Anda di halaman 1dari 30

i

KARYA TULIS ILMIAH

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN JIWA DENGAN


TERAPI SENAM MENGONTROL HALUSINASI
PADA PASIEN SKIZOFRENIA
DI RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2019/2020

OLEH

MARIANA
NIM :P07120117075

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MATARAM


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-III KEPERAWATAN
2019/2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. I


DAFTAR ISI ................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran ............................................................................................... 6
a. Pengkajian Keperawatan .................................................................... 6
b. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 8
c. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 9
d. Implementasi Keperawatan ................................................................ 19
e. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 19
B. Terapi Gerak pada Pasien Halusiansi ......................................................... 20
a. Pengertian .............................................................................................. 20
b. Jenis Terapi Senam ........................................................................... 20
c. Tehnik Prosedur Terapi Senam ......................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Studi Kasus .............................................................................. 23
B. Subjek Studi Kasus .................................................................................... 23
C. Fokus Studi ................................................................................................. 24
D. Definisi Operasional ................................................................................... 24
E. Tempat dan Waktu ..................................................................................... 25
F. Pengumpulan Data ..................................................................................... 25
G. Penyajian Data............................................................................................ 26
H. Etika Studi……………………………………………………………….. 26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO, 2013) prevalensi masalah


kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah
menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa
berat, potensi seseorang mudah diserang gangguan jiwa memang tinggi, setiap
saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf
perilaku. Pasiendengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan
persepsi sensori : Halusinasi. Jenis halusinasi yang umum terjadi adalah
halusinasi pendengaran dan penglihatan. Gangguan halusinasi ini umumnya
mengarah pada perilaku yang membahayakan orang lain, pasiensendiri dan
lingkungan.
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan sensori
persepsi. Pasien yang mengalami halusinasi biasanya merasakan sensori palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Sensori dan
persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari kehidupan nyata, tetapi dari
diri pasien itu sendiri. Dapat disimpulkan bahwa pengalaman sensori tersebut
merupakan sensori persepsi palsu (Direja, 2011).
Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi pendengaran yaitu
pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara (Yosep, 2010).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita
gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi
(WHO) dalam Yosep (2013), ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat
orang didunia mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan
jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius.
Begitu pula yang terjadi di negara kita, prevalensi gangguan jiwa berat di
Indonesia, seperti schizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar
400.000 orang. Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia mencapai 13%

1
2

dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi


25% di tahun 2030. (Riskesdas, 2013).
Indonesia mencatat peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup
banyak, hal ini dikarenakan dari berbagai aspek misalnya keadaan ekonomi
yang rendah, konflik yang sering terjadi, bencana dimana-mana (Direja, 2011).
Prevelensi gangguan jiwa yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat
juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh
dari rekam medik Rumah Sakit Jiwa Provinsi Nusa Tenggara Barat, terjadi
peningkatan jumlah pasien dari tahun 2016 sampai dengan bulan November
2017 dengan masalah keperawatan jiwa yang berbeda-beda, berikut adalah data
dari rekam medik Rumah Sakit Mutiara Sukma NTB :

Tabel Diagnosa Keperawan Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Nusa Tenggara
Barat Tahun 2016- 20117
Diagnosa Tahun 2016 Tahun 2017
Keperawatan (Januari- (Januari-
Jiwa Desember) Desember)

Harga Diri Rendah 1,3 % 5,8 %


Isolasi Sosial 2,2 % 3,5 %
Halusinasi 80,9 % 62,6 %
Waham 1,2 % 9,1 %
Perilaku Pekerasan 6,6 % 7,2 %
Defisit Perawatan Diri 6,6 % 11,6 %
Resiko Bunuh Diri 0,2 % 0,2 %
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit jiwa Provinsi Nusa Tenggara Barat

Konsep dasar asuhan keperawatan, pasienyang mengalami halusinasi


sukar mengontrol diri dan susah berhubungan dengan orang lain. Untuk itu,
perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal,
menerima dan mengevaluasi perasaan sensitif sehingga dapat memakai dirinya
secara teraupetik dalam merawat klien. Dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien, perawat harus jujur, empati, terbuka dan penuh
penghargaan, tidak larut dalam halusinasi pasiendan tidak menyangkal. Asuhan
keperawatan tersebut dimulai dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.
3

Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnosa, rencana


keperawatan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal
dalam asuhan keperawatan, yaitu pengumpulan data yang dapat dilakukan
dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan data laboratorium.
Menurut Direja, 2011, pengkajian yang didapatkan pada pasien persepsi
sensori: Halusinasi Pendengaran adalah identitas pasien, alasan masuk, faktor
predisposisi, faktor presipitasi.
Setelah dilakukan pengkajian, maka dilakukan analisis terhadap data
yang dikumpulkan selama pengkajian untuk menegakkan diagnosa
keperawatan. Diagnosa yang dapat muncul pada pasien persepsi sensori:
Halusinasi Pendengaran yaitu resiko perilaku kekerasan, isolasi sosial, harga
diri rendah, defisit perawatan diri.
Tahap selanjutnya yaitu membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien. Rencana keperawatan
dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang kita dapatkan pada tahap
diagnosa. Rencana keperawatan yang dapat dibuat untuk pasien persepsi
sensori: Halusinasi Pendengaran dengan diagnosa gangguan persepsi sensori:
Halusinasi Pendengaran yaitu pasien mengenal halusinasi nya, pasien dapat
menghardik halusinasi nya.
Setelah membuat perencanaan, maka selanjutnya implementasi.
Implementasi adalah tindakan dari perencanaan yang telah dibuat. Dan
selanjutnya adalah mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan dan
pencapaian tujuan dari tindakan keperawatan. Evaluasi merupakan tahap akhir
dari proses keperawatan untuk mengukur tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan yang sudah diberikan. Dalam melakukan evaluasi dapat
menggunakan metode SOAP (subjektif, objektif, analisis, planning) sehingga
dapat diketahui masalah yang teratasi dan masalah yang belum teratasi serta
yang terjadi dan belum terjadi.
Chaery (2009) menyatakan bahwa dampak yang dapat ditimbulkan oleh
pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien
akan mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada
situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain
4

(homicide),bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang


ditimbulkan halusinasi, dibutuhkan penanganan yang tepat.
Penanganan pada pasien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan
tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat
dilihat secara langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang
memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan berbagai hal kejadian
masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala
yang berbeda banyak pasien dengan masalah kesehatan jiwa tidak dapat
menceritakan masalahnya bahkan mungkin menceritakan hal yang berbeda dan
kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dan menyelesaikan masalah
juga bervariasi(Keliat, 2005).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka rumusan masalah yang
diperoleh yaitu Bagaimana asuhan keperawatan pasien jiwa dengan persepsi
sensori: Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB
tahun 2018 ?
C. Tujuan Studi Kasus
“Asuhan Keperawatan Pasien Jiwa Dengan Persepsi Sensori: Halusinasi
Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB
Mempunyai tujuan yaitu:
1. Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi
sensori: Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB
Tujuan khusus:
a. Mengetahui hasil pengkajian pada pasien dengan gangguan persepsi
sensori: Halusinasi Pendengaran.
b. Mengetahui rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
c. Mengetahui intervensi yang diterapkan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.
d. Mengetahui implementasi pada pasien dengan gangguan persepsi sensori:
Halusinasi Pendengaran.
5

e. Mengetahui hasil evaluasi apa saja yang didapat pada pasiendengan


gangguan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran.

D. Manfaat Studi Kasus


Adapun manfaat yang akan diperoleh dengan melakukan penelitian ini
adalah:
1. Bagi Peneliti
Agar peneliti dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan tentang asuhan
keperawatan pada pasien jiwa gangguan persepsi sensori: Halusinasi
Pendengaran.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi
perawat di rumah sakit jiwa dalam menerapkan strategi pelaksanaan yang
sistematis dan bermanfaat pada pasien dengan gangguan sensori persepsi:
halusinasi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan penyakit.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi bagi
mata kuliah keperawatan jiwa. Selain itu, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa lain yang mengambil
penelitian yang serupa.
4. Bagi pasien
Manfaat penelitian ini adalah berdampak dalam mengurangi gejala
halusinasi Pendengaran dan meningkatkan derajat kesehatan pasien.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, asal suku bangsa, agama, status perkawinan, pendidikan, tanggal
MRS (masuk rumah sakit) dan nama orang tua serta pekerjaan orang tua.
b. Keluhan Utama
Mengkaji alasan pasien dibawa ke rumah sakit serta upaya apa yang telah
dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah pasien.
c. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas yang menyebabkan respon neurobiologi yang
maladaptif termasuk hal–hal penelitian pencitraan otak yang
menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan
skizofrenia, lesi pada area frontal, temporal dan limbic. Beberapa
kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia seperti dopamine
neutranmitter yang berlebihan dan masalah pada respon dopamine.
2) Psikologis
Teori psikodinamika yang menggambarkan bahwa halusinasi terjadi
karena adanya isi alam tidak sadar yang masuk alam sadar sebagai
suatu respon terhadap konflik psikologis dan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, sehingga halusinasi merupakan gambaran dan rangsangan
keinginan dan ketakutan yang dialami oleh pasien.
3) Sosial Budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap gangguan psikotik
lain tetapi diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
7

d. Faktor Presipitasi
1) Biologi
Stressor biologi yang berhubungan dengan respon neurobiologi yang
maladaptif, termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi dan abnormalisasi pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
selektif menghadapi rangsangan.
2) Stress Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologi yang
maladaptif berhubungan dengan kesehatan (gizi buruk, infeksi),
lingkungan rasa bermusuhan/lingkungan yang penuh kritik, gangguan
dalam hubungan interpersonal, sikap dan perilaku (keputus asaan,
kegagalan).
e. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari
pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologi:
1) Regresi
Menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
seperti pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan
masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi ansietas.
2) Proyeksi
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi pada
orang lain karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai
upaya untuk menjelaskan keraguan persepsi).
3) Menarik Diri
Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis,
reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor,
misalnya menjauhi polusi, sumber infeksi, gas beracun dan lain –
8

lainn, sedangkan reaksi psikologis individu menunjukkan perilaku


apatis, mengisolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan
bermusuhan.
Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua
macam sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Data yang disampaikan secara lisan oleh pasien dan keluarga. Data
ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada pasien dan
keluarga. Data langsung didapat oleh perawat disebut data primer,
dan data yang di ambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai
data sekunder.
b. Data Objektif
Data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui
observasi atau pemeriksaan langsung.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Persepsi sensori: halusinasi pendengaran
b. Isolasi Sosial
c. Resiko perilaku kekerasan
d. Harga diri rendah
e. Defisit perawatan diri
9

3. Intervensi Keperawatan
Berikut rencana tindakan (intervensi) keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran menurut Direja (2011).
a. Rencana tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
Tabel 2.2 Rencana tindakan keperawatan untuk pasien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
- Pasien mampu: Setelah… x pertemuan, SP I
- Mengenali halusinasi pasien dapat - Bantu pasien
yang dialaminya menyebutkan: mengenal halusinasi
- pasiendapat Mengontrol - Isi, waktu, frekuensi (Isi, waktu, frekuensi,
halusinasinya timbulnya halusinasi saat terjadi situasi
- pasien dapat dukungan - Pasien dapat pencetus, perasaan
dari keluarga dalam mengungkapkan halusinasi)
mengontrol halusinasi perasaan terhadap - Bantu pasienuntuk
- pasiendapat halusinasi melatih mengontrol
memanfaatkan obat halusinasi dengan cara
dengan baik menghardik

Tahapan tindakannya
meliputi:
- Jelaskan cara
menghardik halusinasi
- Peragakan cara
menghardik
- Minta pasien
memperagakan ulang
- Pantau penerapan cara
ini, beri penguatan
perilaku pasien
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
Setelah dilakukan … x SP 2
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang
mampu: lalu (SP 1)
- Menyebutkan - Latih berbicara/
kegiatan yang sudah bercakap-cakap
dilakukan dengan orang lain saat
- Memperagakan cara halusinasi muncul
bercakap-cakap - Masukan dalam jadwal
dengan orang lain kegiatan pasien
Setelah dilakukan … x SP 3
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang
mampu: lalu (SP1 dan 2)
- Menyebutkan - Latih kegiatan agar
kegiatan yang sudah halusinasi tidak
10

dilakukan muncul
- Membuat jadwal Tahapannya:
kegiatan sehari-hari - Jelaskan pentingnya
dan mampu aktivitas yang teratur
memperagakan nya untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan
oleh pasien
- Latih pasien
melakukan aktivitas
terapi senam
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari
bangun pagi sampai
tidur malam).
Setelah dilakukan … x Pantau pelaksanaan
pertemuan, pasien jadwal kegiatan, berikan
mampu: penguatan terhadap
- Menyebutkan perilaku yang (+)
kegiatan yang sudah SP 4
dilakukan - Evaluasi kegiatan yang
- Menyebutkan lalu (SP 1,2,3)
manfaat dari program - Tanyakan program
pengobatan pengobatan
- Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
- Jelaskan akibat bila
tidak digunakan sesuai
program
- Jelaskan akibat bila
putus obat
- Jelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
- Jelaskan penggobatan
(8B)
- Latih pasien minum
obat
- Masukkan dalam
jadwal harian pasien
11

b. Rencana tindakan keperawatan untuk pasien dengan masalah Isolasi


sosial.
Tabel 2.3 Rencana tindakan keperawatan untuk pasien dengan masalah
Isolasi sosial.
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Pasien mampu: Setelah… x pertemuan, SP 1
- Menyadari penyebab pasien mampu:\ - Identifikasi penyebab
isolasi social - Membina hubungan  Siapa yang satu
- Berinteraksi dengan saling percaya rumah dengan
orang lain - Menyadari penyebab pasien
isolasi sosial,  Siapa yang dekat
keuntungan dan dengan pasien
kerugian berinteraksi  Siapa yang tidak
dengan orang lain dekat dengan pasien
- Melakukan interaksi - Tanyakan keuntungan
dengan orang lain dan kerugian
secara bertahap berinteraksi dengan
orang lain
 Tanyakan pendapat
pasien tentang
kebiasaan
berinteraksi
 Tanyakan apa yang
menyebabkan
pasien tidak ingin
berinteraksi dengan
orang lain
 Diskusikan
keuntungan bila
pasien memiliki
banyak teman dan
bergaul akrab
dengan mereka
 Diskusikan kerugian
bila pasien hanya
mengurung diri dan
tidak bergaul
dengan orang lain
 Jelaskan pengaruh
isolasi social
terhadap kesehatan
fisik pasien
- Latih berkenalan
 Jelaskan kepada
pasiencara
berinteraksi dengan
orang lain
 Berikan contoh cara
berinteraksi dengan
12

orang lain
 Beri kesempatan
pasien
mempraktekan cara
berinteraksi dengan
orang lain yang
dilakukan
dihadapan perawat
 Mulailah bantu
pasien berinteraksi
dengan 1 orang
teman atau anggota
keluarga
 Bila pasien sudah
menunjukan
kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,
3, 4 orang dan
seterusnya
 Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang telah
dilakukan oleh
pasien
 Siap mendengarkan
ekspresi perasaan
pasien setelah
berinteraksi dengan
orang lain, mungkin
pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus
menerus agar pasien
tetap semangat
meningkatkan
interaksinya
- Masukkan jadwal
kegiatan pasien
SP 2
- Evaluasi kegiatan yan
lalu (SP1)
- Latih berhubungan
social secara bertahap
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1 dan 2)
- Latih cara berkenalan
13

dengan 2 orang atau


lebih
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien

c. Rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan resiko perilaku


kekerasan.

Tabel 2.4 Rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan resiko


perilaku kekerasan.
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Pasien mampu: Setelah … x pertemuan SP 1
- Mengidentifikasi pasien mampu: - Identifikasi
penyebab dan tanda - Menyebutkan penyebab, tanda,
kekerasan penyebab, tanda, gejala, dan akibat
- Menyebutkan jenis gejala, dan akibat perilaku kekerasan
perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan - Latih cara fisik 1:
pernah dilakukan - Memperagakan cara tarik nafas dalam
- Menyebutkan akibat fisik 1 untuk - Masukkan dalam
dari perilaku kekerasan mengontrol perilaku jadwal harian pasien
yang dilakukan kekerasan
- Menyebutkan cara
mengontrol perilaku
kekerasan
- Mengontrol perilaku
kekerasannya, dengan
cara:
- Fisik
- sosial / verbal
- spiritual
- Terapipsikofarma
(obat)
Setelah … x pertemuan SP 2
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan SP
- Menyebutkan kegiatan 1
yang sudah dilakukan’ - Latih fisik 2 pukul
- Memperagakan cara kasur / bantal
fisik untuk mengontrol - Masukan kedalam
perilaku kekerasan jadwal harian pasien
Setelah … x pertemuan SP 3
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan
- Menyebutkan kegiatan yang lalu (SP 1 dan
yang sudah dilakukan’ 2)
- Memperagakan cara - Latih secara sosial /
Sosial / verbal untuk verbal
mengontrol perilaku - Menolak dengan baik
kekerasan - Meminta dengan
baik
14

- Mengungkapkan
dengan baik
- Masukkan kedalam
jadwal harian pasien
Setelah … x pertemuan SP 4
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan
- Menyebutkan kegiatan yang lalu (SP 1, 2
yang sudah dilakukan dan 3)
- Memperagakan cara - Latih secara spiritual
spiritual (berdoa dan sholat)
- Masukkan dalam
jadwal harian pasien
Setelah … x pertemuan SP 5
pasien mampu: - Evaluasi kegiatan
- Menyebutkan kegiatan yang lalu (SP1,2,3,
yang sudah dilakukan dan 4)
- Memperagakan cara - Latih patuh obat
patuh obat secara teratur dengan
prinsip 8B
- Susun jadwal minum
obat secara teratur
- Masukkan kedalam
jadwal harian pasien

d. Rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Harga Diri Rendah.

Tabel 2.5 Rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Harga Diri
Rendah.
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu: Setelah ...x pertemuan, SP 1
- Mengidentifikasi pasien mampu: - Identifikasi
kemampuan dan aspek - Mengidentifikasi kemampuan positif
positif yang dimiliki kemampuan aspek yang dimiliki
- Menilai kemampuan positif yang dimiliki  diskusikan bahwa
yang dapat digunakan - Memiliki kemampuan pasien masih
- Menetapkan/memilih yang dapat digunakan memiliki sejumlah
kegiatan yang sesuai - Memilih kegiatan kemampuan dan
dengan kemampuan sesuai kemampuan aspek positif seperti
- Merencanakan - Melakukan kegiatan kegiatan pasien
kegiatan yang sudah yang sudah dipilih dirumah adanya
dilatihnya - Merencanakan kegiatan keluarga dan
yang sudah dilatih lingkungan terdekat
pasien
 beri pujian yang
realistik dan
hindarkan setiap kali
bertemu dengan
pasien penilaian yang
15

negatif
- Nilai kemampuan yang
dapat dilakukan saat ini
 diskusikan dengan
pasien kemampuan
yang masih
digunakan saat ini
 bantu pasien
menyebutkannya dan
memberi penguatan
terhadap kemampuan
diri yang
diungkapkan pasien
 perlihatkan respon
yang kondusif dan
menjadi pendengar
yang aktif
- Pilih kemampuan yang
akan dilatih
- Diskusikan dengan
pasien beberapa
aktivitas yang dapat
dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang
akan pasien lakukan
sehari-hari
- Bantu pasien
menetapkan aktivitas
mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri
 aktivitas yang
memrlukan bantuan
minimal dari
keluarag
 aktivitas apa saja
yang perlu bantuan
penuh dari keluarga
atau lingkungan
terdekat pasien
 beri contoh cara
pelaksanaan aktifitas
yang dapat dilakukan
pasien
 susun bersama pasien
aktivitas atau
kegiatan sehari-hari
pasien
- Nilai kemampuan
pertama yang telah
dipilih
 diskusikan dengan
pasien untuk
16

menetapkan urutan
kegiatan (yang sudah
dipilih pasien) yang
akan dilatihkan
 bersama pasien dan
keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan
yang akan dilakukan
pasien
 berikan dukungan
atau pujian yang
nyata sesuai
kemajuan yang
diperhatikan pasien
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
 beri kesempatan pada
pasien untuk
mencoba kegiatan
 beri pujian atas
aktifitas/ kegiatan
yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
 tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi dan
perubahan sikap
 susun daftar aktifitas
yang sudah dilatihkan
bersama pasien dan
keluarga
 berikan kesempatan
mengungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan.
Yakin bahwa
keluarga mendukung
setiap aktifitas yang
dilakukan.
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1)
- Pilih kemampuan kedua
yang dapat dilakukan
- Latih kemampuan yang
dipilih
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1 dan SP 2)
17

- Memilih kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien

e. Rencana tindakan Keperawatan pada pasien koping individu tidak efektif


Tabel 2.6 Rencana tindakan Keperawatan pada pasien koping individu
tidak efektif
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu: Setelah ... x pertemuan, SP 1
- mendemonstrasikan pasien mampu: - Bina hubungan saling
lebih banyak - Menilai situasi percayadenganmenggun
penggunaan realistis dan tidak akankomunikasiyangter
keterampilan koping melakukan tindakan apeutik:
adaptif yang dibuktikan proyeksi perasaanny 4. Sapa pasien dengan
oleh adanya kesesuaian dalam lingkungan ramah dan baik
antara interaksi dan tersebut - Perkenalkan diri
keinginan untuk - Mengakuidan dengansopan
berpartisipasi dalam mengklarifikasi - Bantu pasien
masyarakat kemungkinan salah menentukan tujuan
interpretasi terhadap yang realistis dan
- Pasienakan prilaku dan perkataan mengenali ketrampilan
mengembangkan rasa orang lain dan pengetahuan
percaya kepada 1 orang - Dapat berinteraksi pribadi.
perawat dalam 1 secara kooperatif
minggu.

SP 2
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1)
- Jelaskantujuan
pertemuan
- Beri perhatian dan
perhatikankebutuhan
dasar klien,serta
melakukan hal yang di
sukainya seperti
olahraga
- Masukkan jadwal
kegiatan pasien.
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang
lalu (SP 1 dan 2)
- Memberikan pujian
yang wajar dalam
keberhasilan
- Masukkan jadwal
kegiatan pasien.
18

f. Rencana tindakan keperawatan pada pasien Defisit Perawatan Diri


Tabel 2.7 Rencana tindakan keperawatan pada pasien Defisit Perawatan
Diri
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu: Setelah ... x pertemuan, SP 1
- Melakukan kebersihan pasien dapat - Identifikasi
diri secara mandiri menjelaskan kebersihan diri,
- Melakukan pentingnya : berdandan, makan,
berhias/berdandan secara - Kebersihan diri dan BAB / BAK
baik - Berdandan / berhias - Jelaskan pentingnya
- Melakukan makan - Makan kebersihan diri
dengan baik - BAB / BAK - Jelaskan alat dan
- Melakukan BAB / BAK - Dan mampu cara kebersihan diri
secara mandiri melakukan cara - Masukkan dalam
merawat diri jadwal kegiatan
pasien
SP 2
- Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1)
- Jelaskan pentingnya
berdandan
- Latih cara berdandan
 untuk pasien laki-
laki meliputi cara
(berpakaian,
menyisir rambut,
berukur)
 untuk pasien
perempuan
meliputi cara
(berpakain,
menyisir rambut,
berhias)
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien.
SP 3
- Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1 dan
SP 2)
- Jelaskan cara dan
alat makan yang
benar
 jelaskan cara
menyiapkan
makanan
 jelaskan cara
merapikan
peralatan makan
setelah makan
19

 prektek makan
sesaui dengan
tahapan makan
yang baik
- Latih kegiatan
makan
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 4
- Evaluasi
kemampuan pasien
yang lalu (SP 1, 2
dan 3)
- Latih cara BAB dan
BAK yang baik
- Menjelaskan tempat
BAB / BAK
- Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB / BAK

4. Implementasi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi
Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, perawat
dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi, yaitu menghardik, bercakap-cakap dengan
orang lain, melakukan aktifitas yang terjadwal, menggunakan obat secara
teratur.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku pasiensetelah
diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu dievaluasi karenakan
merupakan sistem pendukung yang penting.
a. Apakah pasien dapat mengenal halusinasinya, yaitu isi halusinasi, situasi,
waktu, dan frekuensi munculnya halusinasi.
b. Apakah pasien dapat mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi
muncul.
20

c. Apakah pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menggunakan empat


cara baru, yaitu menghardik, menemui orang lain dan bercakap-cakap,
melaksanakan aktivitas yang terjadwal dan patuh minum obat.
d. Apakah pasien dapat memberdayakan sistem pendukungannya atau
keluarganya untuk mengontrol halusinasinya.
e. Apakah pasiendapat mematuhi minum obat.

B.Terapi gerak Pada Pasien Halusinasi


1. Pengertian
Terapi gerak adalah terapi aktivitas fisik yang dapat dilakukan
dengan cara berolahraga untuk melatih tubuh seseorang dengan agar sehat
secara jasmani dan rohani (Ariyadi 2009 dalam jurnal Indy Ariana 2010)
Terapi yang di gunakan adalah senam aerobic liw impact yaitu
gerakan di lakukan denagn intensitas rendah,antara lain dengan hentakan-
hentakan ringan dengan posisi kaki tetap di lantai (Yuda.2006)
Senam aerobic low impact dapat mempertahankan aliran darah ke
otak,meningkatkan persediaan nutrisi otak,menfasilitasi metabolisme dan
seluler yang menjaga fungsi otak (kuntartaf 2005 dalam jurnal R Dwi
Yuli,jumaini,Yesi Hasneli 2015)

2. Jenis Terapi Senam


1) High impact aerobic(senam aerobic aliran/gerakan keras)
Merupakan latihan senam aerobic yang mengarah pada gerakan-
gerakan dimana kaki meninggalkan lantai.memperbolehkan unsur
lari,loncat dan lompat dalam tatanan gerak jenis ini sangat berat
dan biasanya cocok untuk mereka yang sangat terlatih,atlet,dan
parain struktur
2) Disrobic
Kombinasi antara aliran gerakan keras seperti berputar,melompat
dan gerakan ringan yang tidak berbahaya dan cocok untuk di iringi
music disco
3) Rokrobic
21

Kombinasi antara gerak-geraklan yang keras seperti melompat-


lompat dan selingi gerakan ringan ala music rock and roll
4) Aerobic sport
Kombinasi antara gerakan-gerakan keras seperti melompat dan
berputar dan gerakan ringan serta di barengi dengan gerakan
kelenturan atau fleksibilitas tubuh.
5) Low impact aerobic(senam aerobic aliran/gerakan ringan)
Gerakan yanng di lakukan dengan intensitas rendah,antara lain
dengan hentakan-hentakan ringan dengan posisi kaki tetap di
lantai.

3. Tehnik Prosedur Terapi Senam


 Gerakan Kaki
1. Marching
Gerakan jalan di tempat, kaki kiri dan kanan diangkat secara
bergantian dengan tumpuan berada di satu kaki.
2. Single Stap
Badan tegap,kaki kanan melangkah ke kanan satu kali di ikuti
dengan kaki kiri,kemudian berganti dengankaki kiri melangkah
kekiri dan di ikuti kaki kanan
3. Double Step
Gerakan sama seperti single step tetapi di lakukan sebanyak dua
kali
4. Leg Curl
Gerakaan menekuk kaki kanan dan kiri secara bergantian kea rah
bokong
 Bentuk tangan
1. fist
Telapak tangan di kepal
2.blade
Telapak tangan di buka,jari-jari di rapatkan
3.jazz
22

Telapak tangan di buka dengan jari-jari di regangkan antara satu


dengan yang lainnya
 Gerakan tangan
1.ped-dech
Gerakan kedua tangan menggenggam,ditekuk siku-siku kedepan lalu di
gerakkan masing-masing kesamping kanan dan kiri rata-rata air
2.Batterfly
Kedua tangan di rapatkan dan di angkat kedepan wajah.posisi tangan
tegak lurus terhadap siku.gerakan tangan ke kiri dank e kanan bersamaan
dan tutup kedua tangan seperti posisi awal
3.Laterar Rise
Gerakan kedua tangan menggenggam lurus ke bawah lalu di gerakkan ke
samping masing-masing ke kanan dan ke kiri sampai ratarata air
4.scoope
Geraakan kedua tangan menggenggam dengan keadaan seperti orang
yang memegang seko,lalu tangan di ayun beriringan ke samping kanan
dan kiri
5.applaus
Gerakan tepuk tangan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Studi Kasus

Penelitian studi kasus ini menggunakan desain penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan

terhadap sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat

gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi didalam suatu

populasi tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini mengambil penelitian deskriptif dengan metode studi

kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Terapi Senam dalam

Mengontrol Halusinasi pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa

Mutiara Sukma NTB”

B. Subyek Studi Kasus

Subyek pada penelitian ini adalah pasien yang menerima pelayanan

asuhan keperawatan gangguan jiwa yang mengalami gangguan Halusinasi

1. Kriteria Inklusi :

Kriteria inklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2011).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang mengalami gangguan halusinasi persepsi

pendengaran

b. Pasien dalam keadaan sehat jasmani (tidak dinyatakan sakit

fisik oleh dokter)

23
24

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2011).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang tidak bersedia

menjadi responden.

C. Fokus Studi

Fokus studi merupakan kajian utama dari masalah yang akan

dijadikan titik acuan studi kasus. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus

studi adalah pemberian terapi senam pada pasien gangguan Aktivitas Pada

Pasien Gangguan halusianasi pendengaran

D. Definisi Operasional

1. Tindakan pemberian terapi senam mengajarkan gerakan-gerakan

senam aerobic dalam bentuk sekelompokan meningkatkan interaksi

sosial pada pasien gangguan isolasi sosial memberikan suatu respon

dalam bentuk menyebutkan dan menanyakan nama lengkap,

menyebutkan dan menanyakan nama panggilan, menyebutkan dan

menanyakan asal, menyebutkan dan menanyakan hobi.

2. Pasien halusinasi adalah seorang pasien dengan masalah isolasi sosial

yang mengalami ketidakmampuan untuk melakukan dalam

berhubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya

secara wajar
25

E. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma

Provinsi NTB

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal ... sampai dengan ...

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2011). Dalam studi kasus ini menggunakan metode

pengumpulan data dalam penelitian deskriptif, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur,

yaitu wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan

secara sistematis dan pertanyaan yang diajukan telah disusun. Dalam

mencari informasi peneliti melakukan wawancara yang dilakukan

dengan subjek (klien).

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data

yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Metode ini digunakan

untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan

agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang

permasalahan yang diteliti.


26

Dalam penelitian ini, dilakukan observasi secara langsung. peneliti

melakukan pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan dengan

pemberian TAKS pada pasien yang mengalami gangguan isolasi

G. Penyajian Data

Data yang telah didapatkan dari responden dengan wawancara dan

telah diolah kemudian disajikan dalam narasi beserta interprestasinya.

Interprestasinya adalah pengambilan kesimpulan dari suatu data, data

ditulis dalam bentuk narasi atau tekstuler. Narasi atau (tekstuler) Adalah

penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat.

Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dari hasil wawancara

dan observasi kemudian disajikan dalam bentuk narasi.

H. Etika Studi Kasus

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak

yang diteliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan akan

memperoleh dampak hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah etika

yang meliputi:

1. Lembar Persetujuan (informed consent)

Inforemed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan,

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.


27

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga

kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis tidak

mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan

nama inisial saja.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikampulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset (Hidayat, 2008). Peneliti menjelaskan bahwa data yang diperoleh

dari responden akan dijaga kerahasiaanya oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai