Menurut DSM-IV, skizofrenia adalah suatu gangguan yang ditandai oleh gangguan proses
berpikir, respon emosional yang kurang, gangguan persepsi, dan berbicara ngawur. Diagnosa
skizofrenia ditegakkan bila seseorang mengalami beberap hal di bawah ini, yaitu:
Tanda telah berlangsung selama setidaknya 6 bulan berturut-turut dan gejala telah
berlangsung selam setidaknya 1 bulan
emosional yang kurang, gangguan berbicara, dan kurangnya ketertarikan terhadap berbagai
aktivitas selama sebulan, hampir setiap hari
Psikosis merupakan istilah umum dari adanya berbagai gejala seperti halusinasi dan delusi.
Untuk menentukan diagnosa psikosis, dokter perlu melakukan berbagai pemeriksaan seperti
pemeriksaan fisik, pemeriksaan kejiwaan, ada tidaknya efek samping obat, riwayat penggunaan
obat-obatan, pemeriksaan klinis, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan radiologi. Secara umum,
psikosis merupakan suatu gangguan dalam memahami realitas (gangguan persepsi realitas).
Perbedaan Penyebab
Penyebab pasti dari skizofrenia tidak diketahui, akan tetapi para ahli menduga bahwa faktor
lingkungan dan faktor genetika turut berperan dalam terjadinya gangguan ini. Sebuah teori
lainnya mengatakan bahwa penurunan kadar dopamin akibat pengecilan bagian otak tertentu
menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Psikosis disebabkan oleh berbagai hal seperti penggunaan alkohol, ganja, amfetamin, tumor
atau kista otak, stroke, epilepsi, infeksi HIV yang mengenai otak, penyakit Parkinson, penyakit
Alzheimer, dan skizofrenia.
Perbedaan Gejala
Beberapa gejala skizofrenia yang dapat ditemukan adalah:
Halusinasi
Delusi
Gangguan proses berpikir dan berbicara
Anhedonia (tidak dapat merasa bahagia saat melakukan apapun, termasuk saat
melakukan berbagai hal yang dulu disenangi)
Kurangnya motivasi
Psikosis merupakan bagian dari skizofrenia, akan tetapi skizofrenia bukanlah bagian dari
psikosis. Halusinasi dan delusi merupakan gejala utama psikosis dan skizofrenia hanya
merupakan salah satu penyebab terjadinya psikosis.
Pengobatan
Baik skizofrenia maupun psikosis diatasi dengan menggunakan obat anti psikotik seperti
risperidone atau clozapine. Selain obat-obatan, diperlukan juga terapi intervensi sosial seperti
terapi keluarga, terapi perilaku kognitif, dan terapi kelompok untuk mengatasi kecenderungan
penderita untuk menarik diri dari lingkungan dan gangguan fungsi penderita skizofrenia.
Bila psikosis disebabkan oleh penyakit atau penyalahgunaan zat, maka menghentikan konsumsi
zat dan mengobati penyakit penyebab dapat membantu mengatasi gejala.
Dari definisi dan ciri-ciri di atas bahwa neurosa dapat muncul dalam beberapa bentuk,
diantaranya:
(1) Neurasthenia, yaitu gangguan yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang
kronis
sekalipun
tidak
ditemukan
sebab-sebab
fisik;
(2) Histeria, gangguan jiwa yang ditandai ketidakstabilan emosi, represi, disasosiasi, dan
sugestibilitas. Histeria ini bisa berwujud kelumpuhan atau cramp sebagian anggota badan,
hilang kesanggupan bicara, hilang ingatan, kepribadian ganda, mengelana tidak
sadar (fugue),
atau
berjalan-jalan
dalam
keadaan
tidur (somnabulism);
(3) Psychasthenia, gangguan jiwa yang ditandai tidak mampunya diri tetap dalam keadaan
hubungan yang normal. Jenis ini antara lain bisa tampil dalam bentuk phobia (takut yang
tidak masuk akal), obsesi, dan kompulsi. Neurosis terjadi bisa disebabkan oleh faktor-faktor
organis fisis, faktor psikis dan struktur kepribadian, atau bisa juga karena faktor milieu atau
lingkungan. Yang jelas gangguan mental tersebut dapat berpengaruh pada perasaan,
pikiran, tingkah laku, dan kesehatan tubuh seseorang yang mengalaminya (LINK
TERKAIT).
Neurosa ditandai secara khas oleh ketidakmampuan si individu untuk menunjukkan
perhatian emosional terhadap orang lain atau barang. Konflik yang terjadi pada neurosa
ialah terutama antara individu dan lingkungannya, walaupun tetap didominasi di dalam
diri individu itu sendiri, yaitu antara dorongan kekanak-kanakan yang tak disadari dan
sikap kedewasaannya.
Dalam pandangan psikoanalisis, gangguan kejiwaan terjadi karena ada ketidakjelasan atau
ketidakharmonisan antara ketiga komponen kepribadian, id yang merupakan sisi biologis
kehidupan kejiwaan seseorang, ego sebagai sisi psikologis kehidupan manusia, dan super
ego sebagai sisi kehidupan sosial manusia. Ketidakjelasan ini terjadi dalam bentuk adanya
peristiwa yang tidak menyenangkan, tetapi tidak pantas dikemukakan atau direpresikan ke
alam bawah sadar (unconscious). Akibatnya adalah bahwa masalah itu tetap ada dan
berkembang, sehingga melahirkan suatu pola pikiran dan tingkah laku yang tidak wajar
ketika ia menghadapi orang lain, masalah, dan peristiwa kehidupan lainnya (terutama pada
saat orang telah menjadi dewasa).
Dalam konsep Freud, psikoanalisis telah berkembang sebagai teori, asesmen klinis
(psikodiagnostika), dan psikoterapi. Bahkan ia meninggalkan istilah psikoterapi dan
menggantinya dengan psikoanalisis saja. Wiramihardja menjelaskan dalam bukunya
Pengantar Psikologi Klinis (2004:89), bahwa dasar utama psikoanalis adalah
ketidaksadaran. Seseorang dikatakan terganggu jiwanya disebabkan karena terdapat
represi atas pengalaman atau ingatan yang mencemaskan ke alam tak sadar.
a. Obsesi Mania. Gangguan jiwa (neurosa) yang dikuasai oleh suatu pikiran yang tidak bisa
dihindarinya. Ciri-cirinya antara lain tingkah laku tidak terkontrol dengan perbuatan
motorik yang berlebihan dilanjutkan dengan fase hiper aktif dari psikosa manis-depresif.
Dari hasil perbuatannya tersebut penderita tidak menginginkan orang lain mengetahui
bahwa dirinya telah melakukan aktivitas-aktivitas tertentu.
b. Compulsive Orderlinese. Bentuk tindakan yang dilakukan adalah anti social compulsive,
sebuah tindakan yang bertentangan dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku tetapi
aktivitas tersebut dilakukan karena keterpaksaan kebutuhan, misalnya: Seseorang
menjambret karena terpaksa dengan alasan tuntutan ekonomi (compulsive kleptomania).
c. Paranoid. Individu yang dalam pikirannya selalu mencoba menerka-nerka kejadian yang
belum tentu kebenarannya. Tipe individu seperti ini selalu dikusai oleh kekhawatirankekhawatiran negatif.
d. Histeria yang berhubungan langsung pada mental individu. Dampak dari itu semua adalah
pecahnya kepribadian (split personality) individu menjadi dua kepribadian (double
personality). Dalam kehidupan sehari-hari ini serupa dengan fenomena kerasukan.
e. Repetitive Compulsive. Gangguan jiwa yang muncul dengan gejala paksaan karena
melakukan pekerjaan secara berulang-ulang. Bentuknya dapat berupa depresi seorang
karyawan yang melakukan kegiatan yang itu-itu saja setiap harinya, stress, dan
psikosomatis (darah tinggi, dll).
f. Phobia. Gangguan jiwa ini berbentuk ketakutan yang tidak masuk akal.
14:30 WIB
Perbedaan Penyebab
Penyebab terjadinya autisme tidak diketahui dengan jelas, akan tetapi faktor genetika diduga
memiliki peranan penting. Sementara itu, retardasi mental biasanya disebabkan oleh kelainan
kongenital seperti sindrom Down, sindrom Klinefelter, hipoksia (kekurangan oksigen) selama
persalinan, terpapar oleh zat racun tertentu (alkohol dan rokok) selama kehamilan, atau
kekurangan iodium.
Perbedaan Gejala
Autisme
Anak yang menderita autis biasanya lebih suka bermain sendirian dan mengalami kesulitan
untuk berinteraksi dengan anak-anak lainnya dan orang dewasa. Anak autis biasanya jarang
melakukan kontak mata saat berbicara dan sering melakukan gerakan yang sama secara
berulang-ulang. Perubahan apapun pada lingkungan sekitarnya cenderung membuat anak
merasa terganggu. Sebagian besar anak autis memiliki IQ normal dan beberapa anak lain
bahkan memiliki IQ yang tinggi.
Anak autis kurang dapat menunjukkan emosinya dan sulit membangun suatu hubungan atau
kedekatan dengan orang lain. Baik anak autis maupun anak penderita retardasi mental
menyukai musik dan keduanya pun cenderung menarik diri dari lingkungan sekitarnya, akan
tetapi anak autis mengalami kesulitan berkomunikasi akibat keterlambatan penyampaian impuls,
sementara anak penderita retardasi mental mengalami kesulitan berkomunikasi akibat adanya
gangguan fungsi otak yang berperan dalam proses perkembangan keterampilan.
Anak autis seringkali mengulang kata-kata yang sama dan melakukan suatu gerakan yang sama
berulang-ulang.
Retardasi Mental
Anak yang menderita retardasi mental cenderung mengalami keterlambatan perkembangan,
termasuk dalam perkembangan berbicara dan berjalan. IQ yang rendah membuat anak memiliki
kemampuan daya ingat dan kemampuan belajar serta kemampuan menganalisis yang lebih
rendah daripada anak-anak lainnya.
Seringkali, anak yang mengalami retardasi mental juga mengalami fase vegetatif total yang
membatasi perilaku dan pergerakan anak. Selain itu, anak penderita retardasi mental juga
membutuhkan perhatian khusus dan seringkali tidak dapat hidup mandiri.
Berbeda dengan anak autis, anak dengan retardasi mental mudah menjalin ikatan atau
kedekatan dengan orang lain.
Perbedaan Pengobatan
Bagi anak penderita autis, diperlukan terapi konseling dan pendidikan khusus yang membuat
mereka lebih dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak lainnya. Anak autis seringkali
juga mengalami kesulitan untuk menunjuk suatu benda tertentu sehingga diperlukan pendidikan
khusus agar mereka mampu menunjuk benda yang tepat.
Untuk merawat anak penderita retardasi mental, diperlukan kesabaran dan kasih sayang serta
perhatian yang lebih karena mereka memiliki kecepatan belajar yang lebih lambat daripada
anak-anak lainnya. Anak penderita retardasi mental akan mengalami kesulitan saat harus
melakukan sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir, logika, dan analisa. Oleh karena
itu, pendidikan khusus yang diberikan lebih bertujuan untuk mengajar suatu keterampilan khusus
sehingga mereka dapat hidup mandiri, baik dalam segi keuangan maupun berkomunikasi.
PENGERTIAN EPILEPSI
Penyakit epilepsi mungkin tidak asing di telinga kita. Kata epilepsi sendiri
sebenarnya merupakan istilah umum yang berarti kecenderungan untuk kejang.
Di dalam otak kita terdapat neuron atau sel-sel saraf. Sel saraf merupakan
bagian dari sistem saraf yang berfungsi sebagai pengatur kesadaran,
kemampuan berpikir, gerak tubuh, dan sistem panca indera kita. Tiap sel
saraf saling berkomunikasi dengan menggunakan impuls listrik. Kejang
terjadi ketika impuls listrik tersebut mengalami gangguan sehingga
menyebabkan perilaku atau gerakan tubuh yang tidak terkendali.
Kejang memang menjadi gejala utama penyakit epilepsi, namun belum
tentu orang yang mengalami kejang mengidap kondisi ini. Dalam dunia
medis, seseorang didiagnosis dengan epilepsi setelah mengalami kejang
sebanyak beberapa kali. Tingkat keparahan kejang pada tiap penderita
epilepsi berbeda-beda. Ada yang hanya berlangsung beberapa detik dan
ada juga yang hingga beberapa menit. Ada yang hanya mengalami kejang
pada sebagian tubuhnya dan ada juga yang mengalami kejang total
hingga menyebabkan kehilangan kesadaran.
Menurut data WHO, diperkirakan jumlah penderita epilepsi di dunia
mencapai lima puluh juta orang. Di Indonesia, diperkirakan terdapat
sekitar 2 juta orang yang menderita epilepsi. Sebenarnya yang
mengkhawatirkan bukan angkanya, namun masih minimnya penanganan
bagi penderita epilepsi di Indonesia.Menurut WHO, sekitar 80-90 persen
penderita epilepsi di negara-negara berkembang pada umumnya, belum
mendapatkan penanganan yang layak.
Penyebab epilepsi
Epilepsi dapat mulai diderita seseorang pada usia kapan saja, meski
umumnya kondisi ini terjadi sejak masa kanak-kanak. Berdasarkan
temuan penyebabnya, epilepsi dibagi menjadi tiga, yaitu epilepsi
simptomatik, kriptogenik, dan idiopatik.
Hingga kini memang belum ada obat atau metode yang mampu
menyembuhkan kondisi ini secara total. Meski begitu, obat anti epilepsi
atau OAE mampu mencegah terjadinya kejang, sehingga penderita dapat
melakukan aktivitas sehari-hari secara normal dengan mudah dan aman.
Selain obat-obatan, penanganan epilepsi juga perlu ditunjang dengan pola
hidup yang sehat, seperti olahraga secara teratur, tidak minum alkohol
secara berlebihan, serta mengonsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang.
Alasan kenapa kejang-kejang pada penderita epilepsi perlu ditangani
dengan tepat adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi dan situasi
yang dapat membahayakan nyawa penderitanya. Contohnya adalah
terjatuh, tenggelam, atau mengalami kecelakaan saat berkendaraan
akibat kejang.
Dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi dapat
menimbulkan komplikasi berupa status epileptikus. Status epileptikus
terjadi ketika penderita mengalami kejang selama lebih dari lima menit
atau mengalami serangkaian kejang pendek tanpa kembali sadar di
antara kejang. Status epiliptikus dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada otak, bahkan kematian.
6. Anorexia nervosa
Definisi : Anorexia Nervosa adalah gangguan pola makan, orang mengalami
gangguan ini merasa tidak puas dengan penurunan berat badannya. Hal inilah yang
menyebabkan penderita anoreksia nervosa ini juga mengalami suatu gangguan
kecemasan dan depresi yang intens.
Ciri-ciri umum penderita
- Tidak mau mempertahankan berat badan pada level normal atau sedikit di atas
normal
- Ketakutan intens bahwa berat badan akan naik
- Evaluasi yang tidak pas terhadap berat badan atau bentuk tubuhnya sendiri, atau
mengingkari keseriusan berat tubuhnya yang saat ini kurang
- Amenorrhea (tidak mengalami menstruasi)
- pada banyak kasus pasien Anorexia Nervosa akan mengalami permasalahan
kesehatan/ metabolisme tubuh, mal nutrisi yang pada akhirnya berujung pada
kematian penderitanya.
7. Multiple Identity Disorder
Definisi : Gangguan identitas disosiatif adalah gangguan jiwa yang mengakibatkan
terbentuknya dua atau lebih kepribadian yang berbeda. Masing-masing individu
dengan ingatan sendiri, kepercayaan, perilaku, pola pikir, serta cara melihat
lingkungan dan diri mereka sendiri. Setidaknya dua kepribadian ini secara berulang
memegang kendali penuh atas tubuh si individu.
Ciri-ciri umum penderita:
- Penderita mengalami perasaan tidak nyata, merasa terpisah dari diri sendiri baik
secara fisik maupun mental.
- Penderita merasa tidak mendiami tubuh mereka sendiri dan menganggap diri
sebagai orang yang asing atau tidak nyata.
- Mengalami distorsi waktu, amnesia, dan penyimpangan waktu