Di Susun Oleh :
Febbi Pratiwi (2214201019)
Azzahra wulandari (2214201031)
Yata Sabrina (2214201032)
Anggraini Saputri (2214201025)
Wiwik Rafiqah (2214201036)
Putri letna (2214201023)
Hana salwa (22142010
Fiza apriani (22142010
Beauty nabila (22142010
Mawar anggraini (22142010
Aprilia syachrani (22142010
Dewi astuti (22142010
Anggre pana (22142010
Linda Agustin (2214201021)
Dela Ramadhani (2214201047)
Romi (22142010
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN HARAPAN IBU JAMBI
TAHUN 2023
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan kegiatan peyuluhan diharapkan pasien mengerti dan
mampu melakukan Pendidikan Kesehatan manajemen perawatan pneumonia di
rumah.
2. Tujuan Khusus
a. Peserta mampumenjelaskan pengenalan penyakit pneumonia
b. Peserta mampu menjelaskan kepatuhan minum obat
c. Pesrta mampu menjelaskan nutrisi pada pasien pneumonia
d. Peserta mampu menjelskan keetidak patuhan minum obat
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pokok Pembahasan
Pendidikan Kesehatan manajemen perawatan pneumonia di rumah
2. Sub Pokok Pembahasan
a. Pengenalan penyakit pneumonia
b. Kepatuhan minum obat
c. Nutrisi pada pasien pneumonia
d. Pencegahan ketidakpatuhan minum obat
D. SASARAN
Sasaran dari satuan acara penyuluhan Pendidikan Kesehatan mengenai Pendidikan
Kesehatan mamajemen perawatan pneumonia di rumah ditujukan untuk mahasiswa ilmu
keperawatan semester 3
E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi Dan Tanya Jawab
F. MEDIA
1. Leaflet
2. Infocus Dan Laptop
G. WAKTU DAN TEPAT
1. Hari/Tanggal :
2. Waktu :
3. Tempat :
H. PENGORGANISASIAN
1. Moderator
2. Pemateri
3. Fasilitator
4. Obsserver
I. URAIAN TUGAS
a. Moderator :
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan anggota kelompoknya
c. Mengarahkan alur diskusi
d. Memimpin jalannya diskusi
e. Menutup Acara
b. Fasilitator :
a. Bersama moderator menjalin kerjasama dalam menyajikan materi
penyuluh
b. Memotivasi peserta kegiatan dalam bertanya
c. Menjadi contoh dalam kegiatan
c. Pemateri :
a. Menjelaskan materi yang akan diberikan
d. Observe :
J. MATERI
a. Pengenalan penyakit pneumonia
b. Kepatuhan minum obat
c. Nutrisi pada pasien pneumonia
d. Pencegahan ketidakpatuhan minum obat
e. SETTING TEMPA
: audiens : moderator : meja
: observer : pemateri
: fasilitator : infocus
f. KEGIATAN PENYULUHAN
No Tahap Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audiens Waktu
1 Pendahuluan 1. Mengucapkan 1. Menjawab 5 Menit
salam salam
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri 3. Mendengarkan
3. Menjelaskan dan
tujuan dari memperhatikan
penyuluhan 4. Mendengarkan
4. Melakukan 5. ,Mendengarkan
kontrak waktu
5. Menyebutkan
materi
penyuluhan yang
akan diberikan
2 Pelaksanaan 1. Menejelaskan 5. Menjawab 20 Menit
materi mengenai 6. Mendengar
pengenalan 7. Memperhatikan
penyakit 8. Memperhatikan
pneumonia 9. Memperhatikan
2. Menjelaskan 10. Mendengar
materi mengenai 11. Mengumpulkan
kepatuhan pertanyaan dan
minum obat menjawab
3. Menjelaskan pertanyan
materi mengenai
nutrisi pada
pasein
pneumonia
4. Menjelaskan
materi mengenai
pencegahan
ketidak patuhan
minum obat
3 Penutup 1. Melakukan 1. Mengulang 5 Menit
evaluasi tentang Kembali materi
materi yang telah yang
disampaikan disampaikan
2. Menyimpulkan 2. Memperhatikan
diskusi 3. Menjawab
3. Mengucapkan salam
salam
g. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur :
a. Peserta hadir ditempat yang telah ditentukan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di tempat yang telah ditentukan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pula
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan
saat penyuluhan
d. Media telah siap
2. Evaluasi Proses :
b. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
c. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan
d. 70% peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan
e. 70% peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3. Evaluasi Hasil :
Peserta mampu :
a. 70% peserta mengetahui pengenalan penyakit pneumonia
b. 70% peserta mengetahui kepatuhan minum obat
c. 70% peserta mengetahui nutrisi pada pasien pneumonia
d. 70% peserta mengetahui pencegahan ketidakpatuhan minum obat
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN MANAJEMEN PNEUMONIA DI RUMAH
2. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan 2001 dalam Padila (2013) :
a. Berdasarkan cirri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau
loburis.
2) Pneumonia atipikal, ditandai gangguan repirasi yang meningkat lambat dengan gambaran
infiltrast paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan factor lingkungan :
1) Pneumonia komunitas
2) Pneumonia nosocomial
3) Pneumonia rekurens
4) Pneumonia aspirasi
5) Pneumonia pada gangguan imun
6) Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis :
1) Pneumonia bakterial berupa: pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenal
parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia
bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai
konsolidasi paru.
2) Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma,
Chlamydia pneumonia atau Legionella.
3. Etiologi Pneumonia
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organism gram positif :
Steptococcus pneumonia, S.aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negative
seperti Haemophilus influenza, Klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa. (Padila, 2013)
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
(Padila, 2013)
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplamosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta
kompos. (Padila, 2013)
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia. Biasanya menjangkiti pasien
yang mengalami immunosupresi. (Padila, 2013)
4. Patogenesis Pneumonia
Gambaran patologis dalam batas tertentu tergantung pada agen etiologis,
Pneumonia bakteri ditandai oleh eksudat intraalveolar supuratif disertai konsolidasi.
Kasus pneumonia bakteri kebanyakan disebabkan oleh bakteri Pneumonia
pneumococcus. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi.
Pneumonia lobaris menunjukkan daerah infeksi yang terjadi pada satuatu lebih
lobus.Pneumonia lobularis atau bronkopneumonia menunjukkan penyebaran daerah
infeksi yang ditandai dengan bercak berdiameter sekitar 3-4 cm mengelilingi dan
mengenai bronchus. (Irman Somantri, 2007)Stadium dari pneumonia bakteri yang
disebabkan oleh bakteri Pneumonia pneumococcus yang tidak diobati adalah:
a. Penyumbatan ( 4-12 jam pertama): eksudat serosamasuk kedalam alveolus dari pemnuluh
darah yang bocor.
b. Hepatilasi Merah (48 jam berikutnya): paru – paru tampak merah dan tampak bergaula
karena eritrosit, fibrin, dan leukositpolimorphonuceus(PMN) mengisi aleveolus.
c. Hepatitasi Kelabu (3-8 hari): paru – paru tampak berwarna abu –abu karena leukosit dan
fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveolus yang terserang.
d. Pemulihan (7-11 hari): eksudat mengalami lisis dan diireabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali kepada struktur semula.(Irman Somantri, 2007)
5. Patofisilogi Pneumonia
Penyebab pneumonia dapat virus, bakteri, jamur, protozoa, atau riketsia,
pneumonitis hipersensitivitas dapat menyebabkan penyakit primer. Pneumonia terjadi
akibat aspirasi. Pada klien yang diintubasi, kolonisasi trakhea dan terjadi
mikroaspirasi sekresi saluran pernapasan atas yang terinfeksi. Tidak semua kolonisasi
akan mengakibatkan pneumonia. Mikroorganisme dapat mencapai paru melalui
beberapa jalur :
a. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara, mikroorganisme dilepaskan
ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain.
b. Mikroorganisme dapat juga terinpirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari peralatan terapi
pernapasan yang terkontaminasi.
c. Pada individu yang sakit atau hygiene giginya buruk, flora normal orofaring dapat
menjadi patogenik.
d. Staphylococcus dan bakteri gram-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi dari infeksi
sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi(Asih & Effendy, 2004)
9. Penatalaksanaan Pneumonia
Salah satu penatalaksanaan pneumonia dalam bagan MTBS adalah kunjungan
ulang pada balita setelah 2 hari, memiliki tujuan untuk menilai derajat pneumonia,
melakukan perawatan dan pengobatan dengan antibiotika (Unicef & WHO, 2006).
Tatalaksana pada balita dengan pneumonia yang mengalami nafas cepat adalah dengan
pemberian oksigen.Pemberian oksigen pada bayi muda kurang dari 2 bulan dengan
pernafasan merintih (grunting), bayi muda dengan infeksi saluran pernafasan bagian
bawah yang memiliki risiko terjadi apnea dan kegagalan pernafasan jika tidak diberikan
oksigen pada saat dibutuhkan. Pada balita usia 2 bulan hingga 5 tahun diberikan oksigen
jika frekuensi pernafasan 70 kali/menit atau lebih. Terapi lain adalah pemberian antibiotik
yang sesuai dengan bagan MTBS adalah cotrimoxazole. Penelitian di Pakistan mengenai
penggunaan antibiotik (cotrimoxazole dan amoxilin) terhadap tingkat resisten kuman
mendapatkan hasil bahwa cotrimoxazole kurang efektif terhadap penyembuhan
pneumonia pada beberapa anak dibandingkan dengan amoxilin (Unicef & WHO, 2006).
Hal yang penting untuk diperhatikan adalah apabila seorang anak batuk dan sulit
bernapas, untuk mencegah menjadi berat dan kematian, anak tersebut harus segera
mendapatkan pertolongan sesuai dengan pedoman tatalaksana.(Kementerian Kesehatan
RI, 2010)
Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa hal menurut (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017)yaitu :
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorsi nutrien
4) Peningkatan metabolisme
5) Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
6) Faktor Psikologis (mis, stress, keengganan untuk makan)
Faktor resiko terjadinya pneumonia yaitu usia 0-24 bulan, jenis kelamin laki-
laki, berat badan lahir rendah, status gizi, tidak mendapatkan ASI ekslusif, status
imunisasi DPT dan campak. Status nutrisi merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya pneumonia status nutrisi dan infeksi saling berinteraksi, karena infeksi
dapat mengakibatkan status nutrisi kurang dengan berbagai mekanisme dan
sebaliknya status nutrisi juga dapat menyebabkan infeksi. Infeksi menghambat
reaksi imunologi yang normal dengan menghabiskan sumber energi ditubuh
.gangguan nutrisi penyakit infeksi sering bekerjasama dan memberikan akibat
yang lebih buruk pada tubuh. Malnutrisi dan infeksi yang kompleks, infeksi dapat
mengganggu status nutrisi yang menyebabkan gangguan absorbsi (Ariana, 2015)
Sesuai dengan kondisi pasien, berikan diet tinggi protein, vitamin tinggi, dan
mengandung karbohidrat (misalnya telur, ikan, daging tanpa lemak, susu, dll.) untuk
nutrisi yang cukup untuk memperbaiki kondisi fisik.8Makanan dengan kandungan rendah
lemak dan dengan residu rendah harus direkomendasikan untuk pasien gastroparesis,
karena lemak dan serat cenderung menunda pengosongan lambung. Ukuran
makanan kecil disarankan karena perut hanya bisa kosong 1 - 2 kkal/menit. Oleh karena
itu, makanan kecil, rendah lemak, rendah serat, 4-5 kali sehari, sesuai untuk pasien
dengan gastroparesis. Meningkatkan komponen nutrisi cair dari makanan harus
dianjurkan, karena pengosongan cairan lambung sering normal pada pasien dengan
pengosongan makanan padat yang tertunda. Toleransi yang buruk dari diet cair
merupakan prediksi hasil yang buruk dengan nutrisi oral. Cairan berkalori tinggi dalam
volume kecil dapat memberikan energi dan nutrisi tanpa memperburuk gejala. Kebutuhan
kalori pasien dapat dihitung dengan mengalikan 25 kkal dengan berat badan mereka saat
ini dalam kilogram.