Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gangguan jiwa yang banyak terjadi yaitu skizofrenia.


Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan penurunan atau
ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realitas (halusinasi dan waham), efek
tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak)
serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-sehari (Keliat dkk, 2011).
Skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara
berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku social (Herman, 2008).
Data statistik yang disebutkan oleh World Health Organization (WHO)
tahun 2020 secara global diperkirakan 379 juta orang terkena gangguan jiwa, 20
juta diantaranya menderita skizofrenia. WHO juga menyebutkan bahwa
skizofrenia menempati urutan ketujuh penyebab YLD (Years Lived With
Disability) atau 2,8% dari total YLD. Selain itu menurut WHO, penderita
skizofrenia lebih rentan 2-3 kali lipat meninggal lebih dini dibandingkan dengan
populasi penderita penyakit kardiovaskuler, penyakit metabolik dan infeksi karena
adanya pencegahan dini pada penyakit fisik tersebut (WHO, 2020).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas, 2018) ) menyebutkan rata-
rata prevalensi gangguan jiwa berat dan kronis atau skizofrenia yang diderita
masyarakat Indonesia tanpa batasan umur menunjukkan bahwa penderita
gangguan jiwa berat di Indonesia prevalensi mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 7 per 1.000 penduduk. gangguan jiwa pada penduduk Indonesia
mengalami kenaikan yang signifikan jika dibandingkan pasien gangguan jiwa
pada tahun 2013 yang naik dari 1,75% menjadi 7% dari jumlah penduduk pada
tahun 2018. Berdasarkan data prevalensi skizofrenia tertinggi diBali mencapai
11% permil dan terendah di Maluku yaitu 3% permil. Prevalensi skizofrenia di
Provinsi Jambi m e n j a d i u r u t a n k e 1 6 se Indonesia yaitu sekitar 6,6
% permil pada tahun 2018 (Riskerdas, 2018).

1
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan kognitif (tidak
mampu berpikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan aktivitas sehari-
hari. Ada pun tanda dan gejala dari skizofrenia adalah gejala positif pasien
skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa
mengerti apa itu manusia (Yosep, 2011).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting (Deden&Rusdi, 2013).
Sedangkan perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak melakukan perawatan diri (Depkes, 2000 dalam
Deden & Rusdi, 2013).
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan,
dan toileting.Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stressor
yang cukup berat dan sulit ditanggani oleh klien, sehingga dirinya tidak mau
mengurus atau merawat dirinya sendiri dalam hal menjaga kebersilian diri
dan berdandan (Direja, 2011).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan di ruangan Gama di Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jambi, observasi ini dilakukan pada 28 Juni 2022 dari 10
pasien, 7 dari 10 pasien makannya tidak sesuai pada tempatnya padahal sudah
disediakan meja makan pasien tersebut lebih memilih makan dalam kamar, ada
pesien makan dengan cara berdiri, ada pasien makan dengan cara jongkok, ada
pasien makan dengan cara duduk dilantai, dan sehabis makan tidak dibereskan
hanya ditinggalkan begitu saja. Mandinya hanya 1 kali dalam 1 hari, nafasnya
bau karna tidak menggosok gigi, bau badan, dan males mandi, dan berhuas tidak
sesuai, seperti tidak menyisir rambut, baju masih sering dibuka, dan ada juga
berpakaian terbalik. 3 dari 10 pasein apabila dia mau BAB atau BAK dia pergi
ketoilet langsung dan habis BAK atau BAB dibersikan toilet tersebut. Makannya

2
sudah sesuai pada tempatnya, dan setelah makan piringnya langsung dicuci,
setelah itu piringnya langsung dirapikan dirak piring.
Data yang di rilis oleh Rumah Sakit jiwa Daerah Provinsi Jambi
berdasarkan Profil RSJD Provinsi Jambi tahun 2018 di dapatkan bahwa diagnosis
skizofrenia masih menduduki urutan teratas pada klien yang melakukan kontrol
ulang di instansi rawat jalan Kronisitsi gangguan skizofrenia merupakan salah
satu faktor yang di pertimbangkan dalam penatalaksanaan, meskipun pengobatan
farmakologi merupakan pilihan utama dalam penatalaksanaan. Hampir semua
pasien skizofrenia kronis mengalami kekambuhan sehingga mengakibatkan defisit
keterampilan personal dan vokasial (pebrianti, 2021).
Berdasarkan data yang di peroleh dari Rumah Sakit Jiwa Daerah Jambi
yang mengalami kekambuhan pada tahun 2019, yaitu sebanyak 15.300 pasien,
pada tahun 2020 sebanyak 17.256 pasien dan pada tahun 2021 yang mengalami
kekambuhan sebanyak 18.392 pasien. Kunjungan baru adalah kunjungan pasien
yang pertama kali, untuk kunjungan kasus lama adalah kunjungan berulang pada
seorang yang mengalami kekambuhan, sebelumnya pasien itu sudah mendapatkan
pelayanan kesehatan.

DATA KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
TAHUN 2019 – NOVEMBER 2021

No Tahun Jumlah Kasus Lama Kasus Baru


1 2019 17.668 15.300 2.368
2 2020 19.194 17.256 1.938
3 2021 19.159 18.392 967

Berdasarkan masalah yang dipaparkan diatas maka peneliti tertarik akan


melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Perawatan Diri Pada Pasien
Skizofrenia Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi”.

3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
gambaran perawatan diri pada pasien skizofrenia Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian


Diketahuainya tentang gambaran perawatan diri pada pasien
skizofrenis Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi tahun
2022.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi agar lebih
meningkatkan perawatan diri bagi pasien skizofrenia sehingga
dapat mencegah komplikasi yang terjadi.
1.4.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat dilanjutkan dan dikembangan
dengan variabel-variabel terkait yang belum diukur sesuai waktu
dan tempat penelitian.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk menambah referensi bacaan
khususnya tentang gambaran perawatan diri pada pasien
skizofrenia ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Provisi Jambi

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kuatitatif dengan desain
penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran
perawatan diri pada pasien skizofrenia Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Jambi Tahun 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah
yang berada di ruangan Epsilon, Arimbi, Beta, Arjuna, Yudistira dan
Sigma. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

4
proportional random sampling. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan
di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi pada bulan Oktober 2022 dengan
melakukan obervasi menggunakan checklist tentang defisit perawatan diri
pada pasien skizofrenia. Penelitian ini menggunakan analisis univariat
untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel yang diteliti
kemudian disajikan dengan tabulasi dan dinarasikan.

Anda mungkin juga menyukai