Anda di halaman 1dari 21

ASKEP

ATRESIA ANI
KELOMPOK 2 :
HELYATIL HASANAH
PEBIE YENANDA
NELLI SAPITRI
ERMA MARLINA
YOKI SAPUTRA
DEFENISI ATRESIA ANI

 Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti
tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam
istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal.

 Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi


membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata
atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun
tidak berhubungan langsung dengan rectum.
ETIOLOGI

Atresia anorectal terjadi karena ketidaksempurnaan


dalam proses pemisahan. Secara embriologis hindgut
dari apparatus genitourinarius yang terletak di
depannya atau mekanisme pemisahan struktur yang
melakukan penetrasi sampai perineum. Pada atresia
letak tinggi atau supra levator, septum urorectal turun
secara tidak sempurna atau berhenti pada suatu
tempat jalan penurunannya
ATRESIA ANI DAPAT DISEBABKAN

Faktor 1 Faktor 2
Putusnya saluran pencernaan Kegagalan pertumbuhan saat bayi
dari atas dengan daerah dubur dalam kandungan berusia 7 minggu 
sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur
KLASIFIKASI

Anal stenosis adalah Anal agenesis adalah


terjadinya penyempitan memiliki anus tetapi ada
01 daerah anus sehingga 03 daging diantara rectum
feses tidak dapat keluar dengan anus

Inperforata membran
Rectal atresia adalah
02 adalah terdapat membran
pada anus
04 tidak memiliki rectum
MANIFESTASI KLINIS

jika bayi tidak dapat


Kegagalan lewatnya Bayi muntah –
buang air besar sampai
mekonium setelah bayi muntah pada usia
24 jam setelah lahir,
lahir, tidak ada atau 24 – 48 jam
gangguan intestinal,
stenosis kanal rectal, setelah lahir juga
pembesaran abdomen,
adanya membran anal & merupakan salah
pembuluh darah di kulir
fistula eksternal pada satu manifestasi
abdomen akan terlihat
perineum klinis atresia ani.
menonjol
KOMPLIKASI

Inkontinensia
Asidosis hiperkloremia

Infeksi saluran kemih Yg Prolaps mukosa anorektal.


bisa berkepanjangan

Kerusakan uretra (akibat Fistula


prosedur bedah)
PEMERIKSAAN FISIK
 Abdomen :Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak
bermasa/tumor, tidak terdapat perdarahan pada umbilicus, usus melebar,
kadang – kadang tampak ileus obstruksi, pada auskultasi terdengan
hiperperistaltik

 Genetalia : Pada bayi laki-laki dengan fistula urinaria didapatkan mekonium


pada urin, dan pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan
mekonium pada vagina.
 Anus : Anus nampak merah,. Thermometer yang dimasukan kedalam anus
tertahan oleh jaringan, tanpa mekonium dalam 24 jam setelah bayi lahir,
tinja dalam urin dan vagina.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

PEMERIKSAAN RADIOLOGIS PEMERIKSAAN RECTUM


Dilakukan untuk mengetahui Kepatenan rectal dapat
01 ada tidaknya obstruksi 03 dilakukan colok dubur dengan
intestinal. menggunakan selang atau
jari.

SINAR X THD ABDOMEN TEKNIK WANGENSTEEN-RICE


Dilakukan utk menentukan Menunjukkan adanya kumpulan
udara dlm ujung rectum yg buntu
02 kejelasan keseluruhan bowel & utk
mengetahui jarak pemanjangan 04 pada mekonium yg mencegah
kantung rectum dari sfingternya. udara sampai keujung kantong
rectal
PENATALAKSANAAN
 Pembuatan Kolostomi
 PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
 Tutup kolostomi
 Dilakukan dilatasi setiap hari dengan kateter uretra, dilatasi hegar, atau speculum
 Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada
anus yang baru pada kelainan tipe dua.
 Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti
pada masa neonates.
 Melakukan pembedahan rekonstruktif:
 Operasi abdominoperineum pada usia (1 tahun)
 Operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-2 bulan)
 Pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
 Penanganan pasca operasi:
 Memberikan antibiotic secara iv selama 3 hari
 Memberikan salep antibiotika selama 8-10 hari
PATOFISIOLOGI
 Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
 Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena
ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga
bulan. Berkaitan dengan sindrom down.
 Atresia ani yang terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan
segala akibatnya.
 Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi
sehingga terjadi asidosis hiperchloremia, sebaliknya fese mengalir kearah traktus
urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk
fistula antara rectum dengan organ sekitarnya.
ASKEP
PENGKAJIAN
 RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG : Ditemukan penyumbatan anus (anus tidak
normal), tidak adanya mekonium, adanya kembung dan terjadi muntah pada 24-48 jam
setelah lahir.
 RIWAYAT KESEHATAN DAHULU :
 Riwayat Parental Kesehatan ibu selama hamil, kapan hari pertama haid terakhir
(HPHT), imunisasi TT, nutrisi selama ibu hamil dan kebiasaan atau perilaku ibu sewaktu
hamil yang merugikan bagi perkembangan dan pertumbuhan janin, seperti : kebiasaan
merokok, minum kopi, minum minuman keras, mengkonsumsi narkoba dan obat obatan
secara sembarang
 Riwayat Intranatal Lamanya kehamilan, jenis dan lamanya partus, jenis pertolongan
persalinan, berat badan lahir, keadaan bayi lahir awal, awal timbulnya pernafasan,
tangisan pertama dan tindakan khusus.
 Riwayat neonatal Skor APGAR (warna, sianosis, pucat, ikhterik), mucus yang berlebihan
paralisis, konvulsi, demam, kelainan congenital, kesulitan menghisap, kesulitan
pemberian makan atau ASI.
PENGKAJIAN
 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA : Adanya anggota keluarga uang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan langsung
dengan gangguan system gastrointestinal.

 Riwayat Psikologis : Koping keluarga dalam menghadapi masalah.

 Riwayat tumbuh kembang anak.


 BB lahir abnormal.
 Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami
trauma saat sakit.
 Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal.
 Saat kelahiran tidak keluar mekonium.
DIAGNOSA
 Diagnosa preoperasi:
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
muntal
 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan.
 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan mual, muntah, anoreksia
 Gangguan Pola Eliminasi BAB berhubungan dengan aganglion

 Diagnosa post operasi :


 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan kolostomi.
 Resiko infeksi berhubungan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka
kolostomi.
INTERVENSI
 Diagnosa preoperasi:
 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
muntal
 Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
 Kriteria Hasil :
1. Output urin 1-2 ml/kg/jam
2. Capillary refill 3-5 detik
3. Turgor kulit baik
4. Membrane mukosa lembab

 Intervensi :
• Monitor intake – output cairan - R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien
• Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV- R/ Mencegah dehidrasi
• Pantau TTV - R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi
INTERVENSI
 Diagnosa preoperasi:
 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur perawatan
 Tujuan :Kecemasan orang tua dapat berkurang
 Kriteria Hasil : Klien tidak lemas

 Intervensi :

• Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi
saluran pencernaan normal. Gunakan alat, media dan gambar - R/ Agar orang tua
mengerti kondisi klien
• Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua - R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat
membantu menurunkan kecemasan
• Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi - R/ Membantu mengurangi
kecemasan klien
INTERVENSI
 Diagnosa postoperasi:
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.

 Tujuan :Tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut .


 Kriteria Hasil :
1. Penyembuhan luka tepat waktu.
2. Tidak terjadi kerusakan di daerah sekitar anoplast

 Intervensi :
1) Kaji area stoma.
2) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian lembut dan longgar pada area stoma.
3) Tanyakan apakah ada keluhan gatal sekitar stoma.
4) Kosongkan kantong kolostomi setelah terisi ¼ atau ⅓ kantong.
5) Lakukan perawatan luka kolostomi.
INTERVENSI
 Diagnosa postoperasi:
 Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap
luka kolostomi.

 Tujuan :Tidak terjadi infeksi.


 Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
2) TTV normal.
3) Leukosit normal.
 Intervensi :
1) Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
2) Pantau TTV.
3) Pantau hasil laboratorium.
4) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
IMPLEMENTASI & EVALUASI

Implementasi Evaluasi
 Pasien dapat BAK dengan normal. Tidak
ada perubahan volume urine.
Kegiatan yang dilakukan  Nyeri pasien dapat berkurang
 Rasa nyaman pasien bertambah.
sesuai dengan rencana yang  Pasien tidak mengalami penurunan berat
telah ditetapkan. badan
 Turgor pasien baik
 Pasien tidak mual, muntah
 Nafsu makan pasien bertambah
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai