APPENDIKS
A. Pengertian
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil
panjangnya kira-kira 10 cm (94 inci), melekat pada sekum
tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan
dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum.
Karena pengosongannya tidak efektif dan lumennya kecil,
appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap
infeksi. (Brunner dan Sudarth, 2012).
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks
vermiformis dan merupakan penyebab penyakit abdomen
akut yang sering terjadi di negara berkembang penyakit ini
dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun. (Mansjoer, 2014).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena
tersumbatnya lumen oleh fekalith (batu feces), jaringan
limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa
appendiks dapat terjadi karena parasit seperti Entamoeba
histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius
vermikularis. (Ovedolf, 2016).
B. Anatomi fisiologi
Pada pertemuan tiga taenia coli (bagian distal
ileocaecal junction). Appendix merupakan bagian dari usus
besar yang bentuknya seperti cacing dan dalam bahasa latin
disebut appendix vermiformis. Pada umumnya appendix
vermiformis terletak diregio ossa iliaca dextra pada titik Mc
Bourney atau sepertiga dari garis yang ditarik dari spina
iliaca anterior superior dextra ke umbilicus.
Keterangan:
1 1. Letak RUQ
appendixdi
1. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive
protein (CRP). Pada pemeriksaan darah lengkap
ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-18.000/mm3
(leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada
CRP ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP
adalah salah satu komponen protein fase akut yang akan
meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi,
dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum
protein. Angka sensitivitas dan spesifisitas CRP yaitu
80% dan 90%.
2. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG)
dan Computed Tomography Scanning(CT-scan). Pada
pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks,
sedangkan pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian
yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum. Tingkat akurasi USG 90-94% dengan
angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan 92%,
sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-
100% dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi
yaitu 90-100% dan 96-97%.
3. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase
membantu mendiagnosa peradangan hati, kandung
empedu, dan pankreas.
4. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi
sekum. Pemeriksaan Barium enema
dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal
untuk kemungkinan karsinoma colon.
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita
Apendisitis meliputi penanggulangan konservatif dan
operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada
penderita yang tidak mempunyai akses ke pelayanan
bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada
penderita Apendisitis perforasi, sebelum operasi
dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta
pemberian antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan
Apendisitis maka tindakan yang dilakukan adalah
operasi membuang appendiks (appendektomi).
Penundaan appendektomi dengan pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi.
Pada abses appendiks dilakukan drainage
(mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu
mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama
adalah infeksi luka dan abses intraperitonium. Bila
diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen dicuci
dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca
appendektomi diperlukan perawatan intensif dan
pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan
dengan besar infeksi intra-abdomen.
J. Pengkajian Keperawatan
Wawancara untuk mendapatkan riwayat kesehatan dengan
cermat khususnya mengenai:
a. Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar
epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul
keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium
dirasakan dalam beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri
dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri
dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai
biasanya klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan
dengan masalah. kesehatan klien sekarang.
c. Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
d. Kebiasaan eliminasi.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak
sakit ringan/sedang/berat.
2. Sirkulasi : Takikardia.
3. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
f. Aktivitas/istirahat : Malaise.
g. Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare
kadang-kadang.
h. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan,
penurunan atau tidak ada bising usus.
i. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar
epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat
dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat
karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam.
Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
K. Daftar Diagnosa Keperawatan
a. Pre operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi
(distensi jaringan intestinal oleh inflamasi)
2. Perubahan pola eliminasi (konstipasi) berhubungan
dengan penurunan peritaltik.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual muntah.
4. Cemas berhubungan dengan akan dilaksanakan
operasi.
b. Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen injuri fisik (luka
insisi post operasi appenditomi).
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
(insisi post pembedahan).
3. Defisit self care berhubungan dengan nyeri.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang informasi.
INTERVENSI
1. PRE OPERASI
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Kaji tingkat nyeri, - Untuk mengetahui sejauh mana
berhubungan dengan diharapkan nyeri klien berkurang dengan lokasi dan karasteristik tingkat nyeri dan merupakan
agen injuri biologi kriteria hasil: nyeri. indiaktor secara dini untuk dapat
(distensi jaringan - Klien mampu mengontrol nyeri (tahu memberikan tindakan
intestinal oleh penyebab nyeri, mampu selanjutnya
inflamasi) menggunakan tehnik - Jelaskan pada pasien - Informasi yang tepat dapat
nonfarmakologi untuk mengurangi tentang penyebab menurunkan tingkat kecemasan
nyeri, mencari bantuan) nyeri pasien dan menambah
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang pengetahuan pasien tentang
dengan menggunakan manajemen - Ajarkan tehnik untuk nyeri.
nyeri pernafasan - Napas dalam dapat menghirup
- Tanda vital dalam rentang normal : diafragmatik lambat / O2 secara adequate sehingga
TD (systole 110-130mmHg, diastole napas dalam otot-otot menjadi relaksasi
70-90mmHg), HR(60-100x/menit), sehingga dapat mengurangi rasa
RR (16-24x/menit), suhu (36,5- - Berikan aktivitas nyeri.
37,50C) hiburan (ngobrol - Meningkatkan relaksasi dan dapat
- Klien tampak rileks mampu dengan anggota meningkatkan kemampuan
tidur/istirahat keluarga) kooping.
- Observasi tanda-tanda
vital - Deteksi dini terhadap
perkembangan kesehatan pasien.
- Kolaborasi dengan tim - Sebagai profilaksis untuk dapat
medis dalam menghilangkan rasa nyeri.
pemberian analgetik
2. Perubahan pola Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Pastikan kebiasaan - Membantu dalam
eliminasi (konstipasi) diharapkan konstipasi klien teratasi defekasi klien dan pembentukan jadwal irigasi
berhubungan dengan dengan kriteria hasil: gaya hidup efektif
penurunan peritaltik. - BAB 1-2 kali/hari sebelumnya.
- Feses lunak - Auskultasi bising usus - Kembalinya fungsi
- Bising usus 5-30 kali/menit gastriintestinal mungkin
terlambat oleh inflamasi intra
- Tinjau ulang pola diet peritonial
dan jumlah / tipe - Masukan adekuat dan serat,
masukan cairan. makanan kasar memberikan
bentuk dan cairan adalah
faktor penting dalam
- Berikan makanan menentukan konsistensi feses.
tinggi serat. - Makanan yang tinggi serat
dapat memperlancar
pencernaan sehingga tidak
- Berikan obat sesuai terjadi konstipasi.
indikasi, contoh : - Obat pelunak feses dapat
pelunak feses melunakkan feses sehingga
tidak terjadi konstipasi.
3. Kekurangan volume Setelah dilakukan asuhan keperawatan - Monitor tanda-tanda - Tanda yang membantu
cairan berhubungan diharapkan keseimbangan cairan dapat vital mengidentifikasikan fluktuasi
dengan mual muntah. dipertahankan dengan kriteria hasil: volume intravaskuler.
- kelembaban membrane mukosa - Indicator keadekuatan sirkulasi
turgor kulit baik - Kaji membrane perifer dan hidrasi seluler.
- Haluaran urin adekuat: 1 cc/kg mukosa, kaji tugor
BB/jam kulit dan pengisian - Penurunan haluaran urin pekat
- Tanda-tanda vital dalam batas kapiler. dengan peningkatan berat jenis
normal : TD (systole 110-130mmHg, - Awasi masukan dan diduga dehidrasi/kebutuhan
diastole 70-90mmHg), HR(60- haluaran, catat warna peningkatan cairan.
100x/menit), RR (16-24x/menit), urine/konsentrasi,
suhu (36,5-37,5 C)
0
berat jenis.
- Auskultasi bising usus,
- Indicator kembalinya
catat kelancaran flatus,
peristaltic, kesiapan untuk
gerakan usus.
pemasukan per oral.
- Berikan perawatan
mulut sering dengan
perhatian khusus pada - Dehidrasi mengakibatkan bibir
perlindungan bibir. dan mulut kering dan pecah-
- Pertahankan pecah
penghisapan
gaster/usus. - Selang NG biasanya
dimasukkan pada praoperasi
dan dipertahankan pada fase
segera pascaoperasi untuk
- Kolaborasi dekompresi usus,
pemberiancairan IV meningkatkan istirahat usus,
dan elektrolit mencegah mentah.
- Peritoneum bereaksi terhadap
iritasi/infeksi dengan
menghasilkan sejumlah besar
cairan yang dapat menurunkan
volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia.
Dehidrasi dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit
4. Cemas berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan, - Evaluasi tingkat - Ketakutan dapat terjadi karena nyeri
dengan akan diharapkan kecemasan klien berkurang ansietas, catat verbal hebat, penting pada prosedur
dilaksanakan operasi. dengan kriteria hasil : dan non verbal pasien. diagnostik dan pembedahan.
- Melaporkan ansietas menurun - Dapat meringankan ansietas
sampai tingkat teratasi - Jelaskan dan terutama ketika pemeriksaan
- Tampak rileks persiapkan untuk tersebut melibatkan
tindakan prosedur pembedahan.
sebelum dilakukan
- Jadwalkan istirahat - Membatasi kelemahan, menghemat
adekuat dan periode energi dan meningkatkan
menghentikan tidur. kemampuan koping.
- Anjurkan keluarga
untuk menemani - Mengurangi kecemasan klien
disamping klien
POST OPERASI
DIAGNOSA
NO NOC NIC RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan - Kaji skala nyeri lokasi, - Berguna dalam pengawasan dan
agen injuri fisik (luka insisi keperawatan, diharapkan karakteristik dan keefesien obat, kemajuan
post operasi appenditomi). nyeri berkurang dengan laporkan perubahan penyembuhan,perubahan dan
kriteria hasil: nyeri dengan tepat. karakteristik nyeri.
- Melaporkan nyeri - Monitor tanda-tanda - Deteksi dini terhadap
berkurang vital perkembangan kesehatan pasien.
- Klien tampak rileks - Menghilangkan tegangan abdomen
- Dapat tidur dengan tepat - Pertahankan istirahat yang bertambah dengan posisi
- Tanda-tanda vital dalam dengan posisi semi terlentang.
batas normal : TD (systole powler. - Meningkatkan kormolisasi fungsi
110-130mmHg, diastole - Dorong ambulasi dini. organ.
70-90mmHg), HR(60- - Berikan aktivitas - Meningkatkan relaksasi.
100x/menit), RR (16- hiburan. - Menghilangkan nyeri.
24x/menit), suhu (36,5- - Kolaborasi tim dokter
37,50C) dalam pemberian
analgetika.
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan asuhan - Kaji adanya tanda-tanda - Dugaan adanya infeksi
dengan tindakan invasif (insisi keperawatan diharapkan infeksi pada area insisi
post pembedahan). infeksi dapat diatasi dengan - Monitor tanda-tanda vita
kriteria hasil: l. Perhatikan demam, - Dugaan adanya infeksi/terjadinya
- Klien bebas dari tanda- menggigil, berkeringat, sepsis, abses, peritonitis
tanda infeksi perubahan mental
- Menunjukkan - Lakukan teknik isolasi - Mencegah transmisi penyakit virus
kemampuan untuk untuk infeksi enterik, ke orang lain.
mencegah timbulnya termasuk cuci tangan
infeksi efektif. - Mencegah meluas dan membatasi
- Nilai leukosit (4,5- - Pertahankan teknik penyebaran organisme infektif /
11ribu/ul) aseptik ketat pada kontaminasi silang.
perawatan luka insisi /
terbuka, bersihkan - Menurunkan resiko terpajan.
dengan betadine.
- Awasi / batasi - Terapi ditunjukkan pada bakteri
pengunjung dan siap anaerob dan hasil aerob gra
kebutuhan. negatif.
- Kolaborasi tim medis
dalam pemberian
antibiotik
3. Defisit self care berhubungan Setelah dilakukan asuhan - Mandikan pasien setiap - Agar badan menjadi segar,
dengan nyeri. keperawatan diharapkan hari sampai klien melancarkan peredaran darah
kebersihan klien dapat mampu melaksanakan dan meningkatkan kesehatan.
dipertahankan dengan kriteria sendiri serta cuci rambut
hasil: dan potong kuku klien. - Untuk melindungi klien dari kuman
- klien bebas dari bau badan - Ganti pakaian yang dan meningkatkan rasa nyaman
- klien tampak bersih kotor dengan yang - Agar klien dan keluarga dapat
- ADLs klien dapat mandiri bersih. termotivasi untuk menjaga
atau dengan bantuan - Berikan personal hygiene.
Hynege Edukasipada
klien dan keluarganya - Agar klien merasa tersanjung dan
tentang pentingnya lebih kooperatif dalam
kebersihan diri. kebersihan
- Berikan pujian pada
klien tentang - Agar keterampilan dapat diterapkan
kebersihannya.
- Bimbing keluarga klien - Klien merasa nyaman dengan tenun
memandikan / menyeka yang bersih serta mencegah
pasien terjadinya infeksi.
- Bersihkan dan atur
posisi serta tempat tidur
klien.
4. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan asuhan - Kaji ulang pembatasan - Memberikan informasi pada pasien
kondisi prognosis dan keperawatan diharapkan aktivitas pascaoperasi untuk merencanakan kembali
kebutuhan pengobatan b.d pengetahuan bertambah rutinitas biasa tanpa
kurang informasi. dengan kriteria hasil: - Anjuran menggunakan menimbulkan masalah.
- menyatakan pemahaman laksatif/pelembek feses - Membantu kembali ke fungsi usus
proses penyakit dan ringan bila perlu dan semula mencegah ngejan saat
pengobatan hindari enema defekasi
- berpartisipasi dalam - Diskusikan perawatan
program pengobatan insisi, termasuk - Pemahaman meningkatkan kerja
mengamati balutan, sama dengan terapi,
pembatasan mandi, dan meningkatkan penyembuhan
kembali ke dokter untuk
mengangkat
jahitan/pengikat - Upaya intervensi menurunkan
- Identifikasi gejala yang resiko komplikasi lambatnya
memerlukan evaluasi penyembuhan peritonitis.
medic, contoh
peningkatan nyeri
edema/eritema luka,
adanya drainase, demam
DAFTAR RUJUKKAN