Anda di halaman 1dari 35

 Appendicitis adalah infeksi pada appendiks

karena tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu


feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus
 Definisi lain Apendisitis merupakan peradangan
pada appendiks, sebuah kantung buntu yang
berhubungan dengan bagian akhir secum yang
umumnya disebabkan oleh obstruksi pada lumen
appendiks (Luxner, 2005)
 Williams dan Wilkins (dalam Indri, et al, 2014)
menyatakan apendisitis merupakan peradangan
pada Apendiks yang berbahaya jika tidak
ditangani dengan segera di mana terjadi infeksi
berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen
usus
 Apendicitis umumnya terjadi karena infeksi
bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang
terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini
biasanya disebabkan karena adanya timbunan
tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan
limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing
dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan terjadinya sumbatan.
 Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan
kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya
penyakit apendisitis.
1. Appendisitis Akut Merupakan peradangan
pada appendiks dengan gejala khas yang
memberikan tanda setempat. Gejala apendisitis
akut antara lain nyeri samar-samar dan tumpul
yang merupakan nyeri visceral di daerah
epigastrium di sekitar umbilicus. Keluhan ini
disertai rasa mual muntah dan penurunan
nafsu makan. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke titik McBurney. Pada titik ini
nyeri yang dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
letaknya sehingga merupakan nyeri somatic
setempat (Sjamsuhidayat, 2005).
2. Appendisitis Kronis Diagnosis apendisitis
kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan 3
hal yaitu; pertama, pasien memiliki riwayat
nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen
selama paling sedikit 3 minggu tanpa
alternative diagndosis lain. Kedua, setelah
dilakukan appendiktomi gejala yang dialami
pasien akan hilang dan yang ketiga, secara
histopatologik gejalanya dibuktikan sebagai
akibat dari inflamasi kronis yang aktif pada
dinding appendiks atau fibrosis pada
appendiks, (Santacroce & Craig, 2006)
 Nyeri perut, Beberapa tanda nyeri yang terjadi pada kasus
apendisitis dapat diketahui melalui beberapa tanda nyeri
antara lain; Rovsing’s sign, Psoas sign, dan Jump Sign
 Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu atau lebih
episode muntah dengan rasa sakit •
 Umumnya nafsu makan akan menurun •
 Konstipasi •
 Nilai leukosit yang biasanya meningkat dari rentang nilai
normal •
 Pada auskultasi, bising usus normal atau meningkat pada
awal apendisitis dan bising melemah jika terjadi perforasi •
 Demam •
 Temuan dari hasil USG berupa cairan yang berada di
sekitar appendiks menjadi sebuah tanda sonographik
penting
 Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi
lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal
terjadinya appendicitis. •
 Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh
hambatan pada bagian proksimal. Selanjutnya,
terjadi peningkatan sekresi normal dari mukosa
apendiks yang distensi secara terus menerus
karena multiplikasi cepat dari bakteri •
 Obstruksi juga menyebabkan mukus yang
diproduksi mukosa terbendung. semakin lama,
mukus tersebut semakin banyak. Namun,
elastisitas dinding apendiks terbatas sehingga
meningkatkan tekanan intralumen. P
 Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan
apendiks mengalami hipoksia, hambatan aliran limfe,
ulserasi mukosa, dan invasi bakteri. Infeksi
memperberat pembengkakan apendiks (edema).
Trombosis pada pembuluh darah intramural (dinding
apendiks) menyebabkan iskemik. Pada saat ini, terjadi
apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium •
 Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus
meningkat. Hal tersebut menyebabkan obstruksi vena,
edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. •
 Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark
dinding apendiks yang diikuti dengan gangren
 Tata laksana apendisitis sebelum terjadinya perforasi antara
lain; rehidrasi, pemberian antibiotik, dan tindakan bedah
appendiktomi (pengangkatan appendiks) •
 Antibiotik diberikan sebelum prosedur operasi •
 Cairan intra vena dan elektrolit diberikan sebelum operasi

 Tindakan bedah biasanya dilkukan pada kuadran kanan
bawah perut dengan dilakukan insisi •
 Pada apendisitis perforasi atau yang telah mengalami
rupture appendiks memiliki tata laksana antara lain;
rehidrasi intra vena, antibiotic sistemik, dan dekompresi
saluran gastro intestinal dengan menggunakan selang naso
gastric sebelum operasi, serta tindakan bedah laparatomi
appendiktomi.
1. Anamnesis •
 Identitas Pasien •
 Jenis Kelamin : Kesalahan diagnosa appendicitis 15-
20% terjadi pada perempuan karena munculnya
gangguan yang sama dengan appendicitis seperti
pecahnya folikel ovarium, salpingitis akut, kehamilan
ektopik, kista ovarium, dan penyakit ginekologi lain. •
 Usia : Penelitian Addins (1996) di Amerika Serikat,
appendicitis tertinggi pada usia 10-19 tahun •
 Tempat Tinggal : Amerika Serikat pada anak umur 2-
20 tahun didapat bahwa perforasi appendicitis lebih
cenderung di pedesaan (69,6%) daripada perkotaan
(30,4%)
 Ras : Faktor ras berhubungan dengan pola
makan terutama diet rendah serat dan
pencarian pengobatan. •
 Keluhan Utama : Nyeri perut adalah gejala
utama dari apendisitis. Perlu diingat bahwa
nyeri perut bisa terjadi akibat penyakit–
penyakit dari hampir semua organ tubuh.
Nyeri perut ini sering disertai mual serta satu
atau lebih episode muntah dengan rasa sakit,
dan setelah beberapa jam, nyeri akan beralih ke
perut kanan bawah pada titik McBurney.
2. Pemeriksaan Fisik •
 Tanda vital seperti peningkatan suhu jarang >1oC
(1.8oF) dan denyut nadi normal atau sedikit
meningkat.
 Perforasi apendiks vermikularis akan
menyebabkan peritonitis purulenta yang di tandai
dengan demam tinggi, nyeri makin hebat berupa
nyeri tekan dan defans muskuler yang meliputi
seluruh perut, disertai pungtum maksimum di
regio iliaka kanan, dan perut menjadi tegang dan
kembung.
 Peristalsis usus dapat menurun sampai
menghilang akibat adanya ileus paralitik.
1. Pemeriksaan Fisik •
 Jika dilakukan palpasi akan didapatkan nyeri
yang terbatas pada regio iliaka kanan, biasanya
di sertai nyeri lepas. •
 Tanda rovsing yaitu nyeri yang dirasakan
pada kuadran kanan bawah perut ketika
dilakukan penekanan dan pelepasan pada
bagian kiri bawah perut •
 Uji psoas dan uji obturator merupakan
pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk
mengetahui letak apendiks vermiformis.
3. Pemeriksaan Penunjang
• Leukosit Darah : Pada kebanyakan kasus terdapat
leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi
berupa perforasi.
• Urinalisis : Sekitar 10% pasien dengan nyeri perut
memiliki penyakit saluran kemih. Pemeriksaan
laboratorium urin dapat mengkonfirmasi atau
menyingkirkan penyebab urologi yang menyebabkan
nyeri perut. Meskipun proses inflamasi apendisitis
akut dapat menyebabkan piuria, hematuria, atau
bakteriuria sebanyak 40% pasien, jumlah eritrosit pada
urinalisis yang melebihi 30 sel per lapangan pandang
atau jumlah leukosit yang melebihi 20 sel per lapangan
pandang menunjukkan terdapatnya gangguan saluran
kemih.
3. Pemeriksaan Penunjang
• Radiologi Pemeriksaan pencitraan yang
mungkin membantu dalam mengevaluasi
pasien dengan kecurigaan apendisitis adalah
foto polos perut atau dada, ultrasonogram,
enema barium, dan kadang-kadang CT scan.
• USG : dapat digunakan untuk membedakan
antara appendisitis akut dan appendisitis
perforasi
1. Pre Operatif
• Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan
distensi jaringan usus akibat inflamasi apendiks.
• Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi/ruptur
pada apendiks, pembentukan abses.
• Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan
mual dan muntah, status hipermetaabolik, dan
inflamasi peritonium dengan cairan asing.
• Ansietas berhubungan dengan prosedur persiapan
tindakan operasi, kurang pengetahuan, dan perubahan
status kesehatan
• Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi
2. Post Operatif
• Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan adanya luka insisi post apendiktomi
• Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan
dengan adanya port de entry kuman pada luka
insisi post apendiktomi
• Risiko defisit volume cairan berhubungan
dengan pembatasan post operasi
INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan
dengan distensi jaringan usus akibat inflamasi
apendiks; adanya luka insisi post
apendiktomiGangguan rasa nyaman : nyeri
berhubungan dengan adanya luka insisi post
apendiktomi
TUJUAN : Setelah dilakukan perawatan, klien
menunjukkan tingkat kenyamanan positif,
mampu mengendalikan nyeri, tingkat nyeri
berkurang
• Pasien mampu untuk melakukan aktivitas yang
tidak menimbulkan nyeri; berbicara, makan,
dan minum
• Terlihat rileks dapat tidur/ beristirahat dan
berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan
• Pasien dapat mengendalikan rasa nyeri dengan
teknik yang telah diajarkan
• Pasien melaporkan tingkat nyeri berkurang
INTERVENSI
• Observasi tingkat nyeri, tanyakan lokasi, karakteristik, awitan,
durasi, frekuensi, dan perhatikan faktor presipitasinya
• Berikan posisi nyaman, semifowler ataupun posisi miring, bila tidak
ada kontraindikasi
• Ajarkan teknik pengendalian nyeri, teknik distraksi relaksasi, terapi
mendengarkan musik, membaca, dan lainnya.
• Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
• Kolaborasi : pemberian obat-obat analgesik
RASIONAL
• Membantu menentukan intervensi yang tepat untuk mengurangi
nyeri.
• Memberikan posisi nyaman dapat membantu dalam mengurangi
rasa nyeri
• Teknik-tenik pengendalian nyeri dapat diajarkan agar klien mampu
mengatasi rasa nyeri.
• Dapat membantu dalam menentukan intervensi selanjutnya.
• Agen-agen farmakologi dapat digunakan untuk mengurangi atau
 Identitas pasien
Nama : Tn I
Tanggal lahir : 19 Mei 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Indonesia
Status : Belum Menikah
No CM : 47.86.14
Tanggal masuk : 31 Oktober 2017
Tanggal pengkajian : 4 November 2017 Jam: 08.00
Alamat : Cisaranten Wetan RT03/RW06 Kel :
Cisaranten wetan, Kec : Cinambo Kota Bandung
 Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada abdomen perut
kanan bawah, terasa seperti ditusuk serta
menjalar hingga pinggang bagian bawah. Skala
Nyeri 4-6 (moderat)
Keluhan nyeri bertambah berat apabila
melakukan aktifitas
 Riwayat Penyakit Sekarang :
 P : Pasien mengatakan nyeri muncul ketika merubah posisi,
bertambah nyeri saat batuk, miring ke kanan, ataupun saat diraba,
terkadang nyeri muncul tidak diketahui apa sebabnya. Untuk
mengatasinya pasien hanya menahannya saja dan beristirahat.
 Q : Pasien mengatakan saat nyeri muncul seperti ditusuk-tusuk
dan nyeri yang dirasakan hilang timbul. Ketika nyeri muncul
pasien terlihat meringis menahan sakit
 R : Nyeri pada perut kanan bawah merambat sampai epigastrium
seperti tanda-tanda maag bahkan disertai muntah
 S : Skala nyeri 4-6, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan
sangat menggangu aktivitas
 T : Nyeri terasa terus menerus bertambah nyeri saat batuk, miring
ke kanan, ataupun saat diraba.
2. Riwayat kesehatan dahulu
 Pasien mengatakan nyeri perut bagian kanan
bawah terasa sejak tahun 2012, dan dilakukan
pengobatan ke klinik terdekat hingga sembuh
 Nyeri perut kanan bawah terasa kembali pada Mei
2017 dan dilakukan pengobatan hingga sembuh
3. Riwayat kesehatan keluarga
 Pasien mengatakan dari keluarga tidak ada yang
pernah mengalami penyakit seperti saat ini, sakit
yang dialami sama keluarga hanya demam dan
batuk pilek saja
 Tidak ada penyakit keturunan
 Keadaan Umum:
• Compos mentis (E4V5E5)
• Terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan
 Pemeriksaan Abdomen:
• Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, Tidak ada lesi, Warna kulit kuning
langsat
• Auskultasi : Bising usus 15 x/menit
• Palpasi : Nyeri tekan pada titik McBurney dan nyeri tekan sampai
epigastrium, ditemukan tanda Psoas dan Obturator positif.
• Perkusi : Tympani saat diperkusi
 Tanda-Tanda Vital :
• TD : 120/80 mmHg
• N : 86x/menit
• RR : 20x/menit
• S : 36,4oC
 Pemeriksaan laboratorium tanggal 31 oktober
2017 dalam batas normal, Leukosit 9900mm3
 Pemeriksaan MSCT/CT scan abdomen dengan
Media kontras tanggal 2 November 2017
Kesan ;
- Gambaran appendicitis
1. Persiapan Peri Operatif (tansit)
 Pasien elektif dikirim dari ruang Mawar ke ruang Transit OK pada pukul 08.00
dilakukan :
 - Pasien dalam kondisi di puasakan
 - Pasien dipersiapkan mengganti dengan baju OK
 - Kelengkapan SIO
 - Serah terima Form chek list persiapan operasi dengan narkose umum
 - Mengkaji T : 120/80 mmHg, N : 84x/mt, R : 20x/mt, S 36,40C
 - Skala nyeri Moderat 4-6
 - Status mental : Sadar penuh
 - Indikasi Operasi : Appensitis
 - Jenis Operasi : Laparotomy Eksplorasi
 - Riwayat penyakit pasien dan keluarga : tidak ada riwayat
 - Keluhan utama : Sakit abdomen kanan bawah
 - Pengobatan saat ini : Tidak dalam pengobatan rutin (TB,DM,Jantung)
 - Alat bantu : tidak menggunakan
 - Operasi sebelumnya ; tidak ada
 - Alergi : tidak ada
 - Hasil laboratorium : Persiapan pre op besar
 - Riwayat psikososial : cemas
 - Discharge planning pre dan post op : edukasi penyakit dan tindakan
 - Survey sekunder head toe-toe : ditemukan side marking area insisi median
abdomen
2. Persiapan Intra Operatif
 Pasien dikirim dari ruang transit jam 08.30 menuju kamar
Operasi selanjutnya :
 Lakukan time out : mulai jam 08.55 selesai jam 10.30
 Atur posisi operasi : supine
 Posisi lengan : Terlentang ki/ka
 Pemakaian cauter : monopolar
Lokasi plate cauter : paha kaki kanan
Pemeriksaan kondisi kulit : utuh
 Lakukan Sign in, Time in dan Sign out
 Lakukan observasi haemodinamik dan dokumentasi asuhan
keperawatan peri operatif
 T :137/65 mmHg, SO2 : 98%, HR : 89x/mt, S :36,30C
 Perdarahan : 10 ml, irrigasi Nacl 500 ml
 Terdapat luka insisi arah medial abdomen dan dilakukan
wound dressing
 Pemeriksaan Spesimen : jaringan appendik
3. Persiapan Paska Operatif (recovery room)
 Pesien dikirim dari kamar operasi jam 10.30 Selanjutnya:
 Pemberian Oksigen canule 2-3 L/menit
 Lakukan observasi haemodinamika dan dokumentasi asuhan
keperawatan post operatif
 T : 130/ 70mmHg, SO2 : 98%, HR 80x/mt, S : 36,50C
 Pasien meringis kesakitan memegang abdomen Skala severe 6-7
 Alderte score nilai 10
 Kondisi kulit : hangat
 Kesadaran : Compos mentis
 Pasien dapat dipindahkan ke ruangan mawar jam 11.30 dengan
terapi :
- Observasi tiap jam
- IVFD Ringer laktat iv
- Ceftriaxone 2x1000mg iv
- Metronidazole 3x500mg iv
- Ranitidin 2x50mg iv
- Ketorolac 2x30mg iv
- cek sysmex post op
a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
peningkatan tekanan intra abdominal
b. Cemas berhubungan dengan akan
dilaksanakan operasi
a. Resiko infeksi berhubungan dengan
terputusnya kotinuitas jaringan
b. Resiko cidera elektrik dan luka bakar
berhubungan dengan pemasangan kauter
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya
inkuntiunitas jaringan
b. Resiko infeksi berhubungan dengan proses
pembedahan
c. Cemas berhubungan dengan paska
pembedahan
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai