Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan kepribadian sudah menjadi suatu masalah sosial, masalah

medis, dan ilmiah. Tidak ada kelompok secara demografis kebal terhadap

gangguan kepribadian. Diperkirakan di populasi umum terdapat 11 sampai 23

persen individu dengan gangguan kepribadian. Ini berarti dalam suatu 1 di tiap-

tiap 4 sampai 10 individu di sekitar kita mengalami gangguan kepribadian, dengan

mengabaikan penempatan atau status yang ekonomi-sosial. Individu ini memiliki

gangguan atau kesulitan dalam kemampuan mereka bekerja dan berhubungan

antar individu, serta cenderung kurang terdidik, penyendiri, mudah menjadi

pecandu obat-obatan, pelecehan seksual, kesulitan dalam pernikahan dan menjadi

pengangguran. Sebagai tambahan, banyak pelaku kejahatan dengan atau tanpa

kekerasan serta narapidana mempunyai gangguan kepribadian.1

Gangguan Kepribadian Dissosial (Antisosial) ditandai oleh tindakan anti

social atau criminal yang terus-menerus tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas.

Terdapat pola perilaku bersifat pervasive berupa sifat pengabaian dan pelanggaran

hak orang lain, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai

konteks. Biasanya timbul karena perbedaan yang besar antara perilaku dan norma

sosial yang berlaku. 1

Prevalensi gangguan kepribadian antisocial adalah 3 persen pada laki-laki

dan 1 persen pada wanita. Paling sering ditemukan pada daerah perkotaan yang

miskin dan di antara penduduk yang berpindah-pindah dalam daerah tersebut.

1
Onset gangguan adalah sebelum usia 15 tahun. Anak perempuan biasanya

memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki bahkan lebih awal.

Prevalensi dalam populasi penjara mungkin setinggi 75 persen. Suatu pola

familial ditemukan di mana gangguan lima kali lebih sering pada sanak saudara

derajat pertama dari laki-laki dengan gangguan dibandingkan kontrol.1

Survey di Amerika Serikat lebih dari 3,5% populasi memenuhi kriteria

Gangguan Kepribadian Antisosial, dengan perbandingan pria 4 kali lebih banyak

daripada wanita dan orang kulit putih lebih banyak dibandingkan dengan orang

kulit hitam.1

1.2 Tujuan Makalah

1. Tujuan Umum

untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang apa itu gangguan kepribadian

disosial (antisosial)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari gangguan kepribadian disosial

b. Untuk mengetahui faktor penyebab timbulnya gangguan kepribadian disosial

c. Untuk mengetahui gejala umum gangguan kepribadian disosial

d. Untuk mengetahui penatalaksanaan bagi penderita gangguan kepribadian

disosial

e. Untuk mengetahui prognosis bagi penderita gangguan kepribadian disosial

2
BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.2 Kepribadian

Hingga sekarang sudah banyak teori tentang kepribadian dikemukakan.

Perbedaan yang ada lebih banyak ditekankan pada tekanan yang diberikan pada

salah satu aspek struktur atau fungsi kepribadian atau pada faktor-faktor yang

mempengaruhinya.1

Kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun ke dalam

dirinya baik yang datang dari lingkunganya (dunia luarnya), maupun yang berasal dari

dirinya sendiri (dunia dalamnya), sehingga corak perilakunya itu merupakan suatu

kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu1.

Jadi kepribadian meliputi segala corak perilaku manusia yang terhimpun

di dalam dirinya dan yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan dirinya

terhadap segala rangsang, baik yang datang dari lingkungannya (dunia luarnya),

maupun yang berasal dari dirinya sendiri (dunia dalamnya) sehingga corak

perilakunya itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas bagi manusia itu.

Hingga sekarang sudah banyak teori tentang kepribadian dikemukakan. Perbedaan

yang ada lebih banyak ditekankan pada tekanan yang diberikan pada salah satu

aspek struktur atau fungsi kepribadian atau pada faktor-faktor yang

mempengaruhinya.1,2

Dengan mempelajari perilaku dan sifat-sifat kepribadian seseorang, maka

kita dapat mengalami kepribadian yang sebenarnya. Kepribadian sangat berbeda

3
dengan watak dan temperamen. Watak ialah kepribadian yang dipengaruhi oleh

motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga orang bertindak. Tabiat atau

temparamen ialah kepribadian yang lebih tergantung kepada keadaan badaniah.1

Perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor

badaniah atau organobiologi, emosional, sosial dan faktor intelektual. 1

2.2 Gangguan Kepribadian

Gangguan kepribadian adalah kondisi patologik dari ciri-ciri kepribadian

seseorang yang menjadi tidak fleksibel dan sulit menyesuaikan diri dengan

lingkungan hidup, sehingga menimbulkan hendaya di dalam fungsi sosial atau

pekerjaan atau penderitaan subjektif bagi dirinya 2.

Gangguan kepribadian harus dibedakan dari ciri kepribadian (personality

traits). Ciri kepribadian adalah pola yang menetap dari persepsi, cara mengadakan

hubungan, dan cara pikir tentang lingkungan dan diri sendiri, dan yang dinyatakan

secara luas didalam konteks kehidupan sosial dan hubungan pribadi dari

seseorang.2

Gangguan kepribadian meliputi berbagai keadaan dan pola perilaku yang

klinis bermakna yang cenderung menetap dan merupakan ekspresi dari gaya

hidup yang khas dari individu serta cara berhubungan dengan diri sendiri dan

orang lain. Beberapa dari keadaan dan pola perilaku ini timbul secara dini dalam

masa pertumbuhan atau perkembangan individu, sebagai hasil dari baik faktor

konstitusional maupun pengalaman sosial, sementara lainnya didapat pada masa

kehidupan selanjutnya.2

Orang yang menderita gangguan kepribadian mempunyai sifat-sifat

kepribadian yang sangat kaku dan sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan

4
sekitarnya. akibatnya, dia akan mengalami kerusakan berat dalam hubungan

sosialnya atau dalam bidang pekerjaanya atau dirinya terasa sangat menderita.

Biasanya gejala gangguan kepribadian akan menetap seumur hidup. Tetapi,

sebagian kecil orang dengan gangguan kepribadian mengalami pengurangan

gejala dengan bertambahnya usia. Manifestasi Gangguan Kepribadian pada

umumnya sudah tampak sejak remaja atau usia lebih dini, serta berkelanjutan

selama hampir seluruh usia dewasa, meskipun sering kali menjadi kurang nyata

pada usia pertengahan atau usia lanjut.5

Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu

dan cara terjadinya dan gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan,

yang timbul pada masa kanak atau remaja dan berlanjut pada masa dewasa.

Gangguan kepribadian bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau

penyakit otak, meskipun dapat mendahului dan timbul bersamaan dengan

gangguan lain. Sebaliknya, perubahan kepribadian adalah suatu proses yang

didapat, biasanya pada usia dewasa, setelah stress berat atau berkepanjangan,

depresi lingkungan yang ekstrem, gangguan jiwa yang parah atau penyakit/cedera

otak. 3

Orang yang berkelainan kepribadiaan, menurut DSM IV 1:

1. Menunjukkan struktur pribadi yang maladaptif (aneh). Dalam

mempertahankan EGO, ia tidak dapat lagi menyesuaikan diri terhadap

norma-norma masyarakat yang berlaku sehingga berdampak negatif. Hal

ini tampak dari dua atau lebih dari area di bawah ini:

Fungsi kognitif (cara mempersepsikan dan menginterpretasikan) yang

aneh baik mengenai dirinya, orang lain, maupun kejadian lainnya.

5
Kemampuan di bidang afektif yang kurang serasi (skala, labilitas,

maupun respons emosional)

Relasi antar personal yang sering tidak adekuat.

Cara pengendalian impuls.

2. Pola yang inflexible dan pervasive ini berlangsung baik dalam hubungan

antar personal maupun dalam menghadapi masalah sosial lainnya.

3. Ia merasakan dirinya kurang tenang dan kurang diterima oleh orang lain

disekitarnya.

4. Pola semacam ini berlangsung lama dan dapat dideteksi sejak masa muda

yang dini bahkan sejak masa adolescent.

5. Kelainan pola kepribadian ini bukan diakibatkan oleh gangguan mental

lainnya, juga bukan diakibatkan oleh gangguan faali akibat pemakaian

zat/obat atau akibat gangguan medik lainnya.

Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa 5 sampai 10% penduduk

dewasa menderita gangguan kepribadian. Jadi prevalensi gangguan kepribadian

ternyata 5 sampai 10 kali lebih tinggi dari prevalensi skizofrenia dan gangguan

afektif berat, serta hampir sama dengan prevalensi gangguan neurotik. Prevalensi

gangguan kepribadian lebih tinggi pada kelompok masyarakat yang dipenjarakan

dan penduduk dengan sosial ekonomi rendah.3

Gangguan kepribadian dikodekan dalam Aksis II DSM IV. Daftar variasi

tipe-tipe kepribadian dibagi menjadi 11 dan gangguan kepribadian dikelompokkan

6
ke dalam tiga kelompok dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders edisi keempat (DSM IV), yaitu1 :

Cluster A :

Paranoid

Skizoid

Skizotipal

Cluster B :

Antisosial

Borderline/kepribadian ambang

Histerionik

Narsistik

Cluster C :

Avoidant/menghindar

Dependent/tergantung

Kepribadian anankastik (obsesif-kompulsif)

Kelainan kepribadian yang tidak spesifik (personality disorder

NOS)

7
Pembagian gangguan kepribadian berdasarkan PPDGJ III2

F60 Gangguan kepribadian khas

F60.0 Gangguan kepribadian paranoid

F60.1 Gangguan kepribadian schizoid

F60.2 Gangguan kepribadian dissosial

F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil

.30 Tipe impulsive

.31 Tipe ambang

F60.4 Gangguan kepribadian histrionic

F60.5 Gangguan kepribadian anankastik

F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)

F60.7 Gangguan kepribadian dependen

F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya

F60.9 Gangguan kepribadian YTT

F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya

F61.0 Gangguan kepribadian campuran

F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah

F62 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh

kerusakan atau penyakit otak

F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofi

F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama akibat penyakit psikiatrik

F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya

F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT

8
BAB III

GANGGUAN KEPRIBADIAN DISOSIAL

3.1. Definisi

Gangguan kepribadian disosial ditandai oleh tindakan antisosial atau

kriminal yang terus menerus, tetapi tidak sinonim dengan kriminalitas. Gangguan

ini adalah ketidakmampuan untuk mematuhi norma sosial yang melibatkan

banyak aspek perkembangan remaja dan dewasa pasien1.

3.2. Etiologi

Etiologi dari gangguan kepribadian merupakan kontroversi yang masih

dipertimbangkan. Pemikiran tradisional memegang pada pola gangguan adaptasi

yang disebabkan disfungsi lingkungan usia awal yang menghalangi evolusi pola

adaptif tentang persepsi, tanggapan, dan pertahanan diri. Data yang ada

memberikan kontribusi yang cukup bahwa kelainan ini mengarah pada pengaruh

genetik dan psikobiologi atas gangguan kepribadian. Namun, inkonsistensi data

mencegah para ahli untuk menarik suatu kesimpulan yang pasti. 3 Beberapa faktor

diduga mempunyai hubungan yang erat dengan gangguan kepribadian. Faktor-

faktor tersebut adalah :

1. Faktor risiko bilogis (amigdala)

2. Latar belakang genetik

3. Penyalahgunaan zat

4. ADHD

5. Disfungsi otak sementara/permanen

9
3.3. Faktor Resiko4
1. Kelainan Perkembangan System Saraf
Kelainan dalam perkembangan sistem saraf dapat menyebabkan gangguan

kepribadian disosial. Kelainan yang menyarankan pengembangan sistem saraf

yang abnormal termasuk gangguan belajar, mengompol gigih dan

hiperaktivitas.
2. Ibu Merokok Selama Kehamilan,
Keturunan mereka pada risiko mengembangkan perilaku antisosial. Hal ini

menunjukkan bahwa merokok membawa menurunkan tingkat oksigen dengan

mungkin dihasilkan dalam cedera otak halus untuk janin.


3. Fungsi Otak Abnormal
Pencitraan otak telah juga menyatakan bahwa fungsi otak abnormal

merupakan penyebab perilaku antisosial. Demikian pula, neurotransmiter

serotonin telah dikaitkan dengan perilaku impulsif dan agresif. Kedua lobus

temporal dan korteks prefrontal membantu mengatur suasana hati dan

perilaku. Bisa jadi perilaku impulsif atau kurang terkontrol berasal dari

kelainan fungsional dalam kadar serotonin atau di wilayah otak.


4. Lingkungan
Sosial dan lingkungan rumah juga berperan dalam menunjang perkembangan

perilaku antisosial. Orang tua dari anak-anak bermasalah sering menunjukkan

tingkat tinggi perilaku antisosial sendiri. Dalam satu penelitian besar, orang

tua anak laki-laki lebih sering bermasalah alkohol atau pidana, dan rumah

mereka sering terganggu oleh perceraian, perpisahan atau tidak adanya

orangtua
5. Anak Adopsi

Dalam kasus anak asuh dan adopsi, merampas seorang anak muda dari ikatan

emosional yang signifikan dapat merusak kemampuannya untuk membentuk

hubungan intim dan percaya, yang mungkin menjelaskan mengapa beberapa

10
anak yang diadopsi cenderung untuk mengembangkan kepribadian antisosial.

Sebagai anak-anak muda, mereka mungkin lebih cenderung bergerak dari satu

pengasuh ke yang lain sebelum adopsi akhir, sehingga gagal untuk

mengembangkan lampiran emosi yang tepat atau mempertahankan angka

dewasa.

6. Kurangnya Pengawasan Orang Tua

Disiplin tidak menentu atau tidak patut dan pengawasan yang tidak memadai

telah dikaitkan dengan perilaku antisosial pada anak-anak. Melibatkan orang

tua cenderung untuk memonitor perilaku anak, menetapkan aturan dan

melihat bahwa mereka mematuhi, memeriksa keberadaan anak, dan

mengarahkan mereka dari teman-teman bermain bermasalah. pengawasan

yang baik adalah kurang cenderung di rumah-rumah yang rusak karena orang

tua mungkin tidak tersedia, dan orang tua sering antisosial kurangnya

motivasi untuk mengawasi anak-anak mereka. Pentingnya pengawasan

orangtua juga ditekankan ketika antisosials tumbuh dalam keluarga besar

dimana setiap anak kurang mendapat perhatia nsecara proporsional.Seorang

anak yang tumbuh di sebuah rumah terganggu dapat memasukkan orang

dewasa di dunia terluka secara emosional. Tanpa memiliki ikatan yang kuat

dikembangkan, dia egois dan tidak peduli kepada orang lain. Kurangnya

disiplin hasil konsisten dalam hal kecil untuk aturan dan menunda kepuasan.

Dia tidak memiliki model peran yang tepat dan belajar untuk menggunakan

agresi untuk memecahkan perselisihan. Dia gagal untuk mengembangkan

empati dan kepedulian bagi orang-orang di sekitarnya.

11
7. Kekerasan terhadap Anak Juga Telah Dikaitkan Dengan Perilaku Antisosial.

Kekerasan terhadap anak juga dapat mempengaruhi perilaku anak

dikemudian hari. Dalam banyak kasus, perilaku yang didapat seseorang

berpedoman pada masa kanak-kanak dan remaja. Jika semasa kanak-kanak

mereka mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang tua mereka, mereka

akan memperlakukan anak mereka sama seperti yang telah mereka dapat saat

masih kanak-kanak.

Telah dikemukakan bahwa perlakuan yang tidak baik pertama kali dalam

hidup seorang anak sangat berbahaya, karena dapat mengakibatkan trauma

kejadian serta dapat mengganggu perkembangan normal sistem saraf pusat,

ini merupakan sebuah proses yang berlanjut selama bertahun-tahun remaja.

Dengan memicu pelepasan hormon dan bahan kimia otak lainnya, peristiwa

stress dapat mengubah pola perkembangan normal.

3.4. Gejala Klinis3

Gambaran penderita biasanya sangat hangat dan mengambil muka.

Membohong, membolos, berkelahi, penyalahgunaan zat-zat adiktif dan aktivitas

illegal adalah riwayat penderita pada masa anak-anak. Pasien tidak menunjukkan

adanya gangguan depresi atau pun kecemasan. Isi mental pasien mengungkapkan

sama sekali tidak ada waham dan tanda lain pikiran irasional. Terdapat

peningkatan rasa tes realitas. Dan sering kali mengesankan pengamat sebagai

memiliki intelegensia yang tinggi.

12
Kata penipu merupakan istilah lain yang digunakan untuk mewakili

penderita dengan gangguan kepribadian antisosial. Mereka cocok menggunakan

skema sebagai seorang penjaja mudahnya mendapatkan uang atau ketenaran. Dan

biasanya mereaka tidak dapat dipercaya bila diberikan sebuah tugas. Suatu temuan

yang jelas adalah tidak adanya penyesalan akan tindakan tersebut; yaitu, pasien

tampak tidak menyadarinya dan ditandai oleh :

a. Bersikap tidak peduli dengan persaan orang lain.


b. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan menetap dan tidak peduli

terhadap norma, peraturan dan kewajiban sosial.


c. Tidak mampu mempertahankan hubungan agar tetap berlansung lama,

meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya.


d. Mudah menjadi frustasi dan bertindak agresif, termasuk tindak kekerasan.
e. Tidak mampu untuk menerima kesalahan dan belajar dari pengalaman,

terutama dari hukuman.


f. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi

yang dapat diterima, untuk perilaku yang telah membawa pasien dalam

konflik sosial.

Orang dengan gangguan kepribadian mempunyai kemungkinan lebih besar akan

mengalami kesulitan berupa hal, seperti :

1. Pekerjaan

Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering mengalami kesulitan

dalam pekerjaan dibandingkan populasi umum, mereka mungkin akan

sering ganti-ganti pekerjaan.

2. Penyesuaian Diri Dalam Perkawinan

13
Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang mengalami

kesulitan dalam penyesuaian diri dalam perkawinannya.

3. Hubungan Sosial

Orang dengan gangguan kepribadian sering mengalami kesulitan

berhubungan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin sering

bertengkar dengan tetangga, atau teman sekantor.

4. Kecenderungan Penyalahgunaan Zat

Orang dengan gangguan kepribadian lebih banyak yang menyalahgunakan

zat, terutama alkohol dan narkoba

5. Sering Berurusan Dengan Petugas Hukum

Orang dengan gangguan kepribadian lebih sering berurusan dengan

petugas hukum, seperti polisi.

3.5. Kriteria Diagnostik

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi

keempat (DSM IV), kriteria diagnosis gangguan kepribadian disosial sebagai

berikut:1,7

A. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang

terjadi sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukan oleh tiga (atau

lebih)berikut :
1. Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku

sesuai hokum seperti yang ditunjukan dengan berulang kali melakukan

tindakan yang menjadi dasar penahanan

14
2. Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukan oleh berulang kali berbohong,

menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk

mendapatakan keuntungan atau kesenangan pribadi.


3. Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan.
4. Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukan oleh perkelahian

fisik atau penyerangan yang berulang.


5. Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
6. Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukan oleh

kegagalan berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau

menghormati kewajiban financial


7. Tidak adanya pnyesalan, seperti yang ditunjukan oleh acuh tak acuh

terhadap atau mencari cari alasan telah disakiti, dianiaya, atau dicuri oleh

orang lain.
B. Individu sekurangnya berusia 18 tahun.
C. Terdapat tanda tanda gangguan konduksi dengan onset sebelum usia 15 tahun
D. Terjadinya perilaku antisosial tidak semata mata selama perjalanan

skizofrenia atau suatu episode manic

Berdasarkan PPDGJ III criteria gangguan kepribadian disosial adalah2 :

1. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain


2. Sikap yang amat tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus,

serta tidak peduli terhadap norma , peraturan, dan kewajiban sosial


3. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama,

meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya


4. Toleransi terhadap frustasi yang sangat rendah dan ambang yang rendah

untuk melampiaskan agresi, termasuk tindakan kekerasan


5. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari

pengalaman, khususnya dari hukuman


6. Sangat cenderung menyalahkan orang lain, atau menawarkan rasionalisasi

yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan

masyarakat.

15
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit tiga dari diatas.

3.6. Diagnosis Banding1


1. Perilaku illegal

Gangguan kepribadian disosial dapat dibedakan dari perilaku illegal dimana

gangguan kepribadian disosial melibatkan banyak bidang dalam kehidupan

seseorang.

2. Penyalahgunaan zat

Sulit untuk membedakan antara gangguan kepribadian anti sosial dengan

penyalahgunaan zat . Jika perilaku anti sosial dan penyalahgunaan zat

dimulai pada masa anak-anak dan terus memasuki kehidupan dewasa, kedua

gangguan harus didiagnosis. Tetapi jika perilaku antisosial jelas sekunder

terhadap penyalahgunaan zat lain pramorbid, diagnosis gangguan

kepribadian anti sosial tidak diperlukan.

Dalam mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial, klinisi harus

mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosioekonomi, latar

belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis

gangguan kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental,

skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala.8

3.7. Penatalaksanaan

1. Intervensi Psikososial8

Prinsip umum intervensi psikososial adalah sebagai berikut:

16
Realistis mengenai apa yang dapat diberikan, oleh siapa dan berapa

lama

Hindari menjadi malaikat atau penjahat

Komunikasikan secara jelas dengan pasien dan professional lainnya

yang terlibat

Bertujuan untuk membangun hubungan terapeutik yang stabil dan

jangka panjang; mungkin memerlukan kontak tingkat rendah

Bertujuan untuk memperbaiki harga diri pasien, kemampuan

memecahkan masalah dalam jangka pendek, motivasi untuk berubah

dalam jangka panjang

2. Psikoterapi

Terapi yang diarahkan untuk mengurangi gangguan pola pikir pasien

kepribadian anti sosial . Pikiran-pikiran tersebut berupa ketidakmampuan

mengendalikan diri untuk melanggar norma demi kesenangan pribadi.

Terapi pola pikir memfokuskan pada perubahan dari pemikiran global dan

sugestif ke pemikiran yang metodik, sistematik dan terstruktur atas suatu

masalah. Terapi ini meningkatkan kemampuan individu dengan gangguan

kepribadian anti sosial agar dapat menyelesaikan masalah sendiri dengan

lebih baik. 7

a. Terapi kelompok :

17
Terapi kelompok ditujukan untuk membantu individu dengan gangguan

kepribadian anti sosial agar dapat memperbaiki hubungan interpersonal,

yaitu belajar untuk dapat mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman.

b. Terapi keluarga :

Terapi ini mengarahkan agar individu dengan kepribadian anti sosial untuk

dapat lebih terbuka pada anggota keluarga dibanding menghindari mereka.

Dukungan dari keluarga yang memberikan individu dengan kepribadian

antisosial dapat menjadi dorongan yang kuat bagi individu tersebut untuk

menghadapi perilaku merusak diri sendiri.

3. Farmakoterapi :

Tidak perlu adanya farmakoterapi, namun medikasi sesuai dengan gejala-

gejala yang dialami seperti depresi dengan pemberian antidepresan, cemas

dengan pemberian antiansietas, dan antipsikotik untuk derealisasi dan

ilusi.

3.8. Prognosis6

Jika tidak diterapi, pasien dengan gangguan kepribadian disosial memiliki

prognosis yang dapat menyebabkan kondisi yang lebih parah. Keadaab gangguan

kepribadian antisocial ini mempersulit pengobatan pada penyalahgunaan zat.

Individu gangguan kepribadian disosial juga beresiko melukai diri sendiri atau

meninggal karena pembunuhan atau bunuh diri sehingga pengobatan dilakukan

pada institusi seperti penjara atau rumah sakit. Hal ini memperberat resiko jika

pasien ini tidak diobati. Statistik juga menunjukkan orang dengan gangguan

18
kepribadian antisocial ini dapat mengalami remisi dari gejala hingga umur 50

tahun.

19
BAB IV

KESIMPULAN

Kepribadian ialah ekspresi keluar mengenai pengetahuan serta perasaan

yang dialami secara subjektif oleh seseorang dan ekspresi keluar yang dapat

diamati ini, menunjuk pada keseluruhan pola pikiran, perasaan dan perilaku yang

sering digunakan oleh orang itu dalam usaha penyesuaian diri yang terus menerus

dalam hidupnya sehingga ia dapat dikenal dari polanya itu. Pematangan

kepribadian dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor badaniah, psikologik dan

sosial, terutama pada masa kanak-kanak.

Gangguan kepribadian anti sosial adalah perilaku maladaptive yang

ditandai oleh tindakan antisosial atau kriminal yang terus menerus, tetapi tidak

sinonim dengan kriminalitas. Gangguan ini adalah ketidakmampuan untuk

mematuhi norma sosial yang melibatkan banyak aspek perkembangan remaja dan

dewasa pasien. Ciri pokok kelainan anti sosial adalah riwayat tingkah laku anti

sosial terus menerus yang merupakan pelanggaran hak-hak orang lain. Penderita

tidak bertanggung jawab, tabiat misantropik atau kurang manusiawi, sering

kehilangan pekerjaan dan mempunyai kebiasaan menipu.

Gangguan kepribadian antisosial harus dibedakan dari perilaku ilegal

dimana gangguan kepribadian antisosial melibatkan banyak bidang dalam

kehidupan seseorang. Untuk mendiagnosis gangguan kepribadian antisosial harus

mempertimbangkan efek yang mengganggu dari status sosioekonomi, latar

belakang kultural, dan jenis kelamin pada manifestasinya, selain itu diagnosis

20
gangguan kepribadian antisosial tidak diperlukan jika retardasi mental,

skizofrenia, atau mania dapat menjelaskan gejala.

Prognosis gangguan kepribadian anti sosial adalah bervariasi.Gejala dapat

menurun saat pasien menjadi semakin bertambah umur. Banyak pasien memiliki

gangguan somatisasi dan keluhan fisik multiple. Gangguan depresif, gangguan

penyalahgunaan zat dan alcohol adalah sering pada kepribadian anti sosial.

Penatalaksanaan dapat berupa psikoterapi dan farmakoterapi untuk

menghadapi gejala seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin james;Sadock, Virginia Alcott, editors. Kaplan and


SadockSynopsis of Psychiatry; Behavioral Science/Clinical Psychiatry
(terjemahan), 7 Edition. New York: Lippincot William & Wilkins. 2007.P
269-271

2. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa. Edisi III. Direktorat


Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan R.I.: 1993. P51&103

3. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa. Buku Saku Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. 2001; Cetakan 1.
4. Elvira SD, Hadisukanto G [editorial]. Buku Ajar Psikiatri. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2010.
5. David Bienenfeld, MD; Personality Disorders,
http://www.emedicine.com/med/topic3472.htm
6. Stppler M. Antisocial Personality Disorder (ASPD) Facts.
http://www.medicinenet.com/antisocial_personality_disorder/article.htm.
2012.
7. Phillip W. Long, M.D. antisocial_personality_disorder.2008. Available From
URL : http://www.mentalhealth.com
8. Craig TKJ., Davies T., ABC KESEHATAN MENTAL, Penerbit Buku
Kedokteran: EGC ,2012.hal.102

22

Anda mungkin juga menyukai