GANGGUAN KEPRIBADIAN
Disusun oleh:
1. Doddy Kusumah Ronosulistyo (030.10.088)
2. Dwi Puspitasari (1510221029)
Pembimbing:
Dr. Suzy Yusna Dewi, dr, Sp.KJ(K)
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa hingga
lanjut usia memiliki kecenderungan yang relatif serupa dalam menghadapi suatu masalah.
Apabila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian yang dilakukan seseorang memiliki pola
tertentu dan dapat digunakan sebagai ciri atau tanda untuk mengenal orang tersebut. Hal ini
dikenal sebagai karakter atau kepribadian.
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter
atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam kondisi yang biasa. Sifatnya stabil
dan dapat diramalkan1 .
4 kepribadian yang terdapat dalam diri manusia antara lain:
1.
2.
3.
4.
konflik.
Karakter
pengalaman hidup. Temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau konstitusional yang
terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil sesudah anak berusia
beberapa tahun.
Perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor: konstitusi
(genetik, temperamen), perkembangan dan pengalaman hidup (lingkungan keluarga, budaya).
Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan kronis. Prevalensinya
diperkirakan antara 10 sampai 20% dari seluruh populasi dan durasinya dapat berlangsung
selama beberapa dekade. Orang dengan gangguan kepribadian umumnya dicap
menjengkelkan, menganggu dan bersifat parasit dan secara umum dianggap memiliki
1|Halaman
prognosis yang buruk. Diperkirakan setengah dari seluruh pasien psikiatrik memiliki
gangguan kepribadian, yang seringkali komorbid dengan kondisi Aksis I. Gangguan
kepribadian merupakan faktor predisposisi untuk gangguan psikiatrik lain (contoh
penyalahgunaan zat, bunuh diri, gangguan afektif dan gangguan cemas) di mana hal ini
mengganggu hasil pengobatan sindrom Axis I dan meningkatkan menderita ketidakmampuan
(cacat) personal, morbiditas dan mortalitas pasien
Dari penelitian yang dilakukan oleh John dimana ia menggunakan treatment
psikoterapi dengan metode 10 bagian. 10 bagian psikoterapi ini harus menggunakan 3 buah
instrument yang sudah ditetapkan. Metode ini membuka wawasan pasien dengan metode
penggunaan sebuah kasus yang menghasilkan hasil yang baik pada pasien.6
2|Halaman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Kepribadian adalah totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan
seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya (Kaplan, 2010). Kepribadian bersifat
relatif stabil dan dapat diramalkan.
Gangguan kepribadian adalah suatu varian kepribadian yang tidak fleksibel dan
maladaptif serta menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan
subjektif (Kaplan, 2010).
Individu dengan gangguan kepribadian menunjukkan pola maladaptif, tidak fleksibel
serta mendarah daging yang berhubungan dan mengesankan lingkungan dan dirinya sendiri.
Gejala gangguan kepribadian yaitu aloplastik (mampu mengadaptasi dan mengubah
lingkungan eksternal) dan egosintonik (dapat diterima oleh ego), serta tidak merasa cemas
dengan perilaku maladaptifnya karena tidak secara rutin merasakan sakit dari apa yang
dirasakan oleh masyarakat sebagai gejalanya. Individu mungkin menyangkal masalahnya,
dianggap tidak termotivasi untuk melakukan pengobatan, menolak bantuan psikiatrik dan
dianggap tidak mempan terhadap pemulihan (Kaplan, 2010).
2.2
3|Halaman
Seseorang bisa memiliki satu atau lebih gangguan kepribadian dan masing-masing
gangguang kepribadian tersebut harus didiagnosis dan dikode pada aksis II menurut DSM-IV.
2.3
Etiologi
Faktor Genetik
Faktor genetik memiliki peran dalam terjadinya gangguan kepribadian. Gangguan
kepribadian kelompok A lebih sering ditemukan pada saudara biologis dari pasien skizofrenik
dibandingkan kelompok kontrol. Banyak ditemukan saudara dengan gangguan kepribadian
skizotipal pada mereka yang memiliki riwayat keluarga skizofrenia. Pada kelompok B,
gangguan kepribadian dissosial berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol, individu
dengan gangguan kepribadian ambang memiliki banyak saudara dengan gangguan mood
serta ada hubungan yang kuat antara gangguan kepribadian histrionik dan gangguan
somatisasi.
Faktor Temperamental
Faktor temperamental berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa.
Sebagai contoh, anak-anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami
gangguan kepribadian menghindar.
Gangguan kepribadian mungkin berasal dari ketidaksesuaian antara temperamen
orang tua dan cara membesarkan anak. Contohnya adalah seorang anak yang pencemas
dibesarkan oleh ibu yang juga seorang pencemas maka anak tersebut lebih rentan mengalami
gangguan kepribadian dibandingkan dengan anak yang pencemas dibesarkan oleh ibu yang
tenang. Kultur yang memaksakan agresi mungkin secara tidak disadari berperan dalam
terjadinya gangguan kepribadian paranoid dan dissosial. Lingkungan fisik juga mungkin
memiliki peran, contohnya yaitu seorang anak kecil yang aktif mungkin tampak hiperaktif
jika tinggal di apartemen kecil yang tertutup tetapi tampak normal di ruang kelas yang besar
dengan lapangan yang berpagar.
Faktor Biologis
Hormon dan neurotransmitter memiliki peran pada gangguan kepribadian. Individu
dengan sifat impulsif seringkali menunjukkan peningkatan kadar testosteron, 17-estradiol dan
estrone. Pada primata bukan manusia ditemukan bahwa androgen meningkatkan sifat agresif
dan perilaku seksual. Monoamin oksidase (MAO) trombosit juga berperan. Pelajar dengan
MAO trombosit yang rendah melaporkan menggunakan lebih banyak waktu dalam aktivitas
4|Halaman
sosial dibandingkan pelajar dengan MAO trombosit yang tinggi. Serotonin adalah
neurotransmitter yang menurunkan depresi dan impulsivitas. Metabolit serotonin yaitu 5hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) ditemukan rendah kadarnya pada orang yang berusaha
bunuh diri serta pada pasien yang impulsif dan agresif.
Adanya disfungsi sistem saraf pusat berisiko terjadinya gangguan kepribadian,
khususnya gangguan kepribadian dissosial dan ambang.
Faktor Psikoanalitik
Cap kepribadian yang unik pada masing-masing individu sangat ditentukan oleh
mekanisme pertahanan karakteristik orang tersebut. Masing-masing gangguan kepribadian
memiliki kelompok mekanisme pertahanan yang membantu klinisi mengenali tipe patologi
karakter yang ada. Sebagai contoh, orang dengan gangguan kepribadian skizoid berhubungan
dengan penarikan diri.
Jika mekanisme pertahanan berfungsi baik, penderita dengan gangguan kepribadian
mampu mengatasi perasaan kecemasan, depresi, kemarahan, malu atau bersalah. Penderita
sering memandang perilakunya sebagai egosintonik yang berarti perilaku penderita tersebut
tidak menimbulkan penderitaan pada diri penderita meskipun dapat merugikan orang lain.
Penderita mungkin tidak mau melakukan terapi karena mekanisme pertahanan mereka
penting dalam pengendalian hal yang tidak menyenangkan dan mereka tidak berminat untuk
menghilangkan mekanisme pertahanan tersebut. Sebagai contoh, banyak orang, khususnya
mereka yang dicap skizoid, menggunakan pertahanan fantasi mereka secara berlebihan.
Mereka mencari penghiburan dan kepuasan dalam diri mereka sendiri dengan menciptakan
kehidupan khayalan, khususnya teman khayalan, di dalam pikiran mereka sendiri. Mereka
seringkali tampak menjauhkan diri, tetapi sebenarnya hal tersebut terjadi karena mereka
mengalami ketakutan akan keintiman.
5|Halaman
2.4
2.4.1
ketidakpercayaan yang ekstrem pada orang lain yang pada umumnya berlangsung lama.
Mereka seringkali bersikap bermusuhan, mudah tersinggung dan marah. Orang fanatik dan
pasangan yang cemburu secara patologis seringkali memiliki gangguan kepribadian paranoid
(Kaplan, 2010).
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid yaitu 0,5-2,5%. Saudara pasien skizofrenik
menunjukkan insidensi gangguan kepribadian paranoid yang lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol. Gangguan kepribadian paranoid lebih sering pada laki-laki dibandingkan
perempuan. Insidensi lebih tinggi pada kelompok minoritas dan imigran dibandingkan
populasi umum.
Diagnosis
Pedoman diagnostik untuk gangguan kepribadian paranoid berdasarkan PPDGJ III,
yaitu:
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
2. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
3. Kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk mendistorsikan pengalaman
dengan menyalahartikan tindakan orang lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu
sikap permusuhan atau penghinaan
4. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan situasi
yang ada
5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari pasangannya
6. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan, yang bermanifestasi
dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri
7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak substantif dari
suatu peristiwa, baik yang menyangkut diri pasien sendiri maupun dunia pada
umumnya.
Untuk diagnosis pasti adanya gangguan kepribadian paranoid setidaknya individu yang
bersangkutan memiliki 3 kriteria diatas.
6|Halaman
tanpa
pertimbangan, tentang loyalitas dan kejujuran temannya. Serta sering kali cemburu secara
patologis, mempertanyakan kesetiaan pasangannya. Individu ini memiliki afek terbatas dan
tampak tidak memiliki emosi. Mereka membanggakan dirinya sendiri karena mampu rasional
dan objektif, tetapi sebenarnya tidak. Mereka kehilangan kehangatan. Mereka memberikan
perhatian kepada yang memiliki kekuatan dan mengekspresikan hinaan pada orang yang
dipandangnya lemah. Individu dengan gangguan kepribadian paranoid mungkin tampak
seperti sibuk tetapi mereka seringkali menciptakan ketakutan atau konflik bagi orang lain.
7|Halaman
Diagnosis Banding
1. Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan delusional karena
waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid.
2. Gangguan kepribadian ini dapat dibedakan dari skizofrenia karena halusinasi tidak
ditemukan pada gangguan kepribadian paranoid. Namun pada orang lain, gangguan
ini bisa merupakan tanda dari skizofrenia.
3. Gangguan kepribadian paranoid dapat dibedakan dari gangguan kepribadian ambang
karena individu dengan gangguan kepribadian paranoid jarang terlibat secara
berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain.
Prognosis
Pada beberapa orang, gangguan kepribadian paranoid terjadi seumur hidup. Masalah
pekerjaan dan perkawinan sering ditemukan akibat gangguan kepribadian ini.
Terapi
Terapi untuk gangguan kepribadian paranoid adalah psikoterapi. Jika ahli terapi dituduh
tidak konsisten atau gagal, maka sebaiknya jujur dan meminta maaf kepada pasien tersebut
daripada memberikan penjelasan untuk membela diri. Pasien dengan gangguan kepribadian
tersebut tidak dapat melakukan psikoterapi secara berkelompok. Pasien tersebut juga
mengalami ketakutan yaitu merasa bahwa orang yang akan menolongnya bersifat lemah dan
tidak berdaya.
Farmakoterapi dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan yaitu obat antiansietas
seperti diazepam. Obat antipsikotik dalam dosis kecil dan periode yang singkat seperti
thioridazine, haloperidol, pimozide dapat digunakan untuk mengatasi pikiran yang sangat
paranoid.
2.4.2
lama, rasa tidak nyaman dalam berinteraksi sosial, bersifat introvert juga afek lemah lembut
dan terbatas. Individu dengan gangguan kepribadian ini dipandang oleh orang lain sebagai
orang yang kesepian. Individu dengan kepribadian ini cenderung mencari pekerjaan yang
8|Halaman
sedikit melibatkan kontak atau tidak kontak dengan orang lain dan lebih menyukai bekerja
pada malam hari sehingga tidak perlu berhadapan dengan banyak orang.
Epidemiologi
Gangguan kepribadian ini mungkin sekitar 7,5% dari populasi umum. Beberapa
penelitian melaporkan lebih banyak laki-laki yang mengalami gangguan kepribadian ini.
Diagnosis
Pasien jarang melakukan kontak mata. Pasien sukar untuk berterus-terang. Pasien
memberikan jawaban singkat terhadap pertanyaan dan menghindari percakapan spontan.
Pedoman diagnostik untuk gangguan kepribadian skizoid berdasarkan PPDGJ III, yaitu:
1. Sedikit aktivitas yang memberikan kesenangan
2. Emosi dingin, afek datar atau tak peduli
3. Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan
4.
5.
6.
7.
8.
satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti itu
9. Sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku
Untuk diagnosis pasti adanya gangguan kepribadian paranoid setidaknya individu yang
bersangkutan memiliki 3 kriteria diatas.
9|Halaman
kepribadian ini tampak meresapi dan masuk ke dalam dirinya sendiri namun tidak kehilangan
kemampuan untuk mengenali realitas dan mereka juga suatu waktu mampu mengungkapkan
gagasan mereka kepada dunia.
Diagnosis Banding
1. Berbeda dengan pasien skizofrenia dan gangguan kepribadian skizotipal, individu
dengan gangguan kepribadian skizoid tidak memiliki saudara skizofrenik dan
memiliki riwayat pekerjaan yang berhasil. Pada pasien skizofrenia pun terdapat
waham sedangkan pada gangguan kepribadian skizoid tidak ada waham.
2. Perbedaan mereka dengan gangguan kepribadian paranoid yaitu pada gangguan
kepribadian paranoid lebih menunjukkan keterlibatan sosial, riwayat perilaku verbal
yang agresif dan cenderung untuk mengekspresikan perasaannya kepada orang lain.
3. Individu dengan gangguan kepribadian skizoid berbeda dengan gangguan
kepribadian menghindar karena individu dengan gangguan kepribadian menghindar
terisolasi namun memiliki keinginan yang kuat untuk berperan serta dalam
aktivitas.
Prognosis
Seperti semua gangguan kepribadian, gangguan kepribadian skizoid berlangsung lama
tetapi tidak selalu seumur hidup.
Terapi
Terapi yang digunakan untuk gangguan ini juga adalah psikoterapi. Individu denan
gangguan kepribadian skizoid adalah pasien yang tekun dan konsisten untuk melakukan
pengobatan. Saat kepercayaannya tumbuh pada ahli terapi, mereka akan mengungkapkan
fantasinya dan teman khayalannya. Dalam lingkungan terapi kelompok, individu dengan
gangguan kepribadian skizoid mungkin awalnya akan diam untuk jangka waktu yang lama
namun mereka akhirnya mampu untuk melibatkan diri mereka dengan teman kelompoknya
dan bisa menjadi satu-satunya kontak sosial mereka.
Farmakoterapi dapat digunakan dengan antidepresan, antipsikotik dosis kecil dan
psikostimulan.
11 | H a l a m a n
2.4.3
12 | H a l a m a n
Untuk diagnosis pasti adanya gangguan kepribadian dissosial setidaknya individu yang
bersangkutan memiliki 3 kriteria diatas.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian dissosial berdasarkan DSM-IV, yaitu:
a. Terdapat pola pervasif tidak menghargai dan melanggar hak orang lain yang terjadi
sejak usia 15 tahun, seperti yang ditunjukkan oleh 3 atau lebih berikut:
1) Gagal untuk mematuhi norma sosial dengan menghormati perilaku sesuai hukum
seperti yang ditunjukkan dengan berulang kali melakukan tindakan yang menjadi
dasar penahanan
2) Ketidakjujuran, seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali berbohong,
menggunakan nama samaran, atau menipu orang lain untuk mendapatkan
keuntungan atau kesenangan pribadi
3) Impulsivitas atau tidak dapat merencanakan masa depan
4) Iritabilitas dan agresivitas, seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik atau
penyerangan yang berulang
5) Secara sembrono mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain
6) Terus menerus tidak bertanggung jawab, seperti ditunjukkan oleh kegagalan
berulang kali untuk mempertahankan perilaku kerja atau menghormati kewajiban
finansial
7) Tidak adanya penyesalan, seperti yang ditunjukkan oleh acuh tak acuh atau
mencari-cari alasan telah disakiti, dianiaya atau dicuri oleh orang lain
b. Individu sekurangnya berusia 18 tahun
c. Terdapat tanda-tanda gangguan tingkah laku dengan onset sebelum usia 15 tahun
d. Terjadinya perilaku dissosial tidak semata-mata selama perjalanan skizofrenia atau
suatu episode manik
Gambaran Klinis
Individu dengan gangguan kepribadian dissosial seringkali tampak normal, hangat
terhadap orang lain dan mencari muka. Mereka berbohong, membolos, melarikan diri dari
rumah, mencuri, berkelahi, menyalahgunakan zat dan terlibat dalam aktivitas ilegal. Mereka
tidak memiliki waham. Mereka sangat manipulatif, tidak menceritakan kebenaran, tidak
dapat dipercaya untuk menjalankan suatu tugas sesuai moral, melakukan penyiksaan terhadap
pasangan dan atau anak, mengendarai sambil mabuk. Dari semua tindakan yang dilakukan
tersebut, individu yang mengalami gangguan kepribadian dissosial tidak menyesal akan
tindakannya dan tampak tidak menyadarinya.
Diagnosis Banding
13 | H a l a m a n
Ganguan kepribadian dissosial dapat dibedakan dari perilaku ilegal dimana gangguan
kepribadian dissosial melibatkan banyak bidang. Jika penyalahgunaan zat maupun perilaku
dissosial dimulai sejak masa kanak-kanak dan terus berlanjut hingga dewasa, maka kedua
gangguan tersebut harus didiagnosis.
Prognosis
Puncak perilakunya biasanya terjadi pada masa remaja akhir. Prognosisnya bervariasi.
Beberapa penelitian melaporkan gejalanya menurun seiring dengan bertambahnya usia,
namun banyak juga yang menjadi penderita penyalahgunaan zat psikoaktif.
Terapi
Sama seperti gangguan kepribadian lainnya, terapi yang dilakukan yaitu psikoterapi.
Jika pasien gangguan kepribadian dissosial diimobilisasi contohnya dimasukkan ke dalam
rumah sakit, mereka seringkali mampu untuk menjalani psikoterapi. Jika mereka berada di
antara teman-temannya, motivasinya untuk berubah menjadi tidak ada sehingga lebih baik di
rumah sakit daripada di penjara.
Dikatakan juga bahwa dari penelitan penggunaan Schema-Focused Therapy pada
pasien di penjara dengan gangguan antisosial menghasilkan hubungan positif. Terapi ini
biasanya digunakan pada pasien-pasien yang sudah mencoba beberapa psikoterapi namun
tidak membuahkan hasil.5
Farmakoterapi digunakan untuk mengatasi gejala kecemasan, depresi dan penyerangan.
Tetapi karena pasien biasanya penderita penyalahgunaan zat maka penggunaan obat harus
bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti adanya hiperaktivitas maka psikostimulan seperti
methylphenidate mungkin dapat digunakan. Harus dilakukan usaha untuk mengubah
metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk mengendalikan perilaku impulsif
dengan obat antiepileptik khususnya jika adanya gelombang abnormal pada EEG.
2.4.4
(borderline).
Pedoman diagnostik untuk gangguan kepribadian ini berdasarkan PPDGJ III, yaitu:
14 | H a l a m a n
15 | H a l a m a n
Diagnosis Banding
Perbedaan dari skizofrenia yaitu pada gangguan kepribadian ambang tidak ada episode
psikotik, gangguan pikiran atau tanda skizofrenia klasik lainnya yang berkepanjangan namun
dapat terjadi episode psikotik yang singkat, terbatas dan meragukan yang disebut episode
mikropsikotik.
Prognosis
16 | H a l a m a n
2.4.6
berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam berbagai konteks.
Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari studi populasi umum menunjukkan prevalensi
gangguan kepribadian histerik sekitar 2-3%. Sekitar 10-15 % telah dilaporkan di rawat inap
17 | H a l a m a n
dan rawat jalan pusat kesehatan mental saat penilaian terstruktur digunakan. Kelainan ini
didiagnosis lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Beberapa studi telah
menemukan hubungan dengan gangguan somatisasi dan gangguan penggunaan alkohol.
Diagnostik
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik umumnya
kooperatif dan ingin memberikan sejarah rinci. Isyarat dan tanda baca yang dramatis dalam
pembicaraan mereka adalah umum. Tampilan afektif adalah umum, namun, saat ditekan
untuk mengakui perasaan-perasaan tertentu (misalnya, kemarahan, kesedihan dan keinginan
seksual), mereka mungkin merespon dengan kejutan, kemarahan, atau penolakan. Hasil
pemeriksaan kognitif biasanya normal, meskipun kurangnya ketekunan dapat ditampilkan
pada aritmatika atau tugas konsentrasi.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III:
keadaan
5. Penampilan atau perilaku merangsang yang tidak memadai
6. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.
Tatalaksana
A. Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari perasaan
mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari perasaan batin mereka adalah proses
terapeutik penting. Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik, baik kelompok atau
individu, mungkin adalah pilihan perawatan untuk gangguan kepribadian histerik.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya, penggunaan
antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen anti ansietas untuk
kegelisahan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).
18 | H a l a m a n
bertambahnya
usia,
orang
dengan
gangguan
kepribadian
histrionik
menunjukkan gejala yang lebih sedikit. Orang dengan gangguan ini adalah pencari sensasi
dan mereka mungkin mendapatkan masalah dengan hukum, penyalahgunaan zat dan
bertindak sembarangan.
2.4.7
dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati. Bersifat pervasif, berawal sejak dewasa
muda dan nyata dalam pelbagai konteks.
Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik berkisar 216 % dalam populasi klinis dan kurang dari 1 % di populasi umum. Orang dengan gangguan
dapat memberikan rasa yang tidak realistis tentang kemahakuasaan, kemegahan, keindahan
dan bakat untuk anak-anak mereka, dengan demikian, keturunan dari orang tua tersebut
mungkin memiliki resiko lebih tinggi daripada biasanya untuk mengembangkan gangguan itu
sendiri. Jumlah kasus gangguan kepribadian narsistik yang dilaporkan terus meningkat.
Diagnosa
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-IV:
Sebuah pola bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan atau perilaku),
membutuhkan kekaguman dan kurangnya empati, dimulai dengan awal masa dewasa
dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima (atau lebih)
sebagai berikut:
1. Secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya, melebih-lebihkan prestasi
dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai yang unggul tanpa prestasi
sepadan)
19 | H a l a m a n
dan
untuk
menentukan
pengobatan
terbaik.
Beberapa
dokter
menganjurkan terapi kelompok bagi pasien mereka sehingga mereka dapat belajar
bagaimana berbagi dengan orang lain dan, dalam keadaan yang ideal, dapat
mengembangkan respon empatik kepada orang lain.
B. Farmakoterapi
Lithium (Eskalith) telah digunakan dengan pasien yang gambaran klinis mencakup
perubahan suasana hati. Karena pasien dengan gangguan kepribadian narsistik
mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan terhadap depresi, antidepresan,
obat-obatan terutama serotonergik, juga dapat digunakan.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Gangguan kepribadian narsisistik adalah kronis dan sulit untuk diobati. Pasien dengan
gangguan terus-menerus harus berurusan dengan pukulan narsisme mereka yang dihasilkan
dari perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup. Penuaan ditangani buruk; pasien
menilai keindahan, kekuatan dan atribut muda, yang mereka pegang teguh tidaklah tepat.
Mereka mungkin lebih rentan mengalami krisis setengah baya (midlife crises) daripada
kelompok lain.
20 | H a l a m a n
2.4.8
rendah diri, hipersensitif terhadap evaluasi negatif. Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa
muda, nyata dalam pelbagai konteks.
Epidemiologi
Gangguan kepribadian menghindar adalah umum. Prevalensi gangguan adalah 1
sampai 10 % dari populasi umum. Tidak ada informasi mengenai rasio berdasarkan gender
atau pola keluarga. Bayi diklasifikasikan sebagai memiliki temperamen pemalu mungkin
lebih rentan terhadap gangguan dibandingkan mereka yang mendapat skor tinggi pada skala
pendekatan aktivitas.
Diagnosa
Dalam wawancara klinis, aspek pasien yang paling mencolok adalah kecemasan
tentang berbicara dengan seorang pewawancara. Cara mereka gugup dan tegang muncul
pasang surut dengan persepsi mereka apakah pewawancara menyukai mereka. Mereka
tampaknya rentan terhadap komentar pewawancara dan saran dan mungkin menganggap
klarifikasi atau interpretasi sebagai kritik.
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian menghindar berdasarkan PPDGJ III:
Pengobatan
A. Psikoterapi
Pengobatan psikoterapi tergantung pada memperkuat aliansi dengan pasien.
Sebagai kepercayaan berkembang, terapis harus menyampaikan sikap menerima
21 | H a l a m a n
menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada orang lain dan
22 | H a l a m a n
ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung, Besifat pervasif, berawal
sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai situasi.
Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada
pria. Satu studi didiagnosis 2,5% dari semua gangguan kepribadian jatuh ke dalam kategori
ini. Hal ini lebih umum pada anak-anak daripada yang lebih tua. Orang dengan penyakit fisik
kronis di masa kecil mungkin paling rentan terhadap gangguan ini.
Diagnosa
Dalam wawancara, pasien tampak penurut. Mereka mencoba untuk bekerja sama,
menyambut pertanyaan spesifik dan mencari bimbingan. Kriteria diagnostik gangguan
kepribadian dependen berdasarkan PPDGJ III:
Pengobatan
A. Psikoterapi
Pengobatan gangguan kepribadian dependen sering berhasil. Terapi perilaku,
pelatihan ketegasan, terapi keluarga dan terapi kelompok semuanya telah
digunakan, dengan hasil yang sukses dalam banyak kasus.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk menangani gejala-gejala spesifik, seperti
kecemasan dan depresi, yang merupakan fitur yang berhubungan umum dari
23 | H a l a m a n
gangguan kepribadian dependen. Pasien yang mengalami serangan panik atau yang
memiliki tingkat kecemasan perpisahan dapat dibantu dengan imipramine
(Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik juga telah berguna. Jika depresi
pasien atau gejala penarikan menanggapi psikostimulan, mereka dapat digunakan.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Sedikit yang diketahui tentang perjalanan gangguan kepribadian dependen. Berfungsi
kerja cenderung dirugikan, karena orang-orang dengan gangguan tersebut tidak dapat
bertindak secara independen dan tanpa pengawasan ketat. Hubungan sosial terbatas pada
orang-orang pada siapa mereka dapat bergantung dan banyak menderita pelecehan fisik atau
mental karena mereka tidak dapat menyatakan diri mereka sendiri. Mereka risiko gangguan
depresi besar jika mereka kehilangan orang pada siapa mereka bergantung, tetapi dengan
pengobatan, prognosis menguntungkan.
Pasien tersebut mungkin cemas tentang tidak terkendali dalam wawancara. Jawaban mereka
untuk pertanyaan luar biasa rinci. Mekanisme pertahanan yang mereka gunakan adalah
rasionalisasi, isolasi, intelektualisasi, pembentukan reaksi dan kehancuran. Kriteria diagnostik
untuk gangguan kepribadian obsesif-kompulsif :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pengobatan
A. Psikoterapi
Terapi kelompok dan terapi perilaku kadang-kadang menawarkan keuntungan
tertentu. Dalam kedua konteks, mudah untuk menginterupsi pasien di tengah-tengah
interaksi atau penjelasan maladaptif mereka. Mencegah penyelesaian perilaku
kebiasaan mereka menimbulkan kecemasan pasien dan membuat mereka rentan
terhadap strategi belajar mengatasi yang baru. Pasien juga dapat menerima hadiah
langsung untuk perubahan dalam terapi kelompok, sesuatu yang kurang sering
mungkin dalam psikoterapi individu.
B. Farmakoterapi
Clonazepam (Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan antikonvulsan, telah
mengurangi gejala pada pasien dengan obsesif-kompulsif berat. Clomipramine
(Anafranil) dan agen serotonergik seperti fluoxetine, biasanya pada dosis 60 sampai
80 mg sehari, mungkin berguna jika tanda dan gejala obsesif-kompulsif muncul.
Nefazodone (Serzone) mungkin mendapat manfaat beberapa pasien.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah bervariasi dan tak terduga.
Dari waktu ke waktu, orang dapat mengembangkan obsesi atau dorongan dalam perjalanan
25 | H a l a m a n
26 | H a l a m a n
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan kepribadian digambarkan sebagai gangguan berat kepribadian dan perilaku
yang dinilai sebagai suatu bentuk penyimpangan dari pola budaya yang normal. Pedoman
diagnostik gangguan kepribadian termasuk gangguan dengan durasi yang lama pada beberapa
fungsi, bersifat pervasif dan maladaptif, onset pada masa kecil atau remaja; kelanjutan
menjadi dewasa; kepribadian distres yang cukup besar (meskipun kadang-kadang hanya
terlihat pada akhir kursus gangguan itu); dan biasanya , tetapi tidak selalu, masalah yang
signifikan dalam pekerjaan dan dalam perilaku sosial. Pada seorang individu dengan
gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan keluarga, pekerjaan, fungsi sosial.
Dapat pula berkaitan dengan tindak kriminal, penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri,
kecelakaan, perceraian dan lain-lain. Tatalaksana biasanya sulit karena gangguan ini bersifat
pervasif, egosintonik, awitannya sejak dewasa muda (di atas 17 tahun) dan seringkali
individu bangga dengan ciri kepribadiannya. Tatalaksana terdiri dari 2 jenis, yaitu psikoterapi
(terapi dengan prinsip menyadarkan pasien mengenai dampak gangguan kepribadian yang ia
derita) dan psikofarmaka (penggunaan psikotropika yang bersifat pengobatan simptomatis).
27 | H a l a m a n
Daftar Pustaka
1. Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Buku Ajar
Psikiatri: Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 329-334.
2. Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott
William&Wilkins
3. Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan
Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara. p. 258-291.
4. Maslim, Rusdi, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ III,
Jakarta
5. Antisocial Personality Disorder among Prison Inmates: The Mediating Role of
Schema-Focused Therapy. International Journal of Emergency Mental Health and
Human Resilience. 2015;17(1):327-332.
6. Wiley J. Complex Case Emotional processing in a ten-session general psychiatric
treatment for borderline personality disorder: a case study. Personality and Mental
Health. 2015;9:73-78.
28 | H a l a m a n