PSIK 2B
Seorang perempuan berusia 23 tahun dirawat diruang penyakit dalam sudah 3 hari dengan
keluhan mual dan muntah darah. Riwayat dahulu: pasien mengalami gastritis sejak lima tahun
yang lalu. Hasil pemeriksaan USG didapatkan adanya perforasi apendix. Hasil pengkajian:
pasien telah dilakukan operasi laparatomy dan mengatakan nyeri area luka, dan tampak lemas.
TD: 90/60mmhg , RR: 18x/mnt, N: 95X/mnt, S: 37°C. Klien tampak lemah abdomen bentuk
datar lembut, terdapat luka operasi tertutup verban, terpasang drain produksi darah 10cc. Bunyi
bising usus lebih hipoperistaltik, nyeri tekan (+).
Tugas
1. Lakukan bedah buku Brunner dan jelaskan secara teori sesuai kasus yang anda diskusikan
(Pengertian, Etiologi, Manifestasi klinis, Pemeriksaan diagnostik/penunjang) !
2. Identifikasi factor predisposisi dan presipitasi kasus diatas !
3. Identifikasi data pengkajian (wawancara dan pemeriksaan fisik yang perlu dikaji lebih
lanjut dalam kasus tersebut !
4. Buatlah patofisiologi/mind mapping sesuai kasus diatas!
5. Buatlah prioritas diagnosa keperawatan !
6. Buatlah renpra sesuai SLKI dan SIKI !
Jawaban
1. Pengertian
Usus buntu adalah pelengkap kecil seperti jari sekitar 10 cm (4 in) panjang yang melekat
pada sekum tepat di bawah katup ileocecal. Usus buntu terisi dengan makanan dan
bermuara secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efisien dan
lumennya kecil, usus buntu rentan terhadap obstruksi dan sangat rentan terhadap infeksi
(yaitu, radang usus buntu).
Etiologi/Penyebab
Apendisitis, penyebab paling umum dari perut akut di Amerika Serikat, adalah alasan
paling umum untuk penghentian darurat bedah domina. Sekitar 7% dari populasi akan
memiliki append-dicitis pada suatu saat dalam hidup mereka; laki-laki terpengaruh lebih
dari perempuan, dan remaja lebih banyak daripada orang dewasa. Meskipun itu bisa
terjadi pada usia berapa pun, paling sering terjadi antara usia 10 dan 30 tahun (Yamada et
al., 1999).
Menifestasi Klinis
Nyeri epigastrium atau periumbilikal yang tidak jelas berlanjut ke kanan bawah nyeri
kuadran dan biasanya disertai dengan demam ringan dan mual dan kadang-kadang
dengan muntah. Kehilangan nafsu makan adalah kom-mon. Kelembutan lokal
ditimbulkan pada titik McBurney ketika ditekankan yakin diterapkan (Gbr. 38-2).
Kelembutan rebound (yaitu, produksi atau intensifikasi nyeri saat tekanan dilepaskan)
dapat ditekankan ent. Luasnya kelembutan dan kejang otot dan keberadaannya sembelit
atau diare tidak terlalu tergantung pada tingkat keparahannya dari infeksi usus buntu
seperti pada lokasi usus buntu.
Jika usus buntu melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan nyeri dapat dirasakan
di daerah pinggang. Jika ujungnya ada di panggul, tanda-tanda ini dapat ditimbulkan
hanya pada pemeriksaan rektal. Sakit buang air besar menunjukkan bahwa ujung
apendiks bersandar rektum; rasa sakit saat buang air kecil menunjukkan bahwa ujungnya
dekat kandung kemih atau mengenai ureter. Beberapa kekakuan dari bagian bawah
otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda Rovsing mungkin ditimbulkan dengan meraba
kuadran kiri bawah; ini secara paradox menyebabkan nyeri dirasakan di kuadran kanan
bawah (lihat Gambar 38-2).
Jika usus buntu pecah, rasa sakit menjadi lebih menyebar; ab-distensi dominal
berkembang sebagai akibat dari ileus paralitik, dan kondisi pasien memburuk.
Sembelit juga dapat terjadi dengan proses akut seperti ap-radang usus buntu. Obat
pencahar yang diberikan dalam hal ini dapat menghasilkan per-pembentukan apendiks
yang meradang. Secara umum, obat pencahar atau katarsis tidak boleh diberikan saat
orang tersebut demam, mual, atau nyeri.
Komplikasi
Komplikasi utama apendistis adalah perforasi apendik, yang dapat menyebabkan
peritonitis atau abses. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi
pada usia muda.
Ketika apendik meradang, nyeri tekan dapat terlihat di kuadran kanan bawah pada titik
McBurney, yaitu antara umnilikus dan spina iliaka anterior superior. Tanda rovsing
adalah nyeri yang dirasakan pada kuadran kanan bawah setelah dilakukan palpasi
kuadran kiri bawah.
Anak-anak dan orang tua, perforasi umumnya terjadi 24 jam setelah timbulnya nyeri.
Gejala termasuk demam 37,7˚C (100˚F) atau lebih tinggi, penampilan beracun, dan nyeri
atau nyeri perut yang berlanjut.
Manajemen Medis
Pembedahan diindikasikan jika apendiksitis di diagnosis. Untuk memperbaiki atau
mencgah ketidakseimbangan cairan dan elektrolit serta dehidrasi, antibiotic dan cairan
intravena diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah
diagnosis ditegakkan. Apendiktomi (yaitu, operasi pengangkatan usus buntu dilakukan
segara mungkin untuk mengurangi resiko perforasi. Ini dapat dilakukan dengan anastesi
umum atau tulang belakang dengan sayatan perut bagian bawah atau dengan
lapoaraskopi.
DO: infeksi
TD: 90/60 mmHg
Perforasi appendix
Nyeri tekan (+) perforasi appendix
Bising usus
hipoperistaltik
Nyeri area luka
Klien tampak lemas
Terpasang drain
produksi darah 10cc Nyeri akut
Diagnose keperawatan: nyeri akut yang berhubungan dengan agen pencedera agen
fisiologis (inflamasi) ditandai dengan
Ds:
Mual
Mundah darah
Do:
Perforasi appendix
Nyeri tekan (+)
Bising usus hipoperistaltik
Nyeri area luka
Klien tampak lemas
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Pencegahan
Infeksi Kolaborasi
Berikan analgesic
bila perlu
Observasi
Monitor tanda dan
gejala infeksi lokal
dan sistemik
Terapeutik
Batasi jumlah
pengunjung Berikan
perawatan kulit pada
area edema
Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan
Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
Ajarkan etika batuk
Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka
operasi
meningkatkan
asupan nutrisi
Anjurkan
Perawatan meningkatkan
Luka asupan cairan
Kolaborasi
pemberian imunisasi,
jika perlu
Observasi
Monitor karakteristik
luka (mis. drainase,
warna, ukuran, bau)
Monitor tanda-tanda
infeksi
Terapeutik
Lepaskan balutan
dan plester secara
perlahan
Cukur rambut di
sekitar daerah luka,
jika perlu
Bersihkan dengan
cairan NaCl atau
pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan
nekrotik
Berikan salep yang
sesuai ke kulit/lesi,
jika perlu
Pasang balutan
sesuai jenis luka
Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi
pasien
Berikan diet dengan
kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan
protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis. vitamin A,
vitamin C, Zinc,
asam amino), sesuai
indikasi
Berikan terapi TENS
(stimulasi saraf
transkutaneous), jika
perlu
Edukasi
Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein
Ajarkan prosedur
perawatan luka
secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur
debridement (mis.
enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik),
jika perlu
Kolaborasi
pemberian antibiotik,
jika perlu
b. Implementasi Keperawatan
c. Evaluasi Keperawatan
A. PENUGASAN/ LATIHAN
Jawaban kasus 2 :
1. Pengertian Hepatitis
Sirosis adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penggantian
jaringan hati mal dengan fibrosis difus yang mengganggu struktur dan
fungsi hati. Ada tiga jenis sirosis atau jaringan parut
dari hati:
Sirosis alkoholik, di mana karakteristik jaringan parut sengaja mengelilingi area
portal. Ini paling sering karena alkoholisme kronis dan merupakan jenis yang
paling umum sirosis.
Sirosis postnekrotik, di mana terdapat pita lebar jaringan parut sebagai hasil akhir
dari serangan virus akut sebelumnya hepatitis.
Sirosis bilier, dimana jaringan parut terjadi di sekitar hati saluran empedu. Jenis
ini biasanya adalah hasil dari penyakit empedu kronis.
obstruksi dan infeksi akut (kolangitis); itu jauh lebih sedikit umum daripada dua jenis
lainnya. Bagian hati yang terutama terlibat dalam sirosis terdiri dari portal dan ruang
periportal, di mana kanalikuli empedu dari setiap lobulus berkomunikasi untuk
membentuk saluran empedu hati. Ini daerah menjadi situs peradangan, dan saluran
empedu menjadi-tersumbat dengan empedu dan nanah yang diintipasi (menebal). Itu hati
mencoba membentuk saluran empedu baru; karenanya, ada kelebihan-pertumbuhan
jaringan yang sebagian besar terputus, baru terbentuk saluran empedu dan dikelilingi oleh
jaringan parut.
Pengertian hepatitis B :
Hepatitis B (HBV)
Hepatitis B adalah infeksi hati serius yang disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV).
Virus ini ditularkan melalui kontak dengan darah, air mani, dan cairan tubuh lainnya yang
mengandung virus HBV. Penularan juga bisa terjadi lewat transfusi darah dan produk
darah yang terkontaminasi HBV, jarum suntik yang terkontaminasi dalam prosedur
medis, dan dengan berbagi narkoba suntik. Selain itu, HBV juga bisa ditularkan dari ibu
yang terinfeksi kepada bayinya pada saat kelahiran atau dari anggota keluarga ke bayi di
tahap usia dini.
Obat-obatan tertentu bisa membantu mengelola gejala dan mencegah penularan HBV ke
orang lain. Bagi sebagian orang, infeksi hepatitis B bisa berkembang kronis, yang berarti
berlangsung selama lebih dari 6 bulan. Menderita hepatitis B kronis meningkatkan risiko
untuk terkena gagal hati, kanker hati atau sirosis — suatu kondisi yang menyebabkan
kerusakan permanen pada hati.
Etiologi :
Penyebab penyakit Hepatitis menurut Susan Smeltzer (dalam Brunner and
Suddarth, 2015), yaitu :
2) Konsumsi alkohol
Kerusakan pada hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi
alkohol berlebihan akan merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat
berkembang menjadi gagal hati atau sirosis.
3) Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga dapat
menyebabkan hepatitis.
4) Autoimun
Pada Hepatitis, sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak sel dan
jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati, sehingga
menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai
dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada
wanita dibanding pria.
Patofisiologi :
Sel hati manusia merupakan target organ bagi virus Hepatitis . Virus Hepatitis mula-mula
melekat pada reseptor spesifik di membran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke
dalam sitoplasma sel hepar. Virus melepaskan mantelnya di sitoplasma, sehingga
melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus sel dinding hati.
Asam nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel pada DNA hospes
dan berintegrasi pada DNA tersebut. Proses selanjutnya adalah 17 DNA VHB
memerintahkan sel hati untuk membentuk protein bagi virus baru. Virus Hepatitis B
dilepaskan ke peredaran darah, terjadi mekanisme kerusakan hati yang kronis disebabkan
karena respon imunologik penderita terhadap infeksi
Meskipun beberapa faktor telah terlibat dalam etiologi sirosis, konsumsi alkohol
dianggap sebagai penyebab utama faktor. Sirosis paling sering terjadi di kalangan
pecandu alkohol. Meskipun defisiensi nutrisi dengan penurunan asupan protein,
penghargaan untuk kerusakan hati pada sirosis, asupan alkohol yang berlebihan
merupakan faktor penyebab utama perlemakan hati dan akibatnya. Sirosis,
bagaimanapun, juga terjadi pada orang yang tidak mengkonsumsi alkohol dan pada
mereka yang mengkonsumsi diet normal dan memiliki asupan alkohol yang tinggi.
Beberapa orang tampaknya lebih rentan daripada yang lain terhadap hal ini penyakit,
apakah mereka pecandu alkohol atau kurang gizi.
Manifestasi klinis :
Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus ini
akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda.
HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan
HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis,antara lain adalah:
Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas
Feses berwarna pucat.
Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice).
Nyeri perut.
Berat badan turun.
Urine menjadi gelap seperti teh.
Kehilangan nafsu makan.
Pemeriksaan diagnostic/peunjang :
a) Enzim – enzim serum AST (SGOT), ALT (SPGT), LDH : meningkat pada
kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark miokardium.
b) Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin terkonjugasi.
c) Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom gilbert.
d) Bilirubun serum total : meningkat pada penyakit hepatoselular.
e) Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
f) Masa protombin : meningkat pada penurunan sintesis protombin akibat kerusakan
sel hati.
g) Darah lengkap: (leukositosis,monositosis,limfosit,sel plasma).
h) Feses: warna tanah liat, penurunan fungsi hati.
i) Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim hati.
j) Urine : Peningkatan bilirubin, protein/hematuria.
RPK + Generogam : -
Riwayat psikososial : -
Riwayat spiritual : -
Riwayat lain : -
Hasil pemeriksaan fisik Saat dikaji klien tidak lagi berteriak-teriak namun
tidur ngorok.
T : 90/60mmmhg, N: 98x/mnt, S: 35C. R: 22x/mnt.
Mengukur lingkar perut dan asites :-
Berat badan :-
Inspeksi : Tampak odem anasarka dengan piting
edema +4,Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik
(+/+),Leher JVP meningkat, Abdomen : tampak
cembung, ascites (+), Hepatomegali (+),
Inspeksi kuku :-
Perkusi : -
Hasil laboratorium Hb. 6, Albumin : 2.3, Bilirubin Total : 10.5, Bilirubin direk :
20, Protein total : 6.0
4. Patofisiologi/mind mapping
Analisa Data Etiologi masalah
Ds : Gaya hidup tidak baik Hipervolemia
Mengeluh tidak yaitu meminum alcohol
nyaman diperut dan dan narkoba jenis sabu
terasa terbakar.
klien mengalami
hepatitis B sejak 1
tahun yang lalu
klien sejak usia 16 Munculnya edem anasarka
tahun mempunyai
gaya hidup tidak baik
yaitu meminum
alkohol dan narkoba
jenis sabu
Do : Bagian perut tampak
Tampak odem cembung asites
anasarka dengan piting
edema +4
Leher JVP meningkat
Thorax : Ronchi (+/+)
Abdomen : tampak Pembesaran hati
cembung, ascites (+)
Hepatomegali
Hb. 6
Terapeutik :
Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
Jelaskan tujuan dan
prosedur
pemantauan
Dokumentasikan
hasil pemantauan
Implementasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
A:
- Masalah kelebihan
cairan teratasi
P:
- Intervensi
dilanjutkan
Kasus 3 : kanker colon
Seorang perempuan berusia 40 tahun dirawat diruang bedah dengan diagnosa medis
Ca.Colon . Alasan sebelum masuk RS Klien datang dengan keluhan mual, muntah lemas,
BAB berdarah 5x. Karakteristik darah :warna hitam, menggumpal-gumpal, klien menderita
keluhan ini sejak 3 bulan yang lalu disertai riwayat konstipasi sebelumnya. Hasil biopsi
menunjukkan kegananasan sel colon. Perlu dilakukan kemoterapi namun dengan alasan biaya
pasien menolak, pasien pasrah dengan keadaanya. Keluarga merencanakan kepulangan
pasien. Rencana Program Terapi untuk kemoterapi adalah : Fluourasil 300 mg/m2 IV hari ke
1-4, Vincristine (oncovin) 2 mg IV hari ke – 1
A. Lakukan bedah buku Brunner dan jelaskan secara teori sesuai kasus yang anda diskusikan
(Pengertian, Etiologi, Manifestasi klinis, Pemeriksaan diagnostik/penunjang) !
- Faktor fredisposisi : Seorang perempuan berusia 40 tahun dirawat diruang bedah denga
n diagnosa medis Ca.Colon
C. Identifikasi data pengkajian (wawancara dan pemeriksaan fisik yang perlu dikaji lebih lanjut
dalam kasus tersebut !
RPK + Generogam : -
Riwayat psikososial : -
Riwayat spiritual : -
Riwayat lain : -
Palpasi :-
Auskultasi :
Perkusi :
Hasil laboratorium -
D. Buatlah patofisiologi/mind mapping sesuai kasus diatas!
DO:
Hasil biopsi
menunjukkan
kegananasan sel colon
INTERVENSI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
A:
Masalah disfungsi motilitas
gastrointestinal teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Anjurkan pasien
mengkonsumsi air
hangat
- Anjurkan pasien
menkonsumsi jus
wortel
1. Kasus 4 (Diabetes Mellitus)
Seorang perempuan usia 55 tahun dirawat dengan keluhan baal di kedua tangan dan kaki. 1
minggu sebelum masuk RS pasien mengatakan tiba2 terdapat luka di belakang jempol kaki
kanan. Luka tidak terasa nyeri dan pasien tidak mengetahui penyebabnya. Luka berwarna hitam
dan terlihat cukup dalam, panjang 2 cm. pasien mengatakan kaki dan tangan selalu kesemutan
dan baal sejak ½ tahun lalu. Pasien anak ke 1 dari 2 bersaudara. Ayah dan adik perempuan
pasien hipertensi, ibu DM. Jumlah anak 2, keduanya telah menikah dan tinggal terpisah,
keduanya laki2. Suami pasien sudah meninggal 2 tahun lalu. Pasien seorang penjahit baju. Sejak
sakit pasien kesulitan menjahit pesanan, akibatnya penghasilannya menurun. Pasien tidak punya
semangat hidup. Ingin mati menyusul suami karena merasa tidak ada yang mendukung, kedua
anak pasien sibuk.
Hasil pemeriksaan fisik : TD 150/70 mmHg, nadi 70 x/menit (teraba tidak kuat), respirasi
23x/menit, suhu 37,00C. Pasien terlihat pucat, bibir dan mukosa mulut kering, konjungtiva
anemis, mulut terlihat cukup bersih. Tidak ada peningkatan JVP.Bentuk dada simetris,
pergerakan simetris, fokal fremitus simetris di kedua paru, vesicular di kedua lobus paru, tidak
ada bunyi jantung tambahan. Batas paru dan jantung normal.
Hasil pemeriksaan lab : GDS 326 mg/dL, Hb 9,5 mg%, albumin 2,8 mg/dL, kalium 3,5 mEq,
natrium 155 mEq. Kreatinin1,0 , ureum 85.
Diet DM 1300 kkal, intake cairan oral 1000 ml/24 jam, NaCl 0,9% 1000 ml/24 jam
1. Lakukan bedah buku Brunner dan jelaskan secara teori sesuai kasus yang anda diskusikan
(Pengertian, Etiologi, Manifestasi klinis, Pemeriksaan diagnostik/penunjang) !
2. Identifikasi factor predisposisi dan presipitasi kasus diatas !
3. Identifikasi data pengkajian (wawancara dan pemeriksaan fisik yang perlu dikaji lebih
lanjut dalam kasus tersebut !
JAWABAN
1. Lakukan bedah buku Brunner dan jelaskan secara teori sesuai kasus yang anda diskusikan
(Pengertian, Etiologi, Manifestasi klinis, Pemeriksaan diagnostik/penunjang) !
PENGERTIAN
Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) akibat defek sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya (American Diabetes Association [ADA], Komite Ahli di diagnosis dan Klasifikasi
Diabetes Mellitus, 2003).Biasanya sejumlah glukosa beredar dalam darah. Itu sumber utama
glukosa ini adalah penyerapan makanan yang dicerna saluran gastrointestinal (GI) dan
pembentukan glukosa oleh hati dari zat makanan.
Insulin, hormon yang diproduksi oleh pankreas, mengontrol kadar glukosa dalam darah
dengan mengatur produksi dan penyimpanan glukosa. Pada keadaan diabetes, sel-sel
mungkin berhenti merespons insulin atau pankreas berhenti memproduksi insulin
sepenuhnya. Hal ini menyebabkan hiperglikemia, yang dapat mengakibatkan akut komplikasi
metabolik seperti ketoasidosis diabetikum (DKA) dan sindrom nonketotik hiperglikemik
hiperosmolar (HHNS). Efek jangka panjang hiperglikemia berkontribusi pada makrovaskular
komplikasi (penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah
perifer), komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata), dan komplikasi
neuropatik (penyakit saraf).
ETIOLOGI
DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel
beta pancreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik: penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetik kearah terjadinya diabetes
tipe 1.
2) Faktor imunologi (autoimun)
DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat
dan keluarga. Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi menjadi 3 yaitu:
1) <140 mg/dL = normal
2) 140-<200 mg/dL = toleransi glukosa terganggu
3) >200 mg/DL = diabetes
DM tipe II bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai efek insulin disertai resistensi
insulin.
DM tipe lain
1) Defek genetik fungsi sel beta
2) Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe A, leprechaunisme, sindrom rabson
mendenhall
3) Penyakit eksokrin pancreas: pancreatitis. Trauma / pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik.
4) Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma
5) Obat atau zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormone tiroid,
diazoxid, tiazid.
6) Infeksi: rubella congenital
7) Imunologi (jarang) : sindrom stiff-man, anti bodi anti reseptor insulin
8) Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis dari semua jenis diabetes termasuk “tiga Ps”: poliuria, polidipsia, dan
polifagia. Poliuria (peningkatan urin) dan polidipsia (peningkatan rasa haus) terjadi akibat
kehilangan cairan berlebihan yang berhubungan dengan diuresis osmotik. Pasien juga mengalami
polifagia (peningkatan nafsu makan) akibat keadaan katabolik yang disebabkan oleh defisiensi
insulin dan penguraian protein dan lemak. Gejala lain termasuk kelelahan dan kelemahan,
perubahan penglihatan tiba-tiba, kesemutan atau mati rasa di tangan atau kaki, kulit kering, lesi
kulit atau luka yang lambat sembuh, dan infeksi berulang. Timbulnya diabetes tipe 1 juga dapat
dikaitkan dengan penurunan berat badan mendadak atau mual, muntah, atau nyeri perut, jika
DKA telah berkembang.
Insulin disekresikan oleh sel beta, yang merupakan salah satu dari empat jenis sel di pulau
Langerhans di pankreas. Insulin adalah hormon anabolik, atau penyimpanan. Saat seseorang
makan, sekresi insulin meningkat dan memindahkan glukosa dari darah ke otot, hati, dan sel
lemak. Di sel-sel itu, insulin:
Mempercepat transpor asam amino (berasal dari protein makanan) ke dalam sel
PENATALAKSANAAN
Insulin diperlukan pada keadaan: a) Penurunan berat badan yang cepat, b) Hiperglikemia
berat yang disertai ketosis, c) Ketoasidosis diabetik, d) Hiperglikemia dengan asidosis laktat, e)
Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, f) Stres berat (infeksi sistemik, operasi
besar, stroke, infark miokardial), g) Kehamilan dengan diabetes gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan, h) Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat, i) Kontraindikasi dan
ataua alergi OHO Dasar pemikiran Terapi Insulin, a) Sekresi insulin fisiologis terdiri dari sekresi
basal dan sekresi prandial. Terapi insulin diupayakan mampu meniru pola sekresi insulin yang
fisiologis, b) Defisiensi insulin dapat berupa defisiensi insulin basal, insulin prandial atau
keduanya. Defisiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa,
sedangkan defisiensi insulin prandial akan menimbulkan hiperglikemi setelah makan, c) Terapi
insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap defisiensi yang terjadi, e)
Terapi insulin dapat diberikan secara tunggal berupa: insulin kerja cepat (rapid insulin), kerja
pendek (short acting), kerja menengah (intermediate acting), kerja panjang (long acting) atau
insulin campuran tetap (premixed insulin), f) Pemberian dapat juga diberikan secara kombinasi
antara insulin kerja cepat atau insulin kerja pendek untuk koreksi defisiensi insulin prandial,
dengan kerja menengah atau kerja panjang untuk koreksi defisiensi insulin basal, serta dapat
dilakukan kombinasi dengan obat hipoglikemik oral (OHO), g) Terapi insulin tunggal atau
kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan respon individu terhadap insulin, yang
dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah.
Kadar glukosa darah tinggi yang tidak normal adalah kriteria dasar untuk diagnosis diabetes.
Kadar glukosa plasma puasa (FPG) 126 mg/dL (7,0 mmol/L) atau lebih atau kadar glukosa
plasma acak melebihi 200 mg/dL (11,1 mmol/L) pada lebih dari satu kesempatan merupakan
diagnosis diabetes. Tes toleransi glukosa oral dan tes toleransi glukosa intravena tidak lagi
direkomendasikan untuk penggunaan klinis rutin. Lihat Bagan 41-3 untuk kriteria diagnostik
ADA untuk diabetes mellitus (ADA, Expert Committee on the Diagnosis and Classification of
Diabetes Mellitus, 2003). Nilai glukosa plasma mungkin 10% sampai 15% lebih tinggi dari nilai
darah utuh, yang diperoleh dengan tongkat jari (Porth, 2002).
Selain asesmen dan evaluasi diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis diabetes,
asesmen khusus berkelanjutan terhadap pasien dengan diabetes yang diketahui dan evaluasi
untuk komplikasi pada pasien dengan diabetes yang baru didiagnosis merupakan komponen
perawatan yang penting.
2. Identifikasi factor predisposisi dan presipitasi kasus diatas !
RPD: -
RPK + Generogam:
Pasien anak ke 1 dari 2 bersaudara. Ayah dan adik perempuan
pasien hipertensi, ibu DM. Jumlah anak 2, keduanya telah
menikah dan tinggal terpisah, keduanya laki2. Suami pasien
sudah meninggal 2 tahun lalu
Riwayat psikososial:-
Riwayat spiritual:-
Riwayat lain:-
Suhu : 37,00C.
keluhan baal di
kedua tangan dan
Pembedahan ortopedi
kaki
Luka tidak terasa (luka)
nyeri dan pasien
tidak mengetahui
penyebabnya.
Hilangnya sensasi Perfusi perifer tidak
pasien perasa efektif
mengatakan kaki
dan tangan selalu
kesemutan dan
Perfusi perifer tidak
baal sejak ½
efektif
tahun lalu.
DO :
tiba2 terdapat
luka di belakang
jempol kaki
kanan
Luka berwarna
hitam dan terlihat
cukup dalam,
panjang 2 cm.
TD 150/70
mmHg 70
x/menit (teraba
tidak kuat)
Pasien terlihat
pucat
konjungtiva
anemis
Kurangnya perhatian
Ditinggalkan suami
Ansietas
6. Rencana keperawatan
Intervensi Keperawatan
Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
Periksa kemampuan
mengidentifikasi
lokasi dan tekstur
benda
Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
Monitor perubahan
kulit
Monitor adanya
tromboplebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
Hindai pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
Anjurkan penggunaan
thermometer untuk
menguji suhu air
Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal
saat memasak
Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlu
2. D.0080 Setelah dilakukan Reduksi Observasi
intervensi keperaatan ansietas Identifikasi saat
Ansietas selama 3 x 24 jam, maka tingkat ansietas
tngkat ansietas menurun, berubah (mis: kondisi,
dengan kriteria hasil :
waktu, stresor)
Verbalisasi Identifikasi
kebingungan
menurun kemampuan
Perilaku gelisah mengambil keputusan
menurun
Monitor tanda-tanda
Perilaku tegang
menurun ansietas (verbal dan
nonverbal)
Konsentrasi
membaik
Terapeutik
Ciptakan suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
Temani pasien untuk
mengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
Dengarkan dengan
penuh perhatian
Gunakan pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan
Tempatkan barang
pribadi yang
memberikan
kenyamanan
Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
Diskusikan
perencanaan realistis
tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
Anjurkan keluarga
untuk tetap Bersama
pasien, jika perlu
Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai
kebutuhan
Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi
ketegangan
Latih penggunaan
mekanisme pertahanan
diri yang tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu
Implementasi Keperawatan`
1. Masalah sosial
( berduka, putus
asa, kesepian,
kehilangan hub
yang penting )
sudah teratasi
2. Hilangnya sensasi
perasa mulai
teratasi
P: Tindakan keperawatan
dihentikan
O:
Klien masih sedikit
terlihat tegang
TD: 120/70 mmHg.
RR: 22x/menit, N:
80x/menit
A : Hilangnya rasa
canggung dan mampu
untuk bercerita
P : intervensi di hentikan
Penugasan/Latihan..
1. Lakukan bedah buku Brunner dan jelaskan secara teori sesuai kasus yang anda diskusikan
(Pengertian, Etiologi, Manifestasi klinis, Pemeriksaan diagnostik/penunjang) !
2. Identifikasi factor predisposisi dan presipitasi kasus diatas !
3. Identifikasi data pengkajian (wawancara dan pemeriksaan fisik yang perlu dikaji lebih lanjut
dalam kasus tersebut !
4. Buatlah patofisiologi/mind mapping sesuai kasus diatas!
5. Buatlah prioritas diagnosa keperawatan !
6. Buatlah renpra sesuai SLKI dan SIKI !
Kasus 5
Seorang perempuan usia 30 tahun dirawat di ruang bedah dengan keluhan ada
benjolan di leher bagian depan sejak 15 tahun yang lalu. Riwayat benjolan 15 tahun yang
lalu, pasien merasa muncul benjolan di leher depan sisi kiri sebesar ibu jari tangan pasien.
Riwayat sesak atau sulit menelan disangkal. Riwayat batuk lama, demam, atau benjolan
ditempat lain diangkat. Pasien pernah dioperasi 5 tahun lalu di RS swasta, namun nama
operasi tidak diketahui. Satu tahun kemudian benjolan kembali muncul dan membesar hingga
sebesar kepalan tangan pasien di area leher kanan kiri. Sehingga pasien dijadwalkan operasi
kembali besok. Pasien mengatakan merasa takut untuk operasi besok karena khawatir gagal
seperti yang pertama. Saat ini pasien sudah dioperasi dan mengeluh nyeri di area luka
operasi, nyeri skala 4 (0-10). Leher Menjadi sulit digerakkan dan pasien juga mengeluh sulit
mengeluarkan suara karena suaranya Serak.
Hasil pemeriksaan fisik pre operatif : terlihat pembesaran pada leher sebelah kiri dan
teraba nodul sebesar kepalan tangan pasien, benjolan mobile/bergerak ke atas saat menelan
dengan ukuran 10x8x6 cm, tidak ada nyeri tekan, teraba pembesaran kelenjar tiroid kanan,
mobile, ukuran 5x4x2 cm. Hasil lab pre operatif : T4 bebas (0,770), TSH (4,35).
Hasil USG tyroid : nodul padat multiple dengan degenerasi kistik dan septasi pada
kedua lobus thyroid lebih prominen di lobus kiri yang mendesak trakea ke kanan. Hasil
pemeriksaan fisik post operatif : terdapat luka operasi tiroidektomi, horizontal tertutup
kassa, terdapat drain dengan produksi hemoragik 5 ml.
Jawaban Kasus 5_
1. Lakukan bedah buku Brunner dan jelaskan secara teori sesuai kasus yang anda diskusikan
(Pengertian, Etiologi, Manifestasi klinis, Pemeriksaan diagnostik/penunjang) !
a. Pengertian Hipertiroid
Menurut buku brunnar and suddart hal 1221 :
Hipertiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua setelah diabetes melitus.
penyakit graves, yang paling umum hipertiroidisme, hasil dari produksi hormon tiroid yang
berlebihan yang disebabkan oleh stimulasi kelenjar tiroid yang tidak normal,kelenjar oleh
sirkulasi imunoglobulin. Itu mempengaruhi wanita delapan Kali lebih sering dibandingkan
laki-laki, dengan onset biasanya antara dekade kedua dan keempat (Tierney et al., 2001). Ini
mungkin muncul setelah kejutan emosional, stres, atau infeksi, tetapi arti sebenarnya dari
hubungan ini tidak dipahami. Umum lainnya penyebab hipertiroidisme termasuk tiroiditis
dan konsumsi hormon tiroid yang berlebihan. Hipertiroid ditandai dengan aktivitas kelenjar
tiroid yang berlebihan menyebabkan takikardia, kegugupan, penurunan berat badan, dan
kecemasan. Penyakit Graves adalah yang paling umum penyebab hipertiroidisme.
b. Etiologi
Menurut buku Pathophysiology of disease hal 1364 :
Paling umum, tiroid Produksi hormon yang berlebihan disebabkan oleh penyakit Graves.
Pada penyakit Graves, TSH Reseptor autoantibodi TSH-R [stim] Ab (TSI) merangsang folikel tiroid
Sel untuk menghasilkan jumlah T4 dan T3 yang berlebihan. Lebih jarang, pasien dengan Gondok
multinodular dapat menjadi tirotoksik tanpa antibodi yang bersirkulasi jika Diberikan yodium
anorganik (misalnya, kalium iodida) atau senyawa yodium organik (misalnya,Obat antiaritmia
amiodaron, yang mengandung 37% berat yodium).
Gondok multinodular juga dapat mengembangkan satu atau lebih nodul yang menjadi otonom
dari regulasi TSH dan mengeluarkan jumlah T4 atau T3 yang berlebihan. Pasien dari daerah endemik
gondok dapat mengembangkan tirotoksikosis bila Diberikan suplementasi yodium (fenomena Jod-
Basedow). Folikel besar Adenoma (diameter >3 cm) dapat menghasilkan hormon tiroid yang
berlebihan.
Kadang-kadang, kelebihan produksi TSH (misalnya, dari adenoma hipofisis) atau Penyakit
hipotalamus dapat menyebabkan kelebihan produksi hormon tiroid. Itu diagnosis disarankan oleh
hipertiroidisme yang terbukti secara klinis dengan peningkatan serum T4 dan T3 dan peningkatan
kadar serum TSH. Pencitraan neuroradiologis misalnya Computed tomography (CT) scan atau
magnetic resonance imaging (MRI).Sella turcica menegaskan adanya tumor hipofisis. Jarang, Hasil
hipertiroidisme dari hipofisis-diinduksi (tetapi tidak jaringan perifer) resistensi terhadap efek supresif
T4 dan T3. Itu diagnosis disarankan dengan menemukan peningkatan serum T4 dan T3 Tingkat
dengan kadar TSH serum normal yang tidak tepat.
Hipertiroidisme dapat dipicu oleh tumor sel germinal (koriokarsinoma dan mola hidatidosa),
yang mengeluarkan sejumlah besar asam korionat manusia Gonadotropin (hCG). Jumlah besar hCG
yang dikeluarkan oleh tumor ini mengikat untuk reseptor TSH sel folikel dan merangsang
overproduksi tiroid hormon. Jarang, hipertiroidisme dapat dihasilkan oleh teratoma ovarium
mengandung jaringan tiroid (struma ovarii).
Hasil hipertiroidisme saat ini jaringan tiroid ektopik mulai berfungsi secara mandiri. Struma
ovarii adalah didiagnosis ketika tumor ovarium mengandung 50% atau lebih jaringan tiroid; klinis
tanda-tanda tirotoksikosis dilaporkan hanya sekitar 5-8% kasus gondok indung telur. Pasien dengan
metastasis besar mungkin karsinoma tiroid folikuler menghasilkan hormon tiroid berlebih, terutama
setelah pemberian iodida.
Hipertiroidisme transien kadang-kadang diamati pada pasien dengan Tiroiditis limfositik atau
granulomatosa (subakut) (Hashimoto thyroiditis). Di dalam kasus seperti itu, hipertiroidisme
disebabkan oleh penghancuran tiroid oleh pelepasan hormon yang disimpan. Terakhir, pasien
mengonsumsi tiroid eksogen dalam jumlah berlebihan hormon (secara tidak sengaja atau sengaja) dan
mereka yang diobati dengan amiodaron atau Interferon alfa dapat muncul dengan gejala, tanda, dan
temuan laboratorium Hipertiroid.
c. Manifestasi Klinis
Menurut buku brunner and suddart hal 1221 :
Pasien dengan hipertiroidisme yang berkembang dengan baik menunjukkan sekelompok
tanda dan gejala yang khas (kadang-kadang disebut sebagai tirotoksikosis). Gejala yang muncul
seringkali adalah kegugupan.Pasien-pasien ini sering secara emosional hipereksitasi, mudah
tersinggung,dan khawatir; mereka tidak bisa duduk diam; mereka menderita jantung berdebar; dan
denyut nadi mereka juga cepat secara tidak normal saat istirahat pada tenaga.
Mereka mentolerir panas dengan buruk dan berkeringat secara tidak biasa bebas. Kulit
memerah terus menerus, dengan ciri khas warna salmon, dan cenderung hangat, lembut, dan
lembab. Tua pasien, bagaimanapun, mungkin melaporkan kulit kering dan pruritus difus. A tremor
halus pada tangan dapat diamati. Pasien mungkin menunjukkan exophthalmos (mata menonjol),
yang menghasilkan wajah kaget ekspresi.
Manifestasi lainnya termasuk peningkatan nafsu makan dan asupan makanan, penurunan
berat badan yang progresif, kelelahan dan kelemahan otot yang abnormal (kesulitan menaiki tangga
dan bangkit dari kursi), amenore, dan perubahan fungsi usus. Denyut nadi rentang kecepatan secara
konstan antara 90 dan 160 denyut/menit; tekanan darah sistolik, tetapi secara khas bukan diastolik
tinggi; fibrilasi atrium dapat terjadi; dan dekompensasi jantung dalam bentuk gagal jantung sering
terjadi, terutama pada pasien usia lanjut. Osteoporosis dan patah tulang juga terkait dengan
hipertiroidisme.
Efek jantung mungkin termasuk takikardia sinus atau disritmia, peningkatan tekanan nadi,
dan palpitasi; telah disarankan bahwa perubahan ini mungkin terkait dengan peningkatan
sensitivitas untuk katekolamin atau perubahan omset neurotransmitter. Hipertrofi miokard dan
gagal jantung dapat terjadi jika hipertiroidisme parah dan tidak diobati. Perjalanan penyakit mungkin
ringan, ditandai dengan remisi dan eksaserbasi dan berakhir dengan pemulihan spontan dalam
beberapa bulan atau tahun. Sebaliknya, itu mungkin berkembang tanpa henti, dengan orang yang
tidak dirawat menjadi kurus, sangat gugup, mengigau, dan bahkan bingung; akhirnya, jantung gagal.
Gejala hipertiroidisme dapat terjadi dengan pelepasan jumlah hormon tiroid yang
berlebihan akibat peradangan setelah iradiasi tiroid atau kerusakan jaringan tiroid oleh tumor.
Gejala seperti itu juga bisa terjadi dengan berlebihan pemberian hormon tiroid untuk pengobatan
hipotiroidisme. Penggunaan hormon tiroid yang sudah berlangsung lama tanpa adanya pemantauan
ketat dapat menjadi penyebab gejala hipertiroidisme. Hal ini juga cenderung menyebabkan
osteoporosis dini, terutama pada wanita
d. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
Pemeriksaan laboratorium TSH, fT4, fT3, USG Tyroid dan HcG.
2. Identifikasi factor predisposisi dan presipitasi kasus diatas !
Faktor Predisposisi Pada Pasien : Riwayat benjolan 15 tahun yang lalu, pasien merasa muncul
benjolan di leher depan sisi kiri sebesar ibu jari tangan pasien.
Faktor Presitpitasi Pada Pasien :
a. Pasien pernah dioperasi 5 tahun lalu di RS swasta, namun nama operasi tidak
diketahui. Satu tahun kemudian benjolan kembali muncul dan membesar hingga
sebesar kepalan tangan pasien di area leher kanan kiri.
b. Hasil USG tyroid : nodul padat multiple dengan degenerasi kistik dan septasi pada
kedua lobus thyroid lebih prominen di lobus kiri yang mendesak trakea ke kanan.
3. Identifikasi data pengkajian (wawancara dan pemeriksaan fisik yang perlu dikaji lebih lanjut
dalam kasus tersebut !
Identitas pasien Ny.S, jenis kelamin perempuan, berusia 30 tahun,masuk
RS pada tanggal 27 februari 2023,dan dirawat di ruang
bedah deangan keluhan ada benjolan muncul dan
membesar hingga sebesar kepalan tangan pasien di area
leher kanan kiri terdiagnosa Hipertiroid
Hasil wawancara Keluhan utama :
Keluhan ada benjolan muncul dan membesar hingga
sebesar kepalan tangan pasien di area leher kanan kiri dan
Nyeri luka post operasi.
Hasil laboratorium Hasil lab pre operatif : T4 bebas (0,770), TSH (4,35).
Hasil USG tyroid : nodul padat multiple dengan degenerasi
kistik dan septasi pada kedua lobus thyroid lebih prominen
di lobus kiri yang mendesak trakea ke kanan.
Diagnosa keperawatan: nyeri akut yang berhubungan dengan Agen pencedera Fisik
(prosedur operasi) ditandai dengan mengerluh nyeri
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgesik secara
tepat
Ajarkan Teknik
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Berikan analgesic
bila perlu
b. Implementasi Keperawatan
c. Evaluasi Keperawatan