Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Apendiks vermiformis berasal dari bahasa latin “vermiforma”


yang berarti “berbentuk cacing”, peradangan yang terjadi pada apendiks
vermiformis disebut apendisitis (Nurkhalizah, 2021). Apendisitis
merupakan peradangan pada usus buntu. Organ ini berbentuk
kerucut memanjang dengan panjang sekitar 6 - 9 cm dengan pangkal
terletak pada bagian sekum yang terletak pada kuadran perut
kanan bawah(Alfisahrinie et al, 2021).
Apendisitis akut adalah suatu kondisi inflamasi pada apendiks
yang menyebabkan timbulnya nyeri abdomen terutama pada bagian
kanan bawah (Alnaz, 2020). Pada apendisitis akut, organisme asing
akan menyerang dinding apendiks dan bersarang di submukosa
yang mengandung jaringan ikat dan limfoid. Jaringan limfoid ini
akan mengalami hiperplasia sebagai respons terhadap adanya
peradangan(Thomas, 2016).
Terdapat 259 juta kasus Apendisitis pada laki-laki di seluruh
Dunia yang tidak terdiagnosis, sedangkan pada perempuan terdapat 160
juta kasus Apendisitis yang tidak terdiagnosis. (Hawari, 2020).Kasus
apendisitis ditemukan pada semua umur, sering terjadi pada usia 20-30
tahun. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai
angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi 0.05%,
diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02%. Dari
hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2014 di Indonesia,
Apendisitis menempati urutan tertinggi di antara kasus
kegawatdaruratan abdomen.
Kejadian Apendisitis akut di negara berkembang tercatat lebih
rendah dibandingkan dengan negara maju. Di Asia Tenggara, Indonesia
menempati urutan pertama sebagai angka kejadian Apendisitis akut
tertinggi dengan prevalensi 0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022%
dan Vietnam sebesar 0.02% (Wijaya, et al, 2020). Kejadian apendisitis
akut di negara berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan
negara maju. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama
sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi
0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar
0.02% (Wijaya, et al, 2020).
Apendisitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri yang
disebabkan oleh obstruksi pada lumen apendiks. Obstruksi lumen
apendiks menyebabkan suplai darah terganggu oleh karena invasi
bakteri dan distensi lumen yang 2 jika tidak segera ditangani dapat
menimbulkan komplikasi yaitu gangren dan perforasi (Zabala, 2017).
Gejala klinis pada apendisitis akut dimulai dengan adanya nyeri
hebat di area kuadaran kanan bawah abdomen yang disertai gejala
mual, muntah dan demam. Gejala yang tidak membaik lebih dari 48
jam bisa terjadi pada pasien lansia (Maros and Juniar 2016).Pada
apendisitis akut yang tidak diagnosis dan diobati secara dini maka akan
menyebabkan apendisitis perforasi, sehingga memiliki risiko
komplikasi yang berkelanjutan seperti peritonitis maupun abses.
Kasus apendisitis akut memerlukan penanganan yang tepat serta
penegakan diagnosis yang cepat. Diagnosis apendisitis ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan suhu tubuh dapat dijadikan penegak diagnosis apendistis
dimana suhu tubuh dibawah <37˚c pada pasien yang perfosi didapati
demam tinggi dengan suhu tubuh diatas 38.3˚C (Sani, Febriyani, &
Hermina, 2020). Alat diagnostik yang mampu membantu pencitraan
apendisitis adalah computed tomography scan (CT-Scan) dan
ultrasonografi 4 (USG). Salah satu pemeriksaan pada penderita
apendisitis yang cepat adalah pemeriksaan laboratorium dengan menilai
leukosit dan neutrofil hitung jenisnya(Snyder, 2018). Pemeriksaan
leukosit merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium awal untuk
mendeteksi apendisitis dengan ditandai adanya leukositosis.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untukmelakukan penerapanAsuhan Keperawatan pada An.R
dengan gangguan sistem pencernaan “apendisitis”
1.2.2 Tujuan Khusus
a. MampumemahamikonsepteoripenyakitApendistis
b. Mampumemahamitentangpengkajiandalam memberikan
asuhan keperawatan pada An.R dengan apendisitis
c. MampumerumuskandiagnosakeperawatanpadapasienApen
distis.
d. MampumerencanakanashuankeperawatanpadapasienApend
istis.
e. Mampumengimplementasikanrencanaasuhankeperawatanp
adapasienApendistis.
f. Mampumengevaluasiasuhankeperawatan yang
diberikanpasienApendistis.

1.3 Waktu dan Tempat


a. Stase KMB tanggal 27 september – 15 Oktober 2022
b. Pengkajian di ruang Bedah Sentral (OK) Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan pada An.R dengan appendisitis akut yang


dilaksanakan di ruang bedah sentral (OK) RSUD Palembang Bari, pada tahapan
ini membahas seluruh tahapan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa, intervensi. Implementasi dan evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada An.R dengan diagnosa medis
appendisitis akut jenis kelamin laki-laki dan masuk rumah sakit pada
tanggal 27-09-2022 dan melakukan pengkajian pada tanggal 29-09-2022
alamat di kertapati.
1. Keluhan utama pre operasi
Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut, disertai
demam dan mual, nyeri mulai dirasakan 1minggu yang lalu. P : Nyeri
dirasakan saat pasien bergerak dan beraktivitas, Q : Nyeri seperti
ditusuk-tusuk, R : Nyeri dibagian perut sebelah kanan bawah, S : Skala
nyeri 6 (sedang), T : Nyeri dirasakan terus menerus. Data Objektif:
Pasien terlihat lemas, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak pucat,
Pasien tampak meringis, Pasien tampak mengepalkan tangan sesekali
memegang perutnya, Nafsu makan berkurang, Kesadaran Compos
Mentis. TTV : P : 98 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 38 0C, BB : 35 kg,
TB : 143 cm.
Data Subjektif : pasien mengatakan takut pada saat mengetahui
akan dilakukan operasi, pasien mengatakan khawatir dengan
kondisinya setelah dilakukannya operasi, pasien tampak tidak
berkonsetrasi. Data Objektif : Pasien tampak gelisah, Pasien taampak
tegang. TTV : RR : 22 x/menit.
Data Subjektif : Pasien mengatakan demam. DO : Pasien terlihat
lemas, Suhu kulit teraba hangat, Pasien tampak pucat, Kulit tampak
merah, Kesadaran Compos Mentis. TTV : P : 98 x/menit, RR : 22
x/menit, T : 380C.
Data Subjektif : Pasien mengatakan nafsu makan berkurang, Pasien
mengatakan mulutnya pahit, Keluarga pasien mengatakan anaknya
makan 3x/hari akan tetapi hanya dengan porsi yang sangat sedikit.
Data Objektif : Mukosa kering, Tampak pucat, Tampak lesu, CRT < 2
detik, BB : 35 kg.
2. Keluhan utama intra operasi
Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan. Data Ojektif :
Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, Dilakukan
pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm, Palpasi : -.
Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan. Data Objektif :
Pasien dilakukan anestesi umum, Kulit teraba dingin, Menggigil.
Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan. DO : Inspeksi :
Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, Dilakukan pemotongan
pembuluh darah pada apendik +- 5cm.
3. Keluhan utama post operasi
Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada bagian perut yang
sudah dioperasi, P : Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan
beraktivitas, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri dibagian perut
sebelah kanan bawah, S : Skala nyeri 5 (sedang), T : Nyeri dirasakan
terus menerus. Data Objektif : Pasien terlihat lemas, Pasien tampak
gelisah, Pasien tampak pucat, Pasien tampak meringis, Pasien tampak
mengepalkan tangan sesekali memegang perutnya, Nafsu makan
berkurang, Kesadaran Compos Mentis GCS: E:4 V:5 M:5. TV : P : 99
x/menit, RR : 22 x/menit, T : 36˚C, BB : 35 kg, TB : 143 cm
Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan, Data Objektif :
Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm, Dilakukan
pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm, Palpasi : -
Data Subjektif : Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi di
bagian perut bawah. DO : Inspeksi : Terdapat ada luka jahitan +- 7
cm, kemerahan, Palpasi : tedapat nyeri tekan.
B. Diagnosa keperawatan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan nyeri pada perut
bagian bawah sebelah kanan, nyeri dirasakan saat bergerak seperti
ditusuk-tusuk skala nyeri 6, nyeri dirasakan terus-menerus.
b. Hipertermi b.d proses penyakit d.d demam, suhu kulit hangat dan
tampak memerah
c. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan d.d tampak
gelisah, pasien tampak tegang, pasien terlihat susah tdiur.
d. Risiko infeksi nutrisi b.d mukosa kering, tampak pucat, tampak
lesu.
2. Intra Operasi
a. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah d.d Pasien
dilakukan anestesi umum,Kulit teraba dingin, Menggigil
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d faktor mekanisme
( pembedahan) d.d Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah
+- 7 cm, pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm
c. Resiko Infeksi d.d Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah
+- 7 cm, pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm.
3. Post Operasi
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan nyeri pada luka
operasi di perut bagian bawah sebelah kanan, nyeri dirasakana saat
bergerak seperti tertusuk-tusuk skala nyeri 5, nyeri dirasakan terus
menerus
b. Gangguan Integritas Kulit b.d pembedahan d.d Inspeksi : Terdapat
ada luka jahitan +- 7 cm, kemerahan, Palpasi : tedapat nyeri tekan
c. Risiko infeksi d.d Inspeksi : Terdapat ada luka jahitan +- 7 cm,
kemerahan, Palpasi : tedapat nyeri teka
C. Intervensi keperawatan
1. Pre operasi
e. Pada diagnosa Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan
nyeri pada perut bagian bawah sebelah kanan, nyeri dirasakan saat
bergerak seperti ditusuk-tusuk skala nyeri 6, nyeri dirasakan terus-
menerus.Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah sebelah kanan, nyeri dirasakan saat bergerak seperti
ditusuk-tusuk skala nyeri 6, nyeri dirasakan terus-menerus., disertai
demam dan mual, nyeri mulai dirasakan 1 minggu yang lalu. P :
Nyeri dirasakan saat pasien bergerak dan beraktivitas, Q : Nyeri
seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri dibagian perut sebelah kanan
bawah, S : Skala nyeri 6 (sedang), T : Nyeri dirasakan terus
menerus. Data Objektif: Pasien terlihat lemas, Pasien tampak
gelisah, Pasien tampak pucat, Pasien tampak meringis, Pasien
tampak mengepalkan tangan sesekali memegang perutnya, Nafsu
makan berkurang, Kesadaran Compos Mentis. TTV : P : 98
x/menit, RR : 22 x/menit, T : 380C, BB : 35 kg, TB : 143 cm akan
dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri: Observasi :
Indikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri, Indikasi skala nyeri. Monitor efek samping penggunaan
analgetik. Terapeutik : Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan, Fasilitasi
istirahat dan tidur. Edukasi : Jelaskan penyebab, priode, dan
pemicu nyeri, Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat,
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu. Tindakan
keperawatan ini didukung oleh penelitian (mediarti, 2022) bahwa
memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
seperti latihan napas dalam, mengontrol lingkungan yang dapat
memperberat rasa nyeri seperti mengatur posisi pasien (posisi semi
fowler).
Pada diagnosa Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
d.d tampak gelisah, Pasien tampak tegang, Pasien terlihat susah tidur.
Data Subjektif : pasien mengatakan takut pada saat mengetahui akan
dilakukan operasi, pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya
setelah dilakukannya operasi, pasien tampak tidak berkonsetrasi. Data
Objektif : Pasien tampak gelisah, Pasien taampak tegang. TTV : RR :
22 x/menit. Akan dilakukan tindakan keperawatan Reduksi ansietas,
Observasi : Identifikasi saat tingkat ansietas berubah, Monitor tanda
tanda ansietas. Terapeutik : Ciptakan, suasana terapeutik untuk
menumbuhksn kepercsyssm, Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan. Edukasi : Latih teknik relakasasi
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik dan obat antiansietas, jika
perlu.
Pada diagnosa hipertermi b.d proses penyakit d.d demam, suhu
kulit hangat,dan tampak memerah. Data Subjektif : Pasien mengatakan
demam. DO : Pasien terlihat lemas, Suhu kulit teraba hangat, Pasien
tampak pucat, Kulit tampak merah, Kesadaran Compos Mentis. TTV :
P : 98 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 38 0C. Data Subjektif : Pasien
mengatakan nafsu makan berkurang, Pasien mengatakan mulutnya
pahit, Keluarga pasien mengatakan anaknya makan 3x/hari akan tetapi
hanya dengan porsi yang sangat sedikit. Data Objektif : Mukosa
kering, Tampak pucat, Tampak lesu, CRT < 2 detik, BB : 35 kg akan
dilakukan tindakan keperawatam Manajemen hipertermia, Observasi :
Identifikasi penyebab hipertermi, Monitor suhu tubuh, Terapeutik :
Sadiakan lingkungan yang dingin, Edukasi : njurkan tirah baring,
Kolaborasi :Kolaborasi pemberian analgetik dan obat serta cairan, jika
perlu.
Pada diagnosa defisit nutrisi b.d mukosa kering, tampak pucat,
tampak lesu. Data Subjektif : Pasien mengatakan nafsu makan
berkurang, Pasien mengatakan mulutnya pahit, Keluarga pasien
mengatakan anaknya makan 3x/hari akan tetapi hanya dengan porsi
yang sangat sedikit. Data Objektif : Mukosa kering, Tampak pucat,
Tampak lesu, CRT < 2 detik, BB : 35 kg akan dilakukan tindakan
keperawatan
2. Intra operasi
Pada diagnosa risiko infeksi d.d inspeksi : terdapat ada sayatan di
perut bawah +- 7 cm, pemotongan pembuluh darah pada apendik +-
5cm. Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan. Data
Objektif : Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7 cm,
Dilakukan pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm akan
dilakukan tindakan keperawatan : Pencegahan infeksi, Observasi :
Monitor tanda dan gejala infeksi, Terapeutik : Berikan perawatan kulit,
Berikan perawatan luka jahitan. Edukasi : Ajarkan cara mencuci
tangan yang benar.
3. Post operasi
Pada diagnosa Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik d.d keluhan
nyeri pada luka operasi di perut bagian bawah sebelah kanan, nyeri
dirasakana saat bergerak seperti tertusuk-tusuk skala nyeri 5, nyeri
dirasakan terus menerus. Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri pada
bagian perut yang sudah dioperasi, P : Nyeri dirasakan saat pasien
bergerak dan beraktivitas, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri
dibagian perut sebelah kanan bawah, S : Skala nyeri 5 (sedang), T :
Nyeri dirasakan terus menerus. Data Objektif : Pasien terlihat lemas,
Pasien tampak gelisah, Pasien tampak pucat, Pasien tampak meringis,
Pasien tampak mengepalkan tangan sesekali memegang perutnya,
Nafsu makan berkurang, Kesadaran Compos Mentis GCS: E:4 V:5
M:5. TV : P : 99 x/menit, RR : 22 x/menit, T : 36˚C, BB : 35 kg, TB :
143 cm, akan dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri :
Observasi : Indikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, Indikasi skala nyeri, Monitor efek samping
penggunaan analgetik. Terapeutik : Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan, Fasilitasi istirahat dan tidur. Edukasi : Jelaskan penyebab,
priode, dan pemicu nyeri, Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat, Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
Pada diagnosa Gangguan Integritas Kulit b.d pembedahan d.d
Inspeksi : Terdapat ada luka jahitan +- 7 cm, kemerahan, Palpasi :
tedapat nyeri tekan, Data Subjektif : Pasien dalam proses pembedahan,
Data Objektif : Inspeksi : Terdapat ada sayatan di perut bawah +- 7
cm, Dilakukan pemotongan pembuluh darah pada apendik +- 5cm,
Palpasi : - , akan dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka :
Observasi : Monitor karakteristik luka, Monitor tanda- tanda infeksi,
Terapeutik: Lepaskan baluran dan plester secara perlahan, Bersihkan
dengan cairan NaCl, Berikan salep sesuai lesi, jika perlu, Pasang
balutan sesuai jenis luka, Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka, Edukasi : Jelaskan tanda dan gejala infeksi, Anjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein, Ajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri, Kolaborassi : Kolaborasi pemberian
farmakologi, jika perlu.
D. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada apendisitis dengan diagnosa Nyeri
Akut Indikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, Indikasi skala nyeri. Monitor efek samping
penggunaan analgetik, kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (misal suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan, Fasilitasi
istirahat dan tidur, jelaskan penyebab, priode, dan pemicu nyeri,
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat, Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri,kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu. Diagnosa hipertermi Identifikasi penyebab
hipertermi, Monitor suhu tubuh, sediakan lingkungan yang dingin,
anjurkan tirah baring, Kolaborasi pemberian analgetik dan obat serta
cairan, jika perlu. Diagnosa ansietas Identifikasi saat tingkat ansietas
berubah, Monitor tanda tanda ansietas, ciptakan, suasana terapeutik
untuk menumbuhksn kepercsyssm, Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan, latih teknik relakasasi, kolaborasi
pemberian analgetik dan obat antiansietas, jika perlu. Diagnosa risiko
infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi, berikan perawatan kulit,
Berikan perawatan luka jahitan, ajarkan cara mencuci tangan yang
benar. Diagnosa gangguan integritas kulit Monitor karakteristik luka,
Monitor tanda- tanda infeksi, lepaskan baluran dan plester secara
perlahan, Bersihkan dengan cairan NaCl, Berikan salep sesuai lesi, jika
perlu, Pasang balutan sesuai jenis luka, Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka, jelaskan tanda dan gejala infeksi, Anjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein, Ajarkan prosedur
perawatan luka secara mandiri, kolaborasi pemberian farmakologi, jika
perlu.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan disusun dengan metode SOAP. Evaluasi
keperawatan dilaksanakan selama 1x24 jam melaksanakan asuhan
keperawatan. Hasil evaluasi dari diagnosanyeri akut setelah 1 hari
melakukan asuhan keperawatan didapatkan S : Pasien masih terasa nyeri
pada perut bagian kanan bawah. P : nyeri dirasakan pasien saat bergerak,
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri pada perut kuadran kanan bawah,
S : Skala nyeri 4 (Sedang), T : Nyeri dirasakan terus menerus. O : Pasien
tampakmeringis, Terdapat nyeri tekan, Tampak gelisah, Bersikap protektif
(posisi menghindari nyeri), Nafsu makan berkurang, K/U : Composmetis,
TTV :TD : P : 99 x/m, RR : 22 x/m, T : 36,5oC, BB : 35 kg, TB : 143 cm,
A : Nyeri akut belum teratasi, P: Pasien di pindahkan keruangan Intervensi
dilanjutkan di ruangan
DAFTAR PUSTAKA

Alfisahrinie, Laily et al. 2021. “Literature Review: Gambaran Berbagai Skor


Diagnosis Apendisitis Dengan Skor Alvarado Dalam Diagnosis Apendisitis
Akut.” Jurnal Homeostasis 4: 473–86.
Alnaz, Ahmad Razi Maulana, Abdul Hakim Nasution, and Aqyl Hanif Abdillah.
2020. “Matriks Metalloproteinase (MMP) Sebagai Biomarker Terjadinya
Perforasi Pada Apendisitis Akut.” JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Kedokteran Indonesia 8(2): 117–27.
Hawari, Saidatia Aninda. 2020. PENATALAKSANAAN APPENDICOGRAM
DENGAN KLINIS APENDISITIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD
ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU KARYA.
Maros, Hikmah, and Sarah Juniar. 2016. “Uji Diagnostik (Sensitivitas Dan
Spesifisitas) Pemeriksaan USG Berdasarkan Pemeriksaan Histopatologi
Sebagai Baku Emas Pada Pasien Suspek Apendisitis Aku.” : 1–23.
Nurkhalizah, Siti. 2021. “Nusantara Hasana Journal.” KARAKTERISTIK PASIEN
APENDISITIS BERDASARKAN SKOR RIPASA DIRUP DR. M. DJAMIL
PADANG 1(1): 95–101.
Sani, N., Febriyani, A., & Hermina, Y. F. (2020). Karakteristik Pasien Apendistis
Akut Di Rumah Sakit Umum DR. H MOELOEK PROVINSI LAMPUNG.
MALAHAYATI NURSING JOURNAL , 577-586.
Snyder, Matthew J., Marjorie Guthrie, and Stephen Cagle. 2018. “Acute
Appendicitis: Efficient Diagnosis and Management.” American Family
Physician 98(1): 25–33.
Thomas, Gloria A., Ishak Lahunduitan, and Adrian Tangkilisan. 2016. “Angka
Kejadian Apendisitis Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode
Oktober 2012 – September 2015.” e-CliniC 4(1).
Zabala, Jaime. 2017. “Gambaran Hitung Jenis Neutrofil Berdasarkan Tingkat
Keparahan Apendisitis Akut Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Pada.”
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Caput Succedaneum Di
Rsud Syekh Yusuf Gowa Tahun 4: 9–15.
Wijaya, W., Eranto, M. and Alfarisi, R. (2020) ‘Perbandingan Jumlah Leukosit
Darah Pada Pasien Appendisitis Akut Dengan Appendisitis Perforasi’, 11(1),
pp. 341–346. doi: 10.35816/jiskh.v10i2.288.

mediarti, d. (2022). IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA PASIEN POST

OPERASI APENDISITIS DENGAN MASALAH NYERI AKUT. Jurnal

‘Aisyiyah Medika, 151-165.

syokumawena, hary, a., mediarti, d., & jaya, h. (2022). IMPLEMENTASI

KEPERAWATAN PADA PASIEN POST OPERASIvAPENDISITIS

DENGAN MASALAH NYERI AKUT. Jurnal ‘Aisyiyah Medika, 151-

165.

Anda mungkin juga menyukai