Apendiks vermiformis berasal dari bahasa latin “vermiforma”
yang berarti “berbentuk cacing”, peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis disebut apendisitis (Nurkhalizah, 2021). Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu. Organ ini berbentuk kerucut memanjang dengan panjang sekitar 6 - 9 cm dengan pangkal terletak pada bagian sekum yang terletak pada kuadran perut kanan bawah(Alfisahrinie et al, 2021). Apendisitis akut adalah suatu kondisi inflamasi pada apendiks yang menyebabkan timbulnya nyeri abdomen terutama pada bagian kanan bawah (Alnaz, 2020). Pada apendisitis akut, organisme asing akan menyerang dinding apendiks dan bersarang di submukosa yang mengandung jaringan ikat dan limfoid. Jaringan limfoid ini akan mengalami hiperplasia sebagai respons terhadap adanya peradangan(Thomas, 2016). Terdapat 259 juta kasus Apendisitis pada laki-laki di seluruh Dunia yang tidak terdiagnosis, sedangkan pada perempuan terdapat 160 juta kasus Apendisitis yang tidak terdiagnosis. (Hawari, 2020).Kasus apendisitis ditemukan pada semua umur, sering terjadi pada usia 20-30 tahun. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi 0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02%. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2014 di Indonesia, Apendisitis menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatdaruratan abdomen. Kejadian Apendisitis akut di negara berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi 0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02% (Wijaya, et al, 2020). Kejadian apendisitis akut di negara berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi 0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02% (Wijaya, et al, 2020). Apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi pada lumen apendiks. Obstruksi lumen apendiks menyebabkan suplai darah terganggu oleh karena invasi bakteri dan distensi lumen yang 2 jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi yaitu gangren dan perforasi (Zabala, 2017). Gejala klinis pada apendisitis akut dimulai dengan adanya nyeri hebat di area kuadaran kanan bawah abdomen yang disertai gejala mual, muntah dan demam. Gejala yang tidak membaik lebih dari 48 jam bisa terjadi pada pasien lansia (Maros and Juniar 2016).Pada apendisitis akut yang tidak diagnosis dan diobati secara dini maka akan menyebabkan apendisitis perforasi, sehingga memiliki risiko komplikasi yang berkelanjutan seperti peritonitis maupun abses. Kasus apendisitis akut memerlukan penanganan yang tepat serta penegakan diagnosis yang cepat. Diagnosis apendisitis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan suhu tubuh dapat dijadikan penegak diagnosis apendistis dimana suhu tubuh dibawah <37˚c pada pasien yang perfosi didapati demam tinggi dengan suhu tubuh diatas 38.3˚C (Sani, Febriyani, & Hermina, 2020). Alat diagnostik yang mampu membantu pencitraan apendisitis adalah computed tomography scan (CT-Scan) dan ultrasonografi 4 (USG). Salah satu pemeriksaan pada penderita apendisitis yang cepat adalah pemeriksaan laboratorium dengan menilai leukosit dan neutrofil hitung jenisnya(Snyder, 2018). Pemeriksaan leukosit merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium awal untuk mendeteksi apendisitis dengan ditandai adanya leukositosis. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Untukmelakukan penerapanAsuhan Keperawatan pada An.R dengan gangguan sistem pencernaan “apendisitis” 1.2.2 Tujuan Khusus a. MampumemahamikonsepteoripenyakitApendistis b. Mampumemahamitentangpengkajiandalam memberikan asuhan keperawatan pada An.R dengan apendisitis c. MampumerumuskandiagnosakeperawatanpadapasienApen distis. d. MampumerencanakanashuankeperawatanpadapasienApend istis. e. Mampumengimplementasikanrencanaasuhankeperawatanp adapasienApendistis. f. Mampumengevaluasiasuhankeperawatan yang diberikanpasienApendistis.
1.3 Waktu dan Tempat
a. Stase KMB tanggal 27 september – 15 Oktober 2022 b. Pengkajian di ruang Bedah Sentral (OK) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan asuhan keperawatan pada An.R dengan appendisitis akut yang
dilaksanakan di ruang bedah sentral (OK) RSUD Palembang Bari, pada tahapan ini membahas seluruh tahapan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi. Implementasi dan evaluasi keperawatan. A. Pengkajian Pengkajian keperawatan pada An.R dengan diagnosa medis appendisitis akut jenis kelamin laki-laki dan masuk rumah sakit pada tanggal 27-09-2022 dan melakukan pengkajian pada tanggal 29-09-2022 alamat di kertapati. 1. Keluhan utama pre operasi Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut, disertai demam dan mual, nyeri mulai dirasakan 1minggu yang lalu. P : Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan beraktivitas, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri dibagian perut sebelah kanan bawah, S : Skala nyeri 6 (sedang), T : Nyeri dirasakan terus menerus. Data Objektif: Pasien terlihat lemas, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak pucat, Pasien tampak meringis, Pasien tampak mengepalkan tangan sesekali memegang perutnya, Nafsu makan berkurang, Kesadaran Compos Mentis. TTV : P : 98 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 38 0C, BB : 35 kg, TB : 143 cm. Data Subjektif : pasien mengatakan takut pada saat mengetahui akan dilakukan operasi, pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya setelah dilakukannya operasi, pasien tampak tidak berkonsetrasi. Data Objektif : Pasien tampak gelisah, Pasien taampak tegang. TTV : RR : 22 x/menit. Data Subjektif : Pasien mengatakan demam. DO : Pasien terlihat lemas, Suhu kulit teraba hangat, Pasien tampak pucat, Kulit tampak merah, Kesadaran Compos Mentis. TTV : P : 98 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 380C. Data Subjektif : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, Pasien mengatakan mulutnya pahit, Keluarga pasien mengatakan anaknya makan 3x/hari akan tetapi hanya dengan porsi yang sangat sedikit. Data Objektif : Mukosa kering, Tampak pucat, Tampak lesu, CRT < 2 detik, BB : 35 kg. 2. Keluhan utama intra operasi Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan. Data Ojektif : Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, Dilakukan pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm, Palpasi : -. Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan. Data Objektif : Pasien dilakukan anestesi umum, Kulit teraba dingin, Menggigil. Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan. DO : Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, Dilakukan pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm. 3. Keluhan utama post operasi Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut yang sudah dioperasi, P : Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan beraktivitas, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri dibagian perut sebelah kanan bawah, S : Skala nyeri 5 (sedang), T : Nyeri dirasakan terus menerus. Data Objektif : Pasien terlihat lemas, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak pucat, Pasien tampak meringis, Pasien tampak mengepalkan tangan sesekali memegang perutnya, Nafsu makan berkurang, Kesadaran Compos Mentis GCS: E:4 V:5 M:5. TV : P : 99 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 36˚C, BB : 35 kg, TB : 143 cm Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan, Data Objektif : Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, Dilakukan pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm, Palpasi : - Data Subjektif : Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi di bagian perut bawah. DO : Inspeksi : Terdapat ada luka jahitan +- 7 cm, kemerahan, Palpasi : tedapat nyeri tekan. B. Diagnosa keperawatan 1. Pre Operasi a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan nyeri pada perut bagian bawah sebelah kanan, nyeri dirasakan saat bergerak seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 6, nyeri dirasakan terus-menerus. b. Hipertermi b.d proses penyakit d.d demam, suhu kulit hangat dan tampak memerah c. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d tampak gelisah, pasien tampak tegang, pasien terlihat susah tdiur. d. Risiko infeksi nutrisi b.d mukosa kering, tampak pucat, tampak lesu. 2. Intra Operasi a. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d Pasien dilakukan anestesi umum,Kulit teraba dingin, Menggigil b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanisme ( pembedahan) d.d Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm c. Resiko Infeksi d.d Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm. 3. Post Operasi a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan nyeri pada luka operasi di perut bagian bawah sebelah kanan, nyeri dirasakana saat bergerak seperti tertusuk-tusuk skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus menerus b. Gangguan Integritas Kulit b.d pembedahan d.d Inspeksi : Terdapat ada luka jahitan +- 7 cm, kemerahan, Palpasi : tedapat nyeri tekan c. Risiko infeksi d.d Inspeksi : Terdapat ada luka jahitan +- 7 cm, kemerahan, Palpasi : tedapat nyeri teka C. Intervensi keperawatan 1. Pre operasi e. Pada diagnosa Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan nyeri pada perut bagian bawah sebelah kanan, nyeri dirasakan saat bergerak seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 6, nyeri dirasakan terus- menerus.Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah sebelah kanan, nyeri dirasakan saat bergerak seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 6, nyeri dirasakan terus-menerus., disertai demam dan mual, nyeri mulai dirasakan 1 minggu yang lalu. P : Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan beraktivitas, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri dibagian perut sebelah kanan bawah, S : Skala nyeri 6 (sedang), T : Nyeri dirasakan terus menerus. Data Objektif: Pasien terlihat lemas, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak pucat, Pasien tampak meringis, Pasien tampak mengepalkan tangan sesekali memegang perutnya, Nafsu makan berkurang, Kesadaran Compos Mentis. TTV : P : 98 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 380C, BB : 35 kg, TB : 143 cm akan dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri: Observasi : Indikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Indikasi skala nyeri. Monitor efek samping penggunaan analgetik. Terapeutik : Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan, Fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi : Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri, Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Tindakan keperawatan ini didukung oleh penelitian (mediarti, 2022) bahwa memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri seperti latihan napas dalam, mengontrol lingkungan yang dapat memperberat rasa nyeri seperti mengatur posisi pasien (posisi semi fowler). Pada diagnosa Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d tampak gelisah, Pasien tampak tegang, Pasien terlihat susah tidur. Data Subjektif : pasien mengatakan takut pada saat mengetahui akan dilakukan operasi, pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya setelah dilakukannya operasi, pasien tampak tidak berkonsetrasi. Data Objektif : Pasien tampak gelisah, Pasien taampak tegang. TTV : RR : 22 x/menit. Akan dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas, Observasi : Identifikasi saat tingkat ansietas berubah, Monitor tanda tanda ansietas. Terapeutik : Ciptakan, suasana terapeutik untuk menumbuhksn kepercsyssm, Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan. Edukasi : Latih teknik relakasasi Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik dan obat antiansietas, jika perlu. Pada diagnosa hipertermi b.d proses penyakit d.d demam, suhu kulit hangat,dan tampak memerah. Data Subjektif : Pasien mengatakan demam. DO : Pasien terlihat lemas, Suhu kulit teraba hangat, Pasien tampak pucat, Kulit tampak merah, Kesadaran Compos Mentis. TTV : P : 98 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 38 0C. Data Subjektif : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, Pasien mengatakan mulutnya pahit, Keluarga pasien mengatakan anaknya makan 3x/hari akan tetapi hanya dengan porsi yang sangat sedikit. Data Objektif : Mukosa kering, Tampak pucat, Tampak lesu, CRT < 2 detik, BB : 35 kg akan dilakukan tindakan keperawatam Manajemen hipertermia, Observasi : Identifikasi penyebab hipertermi, Monitor suhu tubuh, Terapeutik : Sadiakan lingkungan yang dingin, Edukasi : njurkan tirah baring, Kolaborasi :Kolaborasi pemberian analgetik dan obat serta cairan, jika perlu. Pada diagnosa defisit nutrisi b.d mukosa kering, tampak pucat, tampak lesu. Data Subjektif : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, Pasien mengatakan mulutnya pahit, Keluarga pasien mengatakan anaknya makan 3x/hari akan tetapi hanya dengan porsi yang sangat sedikit. Data Objektif : Mukosa kering, Tampak pucat, Tampak lesu, CRT < 2 detik, BB : 35 kg akan dilakukan tindakan keperawatan 2. Intra operasi Pada diagnosa risiko infeksi d.d inspeksi : terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm. Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan. Data Objektif : Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, Dilakukan pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm akan dilakukan tindakan keperawatan : Pencegahan infeksi, Observasi : Monitor tanda dan gejala infeksi, Terapeutik : Berikan perawatan kulit, Berikan perawatan luka jahitan. Edukasi : Ajarkan cara mencuci tangan yang benar. 3. Post operasi Pada diagnosa Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan nyeri pada luka operasi di perut bagian bawah sebelah kanan, nyeri dirasakana saat bergerak seperti tertusuk-tusuk skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus menerus. Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut yang sudah dioperasi, P : Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan beraktivitas, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri dibagian perut sebelah kanan bawah, S : Skala nyeri 5 (sedang), T : Nyeri dirasakan terus menerus. Data Objektif : Pasien terlihat lemas, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak pucat, Pasien tampak meringis, Pasien tampak mengepalkan tangan sesekali memegang perutnya, Nafsu makan berkurang, Kesadaran Compos Mentis GCS: E:4 V:5 M:5. TV : P : 99 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 36˚C, BB : 35 kg, TB : 143 cm, akan dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri : Observasi : Indikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Indikasi skala nyeri, Monitor efek samping penggunaan analgetik. Terapeutik : Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan, Fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi : Jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri, Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Pada diagnosa Gangguan Integritas Kulit b.d pembedahan d.d Inspeksi : Terdapat ada luka jahitan +- 7 cm, kemerahan, Palpasi : tedapat nyeri tekan, Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan, Data Objektif : Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, Dilakukan pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm, Palpasi : - , akan dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka : Observasi : Monitor karakteristik luka, Monitor tanda- tanda infeksi, Terapeutik: Lepaskan baluran dan plester secara perlahan, Bersihkan dengan cairan NaCl, Berikan salep sesuai lesi, jika perlu, Pasang balutan sesuai jenis luka, Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka, Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi, Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein, Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri, Kolaborassi : Kolaborasi pemberian farmakologi, jika perlu. D. Implementasi Keperawatan Tindakan keperawatan pada apendisitis dengan diagnosa Nyeri Akut Indikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, Indikasi skala nyeri. Monitor efek samping penggunaan analgetik, kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan, Fasilitasi istirahat dan tidur, jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri, Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri,kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Diagnosa hipertermi Identifikasi penyebab hipertermi, Monitor suhu tubuh, sediakan lingkungan yang dingin, anjurkan tirah baring, Kolaborasi pemberian analgetik dan obat serta cairan, jika perlu. Diagnosa ansietas Identifikasi saat tingkat ansietas berubah, Monitor tanda tanda ansietas, ciptakan, suasana terapeutik untuk menumbuhksn kepercsyssm, Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan, latih teknik relakasasi, kolaborasi pemberian analgetik dan obat antiansietas, jika perlu. Diagnosa risiko infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi, berikan perawatan kulit, Berikan perawatan luka jahitan, ajarkan cara mencuci tangan yang benar. Diagnosa gangguan integritas kulit Monitor karakteristik luka, Monitor tanda- tanda infeksi, lepaskan baluran dan plester secara perlahan, Bersihkan dengan cairan NaCl, Berikan salep sesuai lesi, jika perlu, Pasang balutan sesuai jenis luka, Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka, jelaskan tanda dan gejala infeksi, Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein, Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri, kolaborasi pemberian farmakologi, jika perlu. E. Evaluasi Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Evaluasi keperawatan dilaksanakan selama 1x24 jam melaksanakan asuhan keperawatan. Hasil evaluasi dari diagnosanyeri akut setelah 1 hari melakukan asuhan keperawatan didapatkan S : Pasien masih terasa nyeri pada perut bagian kanan bawah. P : nyeri dirasakan pasien saat bergerak, Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri pada perut kuadran kanan bawah, S : Skala nyeri 4 (Sedang), T : Nyeri dirasakan terus menerus. O : Pasien tampakmeringis, Terdapat nyeri tekan, Tampak gelisah, Bersikap protektif (posisi menghindari nyeri), Nafsu makan berkurang, K/U : Composmetis, TTV :TD : P : 99 x/m, RR : 22 x/m, T : 36,5oC, BB : 35 kg, TB : 143 cm, A : Nyeri akut belum teratasi, P: Pasien di pindahkan keruangan Intervensi dilanjutkan di ruangan DAFTAR PUSTAKA
Alfisahrinie, Laily et al. 2021. “Literature Review: Gambaran Berbagai Skor
Diagnosis Apendisitis Dengan Skor Alvarado Dalam Diagnosis Apendisitis Akut.” Jurnal Homeostasis 4: 473–86. Alnaz, Ahmad Razi Maulana, Abdul Hakim Nasution, and Aqyl Hanif Abdillah. 2020. “Matriks Metalloproteinase (MMP) Sebagai Biomarker Terjadinya Perforasi Pada Apendisitis Akut.” JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran Indonesia 8(2): 117–27. Hawari, Saidatia Aninda. 2020. PENATALAKSANAAN APPENDICOGRAM DENGAN KLINIS APENDISITIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU KARYA. Maros, Hikmah, and Sarah Juniar. 2016. “Uji Diagnostik (Sensitivitas Dan Spesifisitas) Pemeriksaan USG Berdasarkan Pemeriksaan Histopatologi Sebagai Baku Emas Pada Pasien Suspek Apendisitis Aku.” : 1–23. Nurkhalizah, Siti. 2021. “Nusantara Hasana Journal.” KARAKTERISTIK PASIEN APENDISITIS BERDASARKAN SKOR RIPASA DIRUP DR. M. DJAMIL PADANG 1(1): 95–101. Sani, N., Febriyani, A., & Hermina, Y. F. (2020). Karakteristik Pasien Apendistis Akut Di Rumah Sakit Umum DR. H MOELOEK PROVINSI LAMPUNG. MALAHAYATI NURSING JOURNAL , 577-586. Snyder, Matthew J., Marjorie Guthrie, and Stephen Cagle. 2018. “Acute Appendicitis: Efficient Diagnosis and Management.” American Family Physician 98(1): 25–33. Thomas, Gloria A., Ishak Lahunduitan, and Adrian Tangkilisan. 2016. “Angka Kejadian Apendisitis Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Oktober 2012 – September 2015.” e-CliniC 4(1). Zabala, Jaime. 2017. “Gambaran Hitung Jenis Neutrofil Berdasarkan Tingkat Keparahan Apendisitis Akut Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada.” Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Caput Succedaneum Di Rsud Syekh Yusuf Gowa Tahun 4: 9–15. Wijaya, W., Eranto, M. and Alfarisi, R. (2020) ‘Perbandingan Jumlah Leukosit Darah Pada Pasien Appendisitis Akut Dengan Appendisitis Perforasi’, 11(1), pp. 341–346. doi: 10.35816/jiskh.v10i2.288.
mediarti, d. (2022). IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA PASIEN POST
OPERASI APENDISITIS DENGAN MASALAH NYERI AKUT. Jurnal
‘Aisyiyah Medika, 151-165.
syokumawena, hary, a., mediarti, d., & jaya, h. (2022). IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASIvAPENDISITIS
DENGAN MASALAH NYERI AKUT. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 151-