Anda di halaman 1dari 15

Perbedaan Antara Skizofrenia dan Psikosis

Menurut DSM-IV, skizofrenia adalah suatu gangguan yang ditandai oleh gangguan proses
berpikir, respon emosional yang kurang, gangguan persepsi, dan berbicara ngawur. Diagnosa
skizofrenia ditegakkan bila seseorang mengalami beberap hal di bawah ini, yaitu:
Tanda telah berlangsung selama setidaknya 6 bulan berturut-turut dan gejala telah
berlangsung selam setidaknya 1 bulan

Mengalami gangguan interaksi sosial dan pekerjaan secara signifikan


Mengalami 2 atau lebih gejala seperti halusinasi, berbicara ngawur, delusi, respon

emosional yang kurang, gangguan berbicara, dan kurangnya ketertarikan terhadap berbagai
aktivitas selama sebulan, hampir setiap hari
Psikosis merupakan istilah umum dari adanya berbagai gejala seperti halusinasi dan delusi.
Untuk menentukan diagnosa psikosis, dokter perlu melakukan berbagai pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan kejiwaan, ada tidaknya efek samping obat, riwayat penggunaan
obat-obatan, pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan radiologi. Secara umum,
psikosis merupakan suatu gangguan dalam memahami realitas (gangguan persepsi realitas).
Perbedaan Penyebab
Penyebab pasti dari skizofrenia tidak diketahui, akan tetapi para ahli menduga bahwa faktor
lingkungan dan faktor genetika turut berperan dalam terjadinya gangguan ini. Sebuah teori
lainnya mengatakan bahwa penurunan kadar dopamin akibat pengecilan bagian otak tertentu
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Psikosis disebabkan oleh berbagai hal seperti penggunaan alkohol, ganja, amfetamin, tumor
atau kista otak, stroke, epilepsi, infeksi HIV yang mengenai otak, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, dan skizofrenia.
Perbedaan Gejala
Beberapa gejala skizofrenia yang dapat ditemukan adalah:
Halusinasi

Delusi
Gangguan proses berpikir dan berbicara

Anhedonia (tidak dapat merasa bahagia saat melakukan apapun, termasuk saat
melakukan berbagai hal yang dulu disenangi)

Kurangnya respon emosional terhadap orang lain maupun situasi


Menarik diri dari lingkungan

Tidak memperhatikan penampilannya atau kebersihan dirinya


Berkurangnya kemampuan untuk menilai sesuatu hal

Kurangnya motivasi
Psikosis merupakan bagian dari skizofrenia, akan tetapi skizofrenia bukanlah bagian dari
psikosis. Halusinasi dan delusi merupakan gejala utama psikosis dan skizofrenia hanya
merupakan salah satu penyebab terjadinya psikosis.

Pengobatan
Baik skizofrenia maupun psikosis diatasi dengan menggunakan obat anti psikotik seperti
risperidone atau clozapine. Selain obat-obatan, diperlukan juga terapi intervensi sosial seperti
terapi keluarga, terapi perilaku kognitif, dan terapi kelompok untuk mengatasi kecenderungan
penderita untuk menarik diri dari lingkungan dan gangguan fungsi penderita skizofrenia.
Bila psikosis disebabkan oleh penyakit atau penyalahgunaan zat, maka menghentikan konsumsi
zat dan mengobati penyakit penyebab dapat membantu mengatasi gejala.

Gangguan Jiwa (Neurosa) Ada di Dalam


Diri Kita
1. Definisi
Gangguan jiwa (neurosis) merupakan gangguan yang penderitanya masih menyadari atas
kondisi dirinya yang tengah terganggu. Ciri-ciri gangguan tersebut antara lain:
a. Wawasan yang tak lengkap mengenai sifat-sifat dan kesukarannya;
b. Mengalami konflik batin;
c. Menampakkan reaksi kecemasan;
d. Adanya kerusakan parsial pada aspek-aspek kepribadian.

Dari definisi dan ciri-ciri di atas bahwa neurosa dapat muncul dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
(1) Neurasthenia, yaitu gangguan yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang
kronis

sekalipun

tidak

ditemukan

sebab-sebab

fisik;

(2) Histeria, gangguan jiwa yang ditandai ketidakstabilan emosi, represi, disasosiasi, dan
sugestibilitas. Histeria ini bisa berwujud kelumpuhan atau cramp sebagian anggota badan,
hilang kesanggupan bicara, hilang ingatan, kepribadian ganda, mengelana tidak
sadar (fugue),

atau

berjalan-jalan

dalam

keadaan

tidur (somnabulism);

(3) Psychasthenia, gangguan jiwa yang ditandai tidak mampunya diri tetap dalam keadaan
hubungan yang normal. Jenis ini antara lain bisa tampil dalam bentuk phobia (takut yang
tidak masuk akal), obsesi, dan kompulsi. Neurosis terjadi bisa disebabkan oleh faktor-faktor

organis fisis, faktor psikis dan struktur kepribadian, atau bisa juga karena faktor milieu atau
lingkungan. Yang jelas gangguan mental tersebut dapat berpengaruh pada perasaan,
pikiran, tingkah laku, dan kesehatan tubuh seseorang yang mengalaminya (LINK
TERKAIT).
Neurosa ditandai secara khas oleh ketidakmampuan si individu untuk menunjukkan
perhatian emosional terhadap orang lain atau barang. Konflik yang terjadi pada neurosa
ialah terutama antara individu dan lingkungannya, walaupun tetap didominasi di dalam
diri individu itu sendiri, yaitu antara dorongan kekanak-kanakan yang tak disadari dan
sikap kedewasaannya.
Dalam pandangan psikoanalisis, gangguan kejiwaan terjadi karena ada ketidakjelasan atau
ketidakharmonisan antara ketiga komponen kepribadian, id yang merupakan sisi biologis
kehidupan kejiwaan seseorang, ego sebagai sisi psikologis kehidupan manusia, dan super
ego sebagai sisi kehidupan sosial manusia. Ketidakjelasan ini terjadi dalam bentuk adanya
peristiwa yang tidak menyenangkan, tetapi tidak pantas dikemukakan atau direpresikan ke
alam bawah sadar (unconscious). Akibatnya adalah bahwa masalah itu tetap ada dan
berkembang, sehingga melahirkan suatu pola pikiran dan tingkah laku yang tidak wajar
ketika ia menghadapi orang lain, masalah, dan peristiwa kehidupan lainnya (terutama pada
saat orang telah menjadi dewasa).

Dalam konsep Freud, psikoanalisis telah berkembang sebagai teori, asesmen klinis
(psikodiagnostika), dan psikoterapi. Bahkan ia meninggalkan istilah psikoterapi dan
menggantinya dengan psikoanalisis saja. Wiramihardja menjelaskan dalam bukunya
Pengantar Psikologi Klinis (2004:89), bahwa dasar utama psikoanalis adalah
ketidaksadaran. Seseorang dikatakan terganggu jiwanya disebabkan karena terdapat
represi atas pengalaman atau ingatan yang mencemaskan ke alam tak sadar.

2. Bentuk neurosa dalam kehidupan sehari-hari:

a. Obsesi Mania. Gangguan jiwa (neurosa) yang dikuasai oleh suatu pikiran yang tidak bisa
dihindarinya. Ciri-cirinya antara lain tingkah laku tidak terkontrol dengan perbuatan
motorik yang berlebihan dilanjutkan dengan fase hiper aktif dari psikosa manis-depresif.
Dari hasil perbuatannya tersebut penderita tidak menginginkan orang lain mengetahui
bahwa dirinya telah melakukan aktivitas-aktivitas tertentu.
b. Compulsive Orderlinese. Bentuk tindakan yang dilakukan adalah anti social compulsive,
sebuah tindakan yang bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku tetapi
aktivitas tersebut dilakukan karena keterpaksaan kebutuhan, misalnya: Seseorang
menjambret karena terpaksa dengan alasan tuntutan ekonomi (compulsive kleptomania).
c. Paranoid. Individu yang dalam pikirannya selalu mencoba menerka-nerka kejadian yang
belum tentu kebenarannya. Tipe individu seperti ini selalu dikusai oleh kekhawatirankekhawatiran negatif.
d. Histeria yang berhubungan langsung pada mental individu. Dampak dari itu semua adalah
pecahnya kepribadian (split personality) individu menjadi dua kepribadian (double
personality). Dalam kehidupan sehari-hari ini serupa dengan fenomena kerasukan.
e. Repetitive Compulsive. Gangguan jiwa yang muncul dengan gejala paksaan karena
melakukan pekerjaan secara berulang-ulang. Bentuknya dapat berupa depresi seorang
karyawan yang melakukan kegiatan yang itu-itu saja setiap harinya, stress, dan
psikosomatis (darah tinggi, dll).
f. Phobia. Gangguan jiwa ini berbentuk ketakutan yang tidak masuk akal.

3. Secara etimologis, sesuai dengan kamus psikologi:


- Gangguan Jiwa : Neurosis/Neurosa
- Penyakit Jiwa : Psikosis/Psikosa

Perbedaan Antara Autisme dan Retardasi Mental


22 May 2014

14:30 WIB

Apa Itu Autisme?


Autisme merupakan suatu keadaan di mana anak mengalami perubahan perilaku sosial, sering
melakukan gerakan yang sama berulang-ulang, dan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi,
baik komunikasi verbal maupun non verbal.

Apa Itu Retardasi Mental?


Retardasi mental merupakan suatu gangguan fungsi kognitif yang diikuti dengan penurunan IQ,
yaitu kurang dari 70.

Perbedaan Penyebab
Penyebab terjadinya autisme tidak diketahui dengan jelas, akan tetapi faktor genetika diduga
memiliki peranan penting. Sementara itu, retardasi mental biasanya disebabkan oleh kelainan
kongenital seperti sindrom Down, sindrom Klinefelter, hipoksia (kekurangan oksigen) selama
persalinan, terpapar oleh zat racun tertentu (alkohol dan rokok) selama kehamilan, atau
kekurangan iodium.

Perbedaan Gejala
Autisme
Anak yang menderita autis biasanya lebih suka bermain sendirian dan mengalami kesulitan
untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya dan orang dewasa. Anak autis biasanya jarang
melakukan kontak mata saat berbicara dan sering melakukan gerakan yang sama secara
berulang-ulang. Perubahan apapun pada lingkungan sekitarnya cenderung membuat anak
merasa terganggu. Sebagian besar anak autis memiliki IQ normal dan beberapa anak lain
bahkan memiliki IQ yang tinggi.
Anak autis kurang dapat menunjukkan emosinya dan sulit membangun suatu hubungan atau
kedekatan dengan orang lain. Baik anak autis maupun anak penderita retardasi mental

menyukai musik dan keduanya pun cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya, akan
tetapi anak autis mengalami kesulitan berkomunikasi akibat keterlambatan penyampaian impuls,
sementara anak penderita retardasi mental mengalami kesulitan berkomunikasi akibat adanya
gangguan fungsi otak yang berperan dalam proses perkembangan keterampilan.
Anak autis seringkali mengulang kata-kata yang sama dan melakukan suatu gerakan yang sama
berulang-ulang.
Retardasi Mental
Anak yang menderita retardasi mental cenderung mengalami keterlambatan perkembangan,
termasuk dalam perkembangan berbicara dan berjalan. IQ yang rendah membuat anak memiliki
kemampuan daya ingat dan kemampuan belajar serta kemampuan menganalisis yang lebih
rendah daripada anak-anak lainnya.
Seringkali, anak yang mengalami retardasi mental juga mengalami fase vegetatif total yang
membatasi perilaku dan pergerakan anak. Selain itu, anak penderita retardasi mental juga
membutuhkan perhatian khusus dan seringkali tidak dapat hidup mandiri.
Berbeda dengan anak autis, anak dengan retardasi mental mudah menjalin ikatan atau
kedekatan dengan orang lain.

Perbedaan Pengobatan
Bagi anak penderita autis, diperlukan terapi konseling dan pendidikan khusus yang membuat
mereka lebih dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak lainnya. Anak autis seringkali
juga mengalami kesulitan untuk menunjuk suatu benda tertentu sehingga diperlukan pendidikan
khusus agar mereka mampu menunjuk benda yang tepat.

Untuk merawat anak penderita retardasi mental, diperlukan kesabaran dan kasih sayang serta
perhatian yang lebih karena mereka memiliki kecepatan belajar yang lebih lambat daripada
anak-anak lainnya. Anak penderita retardasi mental akan mengalami kesulitan saat harus
melakukan sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir, logika, dan analisa. Oleh karena
itu, pendidikan khusus yang diberikan lebih bertujuan untuk mengajar suatu keterampilan khusus
sehingga mereka dapat hidup mandiri, baik dalam segi keuangan maupun berkomunikasi.

PENGERTIAN EPILEPSI

Penyakit epilepsi mungkin tidak asing di telinga kita. Kata epilepsi sendiri
sebenarnya merupakan istilah umum yang berarti kecenderungan untuk kejang.
Di dalam otak kita terdapat neuron atau sel-sel saraf. Sel saraf merupakan
bagian dari sistem saraf yang berfungsi sebagai pengatur kesadaran,
kemampuan berpikir, gerak tubuh, dan sistem panca indera kita. Tiap sel
saraf saling berkomunikasi dengan menggunakan impuls listrik. Kejang
terjadi ketika impuls listrik tersebut mengalami gangguan sehingga
menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.
Kejang memang menjadi gejala utama penyakit epilepsi, namun belum
tentu orang yang mengalami kejang mengidap kondisi ini. Dalam dunia
medis, seseorang didiagnosis dengan epilepsi setelah mengalami kejang
sebanyak beberapa kali. Tingkat keparahan kejang pada tiap penderita
epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya berlangsung beberapa detik dan
ada juga yang hingga beberapa menit. Ada yang hanya mengalami kejang
pada sebagian tubuhnya dan ada juga yang mengalami kejang total
hingga menyebabkan kehilangan kesadaran.
Menurut data WHO, diperkirakan jumlah penderita epilepsi di dunia
mencapai lima puluh juta orang. Di Indonesia, diperkirakan terdapat
sekitar 2 juta orang yang menderita epilepsi. Sebenarnya yang
mengkhawatirkan bukan angkanya, namun masih minimnya penanganan
bagi penderita epilepsi di Indonesia.Menurut WHO, sekitar 80-90 persen
penderita epilepsi di negara-negara berkembang pada umumnya, belum
mendapatkan penanganan yang layak.

Penyebab epilepsi

Epilepsi dapat mulai diderita seseorang pada usia kapan saja, meski
umumnya kondisi ini terjadi sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan
temuan penyebabnya, epilepsi dibagi menjadi tiga, yaitu epilepsi
simptomatik, kriptogenik, dan idiopatik.

Pada epilepsi simptomatik, umumnya kejang-kejang diakibatkan oleh


adanya gangguan atau kerusakan pada otak. Bertolak belakang dengan
simptomatik, penyebab kejang pada epilepsi idiopatik sama sekali tidak
ditemukan. Sedangkan pada epilepsi kriptogenik, meski tidak
ditemukannya bukti kerusakan struktur pada otak, namun gangguan
belajar yang diderita menunjukkan adanya kerusakan.

Pengobatan serta komplikasi epilepsi

Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu
menyembuhkan kondisi ini secara total. Meski begitu, obat anti epilepsi
atau OAE mampu mencegah terjadinya kejang, sehingga penderita dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan aman.
Selain obat-obatan, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola
hidup yang sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak minum alkohol
secara berlebihan, serta mengonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang.
Alasan kenapa kejang-kejang pada penderita epilepsi perlu ditangani
dengan tepat adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi dan situasi
yang dapat membahayakan nyawa penderitanya. Contohnya adalah
terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendaraan
akibat kejang.
Dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi dapat
menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Status epileptikus
terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari lima menit
atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali sadar di
antara kejang. Status epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada otak, bahkan kematian.

10 Penyakit Gangguan Kejiwaan Yang Paling


Berbahaya
1. Skizofrenia
Definisi : Skizofrenia adalah gangguan psikologis/kejiwaan yang disebabkan oleh
kelainan secara kimiawi pada otak, yang pada akhirnya mengganggu fungsi
sistemik dan impuls syaraf otak. kondisi ini mengakibatkan kegagalan fungsi otak
dalam mengolah informasi dari dan ke panca indera, sehingga timbul proyeksi yang
tidak seharusnya.
Ciri-ciri umum penderita skizofrenia :
- Munculnya halusinasi baik secara visual, pendengaran atau proyeksi ingatan masa
lalu, dll
- Tingkah laku abnormal & berdasarkan insting.
- Delusi adalah keyakinan bahwa seseorang seolah-olah mengalami sesuatu ( alam
khayal)
- Komunikasi kacau, suka menyendiri dan tidak dapat dikontrol.
Data dan Fakta : berdasarkan riset medis hampir 10 % penderita skizofrenia
melakukan bunuh diri atau penderita melakukan tindakan kekerasan kepada orang
lain disekitarnya, banyak hal yang dapat menyebabkan pasien melakukan perbuatan
yang merugikan diri sendiri untuk itu perlu dukungan penuh, kasih sayang, serta
perhatian dari keluarga dan perlunya ada pendamping (caregiver) bagi ODS.
2. Bipolar Disorder
Definisi : Gangguan bipolar, adalah gangguan otak yang menyebabkan perubahan
yang tidak biasa dalam suasana hati, energi, tingkat aktivitas, dan mempengaruhi
kemampuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari. juga dikenal sebagai penyakit
manik-depresif.
Ciri-ciri umum penderita :
Bipolar adalah gangguan/kelainan secara kimiawi pada sistem syaraf otak yang
mempengaruhi mood atau suasana hati, seperti kegembiraan atau kesedihan

(depresi) yang mendalam, bersifat ekstrim (perubahannya sangat cepat) dan


menetap (bertahan dalam waktu yang lama) terlebih dari itu penderita gangguan
bipolar juga dapat mengalami perubahan suasana hati yang complicated /multi
emosi. Gangguan bipolar dapat mengakibatkan rusaknya hubungan sosial, pekerjaan
atau sekolah, dan bahkan bunuh diri.
3. Psikopat
Definisi : Psikopat berasal dari kata psyche (jiwa) dan pathosi (penyakit). Secara
harfiah, psikopat berarti sakit jiwa. Namun, psikopat tak sama dengan kegilaan
(skizofrenia/psikosis), sebab seorang psikopat umunya disebut Sosiopat, karena
prilakunya yang antisosial yang merugikan orang-orang terdekat tanpa empati
sedikitpun, meski mereka menyadari seluruh perbuatannya.
Ciri-ciri umum penderita Psikopat :
Pandai menciptakan kebohongan yang sempurna
Memiliki kemampuan menguasai emosi orang lain bahkan memanipulasinya.
Lemah dalam mengontrol emosi dan mampu menyimpan dendam dalam waktu yang
lama, menunggu ada kesempatan untuk membalas.
Cerdas, serta pandai memanipulasi ekspresi .
Tidak memiliki empati (respon) atas rasa sakit atau kedukaan orang lain.
Memiliki egoisme tinggi
Meski tidak semua psikopat itu menjadi pembunuh berdarah dingin, tetapi pada
kenyataanya mereka selalu menjadi sumber masalah dikomunitasnya. Contoh lain
psikopat adalah koruptor.
4. Obsesif Compulsif Disorder
Definisi : Obsesif Kompulsif Disorder (OCD) adalah gangguan otak dan perilaku. OCD
menyebabkan kecemasan yang parah pada mereka yang terkena dampak. OCD
melibatkan kedua obsesi dan dorongan yang mengambil banyak waktu dan
mendapatkan di jalan kegiatan penting nilai-nilai orang.
Ciri-ciri umum penderita:

Melakukan tindakan yang berulang-ulang


Selalu resah, Penderita OCD tidak dapat lepas dari resah cemas, tertekan dan
merasa tidak nyaman dengan keadaan ini.
Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan lega, rasa puas atau
kesenangan, melainkan disebabkan oleh rasa khawatir secara berlebihan dan
mengurangi stres yang dirasakannya.
Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-ulang secara terusmenerus dalam beberapa kali setiap harinya.
Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan dalam diri penderita dan
menghabiskan waktu (lebih dari satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu
fungsi normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu hubungan dengan orang
lain.
Pada kasus gangguan OCD tertentu dan sangat berbahaya adalah ketika pasien
terobsesi untuk melukai diri dan orang lain, untuk itu pihak keluarga dan
pendamping harus ekstra selektif dalam memberikan informasi atau bahkan saat
menonton televisi
5. Skizoaffectif
Definisi : Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang rancu yang ditandai
dengan adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan
afektif (gangguan mood)
Ciri-ciri umum penderita:
Gangguan skizoafektif memiliki ciri baik skiofrenia dan gangguan afektif ( gangguan
mood).
terjadinya gabungan gejala skizofrenia seperti : halusinasi, mendengar bisikanbisikan, delusi, kekacauan komunikasi dengan gangguan afektif sepertikecemasan,
depresi, kesedihan, amarah atau juga histeria
Pasien dengan masalah skizo-afektif ini merupakan tipikal yang paling berbahaya
dan lebih berpotensi untuk melakukan bunuh diri dari pada jenis skizofrenia yang
lain.

6. Anorexia nervosa
Definisi : Anorexia Nervosa adalah gangguan pola makan, orang mengalami
gangguan ini merasa tidak puas dengan penurunan berat badannya. Hal inilah yang
menyebabkan penderita anoreksia nervosa ini juga mengalami suatu gangguan
kecemasan dan depresi yang intens.
Ciri-ciri umum penderita
- Tidak mau mempertahankan berat badan pada level normal atau sedikit di atas
normal
- Ketakutan intens bahwa berat badan akan naik
- Evaluasi yang tidak pas terhadap berat badan atau bentuk tubuhnya sendiri, atau
mengingkari keseriusan berat tubuhnya yang saat ini kurang
- Amenorrhea (tidak mengalami menstruasi)
- pada banyak kasus pasien Anorexia Nervosa akan mengalami permasalahan
kesehatan/ metabolisme tubuh, mal nutrisi yang pada akhirnya berujung pada
kematian penderitanya.
7. Multiple Identity Disorder
Definisi : Gangguan identitas disosiatif adalah gangguan jiwa yang mengakibatkan
terbentuknya dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Masing-masing individu
dengan ingatan sendiri, kepercayaan, perilaku, pola pikir, serta cara melihat
lingkungan dan diri mereka sendiri. Setidaknya dua kepribadian ini secara berulang
memegang kendali penuh atas tubuh si individu.
Ciri-ciri umum penderita:
- Penderita mengalami perasaan tidak nyata, merasa terpisah dari diri sendiri baik
secara fisik maupun mental.
- Penderita merasa tidak mendiami tubuh mereka sendiri dan menganggap diri
sebagai orang yang asing atau tidak nyata.
- Mengalami distorsi waktu, amnesia, dan penyimpangan waktu

- Berubah-ubahnya kondisi penderita terjadi saat satu kepribadian bertukar dengan


kepribadian lain.
- Sakit kepala dan keinginan bunuh diri
8. Self harm/self injures
Definisi : Self injury adalah suatu perilaku yang dilakukan seseorang untuk
mengatasi rasa sakit emosional dengan cara melukai diri sendiri.
Ciri-ciri umum penderita :
- Selalu menghindari masalah
- Sulit mengendalikan emosi
- Kurang mampu mengurus diri sendiri
- Tidak berfikir logis (pemikirannya kaku)
- Tidak menyukai dirinya sendiri
- Tidak suka akan perubahan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman
baru
- Hipersensitif terhadap penolakan
- Memiliki perasaan agresif yang tinggi
- Biasanya pelaku mengalami depresi dan stres berat
- Sering mengalami iritabilitas
Berdasarkan realitasnya kita temui pasien yang mengalami masalah kejiwaan ini
dapat menikmati saat ia melukai dirinya atau dengan cara melukai diri/mengancam
membunuh diri untuk mendapatkan apa yang menjadi keinginannya.
9. Homosexual
Definisi : homoseks adalah mengacu pada interaksi seksual dan atau romantis
antara pribadi yang berjenis kelamin sama.

Homoseksualitas merupakan salah satu penyimpangan perkembangan psikoseksual.


homoseksual dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan yang kuat akan daya
tarik erotis seseorang justru terhadap jenis kelamin yang sama. Istilah
homoseksualitas atau Gay lebih lazim digunakan bagi pria yang menderita
penyimpangan ini, sedang bagi wanita, keadaan yang sama disebut lesbian.
Ciri-ciri umum penderita:
- Memiliki rasa yang berlebihan kepada sesama jenis, seperti, mengagumi, rasa
suka, sayang dst.
- Memiliki kelainan dalam perilaku yang tidak sesuai dari kodratnya.- Tidak memiliki
hasrat terhadap lawan jenis.
- Memegang teguh pada waham dan delusinya.
- memiliki sensitifitas yang sangat berlebihan.
- Kesulitan dalam melepaskan diri dari trauma masa lalu.
- Kesulitan dalam mengontrol emosi dan hasrat seksual.
- Merasakan kesan berbeda (erotis) ketika bergaul dengan sesama jenis dan
Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis
Perilaku penyimpangan seksual ini sangat bertentangan dari sisi naluriah/kodrati,
etika sosial, nilai-nilai keagamaan dan membahayakan bagi eksistensi ummat
manusia. Pada kasus tertentu pasien yang mengalami masalah kejiwaan ini dapat
melakukan segala cara, seperti intimidasi, kekerasan fisik atau teror kepada
pasangan sejenisnya agar senantiasa menuruti kemauannya.
10. Antisosial Personality Disorder
Definisi : Gangguan kepribadian antisosial sering disebut sebagai sociopathy dalam
budaya populer. Individu dengan antisosial Personality Disorder sering kurang empati
dan cenderung tidak berperasaan, sinis, dan menghina perasaan, hak, dan
penderitaan orang lain.
Ciri-ciri umum penderita :

- Kegagalan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang berkaitan


dengan perilaku yang sah seperti yang ditunjukkan oleh berulang kali melakukan
tindakan yang dasar untuk penangkapan
- Tipu daya , seperti ditunjukkan oleh berulang berbohong, penggunaan alias, atau
menipu orang lain untuk keuntungan pribadi atau kesenangan
- Impulsif atau kegagalan untuk merencanakan ke depan
- Lekas marah dan agresivitas , seperti yang ditunjukkan oleh perkelahian fisik
berulang atau serangan
- Mengabaikan keselamatan diri sendiri atau orang lain
- Konsisten tidak bertanggung jawab , seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan
berulang untuk mempertahankan perilaku kerja yang konsisten atau menghormati
kewajiban keuangan
- Kurangnya penyesalan , seperti ditunjukkan oleh acuh tak acuh atau rasionalisasi.
- Terkait dengan gangguan kejiwaan yang berbahaya diatas kita perlu melakukan
tindakan yang tepat jika seandainya diri kita, angggota keluarga, tetangga, sahabat,
rekan kerja atau partner bisnis terdiagnosa mengalami gangguan kejiwaan ini, kenali
dan lakukan tindakan yang seharusnya.
Berikut ini adalah saran kami jika kita menemui permasalahan seperti diatas :
1. Lakukan konsultasi ke Psikiater atau Psikolog untuk menganalisa masalah
sebenarnya yang dialami, untuk kemudian diberikan saran-saran tindakan terapi
dan obat yang tepat.
2. Sebagai terapi pendukung Pasien disarankan menjalankan program terapi holistik
seperti : Ruqyah, Akupunktur, Bekam, Totok Syaraf, Hipnoterapi dst
3. Pasien diwajibkan menjalani program perbaikan mental-psikis , kedisiplinan, dan
pendalaman keagamaan.
Penanganan pasien yang cepat dan tepat dapat membantu proses kesembuhan
pasien.

Anda mungkin juga menyukai