Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LOGBOOK 8
LOGBOOK ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

DISUSUN OLEH :

YENI NUR JAMIL AZIZAH

1914301052

TINGKAT 2 REGULER 2

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


LOGBOOK ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

PERADANGAN : APPENDISITIS

Kasus

Ny. C dibawa ke RS dengan keluhan nyeri di sekitar umbilikus yang kemudian menetap di daerah
perut kanan bawah. Nyeri bertambah kalau pasien batuk, bersin maupun berjalan. Saat ini klien
sedang diobservasi dan dipersiapkan untuk menjalani operasi apendektomi.

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan penyakit


Appendisitis

2. Apakah yang dimaksud dengan Appendisitis ? (tuliskan referensi yang anda gunakan)

Apendisitis didefinisikan sebagai peradangan pada lapisan dalam apendiks vermiform


yang menyebar ke bagian lainnya. Kondisi ini adalah penyakit bedah yang umum dan
mendesak dengan manifestasi protean, banyak tumpang tindih dengan sindrom klinis
lain, dan morbiditas yang signifikan, yang meningkat dengan penundaan diagnostik
(lihat Presentasi). Faktanya, meskipun ada kemajuan diagnostik dan terapeutik dalam
pengobatan, apendisitis tetap menjadi keadaan darurat klinis dan merupakan salah satu
penyebab nyeri perut akut yang lebih umum.

REFERENSI : https://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#a2
3. Jelaskan proses terjadinya Appendisitis dalam bentuk skema/pathway

Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh


hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan.
Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan piningkatan
tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi appendicitis akut fokal yang ditandai oleh
nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema
bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di
darah kanan bawah. Keadaan ini disebut appendicitis supuratif akut. Bila
kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks
yang dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi
mudah terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, Arif,
2000). Diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan appendicitis
gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi
appendicitis perforasi.

REFERENSI : karya tulis ilmiah Asuhan keperawatan pada an. R. L dengan


apendisitis Dalam pemenuhan kebutuhan aman Nyaman Di wilayah rsud prof.
Dr. W. Z. Johannes kupang
4. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis Appendisitis !

A. Gejala-gejala
1. Rasa sakit di daerah epigastrium, daerah periumbilikus, di seluruh
abdomen atau di kuadran kanan bawah. Ini merupakan gejala-gejala
pertama. Rasa sakit ini samar-samar, ringan samapai moderat, dan
kadang-kadang berupa kejang. Sesudah 4 jam biasaya rasa nyeri itu
sedikit demi sedikit menghilangkemudian beralih ke kuadran bawah
kanan dan disini rasa nyeri itu menetap dan secara progresif bertambah
hebat, dan semakin hebat apabila pasien bergerak.
2. Anoreksia, mual dan muntah yang timbul selang beberapa jam
sesudahnya merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
3. Gejala-gejala lain adalah demam tidak tinggi dan konstipasi.
4. Bayi yang mengalami apendisitis gelisah, mengantuk dan anoreksia.
5. Mereka yang sudah lanjut usia gejala-gejalanya tidak senyata mereka
yang lebih muda.
Tanda-tanda khas pada appendicitis
1. Nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney (Tanda
Rovsing).
2. Nyeri lepas di daerah kuadran kanan bawah pada titik Mc. Burney (Tanda
Blumberg).
3. Untuk mengkaji tanda tahanan (defence muscular), maka dilakukan
hiperekstensi pada ektremitas kanan, bila didapatkan nyeri maka disebut
tanda psoas positif.
4. Nyeri pada saat fleksi ekstremitas dan rotasi internal hip kanan (Tanda
Obturator).

REFERENSI : Proposal Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Gangguan Pencernaan : Appendicitis Di Rumah Sakit Santo
Borromeus
5. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien Appendisitis !

Menurut Arief Mansjoer (2000), penatalaksanaan apendisitis adalah


sebagai berikut:
1.      Tindakan medis
a.    Observasi terhadap diagnosa
Dalam 8 – 12 jam pertama setelah timbul gejala dan tanda apendisitis,
sering tidak terdiagnosa, dalam hal ini sangat penting dilakukan observasi
yang cermat. Penderita dibaringkan ditempat tidur dan tidak diberi apapun
melalui mulut.  Bila diperlukan maka dapat diberikan cairan aperviteral.
Hindarkan pemberian narkotik jika memungkinkan, tetapi obat sedatif
seperti barbitural atau penenang tidak karena merupakan kontra indikasi.
Pemeriksaan abdomen dan rektum, sel darah putih dan hitung jenis di
ulangi secara periodik. Perlu dilakukan foto abdomen dan thorak posisi
tegak pada semua kasus apendisitis, diagnosa dapat jadi jelas dari tanda
lokalisasi kuadran kanan bawah dalam waktu 24 jam setelah timbul gejala.
b.    Intubasi
Dimasukkan pipa naso gastrik preoperatif jika terjadi peritonitis atau
toksitas yang menandakan bahwa ileus pasca operatif yang sangat
menggangu. Pada penderita ini dilakukan aspirasi kubah lambung jika
diperlukan. Penderita dibawa kekamar operasi dengan pipa tetap terpasang.
c.    Antibiotik
Pemberian antibiotik preoperatif dianjurkan pada reaksi sistematik dengan
toksitas yang berat dan demam yang tinggi .
2.      Terapi bedah
Pada apendisitis tanpa komplikasi, apendiktomi dilakukan segera setelah
terkontrol ketidakseimbangan cairan dalam tubuh dan gangguan sistematik
lainnya. Biasanya hanya diperlukan sedikit persiapan. Pembedahan yang
direncanakan secara dini baik mempunyai  praksi mortalitas 1 % secara
primer  angka morbiditas dan mortalitas penyakit ini tampaknya disebabkan
oleh komplikasi ganggren dan perforasi yang terjadi akibat yang tertunda.
3.      Terapi pasca operasi
Perlu dilakukan obstruksi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan
didalam, syok hipertermia, atau gangguan  pernapasan angket sonde lambung bila
pasien telah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan
pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan. Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar,
misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai  15 ml/jam selama 4-5 jam
lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.  Keesokan harinya diberikan makan saring, dan
hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan
untuk duduk tegak ditempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien
dapat berdiri dan duduk  diluar kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan
pasien diperbolehkan pulang. 
 

6. Rumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan Appendisitis !

No. Analisa Data Masalah Etiologi

1. Data Mayor Nyeri Agen cedera fisik


DS:
- Pasien mengeluh nyeri
- Pasien mengeluh nyeri
bertambah kalau batuk,
bersin mapun berjalan.
DO:
- Tampak meringis
- Bersikap protektif

Data Minor
DS:
- (Tidak Tersedia)
DO:
- (Tidak Tersedia)

2. Data Mayor Gangguan Nyeri


DS: Mobilitas Fisik
- Mengeluh nyeri
bertambah kalau pasien
batuk,bersin,maupun
berjalan
DO:
- (Tidak tersedia)
Data Minor
DS:
- Nyeri Saat bergerak
DO:
- Gerakan terbatas
Diagnosa :
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik pre oprasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyerik

7. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk diagnosis keperawatan utama


pasien dengan Appendisitis!

No Diagnosa Tujuan Intervensi

2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi


mobilitas fisik keperawatan 3x24 jam lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,
pasien dapat mencapai kualitas nyeri
mobilitas fisik yang 2.identikasi skala nyeri
efektif dengan kriteria 3. identifikasi faktor yang
hasil : memperberat dan memperingan
1. keuhan nyeri menurun nyeri
2. Gerakan terbatas 4. identifikasi keyakinan dan
menurun pengetahuan tentang nyeri.
5. berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi nyeri
7. kontrol lingkungan yang
memperkuat rasa nyeri
8. Fasilitasi istirahat dan tidur
9. jelaskan strategi meredakan nyeri
10. anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
11. Kolaborasipemberian anelgetik
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi adanya nyeri
mobilitas fisik keperawatan 3x24 jam atau keluhan fisik lainnya
pasien dapat mencapai 2. Identifikasi toleransi fisik
mobilitas fisik yang melakukan ambulasi
efektif dengan kriteria 3. Monitor frekuensi jantung
hasil : dan tekanan darah sebelum
1. keuhan nyeri menurun memulai ambulasi
2. Gerakan terbatas 4. Fasilitasi melakukan
menurun mobilitasi fisik
.
5. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur ambulasi
7. Anjurkan melakukan
ambulasi dini

SUMBER SIKI & SIKI


LOGBOOK ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN

KEGANASAN : CA. KOLON DAN REKTUM

Seorang laki-laki mengeluh susah buang air besar (BAB), kalau mengedan daerah panggul
dan anus terasa sakit dan BAB rasanya tidak tuntas, bentuk feses kecil-kecil seperti kotoran
kambing. Klien tampak pucat dan lemah. Menurut keterangan keluarga selama sakit klien
makannya sedikit karena takut BAB nya susah sehingga berat badannya turun . Klien
mempunyai riwayat keluarga dengan penyakit Polyposis, senang mengkonsumsi daging dan
sate. Klien tidak suka makan sayur-sayuran dan kurang mengkonsumsi buah-buahan.

1. Gambarkan anatomi dari organ tubuh yang berhubungan dengan Ca. kolon dan
rektum dan sebutkan bagian-bagiannya!

2. Apakah yang dimaksud dengan Ca. Kolon dan Rektum ? (tuliskan referensi yang anda
gunakan)

Kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan epitel dari
kolon atau rektum. Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang ditemukan di
kolon dan rektum. Kolon dan rektum adalah bagian dari usus besar pada sistem
pencernaan yang disebut juga traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada
dibagian proksimal usus besar dan rektum di bagian distal sekitar 5-7 cm di atas anus.
Kolon dan rektum berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-
zat yang tidak berguna.

REFERENSI : SMF Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas Malikussaleh, Aceh,


Indonesia. KANKER KOLOREKTAL
3. Sebutkan faktor resiko Ca. Kolon dan Rektum dan jelaskan proses terjadinya
penyakit tersebut!

Faktor Resiko Ca Colon dan Rektum

1. Usia

Usia 40 tahun merupakan usia dimana diagnosis kanker kolorektal mulai


meningkat tajam.15 Pasien kanker kolorektal 90% terjadi diatas usia 50
tahun.

2. Faktor Herediter

Kurang lebih sekitar 20% kasus kanker kolorektal memiliki riwayat


familial.17,18Terjadi peningkatan risiko kanker kolorektal pada anggota
keluarga tingkat pertama (first-degree) pasien yang baru didiagnosis
\ adenoma kolorektal atau kanker kolorektal invasif.19,20 Yang diwariskan
adalah familial adenomatous polyposis (FAP) dan hereditary nonpolyposis
colorectal cancer (HNPCC) atau yang biasa disebut sindrom Lynch. HNPCC
berhubungan dengan mutasi gen gen dalam jalur perbaikan DNA yang
disebut gen MLH1 dan MLH2.21,21 Sedangkan FAP disebabkan mutasi tumor
supresor gen APC (Antigen Presenting Cell).15 HNPCC terjadi 2-6% pada
kasus kanker kolorektal sedangkan FAP ditemukan pada >1% kasus kanker
kolorektal.15 Pasien dengan FAP mengalami pertumbuhan ratusan polip
pada usia 20 tahun.

3. Faktor Lingkugan

Lingkungan, pola hidup sosial dan kultural mempengaruhi terjadinya kanker


kolorektal. Pada sebuah studi, individu yang bermigrasi ke daerah resiko
rendah ke resiko tinggi akan cenderung menyerupai populasi di area
tersebut.24 Faktor geografi juga berpengaruh dengan kejadian kanker
kolorektal dimana insiden kanker kolorektal konsisten lebih tinggi pada
penduduk perkotaan.

b. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi

1. Pola Diet dan Nutrisi


Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, dan diet rendah serat
cenderung berisiko besar untuk mengalami kanker kolorektal.

2. Aktivitas Fisik dan Obesitas

Kurangnya aktivitas fisik menjadi salah satu faktor yang menyebabkan


terjadinya kelebihan obesitas pada 33,3 % kasus kanker kolorektal. Aktivitas
fisik yang baik akan meningkatkan angka metabolik dan meningkatkan
ambilan oksigen maksimal.32 Aktivitas fisik yang baik dan konstan dalam
jangka panjang dapat memberikan efek terjadinya peningkatan kapasitas
metabolic tubuh, penurunan tekanan darah, dan meningkatkan motilitas
usus
3. Merokok

Kematian pada kanker ini 12% disebabkan karena kebiasaan merokok.19


Karsinogen pada rokok menyebabkan pembentukan dan pertumbuhan polip
adenomatosa, lesi prekursor kanker kolorektal.20 Polip yang berukuran besar di
kolon dan rektum berkaitan dengan kebiasaan merokok jangka panjang.37
Hubungan antara merokok dan kanker lebih berpotensi mengarah ke kanker
rektum dibandingkan dengan kanker kolon.

4. Konsumsi Alkohol

Konsumsi alcohol merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker kolon bagian
distal pada usia muda.37 Metabolit reaktif yang terdapat pada alkohol seperti
asetaldehid bersifat karsinogenik. Konsumsi alkohol 2-4 porsi per hari
meningkatkan risiko hingga 23% dibandingkan individu yang mengonsumsi kurang
dari 1 porsi per hari. Porsi yang dimaksud merupakan satuan jumlah minuman yang
dikeluarkan oleh National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism

REFERENSI : Jurnal Ilmiah Bhayu Bayangkari

4. Sebutkan dan jelaskan tanda/ gejala untuk mendiagnosis Ca. Kolon rektum !

Tanda dan Gejala


1.Kanker kolon kanana.
1. Isi kolon berupa cairan
2. Obstruksic.
3. Melenad.
4. Nyeri dangkal abdomene.
5. Anemiaf.
6. Mucus jarang terlihat
7. Pada orang yang kurus, kanker kolon kolon kanan mungkin dapat teraba,tetapi
jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaantidak enak
pada abdomen, dan kadang- kadang pada epigastrium.
2.Kanker kolon kiri dan rectuma.
1. Cenderung menyebabkan perubahan defekasi b.
2. Diarec.
3. Nyeri kejangd.
4. Kembunge.
5. Sering timbul gangguan obstruksif.
6. Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pitag.
7. Mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses.h.
8. Anemiai.
9. Keinginan defekasi atau sering berkemih
10. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi fesesyang
tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, sertafeses
berdarah

REFERENSi :
https://www.academia.edu/36153616/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Ca_Col
on_docx
5. Sebutkan dan jelaskan tingkatan dari Ca. Kolon rektum !

Menurut Diyono (2013), tingakatan kanker kolorektal dari duke sebagai berikut :
1. Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding
rektum dan kolon).
2. Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.

3. Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.

4. Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan


ke organ lain.
REFERENSI Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMP, 2015
6. Sebutkan cara penyebaran Ca. Kolon rektum!

Penyebab jelas kanker usus besar belum diketahui secara pasti, namunmakanan
merupakan faktor yang penting dalam kejadian kanker tersebut. Yaitu berkorelasi
dengan faktor makanan yang mengandung kolesterol dan lemak hewantinggi, kadar
serat yang rendah, serta adanya interaksi antara bakteri di dalam usus besar dengan
asam empedu dan makanan, selain itu dapat juga dipengaruhi olehminuman yang
beralkohol, khususnya bir.Kanker kolon dan rektum terutama berjenis histopatologis
(95%)adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel dalam usus = endotel).
Munculnyakanker kolon biasanya dimulai sebagai polip jinak, yang kemudian dapat
menjadiganas dan menyusup, serta merusak; jaringan normal dan meluas ke dalam
struktursekitarnya. Kanker kolon dapat berupa masa polipoid, besar, tumbuh ke
dalamlumen, dan dengan cepat meluas ke sekitar usus sebagai striktura annular (mirip
cincin). Lesi annular lebih sering terjadi pada bagi rektosigmoid, sedangkan lesi
polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon asendens. Kankerkolon
dapat menyebar melalui :
1. Infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandungkemih (vesika urinaria).
2. Penyebaran lewat pembuluh limfe limfogen ke kelenjar limfe perikolon
danmesokolon.
3. Melalui aliran darah, hematogen biasanya ke hati karena kolon
mengalirkandarah balik ke sistem portal.

REFERENSI :
https://www.academia.edu/36153616/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Ca_Colon_d
ocx
7. Sebutkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis Ca. Kolon rektum!

a. Pemeriksaan laboratorium klinis Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma


kolorektal bisa untuk menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan
atau kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain pemeriksaan
darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang merupakan pemeriksaan rutin.
Anemia dan hipokalemia kemungkinan ditemukan oleh karena adanya
perdarahan kecil. Perdarahan tersembunyi dapat dilihat dari pemeriksaan
tinja.13Selain pemeriksaan rutin di atas, dalam menegakkan diagnosa
karsinoma kolorektal dilakukan juga skrining CEA (Carcinoma Embrionic
Antigen). Carcinoma Embrionic Antigen merupakan pertanda serum terhadap
adanya karsinoma kolon dan rektum.

b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi Pemeriksaan Laboratorium


Patologi Anatomi pada kanker kolorektal adalah terhadap bahan yang berasal
dari tindakan biopsi saat kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil pemeriksaan
ini adalah hasil histopatologi yang merupakan diagnosa definitif. Dari
pemeriksaan histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik berbagai jenis
kanker maupun karsinoma di kolorektal ini.

c. Radiologi Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos


abdomen atau menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah
dengan memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya mencapai
90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan
bersama-sama sigmoidoskopi, merupakan cara yang hemat biaya sebagai
alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien
yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko
perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar 0,02
%. Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus
digunakan daripada barium enema

d. Kolonoskopi Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran


seluruh mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran
pencernaan dengan menggunakan alat kolonoskop, yaitu selang lentur
berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan dilengkapi dengan kamera

e. REFERENSI : SMF Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas


Malikussaleh, Aceh, Indonesia. KANKER KOLOREKTAL
8. Jelaskan penatalaksanaan pada pasien Ca. Kolon rektum !

Penatalaksanaan Pasien Ca. Kolon dan Rektum

1. Bedah Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas diterima
sebagai penanganan kuratif untuk kanker kolorektal. Pembedahan kuratif harus
mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal tetapi juga harus tetap
mempertahankan fungsi dari kolon sebisanya (Casciato DA, 2004). Pada tumor
yang bisa dioperasi, tindakan bedah merupakan satu-satunya pengobatan kuratif
karena adenokarsinoma kurang sensitif terhadap radiasi ataupun sitostatika.
Namun, pada tumor yang tidak dapat dioperasi lagi, tindakan bedah bersifat
paliatif.13 Pilihan penanganan kanker rektum memerlukan ketepatan lokalisasi
tumor, karena itu untuk tujuan terapi rektum dibagi dalam 3 bagian, yaitu 1/3
atas, 1/3 tengah, dan 1/3 bawah. Bagian 1/3 atas dibungkus oleh peritoneum
pada bagian anterior dan lateral, bagian 1/3 tengah dibungkus peritoneum
hanya di bagian anterior saja, dan bagian 1/3 bawah tidak dibungkus
peritoneum.

2. Radioterapi Terapi radiasi merupakan penanganan kanker dengan


menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker. Terdapat dua
cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan radiasi eksternal dan radiasi
internal. Pemilihan cara radiasi diberikan tergantung pada tipe dan stadium dari
kanker

3. Kemoterapi Adjuvant Kanker kolorektal telah banyak resisten pada hampir


sebagian kemoterapi. Bagaimanapun juga kemoterapi yang diikuti dengan
ekstirpasi dari tumor secara teoritis seharusnya dapat menambah efektifitas
kemoterapi. Kemoterapi sangat efektif digunakan bila tumor sangat sedikit dan
berada pada fase proliferasi (Schwartz, 2005). Sitostatika berupa kombinasi
FAM (5-fluorasil, adriamycin, dan mitomycin c) banyak dipergunakan sebagai
terapi adjuvant.

REFERENSI : SMF Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran, Universitas


Malikussaleh, Aceh, Indonesia. KANKER KOLOREKTAL
9. Rumuskan diagnosis keperawatan pada Ca. Kolon rektum!

No. Analisa Data Masalah Etiologi

1. Data Mayor Konstipasi Ketidakmampuan


DS: pengeluaran feses
- Pasien mengeluh susah secara efektif
buang air besar (BAB)
DO:
- Bentuk feses kecil-kecil

Data Minor
DS :
- Pasien mengatakan saat
defeaksi
- Pasien mengatakan pada
saat mengejan daerah
panggul dan anus terasa
sakit.

DO:
- Pasien tampak pucat dan
lemah
- Berat badan menurun.
2. Data Mayor Defisit Nutrisi Rasa ketakutan
DS: - susah buang air
DO: besar (BAB)
- Berat badan menurun
Data Minor:
DS :
- Pasien makan sedikit
- Klien tidak suka makan
sayur-sayuran dan kurang
mengkonsumsi buah-
buahan.
- Klien senang
mengkonsumsi daging dan
sate.
DO:
- Klien tampak pucat dan
lemah

Diagnosa
1. Konstipasi berhubungan dengan Ketidakmampuan pengeluaran feses secara
efektif
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan faktor fisiologisRasa ketakutan susah buang
air besar (BAB)

SUMBER SDKI
10. Tuliskan tujuan dan intervensi keperawatan untuk pasien dengan Ca. Kolon rektum !

No. Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Konstipasi Setalah dilakukan asuhan 1. Identifikasi masalah usus


berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam, dan penggunaan obat
Ketidakmampuan pasien mencapai eliminasi pencahar
pengeluaran feses yang efektif, dengan kriteria 2. Identifikasi pengobatan
secara efektif hasil : yang berefek pada kondisi
1. Keluhan Defeaksi gastrointestinai
susah menurun 3. Monitor buang air
2. Mengejan saat Besar
defeaksi menurun 4. Monitor tanda dan gejala
3. Pinggul dan anus 5. Berikan air hangat
serasa sakit saat setelah makan
mengejan menurun 6. Jadwalkan waktu
defeaksi bersama pasien
7. Jelaskan jenis makanan
yang membantu
meningkatkan keteraturan
peristaltik usus
8. Anjurkan pengurtangan
asupan makanan yang
mengandung tinggi serat
2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukannya asuhan 1. identifikasi status nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 2. identifikasi alergi dan
Rasa faktor fisiologis jam diharapkan pasien dapat toleransi makanan yang
ketakutan susah memenuhi nutrusinya dengan disukai
buang air besar efektif, dengan kriteria hasil : 3.monitor berat badan
(BAB) 1. pengetahuan tentang 4. monitor asupan makanan
standarasupan nutrien yang 5.pastikan sesuai pedoman
tepat meningkat diet
2.pengetahuan pilihan 6. sajikan makanan secara
makanan yang tepat menarik dan suhu yang
meningkat sesuai
3. berat badan membaik 7. berikan makanan tinggi
4. nafsu makan membaik serat untuk mencegah
konstipasi
8.anjurkan posisi duduk
Kolaborasi dengan ahli
giziuntuk menentukan
jumlah kaloridan jenis
nutrienyang dibutuhkan.

SUMBER SIKI dan SLKIu

Anda mungkin juga menyukai