Anda di halaman 1dari 26

Seminar kasus

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS ASUHAN


KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN POST OPERASI LAPARATOMI
ATAS INDIKASI PERITONITIS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT
BAKTI TIMAH KOTA PANGKALPINANG
2023
Disusun Oleh
1. Astri Ambarani,S.Kep 7. Monica Laurenza,S.Kep
2. Dika Saputra,S.Kep 8. Tika Anggriyani,S.Kep
3. Efi Febriana,S.Kep 9. Vira Anggelina Julianti,S.Kep
4. Eliza,S.Kep 10. Yora Jawana,S.Kep
5. Muliati, S. Kep
6. Suminah, S. Kep
7. Leony Parahdila Sonia,S.Kep
Gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik akibat kegawatan di

rongga perut yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan

utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang sering berupa

tindakan bedah, misalnya pada perforasi, perdarahan intra abdomen, infeksi,

obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2008,
jumlah pasien yang menderita penyakit peritonitis berjumlah sekitar
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga
7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 199.000 orang.
terjadilah peritonitis (WHO 2010, dikutip dalam sabiston 2012, h.192).
Sedangkan berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah tahun
2009, jumlah kasus peritonitis dilaporkan sebanyak 7.785 dan 270
diantaranya menyebabkan kematian (Dinkes Jateng, 2009).
Definisi
Peritonitis adalah peradangan peritonium yang merupakan komplikasi
berbahaya akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen (apendisitis,
pankreatitis, dll) ruptur saluran cerna dan luka tembus abdomen (Padila
2012,). Peritonitis adalah inflamasi rongga peritonium yang disebabkan
oleh infiltrasi isi usus dari suatu kondisi seperti ruptur apendiks,
perforasi/trauma lambung dan kebocoran anastomosis (Padila 2012,).
Berdasarkan kedua penjelasan di atas, kelompok dapat menyimpulkan
peritonitis adalah peradangan peritonium yang diakibatkan oleh
penyebaran infeksi dari organ abdomen seperti apendisitis, pankreatitis,
ruptur apendiks, perforasi/trauma lambung dan kebocoran anastomosis.
Etiologi
Peritonitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri yang menginvasi atau

masuk kedalam rongga peritonium pada saluran makan yang mengalami

perforasi. Kuman yang paling sering adalah bakteri E Colli, streptokokus α

dan β hemolitik, strapilokokus aurens, enterokokus dan yang paling

berbahaya adalah clostridium wechii. Salah satu penanganan peritonitis

adalah operasi laparatomy, yaitu pembedahan perut sampai membuka selaput

perut atau peritonium (Padila 2012, h.198).


Manifestasi Klinis
Menurut Price (1995) tanda dan gejala peritonitis yaitu
a) sakit perut (biasanya terus menerus)
b) mual dan muntah
c) abdomen yang tegang
d) kaku, nyeri
e) demam
f) leukositosis
g) dehidrasi
LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Post Operasi Laparatomy Atas
Indikasi Peritonitis Di Ruang Shofa Rumah Sakit Bakti Timah Kota
Pangkalpinang Tahun 2023
Tanggal masuk RS: 7 Januari 2023 b) Pengkajian :9 Januari 2022

A. IDENTITAS PASIEN
Pasien Penanggungjawab Pasien
Nama : Tn. A Nama : Ny. N
Umur : 51 Tahun Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : kacang pedang Alamat : kacang pedang
Dx Medik : Peritonitis
KELUHAN UTAMA
Alasan utama datang ke RS: Klien mengatakan nyeri perut sebelah kanan
atas sejak 2 hari yang lalu SMRS, Mual (+), Muntah (+)
Riwayat penyakit saat ini (P,Q,R,S,T) : Klien menjalani operasi laparotomy
tanggal 09 Januari 2023. Post op Laparatomy klien masuk ke recovery room
terlebih dahulu, setelah 1 jam di RR pasien masuk ke ruang rawat pada
pukul 13.00 WIB. Pada saat pengkajian didapatkan data sebagai berikut:
 
P: Nyeri luka post op Laparatomy saat bergerak/beraktivitas, berkurang saat
istirahat.
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri diperut bagian kanan atas diarea luka operasi
S: Skala nyeri 6
T: Nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi 1- 3 menit
KELUHAN UTAMA SAAT PENGKAJIAN:
Klien post op laparotomy, klien mengeluh nyeri pada luka operasi diperut dan
badan terasa lemas.
RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU:

Klien mengatakan hanya memiliki riwayat hipertensi, riwayat diabetes mellitus


tidak ada.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA:

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti
dirinya. Namun ada anggota keluarga yang menderita hipertensi.
Pengkajian Fisik

1.Keadaan Umum
Sakit/nyeri: Klien mengatakan nyeri pada luka operasi diperut,
nyeri sedang skala 6. Terdapat luka operasi ±20 cm pada
abdomen sebelah kanan atas, nyeri hilang timbul.
Status Gizi : Klien memiliki BB yaitu BB : 85kg, TB : 172 cm.
IMT: 28,7 (underweight)
Sikap klien tenang.
Personal Hygiene : Klien dibersihkan di tempat tidur 1x sehari
dibantu oleh keluarga. Kuku, rambut dan kulit tampak bersih.
Masalah Keperawatan: Nyeri akut
1. Data Sistemik
Sistem Persepsi Sensori
Pendengaran dan penglihatan : Pendengaran dan Penglihatan klien normal, klien tidak
menggunakan alat bantu untuk mendengar maupun melihat. Tidak ada kelainan pada
pendengaran dan penglihatan klien.
Peraba dan pengecap : Tidak ada kelainan pada indera peraba dan pengecap. Pasien bisa
merasakan asam, manis, asin dan bisa membedakan rasa panas ataupun dingin.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

Sistem Penglihatan
Pasien tidak mengalami nyeri tekan pada mata kanan dan mata kiri, lapang pandang normal
bisa melihat jarak 4 meter, mata simetris, kelopak mata normal tidak ada kelainan, konjungtiva
tidak anemis, palbebra merah muda , sklera OD/OS arna putih, kornea normal (jernih), pupil
isokor, respon cahaya OD/OD ada, bisa melihat tanpa alat bantu seperti kacamata, softlens atau
alat bantu penglihatan lainnya.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem Pernafasan
Frekuensi : 22 x/menit, SPO2 97 %, kualitas pernapasan klien tampak normal,
batuk tidak ada, suara nafas vesikuler, sumbatan jalan nafas tidak ada. Penggunaan
otot bantu pernafasan (-), Tacipnue (-). Ronchi -/-, whezing -/-
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
 
Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah : 133/95 mmHg
Denyut nadi : 103 x/menit, irama jantung teratur, Bunyi jantung normal. Tidak
terdengar bunyi suara jantung tambahan. Akral hangat, pengisian kapiler (CRT) < 3
detik. Tidak ada edema pada klien.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
 
Sistem Saraf Pusat
Kesadaran: Compos Mentis, GCS 15 dengan E4, M6, V5. Berbicara spontan,
koordinasi baik, status motorik normal, kekuatan otot derajat 5 tetapi pasien
mengeluh badan terasa lemas dan nyeri luka operasi bila banyak bergerak. Klien
masih bedrest, belum melakukan mobilisasi. Rangsangan meningeal seperti kaku
kuduk (-), Brudzinski 1 dan 2 (-), Kernig (-), Laseque (-).
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak klien terbatas. Aktivitas sehari-hari seluruhnya dibantu oleh keluarga,
klien mampu menyuap makanan sendiri. Klien baru belajar mobilisasi duduk pelan-
pelan. Genggaman tangan klien sama kuat, Otak kaku klien smam kuat baik kiri
maupun kanan. Akral klien teraba hangat. Klien tidak ada mengalami fraktur.
Masalah Keperawatan: Gangguan Mobilitas Fisik
Sistem Integument
Warna kulit klien tampak normal sawo matang, terdapat luka post operasi pada
bagian abdomen, panjang luka 15 cm . Luka operasi kering, tidak ada kemerahan,
bengkak pada area bekas operasi. Temp: 37,8 C. Leukosit 18,0 10^3/u
Masalah Keperawatan: Risiko Infeksi
Sistem Reproduksi
Saat dilakukan pengkajian didapatkan tidak ada masalah di sistem reproduksi.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
No. Data senjang Etiologi Masalah
Keperawatan

1. DS : Agen pencidera Nyeri Akut


- Klien mengatakan ada luka post fisik (prosedur (D.0077)
operasi ditutup perban, nyeri saat operasi)
beraktivitas dan berkurang saat
istirahat, nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri diperut kanan atas diarea luka
operasi, skala nyeri 6, nyeri dirasakan
hilang timbul
DO :
- Klien tampak meringis menahan sakit
- Klien bersikap berhati-hati bila mau
bergerak
- Frekuensi nadi meningkat dengan:
TD : 133/95 mmHg
P : 103 x/mnt
RR : 20 x/mnt
T : 37,8 C

2. DS: Klien mengatakan luka operasi Nyeri luka post Gangguan


terasa nyeri bila beraktivitas jadi belum operasi Mobilisasi
berani bila banyak gerak. Fisik (D.0054)
DO : ROM menurun, Gerakan terbatas,
fisik Nampak lemah

3. DS : Klien mengatakan nyeri pada luka Efek prosedur Risiko Infeksi


post operasi, nyeri saat beraktivitas invasif (D.0142)
DO : Terdapat luka operasi didaerah
abdomen ±20 cm tertutup kassa, luka
tampak kemerahan, bengkak (-), pus (-),
Temp: 37,8 C. Leukosit 18,8 10ᵔ3/ul.
I. MASALAH KEPERAWATAN
a)Nyeri Akut
b)Gangguan mobilitas fisik
c)Risiko Infeksi
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a)Nyeri akut beruhubungan dengan agen cidera fisik
b)Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka post operasi
c)Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Implementasi
Kesimpulan
A. Kesimpulan
1. Dalam pengkajian Tn. A yang menderita pasca operasi laparatomy, pada saat pengkajian klien telah menjalani prosedur
bedah, dan data yang didapat diantaranya klien mengeluh mual dan tidak nafsu makan, nyeri pada perut sebela kanan atas
dengan skala 6, klien tampak menahan nyeri, terdapat luka bekas operasi pada perut tengah sepanjang ± 20 cm.
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin terdapat pada klien dengan pasca operasi laparatomy tidak dapat kelompok temukan
semua. Sesuai dengan data yang didapat kelompok pada saat pengkajian, ditemukan 3 diagnosa yang dapat ditegakkan
pada kasus, diagnosa tersebut antara lain : nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik, gangguan mobilisasi fisik
(imobilisasi) berhubungan dengan nyeri, resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka trauma jaringan.
3. Perencanaan dirumuskan berdasarkan prioritas masalah sekaligus memperhatikan kondisi klien serta kesanggupan
keluarga dalam kerjasama.
4. Dalam melakukan perawatan pada klien dengan pasca operasi laparatomy, kelompok telah berusaha melaksanakan
tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dan ditujukan untuk mencegah masalah yang diderita klien.
5. Evaluasi yang telah diterapkan selama tiga hari sesuai dalam teori didapatkan tiga diagnosa, yang berhasil di atas adalah
resiko infeksi yang belum teratasi gangguan mobilitas fisik dan nyeri akut (3 nyeri sedang).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai