Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PNEUMONIA

Disusun Oleh :

Kelompok 1
Yulis Fitriyawati 22300063
Febi Arimbi 22300064
Fierdha Risky M. 22300073
Muliati 22300074
Suminah 22300075
Ery Oktaviandi 22300027

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

Ns. Dessy Lestari, S. Kep Ns. Ardiansyah, M. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

TAHUN 2022/2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Hari/tanggal :

Waktu : 45 Menit

Tempat/ Ruang : Poli Anak

Sasaran : Ibu dan Anak di poli anak

Pelaksana : Mahasiswa/i Ners Kelompok 1 Stikes Citra Delima

Topik Penkes : Pendidikan Kesehatan Pneumonia

Diagnosa Keperawatan : Pneumonia

1. Tujuan Intruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang pneumonia selama 45 menit diharapkan
pasien / kelompok mampu memahami tentang pneumonia.

2. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 45 menit pasien/kelompok mampu :
a. Menjelaskan definisi pneumonia
b. Menyebutkan manfaat pneumonia
c. Mengetahui penanganan pneumonia

3. Materi
a. Definisi pneumonia
b. Penyebab pneumonia
c. Tanda dan gejala pneumonia
d. Klasifikasi pneumonia
e. Komplikasi pneumonia

4. Metode
a. Ceramah
b. Tanya-jawab

5. Media
a. Leaflet
6. Kegiatan Belajar Mengajar
No Tahap Waktu Pengajar Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit a. Mengucapkan salam menjawab Kata – kata
b. Memperkenalkan diri salam dan / kalimat
c. Menjelaskan maksud mendengarkan
tujuan pertemuan
d. Kontrak waktu
2. Isi 10 menit a. Penyampain materi Mendengarkan Leaflet
b. Menjelaskan definisi dan menyimak
pneumonia
c. Menjelaskan tanda dan
gejala pneumonia
3. Demonstrasi 5 menit a. Menjelaskan cara Menyimak dan Kata – kata
mengatasi pneumonia mendengar / kalimat
4. Diskusi 10 menit a. Memberikan Peserta Kata – kata
kesempatan pada mengajukan / kalimat
peserta untuk bertanya pertanyaan
5. Penutup 5 menit a. Menyimpulkan hasil Menjawab Kata – kata
penyuluhan salam dan / kalimat
b. Mengucapkan salam menyimak
dan meminta maaf
c. Mengucapkan
terimakasih
Total 45 menit

7. Evaluasi
Kognitif :
Afektif :
Psikomotor :
1. Definisi
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang biasanya
dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA). Dengan gejala batuk dan disertai
dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi)
dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi
dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (Nursalam, 2015).
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan dan
jaringan intersittel. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara
terutama di negara berkembang termasuk Indonesia dan merupakan penyebab kematian utama
pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneuomonia antara lain virus dan
bakteri. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya dan beratnya
pneumonia antara lain adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GER, dan
aspirasi (Daud Dasril, 2013).
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi apada anak-
anak tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis
penumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi dari penyakit lain
(Hockenberry dan Wilson, 2009 dalam Seyawati Ari, 2018).

2. Etiologi
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet atau sering disebabkan oleh streptoccus
pneumonia, melalui slang infuse oleh staphylococcus aureus sedangkan pada pemakaian
ventilator oleh p. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan
antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk ke paru paru organism bermultiplikasi dan, jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain di atas penyebab
terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu :
a. Bacteria : diploccus pneumonia, pneumocaccus, streptokokus hemolyticus, streptokoccus
aureus, hemophilus influenzae, mycobacterium tuberkulosis, bacillus friedlander.
b. Virus : respiratory syncytial virus, adeno virus, V.Ssitomegalitik, V.Influenza.
c. Mycoplasma pneumonia
d. Jamur : histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces dermatitides,
coccidodies immtis, aspergillus, species, candida albicans.
e. Aspirasi : makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing
f. Pneumonia hipostatik
g. Sindrom loeffler
3. Klasifikasi
Pneumonia terbagi menjadi :
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis
c. Pneumonia interstitialis

4. Patofisiologi / Pathway
Pneumonia adalah inflasi paru yang ditandai dengan konsulidasi karena eksudat yang mengisi
alveoli dan bronkiolus, saat saluran nafas bagian bawah terinfeksi, respon inflamasi normal
terjadi, disertai dengan obstruksi jalan nafas ini terjadi akrena menghirup bibit penyakit di
udara. Infeksi pneumonia bisa terjadi karena tergantungnya salah satu mekanisme pertahanan
dan organisme dapat mencapai traaktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute
hematologi, ketika protogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan
edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar bergerak mematikan sel dan bakterial
debris. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan hiperkapnia.

Pathway
5. Manifestasi Klinis
a. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5•C – 40,5•C)
b. Nyeri dada pleuritik yang semakin ketika bernapas dan batuk
c. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea ( pernapasan 25-45 x/ menit)
d. Nadi semakin cepat
e. Bradikardi relatif untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus
f. Infeksi saluran napas atas, sakit kepala, nyeri pleuritik, pipi memerah, bibir & bantalan
kuku menunjukkan sianosis sentral.
g. Sputum purulent, kental, bercampur darah, bewarna kehijauan
h. Mudah lelah dan nafsu makan memburuk

6. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen dada
Untuk memastikan kondisi paru-paru dan luas area paru yang mengalami infeksi
b. Tes darah
Untuk memastikan adanya infeksi dan menentukan penyebab infeksi
c. Tes dahak atau sputum
Untuk mendeteksi kuman penyebab infeksi
d. Spirometrik static
Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
e. Biofsi paru
Untuk menetapkan diagnosa pemeriksaan serorogi untuk mengetahui paru-paru,
menetapkan luas penyakit, dan untuk membantu mendiagnosakan keadaan.

7. Pencegahan pneumonia
a. Menjaga kebersihan
Seperti rajin mencuci tangan. Hindari menyentuh area wajah jika belum mencuci tangan
b. Menjaga daya tahan tubuh
Yaitu dengan menjaga pola hidup sehat dengan istirahata cukup, mengkonsumsi makanan
yang bergizi, rutin berolah raga
c. Tidak merokok
d. Menggunakan alat pelindung diri saat berpergian seperti masker
e. Menerapkan etika batuk dan bersih
Yaitu dengan menggunakan tisue / sarung tangan

8. Penatalaksanaan Medis
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotik per oral
dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak napas atau
dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan
melalui infus. Mungkin perlu diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu
nafas mekanik. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaanya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang diberikan antara
lain :
1. Oksigen 1-2 L/menit
2. IVFD dekstrosa 10% NaCl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status dehidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu berat berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogatrik dengan feeding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapar diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis
untuk memperbaiki transport mukosillier.
5. Hidrasi yaitu pemantauan asupan dan keluaran, cairan tambahan untuk mempertahankan
hidrasi dan mencairkan sekresi
6. Operasi
Thoracentis dengan tabung penyisipan dada diperlukan jika masalah sekunder seperti
emfisema
7. Terapi obat
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi uji resistensi

9. Komplikasi
Secara umum prognosisnya adalah baik. Gangguan jangka panjang pada fungsi paru
jarang, bahkan pada anak dengan pneumonia yang telah terkomplikasi dengan emplema dan
abses paru. Sekuele yang signifikan muncul pada penyakit adenoviral, termasuk bronkiolitis
obliterans. Kematian dapat muncul pada anak dengan kondisi yang mendasari, seperti
penyakit paru kronik pada bayi pematur, penyakit jantung bawaan, imunosupresi, malnutrisi
energi. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan
sampai kurang dari 1%.
Terapi lain dari pneuomonia :
1. Medikamentosa
Diagnosis etiologik pneumonia sangat sulit untuk ditentukan sehingga pemberian
antibiotik dilakukan secara empirik sesuai dengan pola kuman tersering yaitu
Sterptococcus pneuminia dan haemophilus influenzae.
Pemberian antibiotik sesuai dengan kelompok umur. Untuk bayi di bawah 3 bulan
diberikan golongan penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia >3 bulan, ampisilin dipadu
dengan kloramfenikol merupakan obat pilihan pertama. Bila keadaan pasien memberat atau
terdapat empisema, antibiotik pilihan adalah golongan sefalosporin. Antibiotik parenteral
diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun, dilanjutkan dengan pemberian peroral
selama 7-10 hari
2. Bedah
Pada umumnya tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi
pneumotoraks atau pneumomediastinum.
3. Suportif
Pemberian oksigen sesuai derajat sesaknya. Nutrisi parenteral diberikan selama
pasien masih sesak.
DAFTAR PUSTAKA

Daud, D.2013.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.Dept.Ilmu Kesehatan Anak FK-


UNHAS: Makassar.

“Pencegahan Pneumonia” . penerbit alodokter.com. 26 26 November 2022.

https://www.alodokter.com /pneumonia/pencegahan

Nursalam, A.H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA


NIC-NOC jilid 1. Media Action: Jakarta.

“Laporan Pendahuluan Pneumonia” . penerbit deepublish.com. 26 November 2022.


https://id.scribd.com/pneumonia/521831047/LP-PNEUMONIA

Setyawati, A.2018. Tata Laksana Kasus Batuk dan atau Kesulitan Bernafas: Literature
Review.Jurnal Ilmiah Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai