Disusun oleh :
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat
yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan
lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan
pada segi fisik, psikologis dan sosial budaya (Irawan, 2013). Definisi skizofrenia
terus mengalami perubahan seiring dengan ditemukan banyak gejala klinis yang
berbeda-beda. Definisi skizofrenia telah mengalami pergantian melalui tiap edisi
dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) dari DSM
hingga DSM-5. Secara umum disepakati bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa
berat (psikosis) yang ditandai dengan distorsi pada pikiran, presepsi, emosi,
pembicaraan, tilikan diri, dan perilaku (Tandon et al., 2013). Permasalahan utama
yang sering terjadi pada pasien skizofrenia adalah perilaku kekerasan. Perilaku
kekerasan apabila tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan beberapa
dampak seperti mencederai diri sendiri, memukul bahkan sampai melukai orang lain
serta merusak lingkungan. Hal tersebut dapat terjadi diakibatkan karena
ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan amarah secara kondusif
(Prabowo, 2014).
Kasus gangguan jiwa di indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar
(2018) meningkat. Peningkatan ini terlihat dari kenaikan prevalensi rumah tangga
yang memiliki ODGJ di Indonesia. Ada peningkatan jumlah menjadi 7 permil
rumah tangga. Sehingga jumlahnya diperkirakan sekitar 450 ribu 2 ODGJ berat.
Prevalensi (permil) rumah tangga dengan ART gangguan jiwa Skizofrenia menurut
tempat tinggal menunjukan yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia/psikosis
lebih banyak diperdesaan (7,0%) dan di perkotaan (6,4%). Dalam Renstra
Kementrian Kesehatan 2015-2019 terdapat indikator kinerja direktorat Pencegahan
dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza yaitu indikator jumlah
Kabupaten/kota yang memiliki puskesmas yang menyelenggarakan upaya kesehatan
jiwa dengan target 230 kabupaten/kota tahun 2018 dengan capaian sebanyak 247
kabupaten/kota. Proposi pengobatan rumah tangga dengan ART gangguan jiwa
Skizofrenia/psikosis tahun 2018, yang pernah berobat ke Rs Jiwa sebesar 85,0 %
dan yang tidak berobat sebesar 15,0% sedangkan penderita gangguan jiwa
skizofrenia yang minum obat rutin 1 bulan terakhir sebesar 48,9 % (menurut
Riskesdes 2018). Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat
berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang di seluruh dunia (WHO, 2019).
Pada tahun 2021 di rumah sakit dr. Arif Zainudin Surakarta berdasarkan
laporan setiap tahunnya terdapat diangnosa keperawatan halusinasi 22.272 pasien,
resiko perilaku kekerasan 5.756 pasien, harga diri rendah 142 pasien, isolasi sosial
216 pasien, defisit perawatan diri 95 pasien. Pada bulan januari 2022 pasien
halusinasi 3481 pasien, pasien risiko perilaku kekerasan 1071 pasien, harga diri
rendah 6 pasien, isolasi sosial 15 pasien, defisit perawatan diri 16 pasien.
Kasus gangguan jiwa di rumah sakit dr. Arif Zainudin Surakarta Tahun
2019 pada diagnosa penyakit rawat jalan skizofrenia tak terinci 7613 pasien,
skizofrenia residual 5307 pasien, dan skizofrenia paranoid 3130 pasien, untuk 3
rawat inap tahun 2019 skizofrenia tak terinci 1661 pasien, skizofrenia paranoid 324
pasien, dan gangguan skizofrenia lainnya 121 pasien. Diangnosa penyakit pada
tahun 2020 pada rawat jalan skizofrenia tak terinci 12236 pasien, skizofrenia
residual 2961 pasien. Skizofrenia paranoid 2658 pasien, dan skizofrenia lainnya
1657 pasien, untuk rawat inap skizofrenia tak terinci 1577 pasien, skizofrenia
paranoid 231 pasien, dan skizofrenia lainnya 96 pasien. Pada tahun 2021 untuk
rawat jalan skizofrenia tak terinci 14890 pasien, skizofrenia paranoid 2983 pasien,
skizofrenia residual 1509 pasien, dan skizofrenia lainnya 1259 pasien, untuk rawat
inap skizofrenia tak terinci 1530 pasien, skizofrenia paranoid 191 pasien, dan
skizofrenia lainnya 48 pasien.
Salah satu perilaku skizofrenia adalah perilaku kekerasan (Videbeck 2014).
Tanda dan gejala perilaku kekerasan bisa mengancam, mengumpat dengan kata-kata
kasar, suara keras bicara ketus, menyerang orang lain, melukai diri sendiri dan
orang lain, merusak lingkungan, dan perilaku ageresif atau amuk adapaun gejala
dan tanda lain mata melotot serta pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah, dan postur tubuh kaku (SDKI 2017). Pasien dengan
perilaku kekerasan membutuhkan dukungan keluarga yang mampu memberikan
perawatan secara optimal, tetapi keluarga sebagai sistem pendukung utama sering
mengalami beban yang tidak ringan dalam memberikan perawatan selama pasien
dirawat di rumah sakit maupun setelah kembali ke rumah. Beban keluarga adalah
tingkat stress keluarga sebagai efek dari kondisi anggota keluarganya. Kondisi ini
menyebabkan peningkatan stress emosional dan ekonomi keluarganya (Fontaine,
2014).Pada pasien perilaku kekerasan bila tidak segera dilakukan tindakan dengan
tepat dan cepat maka akan berdampak masalah keperawatan yang lebih serius
seperti perilaku kekerasan hingga resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
Berdasarkan Permasalah tersebut solusi yang dapat diberikan oleh perawat
yaitu memberikan strategi pelaksanaan perilaku kekerasan membina hubungan
saling percaya, mengidentifikasi (penyebab perilaku kekerasan, tanda gejala yang
dirasakan, akibat dan cara mengontrol perilaku kekerasan), mengontrol dengan obat
(berapa obat yang diminum, warna obat, jam berapa minum obat, label kotak
obatnya, dosis yang diminum, di obat tertera nama pasien) dan sesuai dengan 6
benar. Mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal (tarik nafas dalam, pukul
banatal dan kasur, mengungkapkan perasaan kesal). Melatih dengan cara spiritual
(dengan mengajarkan solat dan mengaji). Dari strategi pelaksanaan yang telah
disusun dimasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien. Serta memberikan asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Berdasarkan hal ini Saya tertarik mengambil studi kasus Karya Tulis
Ilmiah yang Berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Skizofrenia dengan
Masalah Keperawatan Perilaku Kekerasan”.
1.3 Tujuan
1. Bagi pasien dan keluarga Manfaat praktis studi kasus ini bagi pasien dan
keluarga yaitu supaya pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran
umum tentang asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dengan masalah
keperawatan perilaku kekerasan beserta perawatan yang benar bagi klien
agar penderita mendapat perawatan yang tepat dalam keluarganya.
2. Bagi profesi keperawatan Studi kasus ini dapat menjadi bahan informasi
untuk pendidikan atau mahasiswa dalam bidang keperawatan secara
professional dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
A. Definisi
a. Pengertian skizofrenia paranoid
Skizofrenia paranoid yaitu tipe ini adanya pikiran-pikiran yang absurd
( tidak ada pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti sering diikuti
halusinasi dengan akibat kelemahan penilaian kritis (critical judgement)nya dan
aneh tidak menentu tidak dapat di dug, dan kadang-kadang berperilaku yang
bebahaya. Orang-orang dengan tipe ini memiliki halusinasi dan delusi yang sangat
mencolok, yang melibatkan tema-tema tentang peniksaan dan kebesaran.
Skizofrenia merupakan kelompok ganguan psikosis atau psikotik yang di
tandai oleh distrosi-distrosi mengenai realitas, adanya perilaku menarik diri dari
interaksi sosial serta disorganisasi dan pragmentasi dalam hal persepsi pikirian
kognisi
b. Pengeritian isolasi sosial
Isolasi sosial merupakan ketidakmampuan untuk membina hubungan yang
erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Pasien mungkin merasa di tolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyak kesempatan untuk berbagi rasa, dan pikiran. Klien mengalami
kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang
dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup
berbagi pengalaman.
Menurut Carpenito (2001), menarik diri adalah suatu usaha untuk
menghindari interaksi dengan orang lain dan menghindari berhubungan, ini
merupakan pertahanan terhadap stressor dan ansietas yang berhubungan dengan
suatu stressor atau ancaman.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial
adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami gangguan kejiwaan dan
menjadikan dirinya merasa tersisihkan, tidak mampu berkomunikasi dengan orang
lain disekitarnya sehingga sulit untuk diajak bicara dan senang menyendiri.
B. Penyebab Isolasi Sosial
Menurut Direja (2011), terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi
diantaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan
individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah,
pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan
merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang
harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan
menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan
masalah.
TahapPerkembangan Tugas
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa pra sekolah Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani
Masa sekolah Belajar berkompetisi, bekerjasama, dan
berkompromi
Masa pra remaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin
Masa remaja Menjadi intim dengan teman lawan jenis atau
bergantung
Masa dewasa muda Menjadi saling bergantung antara oang tua
dan teman, mencari pasangan, menikah dan
mempunyai anak
Masa tengah baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
sudah dilalui
Masa dewasa tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan
dengan budaya
Sumber : Stuart dan Sundeen (1995), hlm.346 dikutip dalam fitria(2009)
b. Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
masalah dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan
(double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga
menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
d. Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran
dan bentuk sel-sel dalam limbic dan daerah kortikal.
2. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan
eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditimbulkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan individu untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat
tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan
individu.
C. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial
1. Subyektif
a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
d. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
f. Pasien merasa tidak berguna
g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
2. Obyektif
a. Tidak memiliki teman dekat
b. Menarik diri
c. Tidak komunikatif
d. Pasien sering menunduk
e. Tindakan berulang dan tidak bermakna
f. Asyik dengan pikirannya sendiri
g. Tidak ada kontak mata
h. Tampak sedih, afek tumpul
1. Respons Adaptif
Rentang respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudyaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap
yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri : respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah terjadi dilingkungan sosialnya.
b. Otonomi : suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerjasama : kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain.
d. Interdependen : saling ketergantungan antara individu dan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
2. Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah respons yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan
disuatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respons maladaptif :
a. Menarik diri: seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan
secara terbuka dengan orang lain.
b. Ketergantungan: seseorang gagal dalam mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
c. Manipulasi: seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
d. Curiga: seseorang gagal mengembangkan percaya terhadap orang lain.
F. Pohon Masalah
G. Penatalaksanaan
1. Therapy Farmakologi
Electri Convulsive Therapi, (ECT) atau yang lebih dikenal dengan elektroshock
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
tidak berespon kepada obat psikiatri pada dosis terapinya.
2. Therapy Kelompok
Therapy kelompok merupakan suatu psikotherapy yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa. Therapy ini bertujuan
memberi stimulasi bagi klien dengan gangguan interpersonal.
3. Therapy Lingkungan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungan harus
mendapatkan perhatian khusus dalam kaitannya untuk menjaga dan memelihara
kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus psikologi seseorang
yang akan berdampak pada kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan
memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi psikologis seseorang
(Dermawan, Deden 2013).
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS. Informan, tanggal pengkajian, No rumah pasien dan
alamat
b. Keluhan utama keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orang
lain), komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, mrnolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehri-hari.
c. Faktor predisposisi kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua yang tidak
realisis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya, perubahan
struktur sosial, perceraian, putus sekolah, perasaan malu karena sesuatu yang
terjadi misalnya perkosaan, perlakuan orang lain yang tidak mengahargai
pasien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Aspek fisik/biologis hasil pengukuran TTV, dan keluhan fisik yang dialami
oleh pasien
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
a) Citra tubuh menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau
yang akan terjadi. Menolak penjelasan perasaan tubuh, persepsi negative
tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan, dan tidak mampu mengambil keputusan.
c) Peran berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua, putus sekolah, PHK.
d) Ideal diri mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya,
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
e) Harga diri perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap
diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri, dan kurang percaya diri.
f) Pasien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubungan
sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
g) Keyakinan pasien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah (spiritual).
h) Status mental kontak mata pasien kurang/tidak dapat mempertahankan
kontak mata, kurang dapat memulai pembicaraan, pasien suka menyendiri
dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
i) Kebutuhan persiapan pulang
Pasien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
Pasien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersihkan dan merapikan pakaian
Pada observasi mandi dan cara berpakaian pasien terlihat rapi
Pasien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas didalam
dan diluar rumah
Pasien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar
- Mekanisme koping pasien apabila mendapat masalah takut atau
tidak mau menceritakannya pada orang lain (lebih sering
menggunakan koping menarik diri)
- Aspek medic terapi yang diterima pasien bisa berupa terapi
farmakologi ECT, psikomotor, TAK, dan rehabilitas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial
b. Harga diri rendah
c. Defisit perawatan diri
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan (SDKI)
1. Isolasi Sosial(D.0121) Keterlibatan Sosial Promosi Sosialisasi
(L.13116) : (I.09313):
Definisi: Setelah dilakukan Observasi :
Ketidakmampuan untuk tindakan keperawatan 1. Identifikasi kemampuan
membina hubungan yang selama 3x24 jam melakukan interaksi
erat, hangat, terbuka, dan diharapkan keterlibatan dengan orang lain
interdependen dengan sosial klien meningkat 2. Identifikasi hambatan
orang lain dengan kriteria hasil: melakukan interaksi
1. Minat interaksi dengan orang lain
meningkat Terapeutik :
2. Verbalisasi isolasi 3. Motivasi meningkatkan
menurun keterlibatan dalam suatu
3. Verbalisasi hubungan
ketidakamanan di 4. Motivasi kesabaran
tempat umum dalam mengembangkan
menurun suatu hubungan
4. Perilaku menarik diri 5. Motivasi berpartisipasi
menurun dalam aktivitas baru dan
kegiatan kelompok
6. Motivasi berinteraksi di
luar lingkungan
7. Diskusikan kekuatan dan
keterbatasan dalam
berkomunikasi dengan
orang lain
8. Diskusikan perencanaan
kegiatan di masa depan
9. Berikan umpan balik
positif dalam perawatan
diri
10.Berikan umpan balik
positif pada setiap
peningkatan kemampuan
Edukasi :
11. Anjurkan berinteraksi
dengan orang lain secara
bertahap
12. Anjurkan ikut serta
kegiatan sosial dan
kemasyarakatan
13. Anjurkan berbagi
pengalaman dengan
orang lain
14. Anjurkan meningkatkan
kejujuran diri dan
menghormati hak orang
lain
15. Anjurkan penggunaan
alat bantu
16. Anjurkan membuat
perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan
khusus
17. Latih bermain peran
untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi
18. Latih mengekspresikan
marah dengan tepat
4. Implementasi Keperawatan
Menurut (Norma, 2013) Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat dalam
proses keperawatan yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang dilakukan oleh
perawat kepada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat. Ukuran intervensi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan
untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk
mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan rencana
keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan
dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan telah teratasi
dengan mengacu pada kriteria evaluasi yaitu Isolasi Sosial teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN.S DENGAN DIAGNOSA
SKIZOFERINIA PARANOID DI RUANG ELANG
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SUNGAILIAT
BANGKA BELITUNG TAHUN 2023
Umur : 20 Th Umur : 55 Th
No.Rm : 04.36.36
Klien mengatakan bahwa ia tidak memiliki tempat tinggal dan sering menggelandang di jalan.
Klien mengatkan ia sebelumnya belum pernah datang di rsj dan belum pernah di rawat.
2. Pengobatan sebelumnya
3. Amiaya fisik
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami riwayat aniaya fisik apapun.
Aniaya seksual
Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami riwayat aniaya seksual apapun.
4. Penolakan
dalam rumahnya.
Klien mengatakan bahwa perasaan yang tidak menyengkan adalah ia merasa dijauihi
oleh orang-orang.
V. FISIK
VI. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
x x x x
........................................
..........................................
Keterangan :
2. Konsep Diri :
d. Ideal dri: harapan klien adalah ia ingin cepat sembuh agar bisa pulang
e. Harga diri : klien mengatakan bahwa ia sering merasa dijauhi oleh orang-orang
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti, klien mengatakan orang yang paling berarti didalam
merasa sering dihindari oleh orang-orang pada saat dilakukan pengkajian awal
4. Spiritual
b. Kegiatan ibadah : Klien mengatakan kegiatan agama yang dianut adalah sholat
1. Penampilan : Rambut tampak kurang teratur,kulit tampak bersisik, gigi tampak kuning,
kuku tangan tampak panjang dan kotor, klien tapak sering mengeropeti kuku kakinya
2. Pembicara : Minat berbicara klien tampak kurang,cara bicara lambatdan lirih, kontak
3. Aktivitas motorik : Klien tampak tenang tidak ada gerak yang abnormal, namun saat
berjalan klien tampak sedikit lambat klien saat bejalan selalu menunduk, klien tampak
sering menyendiri
5. Afek : Ekspresi wajah klien tampak datar ketika saat dijak bicara, kontak amata kurang
6. Interaksi selama wawancara : Pada saat berbicara kontak mata tapak kurang, minat bicara
7. Persepsi halusinasi : Klien mengatan ia tidak pernah mendengar ataupun melihat hal-ha
lambat.
9. Isi pikir : Klien mengatakan bahwa ia sangat ingin sembuh agar bisa pulang
jiwa, klien masih bisa menyebutkan namanya sendiri saat dilakukan pengkajian.
11. Memori : klien mengatakan dulu ia sangat suka sekali memancing ikan.
12. Tingkat konsentrasi dan perhitungan : Klien mampu menjawab pertanyaan ketika ditanya
14. Daya tilik diri : Klien mengatakan bahwa ia tidak menyalahkan siapapun atas kondisinya
saat ini.
1. Makan : Klien mampu makan dengan sendirinya tanpa dibantu orang lain
2. BAB/BAK : Klien mampu melakukan toileting dengan sendirinya tanpa dibantu orang
lain
3. Mandi : Klien mengatakan bahwa ia mampu mandi sendirinya tanpa dibantu orang
lain
4. Berpakaian/ berhias : Klien mampu mengenakain pakaiannya sendiri tanpa dibantu orang
lain
5. Istirahat tidur : klien magatakan tidurnya nyenyak dan ia tidak memiliki gngguan pola
tidur
6. Penggunaan obat : Klien mampu meminum obatnya sendiri tanpa dibantu orang lain
baju
keuangannya
Klien tampak sering meyendiri dan melamun, kemampuan bekomunkasi baik (adaptif) namun
1) Masalah dukungan
3) Masalah pendidikan
Klien megatakan bahwa ia tidak memiliki rumah. Ia sudah tidak tinggal lagi dengn
Sembelit
Peningkatan BB
ANALISA DATA
dengannya.
Do :
dan memyendiri
- Sering melamun
orang lain.
Do :
- Berjalan menunduk
kurang
mandi.
Do :
- Rambut tampakkurang teratur
kotor
HARI : 1
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif :
Klien mengatakan bahwah orang-orang enggan berinteraksi kepadanya
Orang-orang menghindar saat berinteraksi dengannya
Data objektif
Klien tampak sering murung dan menyendiri
Kontak mata kurang
Klien sering melamun
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tunjuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
Perilaku menarik diri menurun
Afek murung dan sedih menurun
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyeab isolasi soial pasien
c. Mengajarkan klien cara berkenalan degan satu orang
d. Menganjurkan masuk kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian
B. PROSES PELAKSANAAN
1. Fase orientasi
a. Salam teraupetik
Assamualikum, selamat pagi dek, perkenalkan namaa saya muliati bisa di
panggil kak mul, saya mahasiswa STIKES CITRA DELIMA yang berdinas di
ruang elang selama 3 minggu hari ini saya dinas dari jam 07:00-14:00. Saya
akan merawat adek selama dirumah sakit ini, nama adek siapa? Senangnya di
panggil apa?.
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan adek selama disini? Apakah tidur nyenyak semalam dek?
c. Kontrak
Topik:
Baiklah dek, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan
adek? Apa kemampuan yang adek miliki? Apakah bersedia? Tujuannya agar
adek dan saya dapat kenal lebih baik lagi, agar adek bisa berinteraksi dengan
orang lain.
2. Fase kerja
Bagaimana dulu biasanya cara adek saat berkenalan dengan orang lain? Apa yang
menghambat adek dalam berteman dan bercakap-cakap dengan orang lain?
Menurut adek apa keuntungan kita kalau mempunyai temen? Adek kalau kita
punya banyak teman kita dapat berbincang-bincang dengan teman kita sehingga
tidak akan merasa kesepian?. Apa yang biasa membuat adek dapat berteman
dengan seseorang dan apa saja yang biasa membuat adek tidak dekat dengan
orang lain? Menurut adek apa kerugian kalau kita tidak memiliki temen? Nah
kalau begitu adek mau gak belajar berteman dengan orang lain? Untuk
memulainya adek belajar berkenalan dengan saya terlebih dahulu ya. Begini
dengan berkenalan dengan orang lain kita sebutkan nama kita dulu dan nama
panggilan yang disukai contohnya nama saya muliati, senang di panggil muli.
Selanjutnya adek menanyakan nama orang yang diajak kenalan, contohnya siapa
nama bapak? Senang di panggil apa? Ayo dek, praktekan !! setelah berkenalan
dengan orang, tersebut diajak mengobrol tentang hal-hal yang menyenangkan
misalnya tentang keluarga, pekerjaan, hobinya apa? Dan sebagainya ?
3. Fase terminasi
a. Evaluasi data subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan adek setelah berkenalan dengan saya dan dengan abang-
abang disini? Coba sebutkan cara berkenalan yang sudh di ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan bercakap-cakap tadi ditambahkan ke latihan
hariannyaadek, jam berapa adek mau kita melakukan latihannya? Ini ada
jadwal kita isi di jam 11:00, kegiatan adek adalah berbincang-bincang dengan
teman sekamar adek apakah adek bersedia
c. Kontrak waktu
Topik: baiklah dek bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
pengalaman adek, apakah adek bersedia?
Waktu:
adek mau jam berapa? Bagaimana kalau jm 11:00
tempat :
adek mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras? Baiklah kita
besok akan jumpa lagi ya? Permisi pak assamualaikum.
ANALISA PROSES INTERAKSI
(API)
pengalaman
adek, apakah
adek bersedia?
adek mau jam
berapa?
Bagaimana
kalau jm 11:00:
adek mau
berbincang-
bincang
dimana?
Bagaimana
kalau di teras?
Baiklah kita
besok akan
jumpa lagi ya?
Permisi pak
assamualaikum.
K: Iya
walaikumsalam
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
HARI : 2
A. Fase kerja
1. Kondisi klien
Ds:
Klien mengatakan malu berinteraksidengan orang lain
Do:
Klien tampak menyendiri di kamar
Klien tampak sering melamun sendirian
2. Diagnosa keperawatan : isolasi sosial
3. Tujuan
Klien dapat memperaktekan cara berkenalan dengan orang lain
Klien memliki keingginan untuk berbincang-bincang dengan orang lain
4. Tindakan keperawatan
1. Mengevaluasi jadwal harian pasien
2. Memberi kesempatan pasien untuk memperaktekkan cara berkenalan dengan satu
orang
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincangdengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian.
B. PROSES PELAKSANAAN
1. Fase orientasi
Salam teraupetik
Assamualaikum, selamat pagi dek perkenalkan nama saya masih ingat
dengan saya
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini? Apakah adek mulai berkenalan dengan
orang lain
Kontrak
Topik
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan
bagaimana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar adek
semakin banyak teman?
Waktu
Berlama adek berbincang-bincang ? bagaimana di ruangan kamu
2. Fase kerja
Baiklah dek hari ini datangkan 2 teman saya dari stikes adek bisa
memperkenalkan? Apakah adek masih ingat bagaimana cara berkenalan? ( jika
pasien lupa bantu untuk mengingatkan kembali cara perkenalan). Wah bagus
sekali dek, adek sudah memiliki teman baru lagi nah kalau kita punya banyak
teman kita tidak akan merasa kesepian dek inilah salah satu manfaatnya adek
mulai bisa berinteraksi dengan orang baru walau adek masih malu –malu. Tapi
adek sudah melakukan cara berkenalan dengan baik sesuai yang sudah di ajarkan
kemarin?. Baiklah adek besok saya akan kembali lagi dan kita akan mulai
berbincang-bincang lagi dengan lebih semangat lagi, besok kita akan bercerita
hal-hal apa saja yang adek sukai?
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
Bagaimana perasaan adek setelah berbincang-bincang tadi?
b. Kontak yang akan datang
Topik
Baiklah dek bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman yang serulainya dek?
Waktu
Adek mau jam berpa? Bagaimana kalau jam 11:00
Tempat
Adek maunya dimana kita berbincang-bincang nanti? Bagaimana kalau
disini saja?baiklah dek kakak permisi dulu ya sampai bertemu kembali
besok?
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Inisial klien : Tn.S Tanggal : 17-02-2023
Ruangan : Ruang Elang No RM : 04.36.36
HARI : 3
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif :
Klien mengatakan bahwa ia sudah mulai berinteraksi dengan orang orang
sekitarnya.
Data objektif
Klien masih sering murung dan menyendiri
Kontak mata kurang
Klien sering melamun
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tunjuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
Perilaku menarik diri menurun
Afek murung dan sedih menurun
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyeab isolasi soial pasien
c. Mengajarkan klien cara berkenalan degan satu orang
d. Menganjurkan masuk kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian
B. PROSES PELAKSANAAN
1. Fase orientasi
a. Salam teraupetik
Assamualikum, ketemu lagi ya dengan saya.
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini? Apakah tidur nyenyak semalam dek?
c. Kontrak
Topik:
Bagimana kalau kita belajar lagi tentangbekenalan seperti kemarin, kirakira
berapa lama kita berbincangnya? Bagaimana kalau 10 mnt.
4. Fase kerja
Bagaimana apakah adek sudah mencoba untuk berkenalan dengan teman teman
sekamar adek? Apa yang membuat adek terhambat dalam berkenalan dengan
orang lain? Adek kan sudah tau kalau kita mempunyai banyak teman kita tidak
akan merasakan kesepian, dan apa lagi keuntunganya? Nah,benar dek. Adek bisa
memulai berteman dengan berkenalan terlebih dahulu kan, terus setelah
berkenalan adek bisa berbincang tentang pengalamana adek.
5. Fase terminasi
a. Evaluasi data subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan adek setelah berkenalan dengan saya dan dengan abang-
abang disini? Coba sebutkan cara berkenalan yang sudh di ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan bercakap-cakap tadi ditambahkan ke latihan
hariannya adek, jam berapa adek mau kita melakukan latihannya?
c. Kontrak waktu
Topik: baiklah dek bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
pengalaman adek, apakah adek bersedia?
Waktu:
adek mau jam berapa? Bagaimana kalau jm 12:00
tempat :
adek mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di teras? Baiklah kita
besok akan jumpa lagi ya?
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn.S Tanggal : 18-02-2023
Ruangan : Ruang Elang No RM : 04.36.36
HARI : 4
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif :
Klien mengatakan bahwa ia sudah mulai berinteraksi dengan orang orang
sekitarnya.
Data objektif
Klien masih sering murung dan menyendiri
Kontak mata kurang
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tunjuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
Perilaku menarik diri menurun
Afek murung dan sedih menurun
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyeab isolasi soial pasien
c. Mengajarkan klien cara berkenalan degan satu orang
d. Menganjurkan masuk kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain
dalam kegiatan harian
B. PROSES PELAKSANAAN
1. Fase orientasi
a. Salam teraupetik
Assamualikum, ketemu lagi ya dengan saya apakah masih ingat nama say?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini? Apakah tidur nyenyak semalam dek?
c. Kontrak
Topik:
Bagimana kalau kita belajar lagi tentang bekenalan seperti kemarin, kirakira
berapa lama kita berbincangnya? Bagaimana kalau 10mnt.
e. Fase kerja
Bagaimana apakah adek sudah mencoba untuk berkenalan dengan teman
temansekamar adek? Apa yang membuat adek terhambat dalam berkenalan
dengan orang lain? Adek kan sudah tau kalau kitamempunyai banyak teman kita
tidak akan merasakan kesepian, dan apa lagikeuntunganya? Nah,benar dek. Adek
bisa memulai berteman dengan berkenalan terlebih dahulu kan, terus setelah
berkenalan adek bisa berbincang tentang pengalamana adek.
f. Fase terminasi
d. Evaluasi data subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan adek setelah berkenalan dengan saya dan dengan abang-
abang disini? Coba sebutkan cara berkenalan yang sudh di ajarkan tadi?
e. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan bercakap-cakap tadi ditambahkan ke latihan
hariannya adek, jam berapa adek mau kita melakukan latihannya? Bagaimana
kalau jam 09.00 wib?
f. Kontrak waktu
Topik: baiklah dek bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
pengalaman adek, apakah adek bersedia?
Waktu:
adek mau jam berapa? Bagaimana kalau jm 11:00
tempat :
adek mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di meja makan?
Baiklah kita besok akan jumpa lagi ya?
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn.S Tanggal : 20-02-2023
Ruangan : Ruang Elang No RM : 04.36.36
HARI: 5
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif :
Klien mengatakan bahwa ia sudah mulai berinteraksi dengan orang orang
sekitarnya.
Data objektif
Klien masih sering murung dan menyendiri
Kontak mata kurang
2. Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
3. Tunjuan
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial
Perilaku menarik diri menurun
Afek murung dan sedih menurun
4. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi penyeab isolasi soial pasien
c. Mengajarkan klien cara berkenalan degan satu orang Menganjurkan masuk
kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
B. PROSES PELAKSANAAN
1. Fase orientasi
a. Salam teraupetik
Assamualikum, ketemu lagi ya dengan saya apakah masih ingat nama say?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini? Apakah tidur nyenyak semalam dek?
c. Kontrak
Topik:
Bagimana kalau kita belajar lagi tentang bekenalan seperti kemarin, kirakira
berapa lama kita berbincangnya? Bagaimana kalau 10mnt.
2. Fase kerja
Bagaimana apakah adek sudah mencoba untuk berkenalan dengan teman
temansekamar adek? Apa yang membuat adek terhambat dalam berkenalan
dengan orang lain? Adek kan sudah tau kalau kitamempunyai banyak teman kita
tidak akan merasakan kesepian, dan apa lagikeuntunganya? Nah,benar dek. Adek
bisa memulai berteman dengan berkenalan terlebih dahulu kan, terus setelah
berkenalan adek bisa berbincang tentang pengalamana adek.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi data subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan adek setelah berkenalan dengan saya dan dengan abang-
abang disini? Coba sebutkan cara berkenalan yang sudh di ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau latihan bercakap-cakap tadi ditambahkan ke latihan
hariannya adek, jam berapa adek mau kita melakukan latihannya? Bagaimana
kalau jam 09.00 wib?
c. Kontrak waktu
Topik: baiklah dek bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
pengalaman adek, apakah adek bersedia?
Waktu:
adek mau jam berapa? Bagaimana kalau jm 11:00
tempat :
adek mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di meja makan?
Baiklah kita besok akan jumpa lagi ya?
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Inisial klien : Tn.S Tanggal : 21-02-
2023
Ruangan : Ruang Elang No RM : 04.36.36
Edukasi
1. Anjurkan
mempertahankan
kontak mata saat
berkomunikasi
dengan orang lain
2. Anjurkan untuk
membuka diri
terhadap kritik
negative
3. Anjurkan untuk
mengevaluasi
perilaku
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn.S Ruangan : Ruang Elang
No RM : 04.36.36 Tanggal : 21-02-2023
Teraupetik
- Diskusikan
pengalaman
yang
meningkatkan
harga diri
- Berikan umpan
balik positif
atas mencapai
tujuan
Edukasi
- Anjurkan
mempertahanka
n kontak mata
saat
berkomunikasi
dengan orang
lain
- Anjurkan untuk
membuka diri
terhadap kritik
negative
- Anjurkan untuk
mengevaluasi
perilaku
STRATEGI PELAKSANA KEPERAWATAN
HARI: 6
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif :
Klien mengatakan bahwa ia sering dijauhi saat berinteraksi, sehingga dia
malu saat berinteraksi dengan orang lain.
Data objektif
Klien berbicara pelan dan teririh
Kontak mata kurang
2. Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Tunjuan
Klien dapat menilai kemampuan yang masih bisa digunakan
Membantu klien memilih kemampuan yang dapat digunakan
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
4. Tindakan keperawatan
a. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
b. Membantu pasien menilai kemmpuan pasien yang dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan disesuaikan dengan
kemampuan pasien
B. PROSES PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi
a. Salam teraupetik
Assamualikum, ketemu lagi ya dengan saya apakah masih ingat nama say?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini? Apakah tidur nyenyak semalam dek?
c. Kontrak
Topik:
Bagimana kalau kita mengobrol tentang tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah adek lakukan, adek mau mengobrol berapa lama? Bagaimana
kalau 10mnt,adek mau ngobrolnya dimana? Bagaimana kalau di teras depan?.
2. Fase kerja
Mengapa adek merasamalu saat berinteraksi dengan orang lain?, kira kira
pengalaman apa yang memnuat adek bangga dengan diri adek?, nah bagus sekali
dek, adek kalau kita sedang berbincang dengan orang sebaiknya kita melihan
kearah orang tersebut jangan menundukan kepaladek, jika ada yang mengomentari
adek yang jelek jelek adek hiraukan saja buktikan pada orang kalau adek
mempunyai kemampuan, sebaiknya adek lakukan kegiatan dan prilaku positif
setiap harinya.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi data subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan adek setelah berbincang tadi? Coba sebutkan apa saja
yang sudh di ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Nah kemampuan ini dapat juga dilakukan dirumah setelah pulang nanti?
c. Kontrak waktu
Topik: baiklah dek bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
pengalaman adek, apakah adek bersedia?
Waktu:
adek mau jam berapa? Bagaimana kalau jm 11:00
tempat :
adek mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di meja makan?
Baiklah kita besok akan jumpa lagi ya?
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Inisial klien : Tn.S Tanggal : 22-02-2023
Ruangan : Ruang Elang No RM : 04.36.36
Teraupetik
1. Diskusikan
pengalaman
yang
meningkatkan
harga diri
2. Berikan umpan
balik positif
atas mencapai
tujuan
Edukasi
1. Anjurkan
mempertahank
an kontak mata
saat
berkomunikasi
dengan orang
lain
2. Anjurkan
untuk
membuka diri
terhadap kritik
negative
3. Anjurkan
untuk
mengevaluasi
perilaku
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn.S Ruangan : Ruang Elang
No RM : 04.36.36 Tanggal : 21-02-2023
Teraupetik
- Diskusikan
pengalaman
yang
meningkatkan
harga diri
- Berikan
umpan balik
positif atas
mencapai
tujuan
Edukasi
- Anjurkan
mempertahank
an kontak
mata saat
berkomunikasi
dengan orang
lain
- Anjurkan
untuk
Membuka diri
Terhadap
kritik
negative
- Anjurkan
untuk
mengevaluasi
perilaku
STRATEGI PELAKSANA KEPERAWATAN
HARI: 7
A. Proses keperawatan
1.Kondisi klien
Data subjektif :
Klien mengatakan bahwa ia masih malu untuk memulai berinteraksi
dengan oranglain.
Data objektif
Klien berbicara pelan dan teririh
Kontak mata kurang
2. Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Tunjuan
Klien dapat menilai kemampuan yang masih bisa digunakan
Membantu klien memilih kemampuan yang dapat digunakan
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
4. Tindakan keperawatan
a. Membimbing pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
b. Membantu pasien menilai kemmpuan pasien yang dapat digunakan
c. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan disesuaikan dengan
kemampuan pasien
B. PROSES PELAKSANAAN
1. Fase Orientasi
a. Salam teraupetik
Assamualikum, ketemu lagi ya dengan saya apakah masih ingat nama saya
dek?
b. Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan adek hari ini? Apakah tidur nyenyak semalam dek?
c. Kontrak
Topik:
Bagimana kalau kita mengobrol tentang tentang kemampuan dan kegiatan
yang pernah adek lakukan seperti kemarin, adek mau mengobrol berapa lama?
Bagaimana kalau 10mnt,adek mau ngobrolnya dimana? Bagaimana kalau di
teras depan?.
2. Fase kerja
Mengapa adek masih merasa malu untuk berinteraksi dengan orang lain?, kira
kira pengalaman apa yang memnuat adek bangga dengan diri adek?, nah bagus
sekali dek, adek ingat yang saya bilang kemarin kalau kita sedang berbincang
dengan orang sebaiknya kita melihan kearah orang tersebut jangan
menundukan kepaladek, jika ada yang mengomentari adek yang jelek jelek
adek hiraukan saja buktikan pada orang kalau adek mempunyai kemampuan,
sebaiknya adek lakukan kegiatan dan prilaku positif setiap harinya.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi data subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan adek setelah berbincang tadi? Coba sebutkan apa saja
yang sudh di ajarkan tadi?
b. Rencana tindak lanjut
Nah kemampuan ini dapat juga dilakukan dirumah setelah pulang nanti ya
dek?
c. Kontrak waktu
Topik: baiklah dek bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
pengalaman adek, apakah adek bersedia?
Waktu:
adek mau jam berapa? Bagaimana kalau jm 11:00
tempat :
adek mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di meja makan?
Baiklah kita besok akan jumpa lagi ya?
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
Inisial klien : Tn.S Tanggal : 22-02-2023
Ruangan : Ruang Elang No RM : 04.36.36
HARI: 8
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif :
Klien mengatakan malas untuk mandi dan merawat diri.
Data objektif
Klien berbicara pelan dan teririh
Kontak mata kurang
2. Tunjuan
Klien dapat mengetahui pentinganya kebertihan diri
Klien dapat mengetahui cara membersihkan diri
Klien dapat latihan menjaga kebersihan diri
3. Tindakan keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Mengidentifikasi cara merawat diri
c. Menjelaskan cara dan alat kebersihan diri
d. Menjadwalkan waktu harian kegiatan pasien
B. Proses pelaksanaan
a. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
Assamualaikum dek, selamat pagi perkenalkan muliati biasa di panggil muli
saya mahasiswa stikes citra delima bangka belitung yang berdinas di ruang
elang selama 3 minggu hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00-14:00. Saya
akan merawat adek selama adek di rumah sakit ini, nama adek siapa?
Senangnya di panggil apa
b. Evaluasi/ validasi
Bagaimana perasaan adek? Saya tadi melihat adek mengeropet-keropet kuku adek
sampai bedarah? Kenapa dek? Maukah adek belajar bagaimana cara kebersihan
diri?
c. Kontrak
Topik
Baik adek karena adek mau kita akan berbincang-bincang tentang cara
menjaga kebersihan diriya.
Waktu
Berapa lama adek mau berbincang-bincang? Bagaimana 15 menit ? dimana
adek ingin berbincang-bincang
d. Fase kerja
Apabila adek bisa membersihkan diri sendiri seperti memotong kuku bersisir
sendiri? Coba adek sebutkan alat-alat apa saja yang biasa disediakan disini? Oh
adek tidak punya sandal ya? Berhubung adek menjadi pasien kelolahan kakak,
kakak akan membantu adek membelikan sandal untuk adek? Kan kuku adek
panjang dan kotor, dan kaki adek juga tampak kotor walaupun adek mengikutkan
bahwa adek 2x sehari, sekarang bisakah adek memotong kuku adek sendiri agar
lebih bersih, selanjutnya bisakah adek meniyikat kaki adek sendri agar lebih bersih.
Apakah adek bisa melakukanya sendiri? Kalau tidak bisa kakak bisa membantu
adek , nah kan sekarang sudah bersih bagus sekali dek, kita akan melakukan
kegiatan memotong kuku ini selama seminggu sekali ya dek, agar adek tetap
keliatan bersih dan sehat? Adek sebaiknya kegiatan seperti menyikat gigi dan
menyikat kaki, dilakukan setiap mandi ya?
e. Fase terminasi
1. Evaluasi respon
Bagaimana perasaan adek setelah berbincang-bincang mengenal cara
menjaga kebersihan diri?
2. Kontrak yang akan datang
Topik
Baik dek, bagaimana kalau besok kita berbincang kembali dan latihan cara
perawatan diri?
Waktu
Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Kalau 10 menit saja
Tempat
Dimana kita akan latihanan? Bagaimana jika disini saja dek? Baik kalau
begitu dek sebelum saya pamit apa yang adek ingin adek tanyakan? Jika
tidak ada saya permisi dulu ya dek ?
ANALISA PROSES INTERAKSI
BAB IV
A. Kesimpulan
1. Dari hasil pengkajian yang telah di jalani penulis
terhadap Tn. S didapatkan informasi subyektif
bahwa orang-orang menghindar saat berinteraksi
dengannya. Informasi objektif klien tampak sering
murung dan menyendiri, kontak mata kurang,sering
melamun.
2. Hasil pada pengkajian yang di jalani penulis
terhadap Tn.S diagnosa yang dapat diambil dalam
pengkajian merupakan Isolasi sosial:
Ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan
3. Dari informasi yang telah dikumpulkan penulis,
penulis perlu untuk merencakanan asuhan
keperawatan buat mengukur keahlian penderita
dalam berhubungan dengan orang lain,
membuktikan rasa yakin kepada tetangga ataupun
perawat, penderita sanggup melaksanakan kegiatan dengan baik.
4. Bersumber pada informasi yang di kumpulkan, penulis bisa mengevaluasi Tn. S
dengan kendala isolasi sosial: menarik diri sehingga dapat mengukur reaksi pasien
B. SARAN
Dari beberapa kesimpulan diatas penulis dapat memberikan beberapa saran yaitu:
1. Bagi penulis dan perawat
Dalam merawat pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia paranoid
dengan Isolasi Sosial, Defisit perawatan diri, Harga diri rendah diharapkan
lebih mengutamakan komunikasi yang efektif sehingga klien merasa
termotivasi untuk kesembuhan dan perubahan dirimenja dilebih baik lagi.
2. Bagi pasien dan keluarga
Bagi keluarga yang menghadapi anggota keluarga yang mengalami
gangguan isolasi sosial, defisit perawatan diri, harga diri rendah untuk dapat
berinteraksi secara bertahap, selalu melakukan komunikasi yang baik
sehingga pasien merasa dihargai dan termotivasi untuk sembuh.