Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFERAT DAN LAPSUS


AGUSTUS 2013

GANGGUAN BUATAN (F68.1)


GANGGUAN CAMPURAN ANSIETAS DAN DEPRESI (F41.2)

DISUSUN OLEH:
Zarah Alifani Dzulhijjah
110 209 0115
PEMBIMBING:
dr. Andi Yuswardani
SUPERVISOR:
dr. Purwanta, Sp.KJ, M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2013

GANGGUAN BUATAN (F68.1)

A. Pendahuluan
Gangguan buatan adalah gangguan dimana pasien secara sengaja membuat
tanda gangguan medis atau jiwa dan salah menunjukan riwayat serta gejalanya.
Tujuannya murni untuk mengambil peran sebagai pasien tanpa adanya
dorongan dari luar. Gangguan ini sifatnya kompulsif , tetapi dianggap
volunteer karena memiliki tujuan dan disengaja, bahkan jika perilaku ini tidak
dapat dikendalikan. Walaupun berperan sebagai pasien, pasien dengan
gangguan ini cenderung tidak seperti pasien biasanya. Mereka tidak
menceritakan riwayat penyakit secara jujur, gejala berasal dari trauma atau
kecelakaan, serta cenderung sangat kooperatif terhadap rencana terapi yang
ditetapkan.1,2
Pasien dengan gangguan buatan sengaja membuat atau melebihlebihkan gejala dari penyakit dengan berbagai cara. Mereka bisa membuat
suatu gejala, dengan melukia diri mereka sendiri atau mengubah tes seperti
mengkontaminasikan sample urine supaya mereka terlihat sakit dan orang lain
peduli terhadap mereka.1,2
Menurut sejarah tahun 1951, seorang dokter klinik bernama Asher
mengungkapkan suatu kasus dari seorang pasien yang bernama Baron Von
Munchausen, mempunyai kebiasaan berpindah-pindah rumah sakit satu ke
rumah sakit lain, berpura-pura mengaku ada gejala-gejala dimana mereka
mengelabuhi

berdasarkan

riwayat

pribadi.

Asher

memberikan

nama

Munchausen syndrome.1,2

B. Epidemiologi

Gangguan ini lebih sering terjadi di rumah sakit dan jarang didapatkan
pada masyarakat umum. Gangguan ini lebih sering dialami oleh perempuan
dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi jika terjadi pada perempuan.
Menurut Diagnistic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR),
gangguan buatan didiagnosis pada kira- kira 1% pasien yang ditemui
dikonsultasi psikiatrik di rumah sakit umum. 1,2

C. Etiologi
1. Faktor Psikososial
Dasar psikodinamika dari gangguan buatan adalah tidak diketahui juga.
Mereka mungkin bertahan bahwa gejala mereka adalah fisik sehingga
terapi yang berorientasi psikologis tidak berguna. Dari suatu laporan kasus
menyatakan bahwa banyak pasien menderita penyiksaan atau penelantaran
pada masa anak-anak, yang menyebabkan seringnya perawatan dirumah
sakit selama masa perkembangan awal. Pada keadaan tersebut tinggal di
rawat inap mungkin telah dianggap sebagai suatu pelepasan dari situasi
rumah yang traumatik dan pasien mungkin menemukan bahwa sejumlah
pengasuh (seperti dokter, perawat, dan karyawan rumah sakit) adalah
orang-orang yang mengasihi dan bisa merawat mereka. 1,2
Pasien yang mencari prosedur yang menyakitkan seperti operasi
pembedahan dan pemeriksaan yang invasif, mungkin memiliki kepribadian
masokhistik. Pasien dapat menghidupkan peran pasien dan menceritakan
tentang riwayat dan gejala penyakit yang menyiksa berulang- ulang kali
sehingga bisa mendapatkan perawtan di rumah sakit sesering mungkin.
Kemungkinan pasien memiliki kerabat yang menderita gangguan atau
penyakit yang sama yang kemudian ditiru oleh pasien. Adanya kerja sama
antara pasien dengan yang ditiru sangat jarang terjadi. Walaupun pasien
bertindak sendiri, teman dan kerabat turut mendukung dan membuat- buat
penyakit dalam beberapa hal. 1,2
3

2. Faktor Biologis
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa disfungsi otak dapat menjadi
faktor gangguan buatan. Dikatakan bahwa pemrosesan informasi yang
terganggu berperan dalam fantastika pseudologia pasien Munchausen dan
perilaku menyimpang. Pasien ini tidak memperlihatkan pola genetik dan
pemeriksaan eletroensefalografik (EEG) memperlihatkan tidak adanya
kelainan yang spesifik. 1,2

D. Diagnosis dan Gambaran Klinis


Kriteria diagnosis gangguan buatan berdasarkan DSM-IV-TR adalah: 1
a. Pembentukan atau pembuatan tanda dan gejala fisik atau psikologis yang
disengaja.
b. Motivasi perilaku ini adalah untuk mengambil peran sakit.
c. Tidak ada dorongan eksternal untuk perilaku ini (seperti keuntungan
ekonomik, menghindari tanggung jawab hukum, atau meningkatkan
kesejahteraan fisik, seperti pada Malingering).
Tentuka kode berdasarkan jenis:
-

Dengan tanda dan gejala psikologis yang dominan: Jika tanda dan
gejala psikologis mendominasi tampilan klinisnya.

Dengan tanda dan gejala fisik yang dominan: Jika tanda dan gejala fisik
mendominasi tampilan klinisnya.

Dengan kombinasi tanda dan gejala psikologis serta fisik: Jika kedua
tanda dan gejala psikologis serta fisik ada tetapi tidak mendominasi
tampilan klinis.

Menurut Pedoman Penggolongandan Diagnosis Gangguan Jiwa di


Indonesia, gangguan ini termasuk dalam Gangguan Kepribadian dan
Perilaku Masa Dewasa Lainnya (F68), yaitu Kesengajaan atau Berpurapura Membuat Gejala atau Disabilitas, baik Fisik maupun Psikologis
(Gangguan Buatan) (F68.1). Kriteria diagnosisnya adalah:2
-

Dengan tidak adanya gangguan fisik atau mental , penyakit atau cacat
yang pasti, individu berpura- pura memiliki gejala sakit secara
berulang- ulang dan konsisten.

Untuk gejala fisik mungkin meluas sampai membuat irisan atau luka
untuk menciptakan perdarahan , atau menyuntik diri dengan bahan
beracun.

Peniruan nyeri dan penekanan adanya perdarahan dapat begitu


meyakinkan

dan

menetap

sehingga

menyebabkan

diulanginya

pemeriksaan dan operasi di beberapa klinik dan rumah sakit, meskipun


hasilnya berulang- ulang negatif.
-

Motivasi untuk perilaku ini hampis selalu kabur dan dianggap faktor
internal, dan kondisi ini terbaik diinterpretasikan sebagai suatu
gangguan perilaku sakit dan peran sakit (disorder of illness behavior
and the sick role).

Individu dengan pola perilaku demikian biasanya memnunjukkan


sejumlah tanda dari kelainan yang berat lainnya dari kepribadian dan
hubungan dengan lingkungan.

Perlu

dibedakan

dengan

Mallingering,

didefinisikan

sebagai

kesengajaan atau berpura- berpura membuat gejala atau disabilitas, baik


fisik maupun psikologis , yang dimotivasikan oleh stress eksternal atau
insentif (kode Z76.5 dari ICD-10). Motif yang berkaitan dengan stress
eksternal tersebut dapat berupa penghindaran diri dari tuntutan
hukuman criminal, untuk memperoleh obat terlarang. Menghindari

wajib militer atau tugas militer yang berbahaya, dan upaya untuk
memperoleh keuntungan karena sakit atau mendapatkan perbaikan taraf
hidup.

a. Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala Psikologis yang Dominan


Pasien menunjukkan gejala psikiatri yang dianggap buatan berupa
depresi , halusinasi, gejala disosiatif dan konversi, serta perilaku bizar.
Pasien tidak membaik setelah diberikan cara terapeutik, dapat diberikan
psikoaktif dengan dosis yang tinggi dan terapi elektrokonvulsi.1
Gejala psikologis buatan menyerupai fenomena Pseudomallingering,
yaitu konsep pemuasan kebutuhan untuk mempertahankan citra diri yang
utuh, yang akan terganggu dengan memberikan masalah psikologis di luar
kapasitas seseorang untuk menguasai diri melalui upaya yang disadari.
Pasien dapat tampak depresi

dan dapat menjelaskan depresinya dengan

memberikan riwayat palsu kematian teman atau kerabat yang bermakna


baru- baru ini. Unsur riwayat yang dapat mengesankan berkabung buatan
mencakup kekerasan atau kematian berdarah, kematian yang dramatic, atau
kematian seorang anak atau dewasa muda. Pasien dapat menunjukkan
hilangnya ingatan jangka pendek dan panjang, atau halusinasi visual
maupun auditorik. Manurut DSM- IV-TR, orang ini akan menggunakan zat
psikoaktif secara diam- diam untuk menghasilkan gejala yang mengesankan
adanya gangguan jiwa, seperti stimulant untuk mebimbulkan kegelisahan
dan insomnia, halusinogen untuk mencetuskan perubahan keadaan persepsi,
analgetik untuk mencetuskan euphoria, serta hipnotik untuk mencetuskan
letargi. Gabungan psikoaktif akan memberikan gejala yang sangat tidak
lazim. 1
Gejala lain yang timbul adalah fantastika pseudologia dan penipuan.
Dalam pseudologia, bahan faktual yang terbatas dicampurkan dengan
khayalan yang ekstensif dan penuh warna. Minat pendengar yang
6

menyenangkan pasien memperkuat gejala. Pasien dapat memberikan


keterangan palsu dan bertentangan dengan kehidupannya. Misalnya seperti
kematian orang tuanya. Banyak identitas palsu yang disertai kebohongan
pada kasus ini. Misalkan seorang laki- laki yang mengaku sebagai tentara
yang telah berperang secara heroic dan memiliki banyak bekas luka parut di
perutnya.1
b. Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala Fisik yang Dominan
Gangguan yang paling terkenal dari jenis ini adalah Sindrom
Munchausen. Gangguan ini juga disebut ketergantungan rumah sakit,
ketergantungan poli bedah sehingga menghasilkan abdomen papan cuci, dan
sindrom pasien professional. Gambaran penting dari gangguan ini adalah
kemampuan mereka dalam menampilkan gejala fisik sangat baik. Untuk
menyokong riwayat, pasien membuat gejala yang menyokong adanya
gangguan sistem organ. Mereka mengenali gejala suatu penyakit yang
memerlukan obat atau di rawat di rumah sakit serta mampu memberikan
riwayat yang bisa menipu klinisi bahkan yang sangat berpengalaman
sekalipun. Gambaran klinis yang sangat banyak mencaku hematom,
hemoptisis, nyeri abdomen, demam, hipoglikemia, sindrom mirip lupus,
mual, muntah, pusing, dan kejang. Urin atau tinja akan terkontaminasi darah
karena pasien mengkonsumsi anti koagulan, insulin untuk menimbulkan
hipoglikemia, dan seterusnya. Pasien sering bersikeras ingin di operasi dan
menyatakan

bahwa

operasi

tersebut

berhubungan

dengan

operasi

sebelumnya. Perut pasien biasanya akan seperti besi pemanggang atau


papan cuci akibat bekas operasi yang dijalani berulang kali. Pada pasien
yang menginginkan narkotik biasanya akan mengeluhkan nyeri kolik seperti
nyeri batu ginjal. Ketika di rumah sakit pasien akan banyak menuntut terapi.
Ketika hasil laboratorium negatif, pasien akan menuduh dokter tidak
mampu, mengancam akan menuntut, dan umumnya menjadi kasar.1
Pasien menimbulkan gejala dan tanda melalui empat mekanisme:2

a. Sengaja menginfeksi diri


b. Menstimulasi penyakit, seperti menyebabkan urun berdarah
c. Menghubungkan dengan lesi atau luka sebelumnya
d. Mengonsumsi sendiri obat- obatan, seperti insulin
c. Gangguan Buatan dengan Kombinasi Tanda dan Gejala Psikologis
serta Fisik
Terdapat kombinasi gejala dan tanda psikologis maupun fisik atau tidak
ada yang menonjol diantara keduanya. Pasien biasanya secara bergantian
menampilkan demensia, berkabung, pemerkosaan, dan bangkitan. 1
d. Gangguan Buatan yang Tidak Tergolongkan
Beberapa pasien dengan tanda dan gejala berpura- pura tapi tidak
memenuhi kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan buatan yang spesifik,
digolongkan dalam gangguan buatan yang tidak tergolongkan Contohnya,
gangguan buatan oleh perwalian dimana seseorang dengan sengaja
membuat tanda atau gejala fisik pada orang lain yang berada dalam
asuhannya tujuannya agar seseorang yang dalam asuhannya dinyatakan
sakit dan harus di rawat di rumah sakit sehingga dirinya terbebas dari
kewajiban mengasuh. Penipuan ini dapat berupa riwayat medis palsu,
kontaminasi sampel laboratorium, perubahan rekam medis, atau memicu
cedara atau luka pada anaknya. 1

E. Patologi dan Pemeriksaan Laboratorium


Gambaran gangguan buatan akan terlihat pasa intelligent quotient (IQ)
yang normal atau di atas rata- rata, tidak adanya gangguan berpikir formal, rasa
identitas yang buruk mencakup kebingungan identitas seksual, penyesuaian
seksual yang buruk, toleransi frustasi yang buruk, kebutuhan akan bergantung

yang kuat, dan narsisisme. Hasil invalid pada tes MMPI-2 (Minnesota
MultiphasicPersonality Inventory-2) yang menunjukkan peningkatan semua
skala klinis sebagai usaha untuk menunjukkan upaya lebih terganggu. 1
Tidak ada uji laboratorium spesifik untuk gangguan buatan. Tapi uji
seperti darah rutin dapat membantu menyingkirkan gangguan medis atau jiwa
yang spesifik.

F. Diagnosis Banding
1. Gangguan Somatoform
Gangguan buatan dibedakan dengan gangguan somatosasi karena
adanya gejala buatan yang dilakukan secara sengaja, riwayat rawat inap
berulang di rumah sakit, dan keinginan untuk menjalani prosedur yang
merusak pada gangguan buatan. Pasien dengan gangguan konversi
biasanya tidak memahami istilah medis, dan gejalanya memiliki hubungan
waktu langsung atau rujukan simbolik dengan konflik emosis spesifik.1.4
2. Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian mempunyai pola perilaku maladaptif, yaitu tidak
dapat menyesuaikan diri yang tertanam secara dalam dan berbeda dengan
gangguan psikotik dan gangguan neurotic secara kualitatif.5
Karena kebohongan patologis, tidak ada hubungan dekat dengan orang
lain, serta manipulatif dan bermusuhan, pasien gangguan buatan biasanya
memiliki gangguan kepribadian antisosial. Meskipun demikian, orang yang
antisosial, biasanya tidak secara sukrela melakukan tindakan invasif dan
menjalani rawat inap jangka panjang dan berulang. 1,4
Karena mencari perhatian dan dramatisasi, pasien dengan gangguan
buatan digolongkan dalam gangguan kepribadian histrionik. Tetapi pada
gangguan buatan tidak semua pasien memiliki bakat dramatic, banyak yang
9

menarik diri dan terlihat lemah. Orang dengan gangguan buatan juga tidak
memiliki kebiasaan berpenampilan, pikiran, dan komunikasi yang eksentrik
seperti pada gangguan kepribadian skizotipal. 1,4
3. Skizofrenia
Skizofrenia memiliki gejala psikotik yang ditandai dengan
abnormalitas dalam bentuk dan isi pikiran, persepsi dan emosi, serta
perilaku.5
Diagnosis skizofrenia biasanya ditandai dengan gaya hidup bizar,
tetapi pada gangguan buatan biasanya tidak memenuhi kriteria skizofrenia
kecuali jika mereka memiliki waham dimana mereka yakin mereka benarbenar sakit dan memerlukan perawatan. 1,4
4. Malingering
Malingering memiliki tuajuan yang jelas. Misalnya meminta perawatan
dengan menunjukkan gejala dengan tujuan untuk mendapatkan kompensasi
keuangan, menghindari polisi, menghindari kejaran, atau hanya untuk
mendapatkan temapt tidur gratis. Pasien akan berhenti menimbulkana
gejala jika dianggap tidak menguntungkan lagi atau dianggap terlalu
berbahaya. 1,4
5. Penyalahgunaan zat
Walaupun pasien gangguan buatan memiliki riwayat penggunaan zat,
tetapi tidak didiagnosis gangguan penggunaan zat. Harus didiagnosis secara
bersamaan. 1,4
6. Sindrom Ganser
Gangguan ini menyerang banyak penghuni penjara. Ditandai dengan
pemberian jawaban yang tidak akurat. Orang ini memerikan respon pada
pertanyaan sederhana dengan jawaban yang tidak benar.Misalnya, pasien
ini ditanya warna pada mobil warna biru, tetapi pasien menjawab warna
10

merah. Atau jumlah dari 2 ditambah 2, pasien menjawab 5. Gangguan ini


merupakan variasi dari Malengering. 1,4

G. Perjalanan Gangguan dan Prognosis


Gangguan buatan biasanya muncul pertama kali di usia dewasa awal,
walaupun juga pada anak dan remaja. Awitan gangguan dan episode terpisah
pencarian terapi dapat mengikuti penyakit, kehilangan, atau pengabaian
sesungguhnya. Biasanya pasien atau kerabat pasien pernah dirawat pada masa
kanak- kanaka tau remaja dengan penyakit yang sebenarnya. Setelah itu pola
panjang perawatan yang berturut- turut dimulai secara samar dan menjadi
berkembang. Seringnya berobat membuat pasien menghapal gejala dan
obatnya. 1
Gangguan ini mengurangi kemampuan pasien dan sering menimbulkan
trauma berat dan reaksi yang tidak sesuai yang berkaitan dengan
terapi.Prognosis pada sebagian kasus adalah buruk. Sejumlah kecil pasien
kadang- kadang menghabiskan waktu di penjara, biasanya untuk kejahatan
kecil. Sebagian kecil meninggal karena penggunaan obat, instrumentasi atau
operasi yang tidak dibutuhkan. Gambaran yang mungkin memiliki prognosis
yang baik adalah adanya kepribadian depresif- masokhistik, berfungsi pada
tingkat ambang, atribut gangguan kepribadian antisosial dengan gejala
minimal. 1

H. Terapi
Tidak ada terapi psikiatrik spesifik dalam tatalaksana gangguan buatan.
Pasien menyangkal gangguan buatan pada mereka dan akhirnya memilih lari
dan menolak pengobatan. Oleh karena itu sasaran pengobatan bukan
penyembuhan, tetapi mencegah pasien kesakitan dan menjalani prosedur yang
menyiksa dengan mengenali gejalanya secara dini. Namun demikian, tidak ada
11

teknik psikoterapi yang dianggap terbaik. Hubungan yang baik antara psikiater
dengan ahli bedah cukup penting. Kerjasama dengan dokter primer dirasakan
lebih baik dibandingkan dengan pasien dalam isolasi. 1
Dokter harus berupaya tidak marah terhadap pasien dan menganggapnya
sebagai musuh. Walaupun konfrontasi adalah hal yang controversial, pasien
harus tetap dihadapkan pada kenyataan walaupun resikonya pasien akan
melarikan diri dan menghindar. 1
Farmakoterapi pada gangguan buatan memiliki kegunaan yang terbatas.
Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) dapat berguna untuk mengurangi
perilaku impulsive bila perilaku tersebut merupakan komponen utama perilaku
berpura- pura. 1

KESIMPULAN

12

a. Gangguan buatan adalah gangguan dimana pasien secara sengaja membuat


tanda gangguan medis atau jiwa dan salah menunjukkna riwayat serta
gejalanya dengan tujuan murni untuk mengambil peran sebagai pasien tanpa
adanya dorongan dari luar.
b. Gangguan ini lebih sering terjadi di rumah sakit dan jarang didapatkan pada
masyarakat umum.
c. Etiologinya bisa karena faktor sosial, tetapi belum diketahui sebabnya dank
arena faktro biologis, yaitu disfungsi otak.
d. Terdiri atas empat jenis: Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala
Psikologis yang Dominan, Gangguan Buatan dengan Tanda dan Gejala Fisik
yang Dominan, Gangguan Buatan dengan Kombinasi Tanda dan Gejala
Psikologis serta Fisik, dan Gangguan Buatan yang Tidak Tergolongkan.
e. Diagnosis bandingnya dapat berupa gangguan somatoform, gangguan
kepribadian, skizofrenia, malingering, penyalahgunaan zat, Sindrom Ganser,
f. Tidak ada terapi psikiatrik yang spesifik.

13

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin J. Gangguan Buatan. Dalam: Sadock, Benjamin J,


Virginia J Sadock. Kaplan dan Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.
Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2010. Hal: 283-287.
2. Bass, Christoper, David Gill. Factitious Disorder and Malingering. Dalam:
Michael G. Gelder, Juan J. Lpez-Ibor Jr, Nancy C. Andreasen. New
Oxford Textbook of Psychiatry. Oxford. Oxford University Press.2000
3. Maslim, Rusdi. Gangguan Kepribadian dan Perilaku Dewasa Lainnya.
Dalam: Maslim, Rusdi. Buku Saku: Diagnosis Gangguan Jiwa,Rujukan
Ringkas PPDGJ-III. Jakarta.Penerbit PT Nuh Jaya. 2003. Hal: 116.
4. Agiananda, Feranindya, Profitasari Kusumaningrum.Gangguan Buatan
dan Gangguan Berpura- pura. Dalam: Elvira, Sylivia D, Gitayanti
Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta. Badan Penerbit FKUI. 2010.
Hal.299-308.
5. Maramis, Willy F, Albert A Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa.Edisi 2. Surabaya. Pusat Penerbitan dan Percetakan. 2009. Hal
264,332

14

Anda mungkin juga menyukai