Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA SKIZOFRENIA
Kelompok 2 A2020 2
Fajriyatul Kamal (2011135238) Hikmawati Ilma (2011135230)

Fathur Rahman (2011111504) Indah Oktarina (2011113520)

Febby Putri Ananda (2011113530) Jihan Azzahra Nasha Aqila


(2011113262)
Fiona Adhania (2011113268) Khairatul Husnia (2011116723)

Fitrah Salam (2011125084) Latifa Murani (2011113251)

Gesi Freona br Saragih (2011135233) Sri Agustina (2011113516)

Grace Sri Dewani (2011113182) Sulistyawati (2011114361)

Haniifah Nurul Almaas (2011113253)  


Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yang sering ditandai


dengan adanya daya nyata pada taraf kemampuan fungsional
sebelumnya yang dapat terlihat dalam bidang pekerjaan, hubungan
sosial dan kemampuan merawat dirunya sendiri serta bidang
lainnya.

Skizofrenia adalah sekelompok gangguang psikotik dengan


distorsi khas proses berpikir, kadang-kadang mempunyai perasaan
bahawa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya,
waham yang kadang-kadang aneh, gangguan persepsi, afek
abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau sebenarnya dan
autisme.
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya
respon
neurobiologi seperti:
1) Faktor genetik : Semakin dekat hubungan darah dengan individu
yang menderita skizofrenia, semakin tinggi risiko genetik terhadap skizofrenia
2) Faktor struktur dan fungsi otak (neuroanatomi)
Etiologi
Faktor perkembangan, struktur saraf, biokimia, dan lingkungan
Skizofrenia mempengaruhi kemampuan individu dalam memproses informasi
3) Faktor neurotransmiter (neurokimia)
Penurunan aktivitas lobus frontal pada klien skizofrenia dianggap
berkaitan dengan penurunan aktivitas glutamatergik dan dengan gejala
negatif serta defisit kognitif
4) Faktor psikososial
Menurut teori psikoanalisis, kerusakan yang menentukan penyakit mental
adalah gangguan dalam organisasi ‘ego’
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis Stresssor biologis yang berbuhungan dengan
respons neurobiologis maladaptive
2) Lingkungan Ambang toleransi terhadap stress yang
ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stressor
Etiologi lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
pikiran
Skizofrenia 3) Pemicu Gejala, Pemicu merupakan prekursor dan
stimuli yang sering menimbulkan episode baru suatu
penyakit. Pemicu yang biasanya terdapat pada respon
neurobiologis maladaptif yang berhubungan dengan
kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu
1. Pada sistem limbik dan ganglia basal otak penderita skizofrenia berbeda dengan orang
normal, dimana ventrikel melebar, penurunan massa abu-abu, dan pada beberapa area
terjadi peningkatan serta penurunan aktivitas metabolik.

2. Pada penyakit skizofrenia dapat terjadi karena kecenderungan genetik, kelainan pada
sistem kekebalan, perkembangan pada sistem saraf yang gangguan, teori
neurodegenerative, kelainan pada reseptor dopamin, dan kelainan pada otak yaitu terjadi
PatofisiologiS hiperaktivitas atau hipoaktivitas dopaminergik.

kizofrenia 3. Gejala positif berkaitan dengan hiperaktif reseptor dopamin di mesocaudate, sedangkan
gejala negatif dan kognitif berkaitan dengan hipofungsi reseptor dopamin dalam korteks
prefrontal.

4. Disfungsi glutamatergic. Kekurangan aktivitas glutamatergic menyebabkan


dopaminergik hiperaktif sehingga timbul gejala skizofrenia.

5. Kelainan pada serotonin (5-hydroxytriptamine [5-HT]), pada pasien skizofrenia dengan


scan otak yang abnormal memiliki konsentrasi 5-HT yang lebih tinggi (dipiro et al.,
2014).
Lisa dan Nengah (2019) menjelaskan berbagai ciri – ciri umum
skizofrenia yaitu :

a. Gangguan Delusi
Ciri – ciri klinis dari ganguan delusi yaitu :
1) Keyakinan persisten dan berlawanan dengan kenyataan tetapi tidak disertai dengan
kebenaran sebenarnya.
2) Terisolasi secara sosial dan bersikap curiga pada orang lain.
Manifestasi b. Halusinasi
Ciri – ciri klinis dari penerita halusinasi yaitu :
Klinis 1. Tidak memiliki insight yang jelas dan kesalahan dalam persepsi.
2. Adanya associative spilitting dan cognitive splitting.
Skizofrenia
c. Disorganisasi
d. Pendataran Afek
Adapun ciri – ciri klinis pendataran afek yaitu :
1) Tidak adan reaksi emosional dalam komunikasi.
2) Selalu menatap kosong pandangannya.
3) Berbicara datar tanpa ada nada pembicaraan.
e. Alogia
f. Avolisi
g. Anhedonia
1. Fase Akut
Mulai munculnya gejala sampai sebelum 6 bulan, disertai dengan gejala
negatif dan positif skizofrenia. Gejala yang dapat muncul pada Fase akut yaitu
pikiran kacau, waham/halusinasi, dan ketidakmampuan penderita mengurus
dirinya sendiri. Pada fase akut psikotik, simtom positif menjadi jelas
seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai
gangguan afek
Fase-Fase
Skizofrenia 2. Fase Kronik
Ditandai dengan gejala akut, sudah berlangsung 6 bulan/lebih, disertai dengan
ciri tidak memperhatikan kebersihan diri dan gangguan motorik (pergerakan).

3. Fase Premorbid
Pada fase premorbid, ditandai dengan periode munculnya ketidaknormalan
fungsi, walaupun hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari efek penyakit tertentu.
Indikator premorbid dari psikosis, diantaranya adalah riwayat psikiatri keluarga,
riwayat prenatal, dankomplikasi obstetrik dan defisit neurologis.
4. Fase Prodromal
Adanya perubahan dari fase premorbid menuju gejala psikotik yang nyata. Fase
ini berlangsung dalam beberapa minggu bahkan bulan. Lamanya fase ini merata antara
2 sampai 5 tahun. Individu akan mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yang
mendasar (pekerjaan sosial dan rekreasi) dan muncul gejala seperti gangguan
tidur, ansietas, konsentrasi berkurang, depresi, menurunya kemampuan, mudah lelah,
dan adanya defisit perilaku. Gejala positif seperti curiga mulai berkembang diakhir
Fase-Fase fase prodromal dan berarti sudah mendekati mulai menjadi psikosis
Skizofrenia 5. Fase Psikotik (Fase aktif)
Berlangsung mulai dengan fase akut, kemudian adanya perbaikan memasuki
fase stabilisasi dan kemudian fase stabil.

a. Pada fase akut, terlihat gambaran psikotik yang jelas seperti


halusinasi, gangguan proses pikir, waham, dan biasanya individu tidak mampu
mengurus dirinya sendiri dengan baik
b. Pada fase stabilisasi: berlangsung setelah dilakukan acute treatment. Fase ini
berjalan sekitar 6-18 bulan dengan atau tanpa gejala. Pada fase stabil umumnya muncul
gejala negatif dan terkadang gejala positif masih ada namun sudah berkurang
dibandingkan pada saat fase akut.

Fase-Fase c. Pada fase stabil, simpang negatif lebih terlihat dan residual dari simpang positif.
Skizofrenia Gejala positif ini masih ada dan biasanya keparahan sudah berkurang dibandingkan
dengan fase akut.

6. Fase Residual
Pada fase ini perilaku skizofrenia merupakan kelanjutan dari fase aktif, yakni
pola pembicaraan melantur, mengalami halusinasi, delusi, memiliki ide-ide yang
rumit, mengetahui kehidupan masa yang akan datang, dan penarikan diri dari relasi
sosial. Pada fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal
tetapi gejala positif atau psikotiknya sudah berkurang.
Mekanisme yang berperan dalam skizofrenia yaitu mekanisme neuroinflamasi,
termasuk glial (kehilangan dan aktivasi astroglial, aktivasi mikroglial), imunologik
(sitokin, kemokin dan prostaglandin), dan oksidatif (oksigen reaktif dan spesies
nitrogen). Mekanisme inilah yang menghasilkan disregulasi glutamatergik (hipofungsi)
Mekanisme dan dopaminergik (hiperfungsi limbik, hipofungsi frontal).

Skizofrenia Skizofrenia terjadi dengan bertahap dimana klien ataupun keluarga tidak menyadari
adanya sesuatu yang tidak beres di otaknya dalam jangka waktu lama. Kerusakan yang
perlahan ini, akhirnya menjadi skizofrenia yang bahaya dan tersembunyi. Gejala
muncul secara perlahan, bisa saja menjadi skizofrenia acute. Periode skizofrenia akut
adalah gangguan yang singkat dan kuat yang meliputi halusinasi, penyesatan fikiran
(delusi) dan kegagalan berpikir.

Selanjutnya………
Terkadang skizofrenia menyerang secara tiba-tiba. Perubahan perilaku terjadi dalam
Mekanisme beberapa hari atau minggu, serangan yang mendadak dapat memicu terjadinya periode
akut dengan cepat. Beberapa klien mengalami gangguan seumur hidup, tapi banyak
Skizofrenia juga yang dapat kembali normal dalam periode akut tersebut. Kebanyakan ditemukan
mereka dikucilkan menderita depresi yang berat dan tidak dapat berfungsi selayaknya
orang normal di lingkungan. Dalam beberapa kasus, serangan bisa meningkat menjadi
skizofrenia kronis. Klien menjadi buas, kehilangan karakter, tidak memiliki motivasi,
depresi dan tidak memiliki kepekaan tentang perasaannya sendiri.
.
Menurut Yosep dan Sutini ( 2014 ) jenis skizofrenia adalah :
1. Skizofrenia Simplex
Penyakit neurologis dengan gejala utama kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan
.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Klasifikasi Penyakit neurologis dengan gejala utama gangguan proses berfikir , gangguan kemauan
dan dipersonalisasi . Banyak terdapat waham dan halusinasi .
Skizofrenia 3. Skizofrenia Katatonik
Penyakit neurologis dengan gejala utama pada psikomotor seperti stupor maupun gaduh
gelisah katatonik .
4. Skizofrenia Paranoid
Penyakit neurologis dengan gejala utama kecurigaan yang ekstrim disertai waham kejar
atau kebesaran .
5. Episode Schizoprenia Akut
Penyakit neurologis dengan kondisi akut mendadak yang disertai dengan perubahan
kesadaran , kesadaran mungkin berkabut .
.
6. Skizofrenia Psiko- Afektif
Penyakit neurologis dengan gejala utama skizofren yang menonjol dengan disertai
gejala depresi atau mania .

Klasifikasi 7. Skizofrenia Residual


Penyakit neurologis dengan gejala - gejala primernya dan muncul setelah beberapa

Skizofrenia
kali serangan skizofrenia.
8. Skizofrenia tak terinci
Digunakan untuk menggambarkan perilaku seseorang yang menggambarkan lebih
dari satu jenis skizofrenia. Seseorang dengan perilaku katatonik yang juga memiliki
delusi atau halusinasi, dapat didiagnosis menderita skizofrenia tak terinci.
9. Skizofrenia Lainnya
Termasuk skizofrenia chenesthopathic(terdapat suatu perasaanyang tidaknyaman,
tidak enak, tidak sehat pada bagian tubuh tertentu), gangguan skizofreniform YTI.
A. Psikofarmaka, terdiri dari dua bagian obat antisepsikotik:
(1) APG I (Anti Psikotik generasi Pertama): dapat menurunkan gejala positif, tetapi
pemakaian jangka panjang memiliki efek samping yaitu: gangguan ekstrapiramidal,
peningkatan kadar prolaktin dan menimbulkan efek samping antikolinergik.
APG I dibagi menjadi 2
Penatalaksanaan a. Potensi tinggi
Skizofrenia Dosis: kurang dari sama dengan 10 mg
(psikofarmaka dan Contoh: trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan primozide.
Fungsi: mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri,
non farmaka) hipoactive, waham dan halusinasi.
 
b. Potensi rendah
Dosis: lebih dari sama dengan 50 mg
Contoh: chlorpromazine dan thiondazine
 
(2) APG II
Sering disebut Serotonin Dopamin Antagonis (SDA) atau anti psikotik atipikal. Contoh:
clozapine, Olanzapin, quetiapine, dan rispendon
 
Penatalaksaan medis paad pasien halusinasi pendengaran 

1. Terapi farmakologi
a. Haloperidol
Penatalaksanaan Klasifikasi : antipsikotik neuroleptic, butirofenon
Skizofrenia Indikasi : penatalaksanaan psikosis kronik dan akut
(psikofarmaka dan Mekanisme kerja: tampak menekan susunan saraf pusat paad tingkat subkortikal
non farmaka) formasi retricular otak, mesenfalon dan batang otak.
Kontraindikasi: hipersensitivitas terhadap obat ini pasien depresi susunan saraf
pusat dan sumsum tulang belakang
Efek samping: sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, anoreksia
Dosis : 5mg/injeksi, intramuskulus, dapat diulang setiap setengah jam, dosis
maksimum 20mg/hari.
b. Chlorpromazine
1) Klasifikasi : Sebagai antipsikotik, antiemetik
2) Indikasi : Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia. fase mania pada
gangguan bipolar, gangguan skizoaktif, ansietas dan agitasi.

Penatalaksanaan 3) Mekanisme Kerja : Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum dipahami
sepenuhnya, namun berhubungan dengan efek antidopaminergik. Antipsikotik
Skizofrenia dapat menyekat reseptor dipanine postsinaps pada ganglia basal, hipotalamus,
(psikofarmaka dan system limbik, batang otak dan medula.
non farmaka) 4) Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi
sumsum tulang, penyakit parkinson, insufiensi hati, ginjal dan jantung,
5) Efek Samping : Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing. hipotensi
ortostatik, hipertensi, mulut kering, mual dan muntah.
6) Dosis Chlorpromazine
6) Dosis Chlorpromazine
(1) Bentuk sediaan tablet
• Dewasa: 25 mg, 3 kali sehari atau 75 mg, 1 kali sehari pada malam hari. Dosis
perawatan adalah 25–100 mg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan hingga
1.000 mg per hari. Untuk lansia, dosis diawali dengan 1/3–1/2 dosis biasa.
• Anak usia 1–12 tahun: 0,5 mg/kgBB, tiap 4–6 jam. Dosis maksimal untuk
Penatalaksanaan anak usia >5 tahun adalah 75 mg per hari dan untuk anak usia 1–5 tahun dosis
Skizofrenia maksimalnya adalah 40 mg per hari.
(psikofarmaka dan
non farmaka) (2) Bentuk sediaan injeksi IM
• Dewasa: 25–50 mg setiap 6–8 jam. Untuk lansia, dosis diawali dengan 1/3–
1/2 dosis biasa. Pengobatan harus sesegera mungkin diganti dengan
chlorpromazine tablet setelah kondisi pasien membaik.
• Anak usia 1–12 tahun: 500 mg/kgBB setiap 4–6 jam. Dosis maksimal untuk
anak >5 tahun: 75 mg per hari, anak 1–5 tahun: 40 mg per hari.
c. Trihexypenidil (THP)
1) Klasifikasi antiparkinson.
2) Indikasi : Segala penyakit parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan
dengan obat antiparkinson.
3) Mekanisme Kerja : Mengoreksi ketidakseimbangan defisiensi dopamine
Penatalaksanaan dan kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps
Skizofrenia untuk mengurangi efek kolinergik berlebihan.
(psikofarmaka dan 4) Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap obat ini, glaucoma sudut
non farmaka) tertutup. hipertropi prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek Samping : Mengantuk pusing, disorientasi. hipotensi, mulut kering,
mual dan muntah
6) Dosis dewasa: 1 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 5–15 mg
per hari, yang dibagi dalam 3–4 kali jadwal konsumsi.
7) Bentuk sediaan: tablet
B. Non Psikofarmaka
1. Pendekatan psikososial, bertujuan untuk meningkatkan fungsi sosial dan
pekerjaannya. Penderita dapat dilatih kembali untuk fungsi kesehariannya maupun
terapi okupasional sehingga pasca rawatan penderita skizof ini dapat kembali
berfungsi di rumah sakit
2. Terapi elektrokonvulsif (ECT)
3. Pembedahan bagian otak
Penatalaksanaan 4. Perawatan di RS
Skizofrenia 5. Psikoterapi:
a. Terapi psikoanalisa
(psikofarmaka dan
non farmaka) Pada terapi ini menyadarkan seseorang terhadap masalah pada dirinya dan
membuat mekanisme pertahanan dengan tujuan supaya cemasnya dapat di
kendalikan
b. Terpai perilaku
Ada dua bentuk program psikososial untuk meningkatkan fungsi kemandirian
diantaranya: sosial learning program, sosial skills training
c. Terapi humanistik
Terapi ini berfokus pada terapi kelompok dan keluarga pasien skizofrenia
Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada pasien schizophrenia adalah
sebagai berikut.
1. Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatnya strategi koping.
2. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan Kurangnya pengakuan dari orang lain,
gangguan psikiatri.
3. Isolasi sosial Ketidakmampuan menjalin hub. yang memuaskan, perubahan status mental.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan psikologis/psikotik.
Diagnosa 5. Waham berhubungan dengan faktor biologis : kelainan genetik/keturunan, kelainan
keperawatan neurologis
6. Gangguan persepsi sensori: Halunisasi berhubungan dengan gangguan penglihatan,
pendengaran, penghiduan, perabaan.
7. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan waham.
8. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran, hambatan
psikologis (misal gangguan psikotik, gangguan konsep psikotik, gangguan konsep diri,
harga diri rendah, gangguan emosi)
 
Asuhan Keperawatan Skizofrenia
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
Inisial : Tn. A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Alasan Masuk
Klien suka mengurung diri di kamar, tidak mau mandi dan makan, berbicara dan tertawa
sendiri sudah 1 bulan
c. Faktor Presipitasi
Putus obat
Keinginan tidak tercapai → keinginan mempunyai bengkel
 
d. Faktor Predisposisi
Paman klien pernah mengalami perilaku aneh seperti klien dan dirawat di rumah sakit jiwa
Klien memiliki riwayat skizofrenia
 
e. Pemeriksaan status mental
Proses pikir sirkumtansial
Gejala negatif → blocking, apatis, anhedonia
Gejala positif → halusinasi, waham kebesaran
 
f. Data
DO :
Klien tidak mau berinteraksi
Klien menyendiri
Klien tertawa dan bicara sendiri
Melihat kearah tertentu sambil berkata kasar, membentak teman
Memukul teman
Suka mengurung diri di kamar
Tidak mau makan dan mandi
Data Diagnosa Keperawatan
B. Analisis Data DO :
- Klien tidak mau berinteraksi Isolasi Sosial
- Klien tampak menyendiri
- Tidak ada kontak mata
DO :
- Klien tampak tertawa dan berbicara
sendiri
- Melihat ke arah tertentu sambil berkata
kasar, membentak teman
Halusinasi Pendengaran
DS :
- Klien mengatakan ada bisikan yang
menyuruhnya memukul teman
- Klien mengatakan bisikan datang di pagi
dan malam hari
- Klien mengatakan bisikan tersebut
membuatnya kesal dan ingin memukul
DO :
- klien tampak membentak dan memukul
temannya
Risiko Perilaku Kekerasan
DS :
- Klien mengatakan ada yang
membisikkannya untuk memukul
temannya
- Klien mengatakan bisikan tersebut
membuatnya kesal dan ingin memukul
DO :
- Klien tampak tidak mau makan Defisit Perawatan Diri
- Klien tampak tidak mau minum
DS :
- Klien mengatakan bahwa ia keturunan Waham Kebesaran
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Prioritas :
1. Halusinasi Pendengaran
2. Risiko Perilaku Kekerasan
3. Waham Kebesaran
4. Defisit Perawatan Diri
5. Isolasi Sosial
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

Halusinasi Setelah 1x24 jam pertemuan, pasien - Bantu pasien mengenal halusinasi
Pendengaran dapat menyebutkan : (isi, frekuensi, waktu terjadinya,
satuan pencetus, perasaan saat
a. Isi, waktu, frekuensi, situasi,
terjadi halusinasi)
pencetus, perasaan
- Latih mengontrol halusinasi
b. Mampu memperagakan cara
dengan cara menghardik
dalam mengontrol halusinasi
Tahap tindakan meliputi :
- Jelaskan cara menghardik
- Minta pasien memperagakan
ulang
- Pantau penerapan cara, beri
penguatan perilaku pasien
- Masukkan dalam jadwal kegiatan
pasien
Risiko Setelah dilakukan Pencegahan perilaku kekerasan
Perilaku tindakan keperawatan Tindakan :
Kekerasan selama … x 24 jam Observasi
diharapkan control diri - monitor adanya benda
meningkat dengan yang berpotensi
kriteria hasil membahayakan
- monitor keamanan barang
- verbalisasi yang dibawa oleh
pengunjung
ancaman kepada - monitor selama
orang lain penggunaan barang yang
meingkat dapat membahayakan
- verbalisasi Terapeutik
umpatan - pertahankan lingkungan
meningkat bebas dari bahaya secara
rutin
- libatkan keluarga dalam
perawatan
Edukasi
- anjurkan pengunjung dan
keluarga untuk
mendukung keselamatan
pasien
- latihan mengungkapkan
perasaan
- latih mengurangi
kemarahan secara verbal
dan non verbal
Waham Setelah dilakukan Manajamen Waham
Kebesaran tindakan keperawatan Tindakan :
selama ….x24 jam Observasi
diharapkan status
- monitor waham yang isinya
orientasi membaik membahayakan diri sendiri,
dengan kriteria hasil orang lain dan lingkungan
- monitpr efek samping obat
- produktifitas
Terapeutik
meningkat
- verbalisasi waham - bina hubungan interpersonal
saling percaya
menurun - tunjukkan sikap tidak
- khawatir menurun menghakimi secara konsisten
- tegang menurun - hindari perdebatan tentang
keyakinan, nyatakan keraguan
- curiga menurun sesuai fakta
- perilaku sesuai - hindari memperkuat gagasan
realita membaik waham
- sediakan lingkungan yang
- isi pikir sesuai realita aman dan nyaman
membaik
Edukasi
- konsentrasi membaik
- pola tidur membaik - anjurkan mengungkapkan dan
memvalidasi waham dengan
orang yang dipercaya
- anjurkan melakukan rutinitas
harian secara konsisten
- latihan manajemen stress
- jelaskan tentang waham serta
penyakit terkait
Kolaborasi
- pemberian obat, sesuai
indikasi
Isolasi Sosial Setelah dilakukan - promosi sosialisasi
tindakan keperawatan Tindakan :
selama ….x24 jam Observasi
diharapkan keterlibatan
- identifikasi kemampuan
sosial meningkat dengan
melakukan interaksi dengan
kriteria hasil orang lain
- identifikasi hambatan
- minat interaksi melakukan interaksi dengan
meningkat orang lain
- verbalisasi tujuan Terapeutik
yang jelas
meningkat - motivasi meningkatkan
keterlibatan dalam suatu
- minat terhadap hubungan
aktivitas meningkat - motivasi berpartisipasi
- verbalisasi isolasi dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
menurun - motivasi berinteraksi diluar
- verbalisasi lingkungan
ketidakamanan di - berikan umpan balik positif
tempat umum dalam perawatan diri
menurun Edukasi
- perilaku menarik diri - anjurkan berinteraksi
menurun dengan orang lain secara
bertahap
- anjurkan ikut serta kegiatan
sosial dan kemasyarakatan
- anjurkan berbagai
pengalaman dengan orang
lain
- latih mengekspresikan
marah dengan tepat
E. Implementasi
Implementasi keperawatan dapat disesuaikan dengan intervensi keperawatan
yang telah disusun
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai.
Evaluasi TTD

S : tulis sesuai dengan apa yang dikatakan klien  


berdasarkan kriteria hasil  

O : tulis sesuai dengan apa observasi perawat terhadap (paraf perawat dan nama
klien berdasarkan kriteria hasil terang)
A : tulis diagnosis keperawatan
P : tulis intervensi nomor berapa yang tetap
dipertahankan/penghentian intervensi/modifikasi
intervensi
KESIMPULAN

Penulis dapat menyimpulkan dari teori yang sudah penulis kumpulkan


Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa yang sering ditandai dengan
adanya daya nyata pada taraf kemampuan fungsional sebelumnya yang
dapat terlihat dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial dan kemampuan
merawat dirunya sendiri serta bidang lainnya. Skizofrenia disebabkan
oleh faktor predisposisi dan presipitasi. Ada berbagai macam
Skizofrenia, antara lain Skizofrenia Simplex, Skizofrenia Hebefrenik,
Skizofrenia Katatonik, Skizofrenia Paranoid, dll.

Anda mungkin juga menyukai