Tugas Individu
Untuk memenuhi tugas KMB 1
OLEH:
DEWI RETNO WULANDARI
(1401470020)
I.
Masalah Kesehatan
Apendisitis adalah peradangan mendadak atau pembengkakan usus buntu
(vermiformis apendiks). Sekitar setengah dari semua apendisitis gejalanya
adalah sakit rongga perut yang tiba-tiba (disebut abdomen akut) disertai
mual, muntah, diare atau konstipasi.
II.
Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm
(94 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks
berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum.
Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil, appendiks
cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi. (Brunner dan
Sudarth, 2002).
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan
penyebab penyakit abdomen akut yang sering terjadi di negara
berkembang penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara
10 sampai 30 tahun. (Mansjoer, 2000).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa
appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica,
Trichuris trichiura, danEnterobius vermikularis. (Ovedolf, 2006).
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat
terpuntirnya apendiks atau pembuluh darahya. (Corwin, 2009).
Apendiksitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti
kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum.
Penyebab yang paling umum dari apendiksitis adalah obstruksi lumen oleh
feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa
menyebabkan inflamasi. (Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendiks
vermiformis. (Kowalk-Welsh-Mayer 2002).
III.
apendiks
biasanya
bermula
dari
nyeri
di
daerah
IV.
Etiologi
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c. Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
1. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan
Streptococcus
2. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid
pada masa tersebut.
3. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Appendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
V.
Patofisiologi
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis
akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun
elastisitas
dinding
apendiks
mempunyai
keterbatasan
sehingga
Prosedur tindakan
Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat merupakan satusatunya pilihan yang baik adalah apendiktomi. Pada apendisitis tanpa
komplikasi, biasanya tidak perlu diberikan antibiotic, kecuali pada
apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate. Penundaaan tindak
bedah sambil memberikan antibiotic dapat mengakibatkan abses dan
perforasi.
Apendiktomi bisa dilakukan secara terbuka atau dengan laparoskopi. Bila
apendiktomi terbuka insisi Mc Burney paling banyak dipilih oleh ahli
bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas, sebaiknya dilakukan
observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi
dapat dilakukan bila dalam observasi masih ada keraguan. Bila tersedia
laparoskop, tindakan laparokopi diagnostic pada kasus meragukan dapat
segera menentukan operasi atau tidak.
VII.
Evidence Based
Demam biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5-38,5 C. Bila suhu lebih
tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu
aksilar dan rectal sampai 1C.
1. Inspeksi
Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk dan
memegang perut. Penderita tampak kesakitan. Pada inspeksi perut
tidak ditemukan gambaran spesifik. Kembung sering terlihat pada
penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa
dilihat pada massa atau abses appendikuler
2. Palpasi
Dengan palpasi di daerah titik Mc. Burney didapatkan
peritonitis lokal yaitu:
tanda-tanda
Pathway
IX.
Pemeriksaan Diagnostik
Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat
sampai 75%
Urinalisis
: normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada
Foto abdomen: Adanya pergeseran material pada appendiks
(fekalis) ileus terlokalisir
Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran
kanan bawah
dari
pemeriksaan
darah
lengkap
dan C-reactive
Scanning(CT-scan).
Pada
pemeriksaan
USG
Barium
enema
X.
Penatalaksanaan Medis
antibiotik.
Pemberian
antibiotik
berguna
untuk
Pengkajian Keperawatan
Wawancara untuk mendapatkan riwayat kesehatan dengan cermat
khususnya mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri
perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri
di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu
lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau
1.
XIII. Intervensi
Rencana Keperawatan
2.
PRE OPERASI
N
O
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
diharapkan nyeri klien berkurang dengan
kriteria hasil:
- Klien mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan manajemen
nyeri
- Tanda vital dalam rentang normal :
TD (systole 110-130mmHg, diastole
70-90mmHg),
HR(60-100x/menit),
RR (16-24x/menit), suhu (36,537,50C)
- Klien
tampak
rileks
mampu
tidur/istirahat
NIC
-
RASIONAL
Kaji tingkat nyeri, lokasi dan -Untuk mengetahui sejauh mana tingkat n
karasteristik nyeri.
dan merupakan indiaktor secara dini u
dapat memberikan tindakan selanjutny
-Informasi yang tepat dapat menurun
Jelaskan pada pasien tentang
tingkat kecemasan pasien dan menam
penyebab nyeri
pengetahuan pasien tentang nyeri.
-Napas dalam dapat menghirup O2 se
Ajarkan
tehnik
untuk
adequate sehingga otot-otot men
pernafasan diafragmatik lambat
relaksasi sehingga dapat mengurangi
/ napas dalam
nyeri.
-Meningkatkan
relaksasi
dan
d
Berikan
aktivitas
hiburan
meningkatkan kemampuan kooping.
(ngobrol
dengan
anggota
keluarga)
-Deteksi dini terhadap perkemban
Observasi tanda-tanda vital
kesehatan pasien.
-Sebagai
profilaksis
untuk
d
Kolaborasi dengan tim medis
menghilangkan rasa nyeri.
dalam pemberian analgetik
2.
3.
Kekurangan volume
cairan berhubungan
dengan mual muntah.
Pastikan kebiasaan
defekasi klien dan gaya hidup
sebelumnya.
Auskultasi bising usus
kapiler.
Awasi masukan dan haluaran,
catat warna urine/konsentrasi,
berat jenis.
Auskultasi bising usus, catat
kelancaran flatus, gerakan
usus.
Berikan perawatan mulut
sering dengan perhatian khusus
pada perlindungan bibir.
Pertahankan penghisapan
gaster/usus.
Kolaborasi pemberiancairan IV
dan elektrolit
-
Cemas berhubungan
dengan akan
dilaksanakan operasi.
POST OPERASI
N
O
1.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri berhubungan
dengan agen injuri fisik
(luka insisi post operasi
appenditomi).
NOC
Setelah dilakukan asuhan keperawatan,
diharapkan nyeri berkurang dengan
kriteria hasil:
- Melaporkan nyeri berkurang
NIC
-
RASIONAL
2.
Resiko infeksi
berhubungan dengan
tindakan invasif (insisi
post pembedahan).
kesehatan pasien.
-Menghilangkan tegangan abdomen yang
bertambah dengan posisi terlentang.
-Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
-Meningkatkan relaksasi.
-Menghilangkan nyeri.
3.
4.
Kurang pengetahuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan
tentang kondisi prognosis diharapkan pengetahuan bertambah
dan kebutuhan
dengan kriteria hasil:
Anjuran menggunakan
laksatif/pelembek feses ringan
bila perlu dan hindari enema
Diskusikan perawatan insisi,
termasuk mengamati balutan,
pembatasan mandi, dan
kembali ke dokter untuk
mengangkat jahitan/pengikat
Identifikasi gejala yang
memerlukan evaluasi medic,
contoh peningkatan nyeri
edema/eritema luka, adanya
drainase, demam
DAFTAR RUJUKKAN
Bangli WP, Laporan Pendahuluan Apendisitis
https://www.academia.edu/9140893/LAPORAN_PENDAHULUAN_APE
NDISITIS (Diakses pada 1 September 2015)
Cameron. 1997. Terapi Bedah Mutakhir. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Engram, B. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Gibson, J. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mayer, dkk. 2002. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Nawan Wayan, Apandisitis
https://www.academia.edu/8261714/Apendisitis
September 2015)
(Diakses
pada