DI SUSUN OLEH
2. Anatomi fisiologi
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10cm dan
berpangkal di sekum. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar dibagian
distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit kea rah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden apendisitis pada usia itu.
Secara histologi, strukstur apendiks sama dengan usus besar, kelenjar submucosa
dan mukosa dipisahkan dari lamina muskularis. Diantaranya berjalan pembuluh dara
dan kelenjar limfe. Bagian paling luar apendiks ditutupi oleh lamina serosa yang
berjalan ke pembuluh darah besar yang berlanjut kedalam mesoapendiks. Bila letak
apendiks retrosekal, maka tidak tertutup oleh peritoneum viserale.
Perdaeahan apendiks berasal dari apendikularis yang merupakan arteri tanpa
kolateral jika arteri ini tersumbat, misalnya karena infeksi pada trombosit appendiks
akan mengalami gangrene.
Appendiks menghasilkan lender 1-2ml per hari. Lender itu normalnya dicurahkan
kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara
apendiks tampaknya berperan pada pathogenesia apendisitis. Imunglobulin sekreator
yang dihasilkan oleh GALT(gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di
sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoblobin ini sangat efektif
sebagai pelindung terhadap infeksi, namun demikian, pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah cairan limfe disini kecil sekali jika
dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan diseluruh tubuh
4. Patofisiologi
Appendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks oleh
hyperplasia folikel limfoid, fecolith, benda asing, striktur akibat peradagan
sebelumnya atau tumor. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang di produksi
oleh mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak
namun elastisitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat
aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapendesis bakteri dan ulserasi mukosa.
Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai nyeri epigastrium.
Bila sekresi mucus berlanjut, tekanan akan terus meningkat, hal tersebut akan
mengakibatkan obstruksi vena, udem bertambah, dan bakteri menembus dinding.
Karena obstruksi vena dapat terbentuk thrombus yang menyebabkan timbulnya iskemi
yang bercampur kuman yang mengakibatkan timbulnya pus. Peradangan ini dapat
meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah
kanan bawah. Keadaan ini disebut appendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran
arteri terganggu maka akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan
gangren. Stadium ini diserbut appendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah raouh
ini pecah maka akan terjadi appendisitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga
timbul suatu masa lokal yang disebut infiltrat appendikularis. Peradangan appendiks
tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap → Ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. Jika terjadi
peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah
mengalami perforasi (pecah).
Test protein reaktif (CRP). → Ditemukan jumlah serum yang
meningkat.
b. Radiologi
Pemeriksaan ultrasonografi → Ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Cukup membantu dalam
penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %)
CT-scan → Ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit
serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum. Tingkat keakuratannya 93 – 98 %.
7. Penatalaksanaan
1) Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling
tepat adalah segera dilakukan apendiktomi.
2) Apendiktomi dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu :
Cara terbuka
Cara tertutup
Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa
periapendikuler, maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan
adalah pemberian/terapi antibiotik kombinasi terhadap penderita.
Antibiotik ini merupakan antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob
dan anaerob.
Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah
apendektomi dapat dilakukan.
Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya
abses, maka dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8
minggu kemudian dilakukan apendisektomi.
Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun
dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak
menunjukkan tanda radang atau abses setelah dilakukan terapi
antibiotik, maka dapat dipertimbangkan untuk membatalkan
tindakan bedah.
8. Pengkajian
a. Identitas klien, Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa/ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan,
penghasilan dan alamat. Jenis kelamin dalam hal ini klien
b. Keluhan utama
Nyeri bekas luka oprasi
c. Riwayat penyakit sekarang
Timbul keluhan nyeri perut, nyeri dirasakan seperti tertusuk tusuk, nyeri
dirasakan pada luka bekas operasi dengan skala (0-10) dan nyeri timbul
memberat ketika bergerak.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kebiasaan makan makanan rendah serat yang dapat menimbulkan konstipasi
sehingga meningkatkan tekanan intrasekal yang menimbulkan timbulnya
sumbatan fungsi appendiks dan meningkatkan pertumbuhan kuman folar
kolon sehingga menjadi appendisitis akut.
e. Pola – pola fungsi kesehatan
1. Pola presepsi dan tata laksana kesehata karena dirawat dirumah sakit
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien yang dilakukan anestesi tidak boleh makan dan minum sebelum
flatus
3. Pola eliminasi
Setelah menjalani post operasi appendiks, pasien masih menggunakan
dower chateter lkarena masih dalam pengaruh anestesi da akan dilatih
untuk berkemih
4. Pola aktivitas dan latihan
Adanya keterbatasan aktifitas karena kondisi klien yang lemah namun
setelah 6 jam pasien diharapkan pasien sudah mampu untuk bergerak
miring kanan dan miring kiri dan dilantukan dengan duduk kemudian
berjalan
5. Pola istirahat dan tidur
Nyeri akibat post operasi dan perubahan situasi karena hospitalisasi
dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat
6. Pola kognitif preseptual
Sistem penglihatan, pendengaran, pengecap, peraba dan penghidu tidak
mengalami gangguan
7. Pola presepsi konsep diri
Klien dapat mengalami cemas karena ketidaktahuan tentang perawatan
post operasi appendiks
8. Pola hubungan dan peran
Klien harus menjalani perawatan dirumah sakit maka dapat
mempengaruhi hubungan dan peran klien baik dalam keluarga tempat
kerja dan masyarakat
9. Pola reproduksi seksual
Klien tidak mengalami masalah reproduksi karena bekas operasi tidak
ada hubungan dengan alat resproduksi
10.Pola penanggulangan stres
Stres dapat dialami klien karena kurangnya perawatan tentang post
operasi. Gali adanya stres pada klien dan mejanisme koping klien
terhadap stres tersebut.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien selaluy menjalankan ibadahnya untuk kesembuhan diri.
Nyeri akut
2 DS: - Usus buntuh tersumbat Hipertermia
DO:
- Suhu meningkat Peradangan jaringn usus
- Kulit merah
- Kulit terasa hangat Kerusakan control suhu
terhadap inflamasi
hipertermia
3 DS: Usus buntuh tersumbat Resiko hipovolemi
- Pasien mengatakan
sering haus Peradangan jaringn usus
- Mual dan muntah
- Kulit kering Kerusakan control suhu
- Berat badan terhadap inflamasi
menurun
DO: Renggangan dinding
- Kulit kering mukosa usus
- Ttv dalam batas
normal Muntah mual
Resiko hipovolomi
15. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah tahap Ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (amadi, 2008)
Imolementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan
b. Diagnosa keperawatan
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan
d. Tanda tangan perawat pelaksanaan
16. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan pengukuran keberhasilan dalam pelaksanaan dari
Tindakan keperawatan yang direncanakan. Evaluasi biasa berupa proses maupun
evaluasi hasil.
Evaluasi mengungkapkan tiga masalah atau kemungkinan yaitu:
a. Masalah dapat diselesaikan
b. Sebagian saja masalah yang dapat dipecahkan
c. Muncul masalah baru
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
carpenito,, Lynda Juall- Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
10. Jakarta : EGC
standar intrvensi keperawatan Indonesia, definisi dan Tindakan keperawatan, (PPNI)
edisi 1 cetakan II
standar luaran keperawatan Indonesia, definisi dan kriteria hasil keperawatan. (PPNI)
edisi 1 cetakan III
standar diagnose keperawatan Indonesia, definisi dan indicator diagnostic (PPNI)
edisi 1 cetakan III (revisi).