Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI 5 SESI PADA PASIEN HALUSINASI
PENDENGARAN

Disusun Oleh :
ANTHONY WIRANATA 201906005
BINTA NUR HALIMAH 201906012
FITRI TRI BUANAWATI 201906032
R.M BAYU WICAKSONO 201906O60
PRICYLIA SOFYANA R 201906054

PROGRAM STUDI NERS

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019/2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI 5 SESI PADA PASIEN HALUSINASI
PENDENGARAN

Disusun Oleh :

ANTHONY WIRANATA 201906005


BINTA NUR HALIMAH 201906012
FITRI TRI BUANAWATI 201906032
R.M BAYU WICAKSONO 201906O60
PRICYLIA SOFYANA R 201906054

Mengetahui,

Pembimbing Akademik

(......................................)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal
dengan judul ”Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi sensori 5
sesi untuk mengalihkan perhatian pasien dengan halusinasi pendengaran. Laporan
ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Program Profesi
Ners STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. Dalam proses penyusunan proposal
ini kami banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik
dari berbagai pihak.
Oleh karena itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini
sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak guna menyempurnakan proposal ini.Kami berharap semoga proposal
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Madiun, Juni 2020


Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan Umum.................................................................................................2
C. Tujuan Khusus................................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
A. Definisi TAK..................................................................................................4
B. Manfaat TAK.................................................................................................4
C. Komponen TAK.............................................................................................5
D. Tahapan-tahapan TAK...................................................................................6
E. Macam-macam TAK......................................................................................7
BAB 3 METODE TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK......................................8
A. Topik..............................................................................................................8
B. Seleksi pasien.................................................................................................8
C. Jadwal kegiatan..............................................................................................8
D. Metode............................................................................................................8
E. Media dan alat................................................................................................8
F. Pengorganisasian............................................................................................8
G. Setting tempat.................................................................................................9
H. Program antisipasi..........................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
DAFTAR LAMPIRAN

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan
yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO
(2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang
terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan
sosial dengan keanekaragaman penduduk, maka jumlah kasus gangguan
jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan
penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang (Depkes, 2016).
Data Riskesda (2013) menunjukkan prevalensi gangguan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per
1.000 penduduk (Depkes, 2016). Menurut UU No. 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga
individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan konstribusi untuk
komunitasnya. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi
(Kemenkes, 2014). Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat
emosional, psikologi dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal
yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang
positif, dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh
perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan .
Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan
keperawatan dengan gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek

1
psikologis, fisik, dan sosial tetapi juga kognitif. Ada beberapa terapi
modalitas yang dapat diterapkan salah satunya adalah terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi.
Tindakan keperawatan yang ditujukan pada sistem klien, baik
secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat merupakan upaya
menyeluruh dalam menyelesaikan masalah klien. Terapi aktivitas
kelompok merupakan terapi modalitas keperawatan untuk ditujukan pada
kelompok klien dengan masalah yang sama. Terapi aktivitas kelompok
yang dikembangkan adalah sosialisasi, stimulasi persepsi, stimulasi
sensori, dan orientasi realita (Keliat, 2014).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi
yang diderita klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak
mempunyai teman dan asyik dengan pikirannya sendiri. Salah satu
penanganannya yaitu dengan melakukan terapi aktivitas kelompok yang
bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi
yang dialaminya.
Data kunjungan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
pada bulan Januari -April 2013 didapat 785 orang. Pasien dengan
halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian 44 persen
atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati urutan kedua
dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173 orang, pasien
dengan resiko perilaku kekerasan menempati urutan ketiga dengan angka
kejadian 18 persen atau berjumlah pasien 141 orang pasien, pasien dengan
harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka kejadian 12
persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan waham, defisit
perawatan diri 4 persen atau 32 orang.
alat rekam medik di RSJD Surakarta menunjukkan pasien pada
tahun 2012 diantaranya rawat jalan 26.449 klien, rawat inap 2.906 klien,
dan rawat inap yang mengidap penyakit skizofrenia 2.233 klien, laki-laki

2
1.495 (66,9%) perempuan 738(33,1%) (Medika Record,2012).
Berdasarkan laporan periode bulan april 2013, pasien yang dirawat
diruang Abimanyu RSJD Surakarta di dapatkan 32 klien yang mengalami
gangguan jiwa terdapat 16 klien yang mengalami gangguan persepsi
sensori : halusinasi yang rata-rata berumur antara 23tahun sampai 65
tahun. Sehubungan dengan hal diatas, kelompok kami tertarik untuk
melakukan terapi aktivitas kelompok stimulus persepsi (halusinasi) dengan
harapan klien dapat mengontrol halusinasinya dan dapat beraktivitas tanpa
ada halusinasi yang mengikutinya.

B. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap dengan 5 sesi
C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Klien dapat mengontrol halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara 5
sesi sesuai strategi pelaksanaan.

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok


Penggunaan kelompok dalam praktek kesehatan jiwa memberikan
dampak posotif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi
pemulihann kesehatan seseorang.Keuntungan yang dapat diperoleh klien
melalui terapi aktivitas kelompok meliputi dukungan, meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan hubungan interpersonal
dan juga menggunakan uji realitas pada klien dengan gangguan orientasi
realitas.
Terapi aktivitas kelompok merupakan terapi modalitas
keperawatan untuk ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang
sama. Terapi aktivitas kelompok yang dikembangkan adalah sosialisasi,
stimulasi persepsi, stimulasi sensori, dan orientasi realita (Keliat, 2014).
B. Manfaat TAK
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat:
1. Umum: Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (reality
testing) melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang
lain, membentuk sosialisasi, meningkatkan fungsi psikologis, yaitu
meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional
diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan
adaptasi, membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi
psikologis seperti kognitif dan afektif.
2. Khusus: Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara
konstruktif, meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk
diterapkan sehari-hari, bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan
ekspresi diri, keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan
empati, dan meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah
kehidupan dan pemecahannya.

4
C. Komponen kelompok
1. Sturktur Kelompok
Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi, proses
pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok.
Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola
perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya
pemimpin dan anggota kelompok, arah komunikasi dipandu oleh
pemimpin sedangkan keputusan diambil secara bersamaan
2. Besar Kelompok
Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang
anggotanya 5-12 orang.Jika anggota kelompok terlalu besar akibatnya
tidak semua anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk
mengungkapkan perasaan, pendapat dan pengalaman.Jika terlalu kecil,
tidak cukup variasi informasi dan interaksi.
3. Lamanya Sesi. Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi
fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok
yang tinggi. Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi,
kemudian tahap kerja dan terminasi. Benyak sesi bergantung pada
tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali per minggu; atau dapat
direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
4. Komunikasi. Salah satu tugas pemimpin kelompok yang terpenting
adalah mengobservasi dan menganalisis pola komunikasi dalam
kelompok. Pemimpin menggunakan umpan balik untuk memberi
kesadaran pada anggota kelompok terhadap dinamika tang terjadi.
Pemimpin kelompok dapat mengkaji hambatan dalam kelompok,
konflik interpersonal, tingkat kompetisi dan seberapa jauh anggota
kelompok mengerti serta melaksanakan kegiatan yang dilaksanakan.
5. Peran Kelompok. Pemimpin perlu mengobservasi peran yang terjadi
dalam kelompok. Ada tiga peran dan fungsi kelompok yang
ditampilkan anggota kelompok dalam kerja kelompok yaitu
maintenance roles (peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi

5
kelompok), task roles (fokus pada penyelesaian tugas), dan individual
roles (self-centered dan distraksi pada kelompok).
6. Kekuatan Kelompok. Kekuatan adalah kemampuan anggota kelompok
dalam mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk
menetapkan kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan
kajian siapa yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat
keputusan dalam kelompok.
7. Norma Kelompok. Norma adalah standar perilaku yang ada dalam
kelompok. Pengharapan terhadap perilaku kelompok pada masa yang
akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu dan saat ini.
Pemahaman tentang norma kelompok berguna untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap komunikasi dan interaksi dalam kelompok.
Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan norma kelompok,
penting dalam menentukan anggota kelompok dengan norma
kelompok.
8. Kekohensifan. Kekohensifan adalah kekuatan anggota kelompok
bekerja sama dalam mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi anggota
kelompok untuk tetap betah dalam kelompok. Apa yang membuat
anggota kelompok tertarik dan puas terhadap kelompok, perlu
diidentifikasi agar kehidupan kelompok dapat dipertahankan.
D. Tahapan-tahapan dalam TAK
1. Fase prakelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota,
kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan
beserta dana yang dibutuhkan.
2. Fase awal kelompok
Fase ini dibagi menjadi tiga fase yaitu orientasi, konflik, dan
kebersamaan
3. Fase kerja kelompok
Pada fase kelompok sudah menjadi tim. Fase ini merupakan fase yang
menyenangkan bagi pemimpin dan anggota, perasaan negatif dan
positif dapat dikoreksi dengan hubungan yang saling percaya yang

6
telah terbina, semua anggota bekerjasama untuk mencapai tujun yang
telah disepakati, tanggungjawab merata, kecemasan menuru, kelompok
lebih stabil dan realistis dan fase ini merupakan fase penyelesaian
masalah.
4. Fase terminasi
Terminasi dapat menyebabkan kecemasan, regresi, dan kecewa. Untuk
menghindari hal ini terapis perlu mengevaluasi kegiatan dan
menunjukkan sikap betapa bermaknanya kegiatan tersebut. Terminasi
tidak boleh disangkal, tetapi harus tuntas didiskusikan. Akhir terapi
aktivitas kelompok harus dievaluasi, bisa melalui pre dan post test.
E. Macam terapi aktivitas kelompok
Ada beberapa terapi aktivitas kelompok yang dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan klien: TAK kognitif/persepsi, TAK stimulasi
persepsi sensori, TAK orientasi realita, TAK sosialisasi dan TAK
penyaluran energi.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang
mengunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalama dan atau
keindahan untuk didiskusikan dalam kelompok. Fokus terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi adalah membantu klien dengan gangguan
persepsi: halusinasi, menarik diri dengan realitas, kurang inisiatif atau ide,
kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal.
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah klien
mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan
oleh paparan stimulus kepadanya. Sementara tujuan khususnya: klien
dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat
dan menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami.
Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan responyang
dialami dalam kehidupan, khususnya untuk klien halusinasi. Aktivitas
dibagi dalam empat sesi yang tidak dapat dipisahkan yaitu sesi pertama
mengenal halusinasi, sesi kedua mengontrol halusinasi dan menghardik
halusinasi, sesi ketiga menyusun jadwal kegiatan, sesi keempat cara
minum obat yang benar.

7
BAB 3
METODE TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Topik : TAK stimulasi persepsi sensori halusinasi 5 sesi


B. Seleksi pasien
1. Kondisi pasien kooperatif
2. Jenis masalah keperawatan sesuai indikasi TAK, indikasinya yaitu
klien yang mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi
pendengaran
3. Jumlah pasien 8 orang
4. Pasien bersedia mengikuti TAK
5. Proses seleksi pasien dilakukan sehari sebelum pelaksanaan
C. Jadwal kegiatan
1. Tempat pelaksanaan TAK :
2. Lama pelaksanaan TAK akan dilaksanakan selama ± 45 menit
3. Hari / tanggal pelaksanaan :
D. Metode
1. Diskusi
2. Permainan
E. Media dan alat
1. Alat peraga (bola)
2. Alat tulis
3. Music box / speaker
F. Pengorganisasian
1. Leader :
Tugas
a. Memimpin jalannya TAK
b. Menyusun rencana aktivitas kelompok
c. Memberikan penjelasan tentang peraturan
d. Mengatasi masalah dalam TAK

8
2. Co leader :
Tugas :Membantu Leader dalam pelaksanaan TAK sesuai dengan
tugas dan peran leader
3. Fasilitator :
Tugas
a. Mengutuhkan kehadiran pasien dalam kelompok TAK
b. Membantu mengatasi masalah yang muncul dalam kelompok TAK
c. Memfasilitasi alat-alat dan membantu dalam proses TAK
4. Observer :
Tugas
a. Mengamati dan mencatat proses TAK
b. Mengidentifikasi isu penting dalam proses TAK
c. Mengidentiikasi strategis kritis yang digunakan leader
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada season berikutnya
e. Menyampaikan/melaporkan hasil evaluasi observasi
G. Setting tempat
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
H. Program antisipasi
Penatalaksanaan klien yang tidak aktif, direhabilitasi, tidak bersedia
mengikuti TAK, klien yang akan pulang saat TAK
1. Menjelaskan tujuan dan manfaat diadakannya TAK
2. Jika ada keluarga libatkan untuk memotivasi klien mengikuti TAK
3. Memanggil klien
4. Menanyakan kembali kemauan untuk mengikuti kegiatan
5. Memberi kesempatan pada klien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau klien yang lain
6. Apabila terdapat pasien yang tidak bersedia mengikuti TAK maka
tugas leader untuk menanganinya

9
SPO Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Halusinasi 5 SESI

A. Pengertian SPO Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)


Stimulasi Persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/ kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, dimana hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Halusinasi,
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain adalah
kegiatan terapi yangdilakukan secara berkelompok klien dengan halusinasi
atau klien yang mempunyai riwayat halusinasi oleh seorang terapis
melalui stimulus persepsi terhadap pengalaman mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mengontrol halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara 5
sesi strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.
C. Prosedur
1. Fase orientasi
a. Salam Terapeutik
1) Leader memberikan salam kepada semua klien
2) Leader memperkenalkan diri dan anggota kelompoknya seperti
co leader, fasilitator dan observer serta menyebutkan nama
panggilan leader dan anggotanya (pakai papan nama)
3) Menanyakan nama dan nama panggilan semua klien (beri
papan nama).
b. Evaluasi/validasi : menanyakan perasaan klien saat ini

10
c. Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan,
yaitu mengenal pengalaman halusinasi.
2) Leader menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
a) Lamanya kegiatan 45menit
b) Leader membacakan tata tertib
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
2. Tahap Kerja
1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal
halusinasi tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya,
perasaan klien pada saat terjadi halusinasi dan jenis halusinasi.
2) Leader meminta klien untuk menceritakan isi halusinasi, kapan
terjadinya, situasi yang membuat terjadi, perasaan klien saat terjadi
halusinasi. Klien ditunjuk dengan permainan musik bola, yaitu
pasien duduk melingkar, setelah itu co leader akan memainkan
lagu dan pasien akan berjoged, saat musiknya berhenti pasien yang
memegang bola akan menceritakan pengalaman halusinasinya,
permainan musik bola akan dimainkan secara berurutan sampai
semua klien mendapat giliran, hasilnya akan ditulis di lembar
observasi.
3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari
pengalaman halusinasinya
3. Tahap terminasi
1) Evaluasi
- Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
- Leader memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
2) Tindak Lanjut
- Leader meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
3) Kontrak yang akan dating

11
- Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi.
- Menyepakati waktu dan tempat.

No Kegiatan Waktu
1 Pembukaan 10 menit
- Memberi salam
- Perkenalan
2 Isi 30 menit
- Sesi 1: memperkenalkan diri
- Sesi 2: fase kerja
3 Penutup 5 menit
- Evaluasi
- Rencana tidak lanjut
- Salam penutup
Jumlah 45 menit

D. Evaluasi dan dokumentasi


1) Evaluasi proses
2) Evaluasi hasil
3) Menggunakan format evaluasi standar

12
Evaluasi Hasil

Nama pasien
N
Kemampuan
o

1 BHSP

Mengenal isi
2
halusinasi

Mengontrol
3 dengan cara
menghardik

Mengontrol
dengan cara
4
bercakap-
cakap

Mengontrol
dengan cara
5
aktivitas
terjadwal

Mengontrol
6 dengan cara
minum obat

13
Format Pengkajian Tanda dan Gejala Halusinasi

N Data Ya Tidak
O Data Subjektif :
1 Mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2 Mengatakan mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap.
3 Mengatakan mendengar suara yang menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
4 Mengatakan melihat bayangan, sinar, bentuk geometris,
bentuk kartun, melihat hantu atau monster
5 Mengatakan mencium bau-bauan seperti bau darah, urin,
feses, kadang-kadang bau yang menyenangkan.
6 Mengatakan merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7 Mengatakan merasa takut atau senang dengan
halusinasinya
8 Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu
saat sedang sendirian.
9 Mengatakan mendengar suara yang mengancam diri klien
atau orang lain atau suara lain yang membahayakan.
10 Mengatakan sering mengikuti isi perintah.
Data Objektif:
1 Bicara atau tertawa sendiri
2 Marah-marah tanpa sebab
3 Mengarahkan telinga kearah tertentu
4 Menutup telinga
5 Suka menyendiri
6 Mulut komat kamit
7 Ada gerakan tangan
8 Menunjuk-nunjuk kearah tertentu
9 Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas

14
PEMBAGIAN TUGAS

SESI 1 SESI 2 SESI 3 SESI 4 SESI 5

LEADER

CO LEADER

OBSERVER

FASILITATOR 1

FASILITATOR 2

FASILITATOR 3

15
NO Nama Peserta Keaktifan Keikutsertaan Disiplin Tanda & Gejala
1 DS :

DO :

2 DS :

DO :

3 DS :

DO :

4 DS :

DO :

5 DS :

16
DO :

6 DS :

DO :

7 DS :

DO :

8 DS :

DO :

17
DAFTAR PUSTAKA

Iyus, Yosep. (2007). Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG.

Keliat, Budi Anna. (201). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore:


Elsevier

Townsend, M.C (2009) Psychiatrich Mental Health Nursing Concepts


Of Care in Evidence-Based Practice. 6 ed. Philadelphia: F.A
Davis Company

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015).


Buku Ajar  Keperawatan Jiwa.  Jakarta: Salemba Medika

Yudi Hartono Dkk;2012;Buku ajar keperawatan jiwa;Jakarta;salemba


medika

Iskandar Dkk;2012;Asuhan Keperawatan Jiwa;Bandung;Refika


aditama

Budi ana dkk;2011;Keperawatan kesehatan jiwa;jakarta;EGC

15

Anda mungkin juga menyukai