)
3) Percaya bahwa dia atau dia adalah "khusus" dan unik dan hanya dapat dipahami, atau
harus bergaul dengan orang-orang khusus atau status atau lembaga tinggi lainnya
4) Membutuhkan kekaguman berlebihan
5) Memiliki rasa hak, yaitu, harapan yang tidak masuk akal menguntungkan pengobatan
terutama atau pemenuhan otomatis harapannya
6) Eksploitatif interpersonal, yaitu mengambil keuntungan dari orang lain untuk
mencapai tujuan sendiri
7) Tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali atau mengidentifikasi
perasaan orang lain sering merasa iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain
iri kepadanya
8) Menunjukkan arogan, perilaku atau sikap sombong.

3. Klaster C gambarannya cemas dan penuh ketakutan. Klaster ini terdiri dari :
a. Gangguan Kepribadian Menghindar (avoidant)
b. Gangguan Kepribadian Dependen
c. Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif

301.82 Gangguan Kepribadian Menghindar


Sebuah pola meresap inhibisi sosial, perasaan tidak mampu, dan hipersensitivitas
terhadap evaluasi negatif, dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai
konteks, seperti yang ditunjukkan oleh 4 atau lebih dari berikut ini:
1) Menghindari kegiatan kerja yang melibatkan kontak interpersonal yang signifikan,
karena takut kritik, ketidaksetujuan penolakan, atau
2) Tidak bersedia untuk terlibat dengan orang-orang tertentu kecuali disukai
3) Menunjukkan menahan diri dalam hubungan intim karena takut dipermalukan atau
diejek
4) Preokupasi dengan kritik atau ditolak dalam situasi sosial
5) Dihambat dalam situasi interpersonal baru karena perasaan tidak mampu

7
6) Dilihat diri sendiri sebagai tidak layak secara sosial, secara pribadi tidak menarik,
atau lebih rendah daripada orang lain
7) Biasanya enggan untuk mengambil risiko pribadi atau untuk terlibat dalam aktivitas
yang baru karena mereka mungkin terbukti memalukan.

301.6 Gangguan Kepribadian Dependen


Sebuah kebutuhan yang luas dan berlebihan harus diambil perawatan yang mengarah
ke perilaku tunduk dan menempel dan ketakutan pemisahan, dimulai awal masa dewasa
& hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh 5 atau lebih dari ini:
1) Memiliki kesulitan berlebihan dalam membuat keputusan sehari-hari tanpa sejumlah
saran dan jaminan dari orang lain
2) Membutuhkan orang lain untuk memikul tanggung jawab untuk sejumlah besar
bidang kehidupannya
3) Mengalami kesulitan mengekspresikan ketidaksetujuan dengan orang lain karena
takut kehilangan dukungan atau persetujuan
4) Memiliki kesulitan memulai proyek atau melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri
5) Berusaha secara berlebihan untuk memperoleh pengasuhan dan dukungan dari orang
lain, dan secara sukarela untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan
6) Merasa tidak nyaman atau tak berdaya ketika sendiri karena takut berlebihan tidak
mampu untuk merawat dirinya sendiri
7) Segera mencari hubungan lain sebagai sumber perawatan dan dukungan ketika
hubungan dekat berakhir
8) Preokupasi secara tidak realistis dengan kekhawatiran yang tersisa untuk mengurus
dirinya sendiri

301.4 Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif


Sebuah pola meresap keasyikan dengan keteraturan, kesempurnaan, & mental dan
kontrol interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan efisiensi, &,
dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang
ditunjukkan oleh 4 atau lebih dari berikut ini:
1) Preokupasi (sibuk) dengan rincian, aturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal
untuk sejauh bahwa titik utama dari kegiatan ini adalah hilang
2) Menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas (tidak dapat
menyelesaikan proyek karena standar nya terlalu ketat sendiri tidak terpenuhi)
3) Secara berlebihan dikhususkan untuk bekerja dan produktivitas dengan
mengesampingkan kegiatan rekreasi dan persahabatan
4) Ketelitian yang berlebihan, cermat, dan tidak fleksibel tentang hal-hal moral, etika,
atau nilai-nilai (tidak diperhitungkan dengan identifikasi budaya atau agama)
5) Tidak mampu untuk membuang benda-benda usang atau tidak berharga bahkan ketika
mereka tidak memiliki nilai sentimental

8
6) Enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain kecuali mereka
tunduk kepada persis nya atau cara dia melakukan sesuatu
7) Mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain, uang dipandang
sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk menghadapi bencana di masa depan
8) Menunjukkan kekakuan dan keras kepala.

2.2 Pedoman Diagnostik


Berdasarkan PPDGJ III (2013), gangguan kepribadian paranoid mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
2. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil.
3. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
4. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi
yang ada (actual situation).
5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar (justification), tentang kesetiaan seksual
dari pasangannya.
6. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk kepada diri sendiri ( self-
referential attitude).
7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantive dari suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri
maupun dunia pada umumnya.

2.3 Cara yang Dapat ditempuh Untuk menterapi Gangguan Paranoid


1) Cognitive behavioral Theraphy (CBT) : pada terapi CBT para pasien dibantu untuk
mengetahui serta mengenali sikap dan perilaku individu tersebut yang abnormal, sugesti
dan system kepercayaan pribadi maupun pola pikir yang cenderung mengarah ke negatif.
Setelah mereka mengetahui kekurangnormalan perilaku mereka barulah mereka akan
diarahkan untuk mengembalikan pola pemkkiran positif mereka
2) Farmakoterapi : pada pengobatan melalui farmakoterapi umumnya berguna untuk
menghadapi dan mengurangi kecemasan dan agitasi. Pada sebagian besar kasus suatu bat
anti anxietas seperti diazepam (valium) adalah memadai tetapi mungkin perlu untuk
memggunakan suatu anti psikotik, seperti thioridhazine (mellaril) atau haloperidol
(haldol) dalam dosis kecil dan dalam periode singkat untuk menangani agitasi parah atau
pikiran yang sangat delusional.

9
2.4 Jalan dalam Mendapatkan Data
Untuk mengetahui bagaimana gambaran tentang individu yag menderita gangguan
paranoid maka kami menganalisa salah satu tokoh dari sebuah film yang berjudul: “A
Beautiful Mind”. Film ini ditayangkan pada tahun 2001 diangkat dari kisah nyata seorang
ahli matematika genius yang bernama John Forbes Nash.
2.5 Hasil

 Sinopsis Film Beautiful Mind (2001)

Film ini menceritakan tentang kisah perjuangan seorang ahli matematika genius yang
bernama John Forbes Nash, yang berhasil menciptakan konsep ekonomi yang kini dijadikan
sebagai dasar dari teori ekonomi kontemporer.
John Nash merupakan seorang yang genius karena kegeniusannya ia masuk ke universitas
bergensi, Princeton University. Ia merupakan orang yang suka menyendiri, pemalu, rendah
diri, dan introvert. Nash mengatakan bahwa ia tidak terlalu suka berhubungan dengan orang
lain dan menurutnya tak ada orang yang menyukainya. Selain itu, ia juga merupakan orang
yang arogan dan bangga akan kepandaiannya. Ini ditunjukkannnya dengan cara menolak
mengikuti kuliah yang dianggapnya hanya menghabiskan waktu dan membuat otak tumpul.
Sebagai gantinya, Nash lebih banyak meluangkan waktu di luar kelas demi mendapatkan ide
orisinal untuk meraih gelar doktornya dan diterima di pusat penelitian bergengsi, Wheeler
Defense Lab di MIT.
Selain itu, Nash mempunyai teman sekamar bernama Charles Herman, mempunyai
keponakan yang bernama cilik Marcee. Menurut Nash, teman sekamarnya itu sangat
mengerti dirinya. Nash suka menulis rumus di jendela kamarnya dan perpustakaan yang
secara tidak sengaja ia berhasil menemukan konsep baru.
Hidup Nash mulai berubah ketika ia diminta Pentagon memecahkan kode rahasia yang
dikirim tentara Sovyet. Di sana, ia bertemu agen rahasia William Parcher. Dari agen rahasia
ini, ia diberi pekerjaan sebagai mata-mata. Pekerjaan barunya ini membuat Nash terobsesi
sampai ia lupa waktu dan hidup di dunianya sendiri.
Nash mulai jatuh cinta pada seorang gadis bernama Alicia Larde.
Setelah Nash menikah, Nash menjadi semakin parah. Ia semakin
ketakutan dan terlihat aneh. Akhirnya, Alicia Larde mulai curiga
dengan kondisi suaminya tersebut. Larde mulai mencari tahu
tentang teman sekamar Nash yang pernah diceritakannya. Ketika
Larde mencari tahu , ternyata teman yang diceritakan oleh Nash
tidak ada dan ternyata, Nash hanya tingga sendiri di astrama
tersebut. Nash semakin hari semakin ketakutan karena ia merasa
diikuti oleh agen rahasia. Dari situlah Larde membawa Nash ke
sebuah rumah sakit jiwa untuk diobati.

10
2.6 Hasil Diagnosa

 Analisis tokoh John Nash

Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita paranoid, yang ditandai
dengan beberapa ciri-ciri gangguan paranoid berdasarkan PPDGJ III sebagai berikut:
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
Dalam film tersebut John Nash terlihat sangat tidak mau tersaingi oleh
rekan- rekannya, terlihat ketika para teman dikelasnya sudah selesai
membuat naskah dan sudah diterbitkan sementara John Nash sedang
mencari-cari teori yang akan dia ungkap, namun sang professor
mengatakan apabila ia tetap belum menyelesaikan naskahnya dia tidak
akan berhasil dikelasnya. Lalu, ia sangat berfrustasi sekali setelah
mendengar ucapan professornya sampai-sampai ia membantingkan
kepalanya ke jendela kamarnya.
2. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
Terlihat ketika Nash bermain catur “go” dengan Martin, ia sudah sangat
mempunyai perhitungan untuk menang dan sudah sangat amat yakin
menang, namun ternyata Martin mengalakhkannya sehingga terjadi
kekecewaan yang mendalam di diri Nash sampai ia membanting papan
catur tersebut dengan kakinya
3. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk kepada diri sendiri ( self-
referential attitude).
Terlihat dalam film tersebut Nash sangat yaki bahwa dirinya memiliki
suatu kelebihan sehingga bisa dikatakan menjadi orang penting. Yaitu, John Nash
pada film tersebut menganggap dirinya adalah pemecah kode rahasia terbaik dan
mata – mata/agen rahasia.
Selanjutnya dalam film tersebut dapat kita ketahui bahwa John Nash juga melakukan social
withdrawl (penarikan sosial), yaitu John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti orang –
orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak
menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.

 Karakter Pribadi John Nash, yaitu:


- Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku,
tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.

11
- Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang
pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan kepribadian paranoid (GKP) adalah jenis gangguan kepribadian
eksentrik di mana penderitanya memiliki rasa curiga dan tidak percaya yang tak ada
hentinya terhadap orang lain. Tanda lain dari kondisi ini termasuk keengganan untuk
bercerita pada orang lain, memendam dendam, dan menganggap semua peristiwa sebagai
sesuatu yang “merendahkan” atau “mengancam” dirinya. Seseorang dengan gangguan
kepribadian seringnya lekas marah dan tidak bersahabat terhadap orang lain.
Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT
membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan
pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam CBT,
individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain, saling
menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan mengontrol
amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal yang baik.

3.2 Saran
Makalah ini tentu saja masih sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
tim penulis sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca agar dapat kami jadikan
masukan yang membangun, serta membantu kami membuat makalah yang lebih baik di
tugas yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Dara. 2010. Hubungan Trait Kepribadian Dengan Kecenderungan


Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif Pada Karyawan (skripsi). Jakarta: Fakultas
Psikologi Uin Syarif Hidayatullah

Candra, I Wayan dan I Gusti Ayu Harini, I Nengah Sumirta. 2017. PSIKOLOGI
Landasan Keilmuan Praktik Perawatan Jiwa. Yogyakarta: ANDI
Departemen Kesehatan RI, 1998. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia (PPDGJ). Edisi III. Dirjen Pelayanan Medis RI. Jakarta.
Maslim, Dr. dr. Rusdi, Sp. KJ, M. Kes. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa Rujukan ringkas Dari PPDGJ III dan DSM-5. Jakarta: FK Unika Atmajaya.
Idrus, M. Faisal 2016. Gangguan kepribadian. Universitas Hasanuddin.
https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/Gangguan-
Kepribadian.pdf. Diakses pada tanggal 03 september 2019
Sobur, Alex. 2003. PSIKOLOGI UMUM Dalam Lintas Sejarah. Bandung:
Pustaka Setia

14

Anda mungkin juga menyukai