Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 3 :

1 . F I T R I Y E N I ( 2 0 1 4 2 0 11 0 2 )
2 . N E R A N T I V I D I ATA M A

APPENDISITIS
KONSEP TEORI
LAPORAN KASUS
APPENDISITIS (KONSEP TEORI)

Pengertian :
• Adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks).
• Infeksi yang terjadi dapat mengakibatkan pernanahan.
• Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah.
• Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu
dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum.
• Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan
terletak di perut kanan bawah.
(Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda 2002).

Etiologi
• Disebabkan oleh infeksi bakteri
• Obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks, biasanya
disebabkan adanya timbunan tinja yang keras (fecalit)
dan Hipeplasia jaringan limfoid.
APPENDISITIS (KONSEP TEORI)

PATOFISIOLOGI :
• Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit, benda asing, struktur karena fibrosis akibat peradangan

• Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang di produksi mukosa mengalami


bendungan, makin lama makin banyak, karena elasitas dinding apendik mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan tekanan intralumen meningkat sehingga
menyebabkan aliran limfe menjadi edema, dan ulserasi mukosa. Pada saat ini lah
terjadi apendisitis akut fokal.

• Bila sekresi mucus terus berlanjut tekanan akan terus meningkat dan terjadi obstruksi
vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
perut kanan bawah. Keadaan ini disebut apendiksitis supuratif akut.

• Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding appendiks yang di
ikuti gangren. Stadium ini disebut dengan Appendicitisganggrenosa. Bila diniding
yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi Appendicitis perforasi.
APPENDISITIS (KONSEP TEORI)

Manifestasi klinis:
• Nyeri perut kuadran kanan bawah biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual dan seringkali muntah.
• Pada titik McBurney (letak dipertengahan antara umbilicus dan spina
anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku
dari bagian bawah otot rektus kanan.
• Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendik mengakibatkan sejumlah nyeri
tekan, spasme otot dan konstipasi atau diare kambuhan.
• Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah,
yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah)
• Jika terjadi rupture apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar,
terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
(Menurut Brunner & Suddar, 2000)
APPENDISITIS (KONSEP TEORI)

Komplikasi :
Komplikasi yang terjadi pada appensitis sebagai beikut :
• Infeksi luka
• Abses intra abdominal (pelvis, fosa iliaka kanan, subfrenikus)
• Perlekatan
• Aktinomikosis abdomen ( infeksi yang disebabkan oleh bakteri acinomyses)
• Piemia porta (infeksi melalui sistem porta)
(Menurut Grace & Borkey, 2006)

Penatalaksanaan
• Pembedahan diindikasikan jika terdiagnosa appendicitis; lakukan apendiktomi
secepat mungkin untuk mengurangi resiko perforasi. Metode insisi abdominal
dibawah anestesi umum atau spinal; laparaskopi
• Berikan antibiotik dan cairan IV sampai pembedahan dilakukan
• Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
APPENDISITIS (KONSEP TEORI)

Tinjauan Keperawatan :
1. Pengkajian
a. Anamnesa
• Penderita apendicitis gejala awalnya ditandai dengan nyeri mula mula di epigastrium (nyeri viseral) yang
beberapa waktu kemudian menjalar keperut kanan bawah dan juga ditandai dengan muntah karena
adanya nyeri viseral. Selain itu di sekitar epigastrium akan terasa panas karena kuman yang menetap
didinding usus. Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit,
menghindari pergerakan, diperut terasa nyeri
(Doengoes,2000)
b. Pemeriksaaan fisik
• Pemeriksaan fisik pada pasien apendicitis akan ditemui hasil nyeri abdomen periumblikal, mual, muntah,
lokasi nyeri menuju fosa iliaka kanan, nyeri tekan sepanjang titik McBurney
(Grace & Borley, 2006)
c. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :
• Ultrasonografi untuk mengatahui massa apendiks
• Laparoskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum dilakukan apendiktomi
pada wanita muda.
• Diagnosa berdasarkan klinis, namun sel darah putih (hampir selalu leukositosis)
• CT Scan (heliks) pada pasien usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin.
(Piece A Grece & Neil R Borley, 2006)
APPENDISITIS (KONSEP TEORI)

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


Diagnosa keperawatan dan intervensi yang muncul pada pasien post op apendiksitis
(Nanda,2012) meliputi :

DX I : Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal oleh inflamasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tampak rileks, mampu
tidur/istirahat dengan tepat, ekspresi wajah lebih rileks.

Intervensi :
• Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik nyeri
• Jelas kan pada pasien penyebab nyeri
• Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
• Berikan aktivitas hiburan (berbincang dengan keluarga)
• Berikan kompres hangat pada abdomen
• Observasi tanda tanda vital
• Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik
APPENDISITIS (KONSEP TEORI)

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

DX II. Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi infeksi
dengan kriteria bebasa tanda infeksi dan inflamasi, TTV dalam rentang
normal.

Intervensi:
• Kaji kondisi lokasi luka post operasi apendiktomi
• Jelaskan pada pasien tentang proses terjadinya infeksi dan tanda tanda infeksi
• Obsevasi tanda – tanda vital terhadap peningkatan suhu tubuh, nadi, adanya
pernafasan cepat dan dangkal.
• Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik
• Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
menurun, mual dan muntah.
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)
A.Pengkajian
1. Identitas
• Nama : Ny. A
• Umur : 31 Tahun
• Jen kel : Wanita
• Tgl. Masuk : 13 Juni 2021
• Tgl. Pengkajian : 15 Juni 2021
• Diagnosa Medik : Apendicitis

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri perut post operasi, nyeri dirasa timbul saat
bergerak, kualitas nyeri perih dan terasa panas seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 4 (sedang), dan nyeri
hilang timbul, Pasien tampak lemah.

b. Riwayat penyakit sekarang


• Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan bawah dirasa sejak kurang lebih satu tahun yang lalu, tidak
pernah berobat sebelumnya karena dikira hanya maag.
• Pasien datang ke IGD pada tanggal 13 juni 2021 dengan membawa hasil USG pada dengan gambaran
apendisitis untuk segera dioperasi, pasien sudah puasa sejak pukul 08.00 WIB. Terapi di IGD infus ringer
laktat 20 tetes per menit, injeksi ketorolac 10 mg. Pasien dilakukan operasi atau pembedahan pada tanggal
13 Juni 2021.
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)

c. Riwayat kesehatan dahulu


• Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit apendisitis sebelumnya. tidak pernah mengalami
kecelakaan, dirawat di rumah sakit, ataupun menjalani operasi, hanya sakit biasa seperti demam, pilek,
dan batuk.

d. Riwayat kesehatan Keluarga


• Pasien mengatakan keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit apendisitis, dan salah satu keluarga
yang mempunyai penyakit keturunan yaitu diabetes militus diderita kakek dan neneknya.

3. Pengkajian fungsional
a. Pola eliminasi
• Pola eliminasi BAK sebelum sakit BAK ±7 kali sehari, warna kuning, berbau khas, tidak ada masalah.
• Selama sakit pasien BAK dengan terpasang Dower Cateter ± 1000 cc per hari, warna kuning, berbau
khas.

b. Pola aktivitas
• Sebelum sakit mampu melakukan aktivitas harian dengan mandiri.
• Selama sakit mengatakan untuk aktivitas, makan, dan berpindah dibantu orang lain, untuk toileting
dibantu dengan alat.
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)
c. Pola keamanan dan kenyamanan
• Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami gangguan kesadaran, gangguan pendengaran,
ataupun gangguan penglihatan.
• Selama sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan kesadaran, gangguan pendengaran, atau pun
gangguan penglihatan, pada luka post operasi apendiktomi terasa nyeri, nyeri dirasa saat bergerak,
kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, diperut kanan bawah kuadran 4, skala nyeri 4 (0-10), nyeri
hilang timbul. Pasien tampak lemah dan merintih kesakitan.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis / GCS 15 (E4V5M6).
Tekanan darah : 100/70 mmHg,
Nadi : 84 kali per menit,
Pernapasan : 20 kali per menit
Suhu : 38°C.

b. Pada pemeriksaan fisik abdomen :


Inspeksi : Luka post operasi diperut kanan bawah, tertutup kassa, warna kulit sekitar luka
tidak kemerahan, umbilikus bersih.
Auskultasi : Peristaltik usus 5 kali per menit.
Perkusi : Suara perut tidak terkaji.
Palpasi :Terdapat nyeri tekan pada bagian perut kanan bawah kuadran 4 atau daerah post
operasi apendiktomi.
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)
c. Pola keamanan dan kenyamanan
• Sebelum sakit pasien mengatakan tidak mengalami gangguan kesadaran, gangguan pendengaran,
ataupun gangguan penglihatan.
• Selama sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan kesadaran, gangguan pendengaran, atau pun
gangguan penglihatan, pada luka post operasi apendiktomi terasa nyeri, nyeri dirasa saat bergerak,
kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, diperut kanan bawah kuadran 4, skala nyeri 4 (0-10), nyeri
hilang timbul. Pasien tampak lemah dan merintih kesakitan.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis / GCS 15 (E4V5M6).
Tekanan darah : 100/70 mmHg,
Nadi : 84 kali per menit,
Pernapasan : 20 kali per menit
Suhu : 38°C.

b. Pada pemeriksaan fisik abdomen :


Inspeksi : Luka post operasi diperut kanan bawah, tertutup kassa, warna kulit sekitar luka
tidak kemerahan, umbilikus bersih.
Auskultasi : Peristaltik usus 5 kali per menit.
Perkusi : Suara perut tidak terkaji.
Palpasi :Terdapat nyeri tekan pada bagian perut kanan bawah kuadran 4 atau daerah post
operasi apendiktomi.
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tanggal 12 Juni 2021 pre operasi meliputi :
• Limfosit 14.3% (nilai normal : 22-44);
• Monosit 10.4% (nilai normal : 0-7);
• MCV 75fL (nilai normal : 80-96);
• MCH 2fL (nilai normal : 28-33);
• Kreatinin 0.59 mg/dl (nilai normal : 0.6-1.1)

b. Pemeriksaan USG tanggal 11 Juni 2021


• Hasil pemeriksaan USG dengan hasil hepar, vesica felea, pancreas, kedua renal, vesica
urinaria, maupun prostat dalam batas normal;
• Secara sonografi adanya gambaran adneksitis kanan, small simple cyst ovarii kiri.
• Pada region Mc Burney tampak stuktur tubuler blind end non kompresi, menyongkong
gambaran apendisitis.

6. Terapi
• Terapi infus ringer laktat 20 tetes per menit pada tangan sebelah kiri
• Terapi injeksi taxegram 1gram/12 jam.
• Torasic 10 mg/8 jam untuk terapi somatik jangka pendek nyeri akut serajad sedang-berat.
• Gastridin 150 mg/12 jam untuk tungkak lambung dan usus dua belas jari.
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)
7. Data Fokus
Data Subjektif
• Klien mengeluh nyeri perut post operasi terutama saat bergerak
P : Nyeri pada luka jahitan jika digunakan bergerak, nyeri berkurang pada saat istirahat.
Q : nyeri terasa perih dan panas seperti ditusuk-tusuk
R : daerah abdomen
S : Skala Nyeri 4 ( Nyeri Sedang)
T : Nyeri Hilang timbul

Data Objektif
• Terdapat luka jahitan pada area abdomen
• Klien tampak meringis kesakitan dan mengerutkan dahi serta memegangi area yang sakit.
• Klien tampak lemah
• Terpasang Infus pada tangan sebelah kiri
• Terpasang Dower Cateter
• Tanda tanda Vital :
Tek darah : 100/70 mmHg,
Nadi : 84 kali per menit,
Pernapasan : 20 kali per menit
Suhu : 38°C.
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Problem Etiologi
1. Ds : Nyeri Akut Distensi Jaringan
Klien mengeluh nyeri perut post operasi terutama saat bergerak Intestinal
P : Nyeri pada luka jahitan jika digunakan bergerak, nyeri berkurang
pada saat istirahat.
Q : nyeri terasa perih dan panas seperti ditusuk-tusuk
R : daerah abdomen
S : Skala Nyeri 4 ( Nyeri Sedang)
T : Nyeri Hilang timbul
Do:
Terdapat luka jahitan pada area abdomen
Klien tampak meringis kesakitan dan mengerutkan dahi serta
memegangi area yang sakit.
2. Ds : Resiko Tidak Adekuatnya
Klien mengeluh panas pada lokasi luka jahitan Terjadi pertahanan tubuh
DO: Infeksi primer
Terdapat luka jahitan pada abdomen, suhu sekitar luka hangat
TTV TD : 100/70 mmHg,
Nadi : 84 kali per menit,
RR : 20 kali per menit
Suhu : 38°C.
Limfosit 14.3% (nilai normal : 22-44)
Monosit 10.4% (nilai normal : 0-7);
MCV 75fL (nilai normal : 80-96);
MCH 2fL (nilai normal : 28-33);
Kreatinin 0.59 mg/dl (nilai normal : 0.6-1.1).
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)
C. Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut b/d distensi Jaringan Intestinal
• Resiko terjadinya Infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer.

D. Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Nyeri akut b/d distensi Jaringan Intestinal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam rasa nyeri berkurang dengan kriteria hasil
:Nyeri berkurang / hilang, Ekspresi lebih rilek, adanya respon verbal nyeri berkurang / hilang,
Tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
• Kaji tingkat nyeri, lokasi, karakteristik
Rasional : Mengetahui sejauhmana tingkat nyeri dan merupakan indiktor secara dini untuk dapat memberikan
tindakan
• Perhatikan isyarat verbal dan non verbal
Rasional : Untuk mengetahui respon nyeri yang dirasakan
• Berikan informasi dan petunjuk penyebab nyeri yang timbul
Rasional : Informasi yang tepat dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien dan menambah pengetahuan
tentang nyeri
• Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional : Nafas dalam dapat menghirup O2 secara adequat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga
dapat mengurangi rasa nyeri
• Lakukan pemeriksaan tanda vital
Rasional : Deteksi dini perkembangan kesehatan klien
• Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)

D. Intervensi Keperawatan
Dx 2 : Resiko terjadinya Infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi dengan kriteria
hasil : tidak ditemukan tanda tanda infeksi, suhu batas normal : 36,5C – 37,5 C, nilai lab
darah batas Normal

Intervensi :
• Kaji lokasi post operasi apendiktomi
Rasional : untuk mengetahui tanda tanda infeksi
• Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
Rasional : Mencegah organisme bakteri muncul
• Lakukan pemeriksaan TTV
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana tingkat nyeri dan tanda tanda infeksi
• Anjurkan klien untuk makan TKTP
Rasional : untuk membantu proses penyembuhan
• Bastasi pengunjung sesuai indikasi
Rasional : Agar klien dapat beristirahat
• Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : dapat menurunkan resiko penyebaran infeksi
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)

EVALUASI KEPERAWATAN

DX Tanggal Implementasi Evaluasi Pelaksana

1 15/06/2021 1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, S:


karakteristik Klien mengatakan nyeri mulai
2. Perhatikan isyarat verbal berkurang, skala nyeri 3 (ringan) Yeni
dan non verbal O:
3. Berikan informasi dan klien tampak kooperatif saat perawat
petunjuk penyebab nyeri memberikan informasi dan penjelasan
yang timbul tentang penyebab nyeri.
4. Ajarkan teknik relaksasi Klien tampak antusias mengikuti arahan
nafas dalam perawat mengajarkan teknik dafas
5. Lakukan pemeriksaan dalam.
tanda vital A: Masalah belum teratasi
6. Kolaborasi pemberian P : Intervensi dilanjutkan
analgetik Kaji karakteristik nyeri
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Berikan terapi analgetik
APPENDISITIS (LAPORAN KASUS)

EVALUASI KEPERAWATAN

DX Tanggal Implementasi Evaluasi Pelaksana

2 15/06/2021 1. Kaji lokasi post operasi S:


apendiktomi Klien mengatakan masih merasakan
2. Lakukan perawatan luka panas pada lokasi luka jahitan
dengan teknik aseptik
3. Lakukan pemeriksaan O:
TTV Terdapat luka jahitan post op
4. Anjurkan klien untuk apendictomi, suhu sekitar hangat
makan TKTP TTV : TD : 100/70 mmhg
5. Batasi pengunjung sesuai Nadi : 82 x/mnt
indikasi RR : 20 x/mnt
6. Kolaborasi pemberian suhu : 37.6 °C
antibiotik
A : Masalah belum teratasi

P: Intervensi di lanjutkan

Anda mungkin juga menyukai