Disusun oleh:
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN KEGIATAN ILMIAH
Kegiatan ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
dan kekacauan dalam tingkah laku. Secara umum penderita Skizofrenia mengalami
distorsi dalam berpikir, emosi, bahasa, mempersepsikan suatu hal dan berperilaku.
WHO pada tahun 2019 diperkirakan kasus skizofrenia ini menyerang 20 juta orang
di seluruh dunia. Dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2018
di Indonesia terdapat skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7
munculnya kembali tanda dan gejala suatu penyakit penyakit setelah mereda.
40% pada tahun pertama, kedua, dan ketiga. Kekambuhan pada pasien skizofrenia
1
menyebabkan 72% orang dengan skizofrenia tidak mampu bekerja, 69%
direhospitalisasi, 22% melakukan percobaan bunuh diri, dan 20% dipasung (Antari
dan Suariyani, 2021). Selain itu, kekambuhan Skizofrenia pada merugikan pasien
lagi pasien akan melukai bahkan membunuh orang lain atau dirinya sendiri. Jika
hal itu terjadi masyarakat akan menganggap bahwa gangguan yang diderita pasien
tersebut sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Keluarga pun akan dirugikan dari segi
materi karena jika pasien kembali menjalani rawat inap di Rumah Sakit Jiwa maka
akan banyak biaya yang harus mereka keluarkan untuk pengobatan (Aini, 2015).
skizofrenia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
gejala suatu penyakit setelah mereda. Kekambuhan biasanya terjadi karena adanya
berpindah dari satu subtipe seiring berjalannya waktu (baik dalam satu episode atau
(Aini, 2015).
samping
pulang ke rumah
4. Pasien yang tinggal dengan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi
3
5. Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien yang tidak mendukung dapat
tingkah laku yang berasal dari dalam individu, tekanan adalah bentuk penentu
tingkah laku yang berasal dari lingkungan. Kebutuhan yang tidak dapat
terpenuhi ini menjadi tekanan bagi mereka. Selain itu tekanan dari suatu obyek
(bisa berupa manusia, benda, atau situasi) adalah apa yang dapat dilakukan
lingkungan itu kepada subjek (penerima tekanan). Seperti tekanan yang mereka
kondisinya masih labil setelah keluar dari Rumah Sakit jiwa kembali rentan
4
dinyatakan sembuh, namun sebulan kemudian tiba-tiba SA teringat suaminya
“Setiap kali dari Rumah Sakit itu kelihatan seperti orang waras. Pernah di
Magelang, di Semarang juga pernah. Mau sholat, resikan, cara bicaranya juga
bagus, nyaut. Kondisi seperti itu biasanya seminggu sampai satu bulan. Kalau
sudah ingat suaminya, nanti dia kumat lagi. Pergi ke pasar, keluyuran”
membaik, ditunjukkan dengan perilaku yang tidak begitu kasar, mau dimintai
tolong tetangga menebang pohon dan lain sebagainya. Akan tetapi ketika SP
kehabisan uang dan ingin membeli motor, dia kembali mengamuk karena orang
pasien skizofrenia yang meliputi yang meliputi penghargaan positif atas hasil
5
kerja yang dilakukan pasien, dorongan untuk maju, dan menengahi pemecahan
minum obat. Selain itu efek samping yang membuat penderita skizofrenia
obat. Tidak jarang obat yang diberikan tidak ditelan dan dibuang oleh penderita
skizofrenia, maka dari itu diperlukan pengawasan oleh keluarga dalam minum
keperawatan penderita, keluarga dengan aktivitas yang tinggi dan tim kesehatan
di Rumah Sakit juga jarang melibatkan keluarga. Selain itu kekambuhan yang
masing-masing keluarga penderita juga mengaku tidak tahu jenis obat dan
6
mengurangi klien Skizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa, perlu adanya
2015).
yang tinggal dalam lingkungan keluarga dengan ekspresi emosi yang kuat
(highly expressed emotion) atau gaya afektif negatif secara signifikan lebih
emosi yang diekspresikan secara berlebih, misalnya klien sering diomeli atau
pengobatan saat rawat jalan karena beberapa pasien mungkin tidak mampu
7
stressor, memudahkan untuk memecahkan masalah, sehingga penderita merasa
diterima dan memiliki harapan yang tinggi dalam hidupnya. Dukungan negatif
berada di tengah keluarga dan hal itu dianggap sebagai kegagalan keluarga
rumah sakit dan percobaan bunuh diri (Antari dan Suariyani, 2021).
Kondisi penderita skizofrenia yang tidak mau minum obat sesuai aturan
karena efek obat yang sangat mengganggu aktivitas dan pekerjaan mereka,
merasa tidak sakit, merasa sudah sembuh dan juga terjadi kebosanan minum
obat karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Pasien mungkin
8
Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan
yang dikonsumsi, alasan lainnya adalah karena merasa tidak sakit. Hal ini
“Orang kalau di suruh minum obat itu malah bilangnya gini kok bu: coba
saja minum sendiri obatnya, biar tau rasanya seperti apa. orang tidak sakit kok
Para subjek merasa tidak sakit karena mengalami gangguan realitas. mereka
gangguan jiwa dan membutuhkan obat. Hal ini dapat dijelaskan dengan
biasanya sukar mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan realitas
Setelah pulang dari Rumah Sakit Jiwa, kondisi WD membaik dan dapat
bahwa tiga bulan terakhir WD tidak mengambil obat di Puskesmas (Aini, 2015).
obat yang diminum tidak efektif atau efek obat yang rendah, banyak pasien
9
Pasien dengan gangguan jiwa Skizofrenia biasanya sukar mengikuti aturan
obat yang diminum tidak efektif atau efek obat yang rendah, banyak pasien
D. Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang
diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu
Individu yang mendapat dukungan sosial terbukti lebih sehat daripada individu
selalu merupakan sumber positif dalam kesehatan jiwa, mereka paling sering
10
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab
karena keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah.
mengunjungi penderita di rumah sakit dan tim kesehatan di rumah sakit juga
orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah semangat hidupnya
Ketersediaan obat yang yang terkadang kurang dari rangkaian resep yang
disarankan oleh Rumah Sakit Jiwa tempat perawatan sebelumnya. Hal ini di
gangguan jiwa. Selain pelayanan dalam pemberian obat, petugas kesehatan juga
11
sumberdaya manusia. Setiap Puskesmas hanya memiliki satu petugas jiwa yang
juga merangkap sebagai perawat umum. Akibatnya, tidak setiap pasien dapat
setiap bulan. Tapi sudah tiga bulan ini tidak datang ke Puskesmas.karena
kesibukan saya belum bisa mengunjungi dan mencari tau kenapa” (Petugas
tetap bertanggung jawab atas program adaptasi pasien di rumah setelah pasien
kesehatan akan mempengaruhi sikap dan perilaku pasien serta keluarga dalam
12
F. Jarak Tempat Tinggal Pasien Skizofrenia dengan Pelayanan Kesehatan
Jiwa
Jarak tempat tinggal dengan pelayanan kesehatan jiwa dalam penelitian ini
diukur berdasarkan jarak tempuh dari tempat tinggal pasien skizofrenia yang
pasien skizofrenia menuju pelayanan kesehatan jiwa adalah 8,4 km. Jarak
yaitu 36 km, dan jarak terdekat 0,4 km. Rata-rata waktu tempuh dari tempat
tinggal pasien jiwa yaitu 15 menit, sedangkan waktu tempuh terlama yaitu 60
menit dan tercepat adalah 1 menit. Sebagian besar jenis transportsi yang
dengan jarak yang dekat dengan pelayanan kesehatan jiwa, dengan proporsi
G. Faktor Genetik
dikarenakan faktor genetik yang sudah ada sebelumnya dan dibawa sejak lahir.
Dan faktor genetik ini juga tidak dapat dirubah, sehingga faktor genetik ini
13
merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi seseorang untuk
14
BAB III
KESIMPULAN
munculnya kembali tanda dan gejala suatu penyakit penyakit setelah mereda.
15
DAFTAR PUSTAKA
Setelah Perawatan di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Litbang, Vol. XI; No. 1.
Bratha, S. D. K., Febristi, A., Surahmat, R., Khoeriyah, S. M., Rosyad, Y. S., Fitri,
Jiwa Edisi 2.
Tanjung, A. I., Naherta, M., dan Sarfika, R. 2022. Faktor-faktor yang Berhubungan
Klinik Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Medan Tahun
Win M, R., Angkasa, M. P., dan Astuti, D. P. 2022. Literatur Review: Faktor-Faktor
Vol. 5; No. 4.
16