Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Skizofrenia


2.1.1 Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia merupakan gangguanpsikiatrik yang ditandai dengan
disorganisasi pola pokir dan dimanifestasikan dengan masalah
komunikasi dan kognisi, gangguan persepsi terhadap realitas yang
dimanifestasikan dengan halusinasi dan waham dan terkadang
penurunsn fungsi yang signifikan (O'Brien, dkk, 2013). Skizofrenia
ialah gejala — gejala patologik dominan yang berasal dari unsur
psikis, namun hal ini tidak berrati bahwa unsur yang lain tidak
terganggu, orang yang mengalami gangguan jiwa yang sakit dan
menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya,
jiwanya atau lingkungannya (Yosep, 2011).

2.1.2 Etiologi Skizofrenia


Sindrom gejala yang komplek pada skizofrenia memunculkan
berbagai teori tentang etiologi gangguan ini. Lebih dari status area
otak, satu neurotransmitter, satu gen, dan satu faktor lingkungan
tampak terlibat. Selain itu beberapa kelainan struktur penyakit
endokrin dan virus, serta obat halusiogen atau pajanan terhadap
toksin terbukti menstimulasi gambaran psikotik yang sama dengan
skizofrenia (O'Brien, dkk, 2013).
Menurut Kaplan, dkk (2010), etiologi skizofrenia belum diketahui.
Tetapi dalam decade yang lalu telah dilakukan penelitian bahwa
penyabab skizofrenia bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
faktor biologis, genetic, dan psikososial. Sedangkan menurut Yosep
(2011), walaupun penyebab skizofrenia belum diketahui tetapi
skizofrenia akan muncul jika terjadi interaksi abnormal gen dengan
virus atau infeksi.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Menurut O'Brien, dkk (2013) klien yang menderita skizofrenia
dan gangguan terkait dapat menunjukkan campura tanda dan gejala.
Manifestasi gejala dapat bersifat kronik ddan progresif.Gejala
biasanya mulai muncul saaat klien masih uda.Biasanya saat remaja,
jarang saat berusia paruh baya. Gejala skizofrenia berbagi menjadi
dua yaitu:
a. Gejala positif
Gejala positif seperti halusinasi dan waham menunjukan
gangguan fungsi otak. Klien dapat salah mengartikan persepsi
atau pengalaman mereka yang terdiri dari:
1) Gangguan pikir dan perilaku
Gejala kognitif yang tampak pada cara piker klien
dieksresikan dalam pembicaraan dan penggunaan bahasa dan
dala menunjukan fungsi intelektual. Gangguan piker
mendeskripsikan pikiran yng tidak teratur dan hambatan
komunikasi
2) Katatonia
Perilaku dapat katatonik. Katatonik ditandai dengan
penurunan reaktifitas terhadap dunia sekitar pada akhirnya
klien dapat benar-benar tidak peduli terhadap sekitar
3) Halusinasi
Klien mangalami halusinasi menunjukkan perubahan persepsi
meskipun halusinasi dapat terjadi pada semua modalitas
sensori, auditori, visual, olfaktori, gustatory, kenetik dan
taktil. | Namun halusinasi pendengaran lebih sering terjadi
pada pasien skizofrenia
4) Waham
Proses pikir yang terdeteksi yang berlebihan dapat
menimnulkan wahan (keyakinan yang salah). Isi waham
dapat berupa rasa curiga hingga waham kebesaran.
b. Gejala negatif
Gejala negatif menentukan jumlah morbiditas. Gejala negatif
umumnya adalah afek datar, alogia, afolition, anhedonia, dan
masalah perhatian. Klien yang menunjakkkan afek datar memiliki
ekspresi wajah yang tampak tidak bergerak, seperti topeng, tidak
responsive, dan klien tersebut juga memiliki kontak mata yang
buruk. Klien alogia berespon singkat dan pola bicara spontan.
Mereka terbatas isi pikiran yang tercermin daalam bicara yang
tidak lancar dan penggunaan bahasa yang kurang memadai,
menurun.
2.14 Patofisiologi
Suatu pola gejala para morbid mungkin merupakan tanda pertama
dari penyakit, walaupun arti gejala biasanya hanya dikenali secara
retrospektif. Secara karakteristik, gejala dimulai pada masa remaja
diikuti dengan perkembangan gejala prodromal dalam beberapa
hari sampai beberapa bulan. Kemudian onset gejala yang
menganggu terlihat dicetuskan oleh suatu perubahan sosial atau
lingkungan seperti pindah sekolah, pengalaman dengan zat,
kematian sanak saudara. Sindrom prodromal daapat berlangsung
selama satu tahun atau lebih sebelum onset gejala psikotik yang
jelas.
Setelah periode psikotik yang pertama, pasien memiliki periode
pemulihan yang bertahap, yang dapat diikuti oleh lamanya periode
fungsi yeng relatif normal. Tetapi, relak biasanya terjadi dan pola
umum dari penyakit yang ditemukan dalam lima tahun pertama
setelah diagnosis biasanya memperkirakan perjalanan penyakit yang
diikuti pasien. Masing-masing relaps psikosis diikuti oleh
pemburuan lebih lanjut pada fungsi dasar pasien. Perjalanan klasik
skizofrenia adalah suatu eksaserbasi dan remisi. Kemudian
perbedaan utama antara skizofrenia dan gangguan mood adalah
bahwa pasien skizofrenia gagal untuk kembali kefungsi dasar setelah
masing-masing relaps (Kaplan, dkk, 2010).
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi utama menurut O'Brien, dkk (2013) adalah :
a. Bunuh diri
Kemungkinan komplikasi utama skizofrenia adalah dampak
penyakit ini yang melumpuhkan klien dan menurunkan
fungsi. Hal ini disebabkan keparahan gejala dan sifat kronik.
Selain itu gejala tertentu seperti halusinasi dan waham atau
gambaran gangguan alam perasaan terkait dapat meningkatkan
resiko bunuh diri
b. Ketidakseimbangan cairan kronik
Klien yang memiliki gejala kronik skizofrenia juga memiliki
insiden ketidak teraturan cairan yang dikenal sebagai intoksikasi air
atau ketidakseimbangan cairan kronik yang cukup tinggi yaitu sekitar
10% kasus ketidakteraturan cairan. Poidipsia, psikogenik juga harus
dipertimbangkan jika klien memiliki riwayat intoksikasi air atau pernah
mengalami kejang atau konfusi akibat hipotermi.

2.1.6 Tipe Skizofrenia


Menurut videbeck (2008), tipe skizofrenia terbagi menjadi 5, yaitu :
a. Skizofrenia tipe paranoid
Ditandai dengan waham kejar (rasa menjadi korban atau dimata-
mata) atau waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang
keagamaan yang berlebihan (focus waham agama), atau perlaku
agresif dan bermusuhan.
b. Skizofrenia tipe tidak terorganisasi
Ditandai dengan afek datar atau afek yang tidak sesuai secara
nyata, inkoherensi, asosiasi longgar, dan disorganisasi prilaku yang
ekstern.
c. Skizofrenia tipe katatonik
Ditandai dengan gangguan psikomotor yang nyata, baik dalam
bentuk tanpa gerakan atau aktivitas motoric yang berlebihan,
negativism yang ekstrem, mutisme, gerakan volunteer yang aneh,
ekolalia, atau ekopraksia. Imobilitasmotoric dapat terlihat berupa
katalepsi (flexibilitas cerca) atau stupor. Aktivitas motoric yang
berlebihan terlihat tanpa tujuan dan tidak dipengaruhi oleh
stimulus ekstenal
d. Skizofrenia tipe tidak dibedakan
Ditandai dengan gejala-gejala skizofrenia campuran (atau tipe lain)
disertai gangguan pikiran, aafek, dan perilaku.
e. Skizofrenia tipe residul
Ditandaai dengan setidaknya satu episode skizofrenia sebelumnya,
tetapi saat ini tidak psikotok, menarik diri dari masyarakat, afek datar,
serta asosissi longgar.
2.1.7 Terapi Skizofrenia
Terapi yang digunakan pada pasien skizofrenia terbagi menjadi
(Kaplan, dkk, 2010) :
a. Terapi somatic
Antipsikotik. Obat antipsikotik seringkali disebut nueroleptik
yang merupakan istilah yang dapat diterima, tetpi istilah
transkuiliser harus dihindari karena istilah tersebut telah
digunakan untuk menyatakan berbagai jenis obat. Antipskotik
termasuk tiga kelas obat yang utama : antagonis ressptor
dopamine, risperidone, dan clozapine.
b. Terapi psikososial
Rencana pengobatan skizofrenia harus ditujukan kepada
kemampuan dan kekurangan pasien. Terkini perilaku
menggunakan hadiah ekonomi dan latiahan keterampilan social
untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi
diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian
atau hadiah yang dapat disebut untuk hal-hal yang diharapkan,
seperti hak istimewa dan pas jalan dirumah sakit. Dengan
demikian, frekuensi perilaku maladaptive atau menyimpang
seperti berbicara lantang, berbicara sendiri dimasyarakat dan
postur yang aneh dapat diturunkan.
2.1.8 Penatalaksanaan Skizofrenia
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut keliaat, et all (2011) obat antipsikotik digunakan untuk
mengatasi gejala psikotik misalnya perubahan perilaku, agitasi,
agresif, sulit tidur, halusinasi, waham, proses piker kacau. Obat
yang bisa digunakan untuk pasien skizofrenia yang umum
digunakan adalah klorpromazin (sediaan : tablet 25 mg, 100 mg ,
injeksi 25 mg/ml), haloperidol (sediaan : tablet 0,5 mg, 1,5 mg :
injeksi 5 mg/ml), heksifenidil (sediaan tblet 2 mg). Pengobatan
pada fase akut: Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan
hiperaktif, berikan injeksi :
1) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intramuscular
2) Klorpromazin 25-50 mg diberiakan intramuscular yang dalam
setiap 6-8 jam sampai keadaan akut teratasi
3) Kombinasi haloperidol 5 mg IM, kemudian diazepam 10 mg
IM dengan interval 1-2 menit dengan kombinasi ini, jarang
dibutuhkan suntikan kedua.
Dalam keadaan tidak agitasi dan tidak hiperaktif, berikan tablet :
1) Haloperidol 2x1,5-2,5 mg sehari.
2) Klorpromazin 2x100 mg sehari.
3) Triheksifenidil 2x2 mg sehari
a. Pengobatan pada fase kronis :
1. Berikan obat dalam bentuk tablet :
a) Haloperidol 2x1,5-2,5 mg sehari
b) Klorpromazin 1x50 mg sehari.(malam)
c) Triheksifenidil 1-2x2 mg sehari
2. Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan obat untuk
bekerja, dan lakukan tindakan perawatan dan pendidikan
kesehatan
3. Dosis maksimal : haloperidol 40 mg sehari (tablet) dan
4. klorpromazin 600 mg sehari dalam bentuk tablet
b. Penatalaksaan Keperawatan
Menurut Videbeck (2008), terdapat intervensi yang dapat
dilakukan untuk menangani klien dengan skizofrenia,
yaitu :
a. Meningkatkan keamanan dengan orang lain
b. Membangun hubungan yang teraupeutik

2.2 Konsep Defisit Perawatan Diri

2.2.1 Pengertian Defisit Perawatan Diri


Keperawatan diri mencangkup a ktivitas yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari, yang biasa dikenal
dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs). Aktivitas ini
dipelajari dari waktu kewaktu dan menjadi kebiasaan seumur hidup.
Kegiatan perawatan diri tidak hanya melibatkan apa yang harus
dilakukan (kebersihan, mandi, berpakaian, toilet, makan), tetapi juga
berapa, kapan, dimana, dengan siapa, dan bagaimana (Meiler Dalam
Carpenito-Moyet, 2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut dengan defisit
perawatan diri. Tidak ada keinganan klien untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, prkaian kotor, bau badan, bau nafas,
dan penampilan tidak rapi. Defiisit perawatan diri merupakan salah
satu masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa. Klien
gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidak pedulian merawat
diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negative dan
menyebabkan klien dikucilkan, baik dalam ruagan maupun
masyarakat.
Teori defisit petawatan diri (Defesi! Self Carey Orem dibentuk
menjadi 3 teori yang saling berhubungan :
1. Teori perawatan diri (self care theory)
Menggambarkan dan menjelaskan tujuan dan cara individu
melakukan perawtan dirinya
2. Teori defisit perawatan diri (defisit self care theory)
Menggambarkan dan menjelaskan keadaan individu yang
membutuhkan bantuan dalam melakukan perawatan diri, salah
satunya adalah dari tenaga keperawatan
3. Teori system keperawatan (nursing system theory)
Menggambarkan dan menjelaskan hubungan interpersonal yang
harus dilakukan dan dipertahankan oleh seorang perawat agar dapat
melakukan sesuatu secara produktif.
Adapun penjelasan mengenai ketiga teori keperawatan
diatas adalah sebagai berikut:
1. Teori perawatan diri (self care theory) berdasarkan Orem
terdiri dari :
a. Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh
individu dan diselenggarakan berdasarkan adanya
kepentingan untuk mempertahankan hidup, fungsi tubuh
yang sehat, perkembangan dan kesejahteraan
b. Agen perawatan diri (self care agency) adalah
kemampuan yang kompleks dari individu atau orang-
orang dewasa (matur) untuk mengetahui dan memenuhi
kebutuhannya yang ditunjukan untuk melakukan fungsi
dan perkembangan tubuh. Self care agency ini
dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia,
pengalaman hidup, orientasi soaial kultur tentang
kesehatan dan sumber-sumber lain yang ada pada
dirinya
c. Kebutuhan perawatan diri (therapeutic self care
demands) adalah tindakan perawatan diri secara total
yang dilakukan
dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi seluruh
kebutuhan perawatan diri individu melalui cara-cara
tertentu seperti, pengaturan nila-nilai terkait dengan
keadekuatan pemenuhan udara, cairan serta pemenuhan
elemen-elemen aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (upaya promodi, pencengahan,
pemeliharaan, dan penyediaan kebutuhann).
Model Orem's menyebutkan ada beberapa kebutuhan se/f care atau
yang disebut sebagai self care requisite, yaitu :
a. Kebutuhan keperawatan diri universal (universal self care
reguisite) hal yang umum bagi seluruh manusia meliputi
pemenuhan kebutuhan yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan udara, pemenuhan kebutuhan udara
menurut Orem yaitu bernafas tanpa menggunakan peralatan
oksigen.
2. Pemenuhan kebutuhan air atau minum tanpa adanya
gangguan, menurut orem kebutuhan air sesuai kebutuhan
individu masing- masing atau 6-8 air/hari
3. Pemenuhan kebutuhan makanan tanpa gangguan, seperti
dapat mengambil makanan atau peralatan makanan tanpa
bantuan
4. Pemenuan kebutuhan eliminasi dan kebersihan permukaan
tubuh atau bagian tubuh. Penyediaan perawatan yang terkait
dengan proses elimasi, seperti kemampuan individu dalam
eliminasi membutuhkan bantuan atau melakukan secara
mandiri seperti BAK dan BAB. Menyediakan peralatan
kebersihan diri dan dapat melakukan tanpa gangguan.
5. Pemenuhan kebutuhan aktifitas dan istirahat. Kebutuhan
aktivitas untuk menjaga keseimbangan gerakan fisik seperti
berolahraga dan menjaga pola tidur atau istirahat, memahami
gejala-gejala yang menggaanggu intensitas tidur. Menggunakan
kemampuan diri sendiri dan nilai serta norma saaat istirahat
maupun beraktivitas.
6. Pemenuhan kebutuhan menyendiri dan interaksi social.
Menjalin hubungan atau berinteraksi dengan teman sebaya
atau saudara serta mampu beradaptasi dengn lingkungan.
7. Pemenuhan pencegahan dari bahaya pada kehidupan manusia.
Bahaya yang dimaksud berdasarkan orem adalah mengerti
jenis bahaya yang membahayakan diri sendiri, mengambil
tindakan untuk mencegah bahaya dan melindungi diri sendiri
dari situasi yang berbahaya.
8. Peningkatan perkembangan dalam kelompok social sesuai
dengan potensi, keterbatasan dan keinganan manusia pada
umumnya. Hal-hal ini dapat mempengaruhi kondisi tubuh
yang dapat mempertahankan fungsi dan struktur tubuh
manusia dan mendukung untuk pertumbuhan serta
perkembangan manusia.
b. Kebutuhan perkembangan perawatan diri (development self care
reguisite) kebutuhan yang dihubungkan pada proses tertentu
sehingga dapat berupa dipengararuhi oleh kondisi dab kejadian
tertentu sehingga dapat berupa tahapan-tahapan yang berbeda
pada setiap individu, seperti perubahan kondisi tubuh dan status
sosial. Tahap 14 perkembangan diri sesuai tahap perkembangan yang
dapat terjadi pada manusia adalah :
1) Penyediaan kondisi-kondisi yang mendukung proses
perkembangan memfasilitasi individu dalam tahap
perkembangan seperti sekolah
2) Keterlibatan dalam pengembangan diri Mengikuti kegiatan-
kegiatan yang mendukung perkembangannya.
3) Pencegahan terhadap gangguan yang mengancam. Beberapa
hal yang dapat mengganggu kebutuhan perkembangan
perawatan diri pada anak menurut orem yaitu :
a) Kurangnya pendidikan anak usia sekolah
b) Masalah adaptasi social
c) Kegagalan individu untuk sehat
d) Kehilangan orang-orang terdekat seperti orang tua,
saudara dan teman
e) Perubahan mendadak dari tempat tinggal kelingkungan
yang asing
f) Kesehatan yang buruk atau cacat

2. Teori defisit perawatan diri (defisit self care theory)


Setiap orang memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri, tetapi ketika
seseorang tersebut mengalami ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan diri secara mandiri, disebut sebagai self
care defisit.Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan
antara kemampuan seseorang dalam bertindak/beraktivitas
dengan tuntunan lebih besar dari kemampuan, maka seseorang
akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri. Orem
memiliki metode untuk proses penyelesaian masalah tersebut,
yaitu bertindak atau berbuat sesuatu untuk orang lain, sebagai
pembimbing orang lain, sebagai pendidik, memberikan suport
fisik, memberikan suport psikologis dan meningkatkan
pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta
mengajarkan atau mendidik orang lain.
Perawatan diri adalah kemampuan individu untuk
melakukan perawatan diri. Perawatan diri dapat mengalami
gangguan atau hambatan apabila seseorang jatuh pada kondisi
sakit, kondisi yang melelahkan (stress fisik dan psikologik)
atau mengalami kecatatan. Defisit perawatan diri terjadi bila
agen keperawatan atau orang yang memberikan perawatan diri
baik pada diri sendiri atau orang lain tidak dapat memenuhi
kebutuhan perawatan dirinya. Seorang perawatan dirinya.
Seorang perawat dalam melakukan kegiatan ini harus
mempunyai pengetahuan tentang asuhan keperawatan sehingga
dapat mengambil keputusan yang tepat bagi klien
a. Agen keperawatan
Agen keperawatan adalah karakteristik seseorang yang
mampu memenuhi status perawatan dalam kelompok -
kelompok sosial. Agen keperawatan (nursing agency)
merupakan keterampilan dan pengalaman hidup yang
perawat dapatkan beberapa tahun melalui pendidikan dan
praktek yang digunakan secara efektik dalam proses
penyembuhan klien. Tersedianya tenaga perawatan bagi
individu, laki-laki, wanita, anak atau kumpulan manusia
seperti keluarga dan komunitas. Kelompok- kelompok
social ini memerlukan perawat yang memiliki kemampuan
khusus sehingga dapat membantu mereka memberikan
perawatan yang kan menggantikan keterbatasan atau
memberikan bantuan dalam mengatasi gangguan kesehatan
dengan membina hubungan antara perawat dan klien.
Menurut orem hal pertama yang harus dikuasai didalam
nursing agency adalah “construct of reguired operations”
yang terdiri dari domain social, interpersonal, dan teknologi
professional
b. Agen perawatan diri
Agen keperawatan diri merupakan kekuaran
individu yang berhubungandengan kemampuan untuk
melakukan perawatan diri. Keterbatasan dalam melakukan
perawatan diri (self care limitation) dapat terjadi karena
adanya gangguan atau masalah pada system tubuh yang
sementara atau menetap pada seseorang serta
mempengaruhi kemampuan infividu dalam melakukan
perawatan diri.
c. Kebutuhan perawatan diri terapuetik
Kebutuhan akan perawatan diri adalah keseluruhan upaya-
upaya perawatan diri yang ditampikan untuk menemukan
syarat-syarat perawtan diri dengan cara menggunakan
metode-metode yang tepat dan berhubungan dengan
seperangkat teknologi terkini
3. Teori system keperawatan (theory of system nursing)
Menggambarkan kebutuhan klien/individu yang didasari
pada teori orem tentang pemenuhan kebutuhan sendiri dan
kemampuan pasien dalam melakukan perawatan mandiri.
Terdapat tiga kategori system keperawatan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri klien/individu
berdasarkan orem tahun 2011 sebagai berikut :
a. Sistem bantuan penuh (wholly compensatory system)
tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang
dalam keadaan tidak mampu secara fisik dalam melakukan
pengontrolan pergerakan serta memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kondisi yang termasuk dalam kategori ini adalah
pasien koma yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri, tidak mampu melakukan pergerakan dan
tidak mampu mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya.
b. Sistem bantuan sebagian (partially compensatory system)
tindakan keperawatan yang sebagian dapat dilakukan oleh
klien/individu dan sebagian dilakukan oleh perawat.
Perawat membantu dalam memenuhi kebutuhan self care
akibat keterbatasan gerak yang dialami oleh klien/individu
c. Svstem dukungan pendidikan (suppotrif-educaron system)
merupakan sistem bantuan yang diberikan pada
klien/individu yang membutuhkan edukasi dalam rangka
mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya agar pasien
mampu melakukan tindakan keperawatan setelah dilakukan
edukasi

2.2.2 Etiologi Defisit Perawatan Diri


Menurut Potter dan Perry (2009), terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene, yaitu:
a. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri. Perubahan fisik akibat operasi bedah, misalnya,
dapat memeicu individu untuk tidak peduli terhadap
kebersihannya
b. Status sosial ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis
dan tingkat prktik perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus
menentukan apakah pasien dapat mencukupi perlengkapan
perawatan diri yang penting, seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo. Selain itu, hal yang perlu diperhatiakan adalah apakah
penggunaan perlengkapan tersebut sesuai dengan kebiasaan sosial
yang diperaktikkan oleh kelompok sosial pasien.
c. Pengetahuan
Pengetahuan tentang perawatan diri sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan, kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri dan implikasinya
bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik perawatan
diri
d. Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai diir mempengaruhi
perawatan diri. Orang dari latar belakang kebudayaan yang
berbeda mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula.
Disebagian masyarakat, misalnya, ada yang menerapkan mandi
setiap hari, tetapi masyarakat dengan lingkup budaya yang
berbeda hanya mandi seminggu sekali
e. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan memerlukan bantuan biasanya, jika tidak mampu,
klien dengan kondisi fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk
tidak melakukan perawatan diri

2.2.3 Lingkup Defisit Perawatan Diri


a. Kebersihan Diri
Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor,
bau badan, bau nafas, dan penampilan tidak rapi
b. Berdandan Atau Berhias
Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak
menyisir rambut atau mencukir kumis
c. Makan
Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan
membawa makanan dari piring kemulut, dan makan hanya
beberapa atau berkemih tanpa bantuan.
2.2.4 Pengkajian Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri pada klien terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir, yang menyebabkan menurunnya
kemampuan untuk melakukan akivitas perawatan diri. Defisit
perawatan diri tampak dari ketidakmampuan individu merawat
kebersihan diri, makan, berhias dan eliminasi (buang air besar atau
buang air kecil) secara mandiri
1. Batasan karakteristik
Nanda (2016) menjelaskan batasan karakteristik yang terdapat pada
lingkup defisit perawatan diri. Batasan karakteristik pada tiap lingkup
tersebut meliputi:
a. Defisit Perawat Diri: Mandi (Bathing Self-Care Deficit)
Hal ini merupakan gangguan kemampuan melakukan atau
menyelesaikan aktivitas mandi untuk diri sendiri. Batasan
karakteristiknya meliputi:
1) Gangguan kempuan mengeringkan tubuh
2) Gangguan kempuan untuk mengakses kamar mandi
3) Gangguan kemampuan untuk mengakses air
4) Gangguan kemampuan untuk mengambil perlengkapan
mandi
5) Gangguan kemampuan untuk mengatur air mandi
6) Gangguan kemampuan membasuh tubuh
b. Defisit perawatan diri: berhias/berpakaian (dressing self-care
deficit)
Defisit perawatan diri: berhias/berdandan merupakan
gangguan kemampuan dalam melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian untuk diri sendiri
1) Ketidak mampuan memilih pakaian
2) Ketidak mampuan memadu padankan pakaian
3) Ketidak mampuan mempertahankan penampilan yang
memuaskan
4) Ketidak mampuan mengambil pakaian
5) Ketidak mampuan mengenakan pakaian pada bagaian
bawah tubuh
6) Ketidak mampuan mengenakan pakaian dibagain atas
tubuh
7) Ketidak mampuan memakai berbagai item pakaian (mis:
kemeja, kaus kaki)
8) Ketidak mampuan melepaskan atribut pakaian (mis:
kemeja, kaus kaki, sepatu)
9) Ketidak mampuan menggunakan alat bantu alat
10) Ketidak mampuan menggunakan resleting
11) Ketidak mampuan mengancingkan pakaian
c. Defisit perawatan diri: makan (feeding self-care deficil)
Defisit perawatan diri: makan merupakan gangguan
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan (self-feeding) (Nanda,2016). Batasan karakteristik
defisit perawatan diri meliputi:
1) Ketidak mampuan mengambil dan memasukkan makanan
kemulut
2) Ketidak mampuan menggunakan alat bantu
3) Ketidak mampuan menguyah makanan
4) Ketidak mampuan memanipulasi makanan dimulut
5) Ketidak mampuan membuka container/wadah makanan
6) Ketidak mampuan mengambil cangkir
7) Ketidak mampuan meletakan makanan ke alat makan
8) Ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan
9) Ketidak mampuan makan dengan tata cara yang bisa
diterima
10) Ketidakmampuan menelan makanan
11) Ketidak mampuan menelan jumlah makanan yang
memadai
12) Ketidak mampuan memegang alat makan
13) Ketidak mampuan menghabiskan makanan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri: toileting
Gangguan kemampuan melakukan atau menyelesaikan kegiatan
toileting sendiri (self-foileting). Batasan karakteristik dalam
gangguan defisit perawatan diri ini meliputi gangguan:
1) Kemampuan untuk melakukan hygiene eliminasi secara
komplet
2) Kemampuan untuk menyiram toilet
3) Kemampuan untuk memanipulasi pakaian untuk toileting
4) Kemampuan untuk mencapai toilet
5) Kemampuan untuk naik ke toilet
6) Kemampuan duduk di toilet

2. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor- faktor yang
mempengaruhi terjadinya suatu kondisi. Faktor predisposisi
defisit perawatan diri meliputi:
a. Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan
memanjakan klien, sehingga klien menjadi begitu bergantung
dan perkembangan inisiatifnya terganggu.Pasien gangguan
jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien
tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya, termasuk
perawatan diri
b. Faktor biologis
Pada faktor ini penyakit kronis berperan sebagai penyebab
klien tidak mampu melakukan perawatan diri. Defisit perawat
diri disebabkan oleh adanya penyakit fisik dan mental yang
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi
penyebab.
c. Faktor sosial
Faktor sosial berkaitan dengan kurangnya dukungan dan
latihan kemampuan perawatan diri lingkunganya
3. Faktor presipitas
Faktor presipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya
motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas, dan
kelelahan yang dialami klien
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan
defisit perawatan diri, antara lain:
a. Data subjektif
Klien mengatakan tentang :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias atau berdandan
6) Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau
kebersihan diri
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan
dan minum
8) Bab dan bak sembarangan
9) Tidak membersihkan diri dan tidak membersihkan tempat
bab dan bak setelah bab dan bak
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar
b. Data objektif
1) Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor,
kuku panjang
2) Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan
tidak mandi dengan benar
3) Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi,
serta tidak mampu berdandan
4) Pakaian tidak rapi, tidak mampu memilih, mengambil
memakai, mengencangkan dan memindahkan pakaian
5) Memakai barang-barang yang tidak perlu dalam
berpakaian, misalnya memakai pakaian berlapis-lapis,
pengguanan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang
6) Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak
menggunakan alat makan, tidak mampu menyiapkan
makanan, tidak mampu menyiapkan makanan,
memidahkanmakanan kealat makan (dari panic kepiring atau
mangkok, tidak mampu menggunakan sendok dan tidak
mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan,
membawa makanan secara aman dan menghabiskan makanan
7) BAB dan BAK tidak pada tempatnya. Klien tidak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK serta mampu
menjaga kebersihan toilet dan
8) menyiram toilet setelah BAB dan BAK

9) Sumber koping
Sumber koping defisit perawatan diri mencakup
kemampuan personal (personal ability) akan:
• Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri mandiri
• Berhias dan berdandan secara baik
• Melakukan makan dengan baik
• Melaksanakan BAK/BAK secara mandiri
• Mengidentifikasi perilku kebersihan diri yang maladptif
• Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladptif
menjadi perilaku adaptif
2.2.5 Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh, diagnosis masalah keperawatan
dalam gangguan perawatan diri meliputi kebersihan diri, berhias, makan,
dan eliminasi. Berikut ini merupakan pohon masalah defisit perawatan diri
gambar Pohon masalah defisit perawal diri

Gangguan pemeliharaan kesehatan

Kehilangan fungsi tubuh,


kurang motivas

Defisit perawatan diri

2.2.6 Tindakan keperawatan defisit perawatan diri


Tindakan keperawatan untuk pasien :
1. Tujuan
- Pasien mampu melakukan kebersihan diri mandiri
- Pasien mampu melakukan berhias, berdandan secara mandiri
- Pasien mampu melakukan makan dengan baik
- Pasien mampu melakukan bak/bab secara mandiri
2. Tindikan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih asien dalam menjaga kebersihan diri, saudara
dapat melakukan tahapan tindakan yang meliputi :
- Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
- Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
- Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
- Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan.
Untuk pasien laki- laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi
- Menyisir rambut
- Berpakaian
Untuk pasien wanita latihan meliputi
- Berhias
- Berpakaian
- Menyisir rambut
3) Melatih pasien makanan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien saudara dapat melakukan tahapan
sebagai berikut :
- Menjelaskan cara mempersiapkan makan
- Menjelaskan cara makan yang tertib
- Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah
makan
- Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Menganjurkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Kita dapat melatih pasien untuk BAB/BAK yang sesuai
tahapan berikut :
- Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
- Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK
- Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK .
3. Tindakan keperawatan menggunakan pendekatan strategi
pelaksanaan (SP)
SP 1 Pasien : mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri,
cara merawat diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan
kebersihan diri
SP 2 Pasien : percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan
- Berpakaian
- Menyisir rambut
- bercukur
SP 2 Pasien : percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
- Menyisir rambut
- Berhias
SP 3 Pasien : percakapan melatih pasien makan sendiri
- Menjelaskan cara mempersiapkan makan
- Menjelaskan cara makan yang tertib
- Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah makan
- Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
SP 4 Pasien : percakapan mengajarkan pasien melakukan
BAB/BAK secara mandiri
- Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
- Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK
- Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK
(Deden & Rusdi, 2013).
.
2.2.7 Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber : Orem, 2013

KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI

Gangguan fungsi kognitif, afektif dan Gangguan fungsi kognitif, afektif dan
prilaku prilaku

DEFISIT PERAWATAN DIRI

SELF CARE AGENCY NURSING AGENCY

Kemampuan individu dalam Tindakan keperawatan rehabilitas


perawatan diri dipengaruhi oleh - Meningkatkan kemandirian
umur, jenis kelamin, tahap - Komunikasi terapeutik
perkembangan, sistem pelayanan - Kolaborasi
kesehatan, orientasi sosial budaya,
sistem keluarga, ketersediaan, dan
keadeakuratan sumber

2.2.8 Pengertian Variabel Penelitian


Variabel adalah suatu yang dapat mengubah nilai. Variabel
penelitian adalah suatu atribut/sifat/nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang di tetapkan oleh
peneliti untuk di pelajari dan di tarik kesimpulan (Sugiyono, 2012).
Terdapat dua variabel penelitian, yaitu variabel terikat
(dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).
Variabel terikat adalah variabel yang tergantung pada variabel
lainnya, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang tidak
tergantung pada variabel lainnya. Berkaitan dengan penelitian ini,
variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Variabel Terikat (Dependent
Variable)
Variabel dependen (Y) ini adalah variabel yang menjadi pusat
perhatian utama penelitian. Menurut (Sugiyono, 2012) variabel
dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsekuen atau variabel terikat. Variabel dependen (terikat) adalah
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel bebas.
2. Variabel Bebas (Independent
Variable)
Variabel independent (X) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya dan timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono, 2012).

2.2.9. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang


diberikan pada suatu variabel dengan memberi arti atau
menspesifikasikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Achmad Iman,2016).

Anda mungkin juga menyukai