Oleh :
SUN GUMELAR AJI
NIM. 201302106
i
SKRIPSI
Oleh :
SUN GUMELAR AJI
NIM. 201302106
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
iii
LEMBAR PENGESAHAN
iv
HALAMAN PERNYATAAN
NIM : 201302106
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan
dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia
1) Tuhan yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karunia-Nya maka skripsi ini
dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada
2) Bapak, ibuk, kakek dan nenek saya, yang telah memberikan dukungan moril
maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada
kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang
terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk
membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan
3) Bapak dan ibu dosen pembimbing, penguji, dan pengajar, yang selama ini telah
tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya
menjadi lebih baik. Terimakasih banyak bapak dan ibu dosen, jasa kalian akan
4) Sahabat dan teman tersayang, tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian
semua tak kan mungkin aku sampai disini, terimakasih untuk canda tawa dan
perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis
vi
yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti
bisa.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi.
Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu
vii
DAFTAR ISI
viii
2.2. Konsep Tekanan Darah ...................................................................... 18
2.2.1. Pengertian Tekanan Darah....................................................... 18
2.2.2. Klasifikasi Tekanan Darah ...................................................... 18
2.2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah ............... 19
2.2.4. Faktor-faktor Yang Mempertahankan Tekanan Darah ............ 23
2.2.5. Mekanisme Terjadinya Hipertensi Pada Lansia ...................... 24
2.2.6. Gejala Klinis Hipertensi Pada Lansia ...................................... 24
2.2.7. Penatalaksanaan Hipertensi ..................................................... 25
2.2.8. Patofisiologi Hipertensi ........................................................... 33
2.3. Konsep Lansia .................................................................................... 34
2.3.1. Pengertian Lansia .................................................................... 34
2.3.2. Permasalahan Lansia Dengan Berbagai Kemampuannya ....... 35
2.3.3. Batasan Umur Lanjut Usia ...................................................... 36
2.3.4. Perubahan Pada Lansia ............................................................ 37
2.3.5. Teori Penuaan .......................................................................... 38
2.3.6. Perubahan Fisik Dan Psikososial Yang Terjadi Pada Lansia .. 40
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual ......................................................................... 45
3.2. Hipotesis Penelitian............................................................................ 47
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian ................................................................................ 48
4.2. Populasi Dan Sampel Penelitian ........................................................ 49
4.3. Tehnik Sampling ................................................................................ 50
4.4. Kerangka Kerja Penelitian ................................................................. 51
4.5. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ................................... 52
4.6. Instrumen Penelitian........................................................................... 53
4.7. Lokasi Dan Waktu Penelitian............................................................. 54
4.8. Prosedure Pengumpulan Data ............................................................ 54
4.9. Tehnik Analisa Data ........................................................................... 56
4.10.Etika Penelitian ................................................................................. 58
ix
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian .......................................... 62
5.2. Karakteristik Responden .................................................................... 63
5.3. Hasil Penelitian .................................................................................. 64
5.3.1. Tekanan Darah Sistolik (TDS) Dan Tekanan Darah Diastolik
(TDD) Sebelum Diberikan Terapi Musik Gamelan Jawa Laras
Slendro Pada lansia Di UPT PSTW Magetan ......................... 65
5.3.2. Perubahan Tekanan Darah Sistolik (TDS) Dan Tekanan Darah
Diastolik (TDD) Sesudah Diberikan Terapi Musik Gamelan
Jawa Laras Slendro Pada Lansia Di UPT PSTW Magetan ..... 66
5.3.3. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gamelan Jawa Laras
Slendro Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di
UPT PSTW Magetan .............................................................. 67
5.4. Pembahasan
5.4.1. Tekanan Darah Sebelum Dilakukan Terapi Musik Gamelan
Jawa Laras Slendro Pada Lansia Di UPT PSTW Magetan ..... 69
5.4.2. Tekanan Darah Sesudah Diberikan Terapi Musik Gamelan
Jawa Laras Slendro Pada Lansia Di UPT PSTW Magetan ..... 73
5.4.3. Pengaruh Terapi Musik Gamelan Jawa Laras Slendro Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di UPT PSTW
Magetan ................................................................................... 76
5.5. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 80
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 81
6.2. Saran .................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar pengesahan judul .............................................................. 86
Lampiran 2 Bukti mengikuti seminar proposal ................................................. 87
Lampiran 3 Lembar konsul ............................................................................... 88
Lampiran 4 Lembar revisi proposal .................................................................. 92
Lampiran 5 Surat izin penelitian ....................................................................... 95
Lampiran 6 Lembar penjelasan penelitian ........................................................ 96
Lampiran 7 Lembar persetujuan menjadi responden ........................................ 97
Lampiran 8 SOP ................................................................................................ 98
Lampiran 9 Surat keterangan penelitian ......................................................... 101
Lampiran 10 Data SPSS .................................................................................. 102
Lampiran 11 Tabulasi ..................................................................................... 113
Lampiran 12 Dokumentasi .............................................................................. 115
Lampiran 13 Lembar revisi SKRIPSI ............................................................ 116
Lampiran 14 Jadwal Penyusunan SKRIPSI .................................................... 119
xiii
DAFTAR ISTILAH
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
KATA PENGANTAR
xvi
6. Teman–teman Program Studi Ilmu Keperwatan angkatan 2013 atas
bantuan dan kerja sama serta motivasinya dalam penyelesaian
proposal penelitian ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas
bantuan dalam penyelesaian proposal ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta
ketulusan yang telah mereka berikan selama ini pada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan proposal ini masih
jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan kita semua.
Penulis
xvii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Email : gumelar09@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
Riwayat Pekerjaan :-
xviii
ABSTRAK
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang di pompa oleh jantung
terhadap dinding arteri. Penyakit tekanan darah tinggi yang sering terjadi pada
lansia dikarenakan pada lansia terjadi penurunan dari system fisiologis terutama
pada sistem kardiovaskular. Pada saat ini ada satu metode non-farmakologi yang
dapat menurunkan tekanan darah yaitu dengan mendengarkan musik gamelan
jawa laras slendro. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi musik
gamelan jawa laras slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT
PSTW Magetan.
Penelitian ini menggunakan rancangan Pre Eksperimental One Group Pre
and Post Test Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di UPT
PSTW Magetan berjumlah 87 lansia. Pengambilan sampel menggunakan teknik
Simple Random Sampling dengan jumlah 16 lansia, pengumpulan data
menggunakan observasi dan di analisis menggunakan uji statistik Paired Sample
T-Test dengan bantuan system komputerisasi SPSS 16,0 Windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata penurunan tekanan darah sistolik
sebesar 18,625 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,875 mmHg. Dari uji
Paired Sample T-Test didapatkan nilai p = 0,000 < α = 0,05, yang berarti terdapat
perbedaan signifikan antara tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian terapi
musik gamelan jawa laras slendro selama 7 hari berturut-turut.
Kesimpulan yaitu ada pengaruh terapi musik gamelan jawa laras slendro
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW Magetan.
Tenaga kesehatan perlu melakukan sosialisasi dan pemberian terapi musik
gamelan jawa laras slendro sehingga dapat melaksanakan pengelolaan lansia yang
menderita hipertensi dengan cara penatalaksanaan non-farmakologi untuk
mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi.
Kata kunci : Penurunan Tekanan Darah, Terapi Musik Gamelan Jawa, Lansia
xix
ABSTRACT
Blood pressure is the pressure of blood pumped by the heart against artery
walls. High blood pressure disease which often occurs in elderly due to the
decrease of the physiological system, especially in the cardiovascular system. At
present there is one non-pharmacological method that can lowered blood
pressure by listening to Javanese gamelan music slendro scales. The purpose of
this study to determined the effect of Javanese gamelan music therapy slendro
scales on the decreased blood pressure in elderly in UPT PSTW Magetan.
This research used Pre Experimental One Group Pre and Post Test
Design. The populations in this study were all elderly in UPT PSTW Magetan
amounted to 87 elderly. Sampling used Simple Random Sampling technique with
the number of 16 elderly, data collection used observation and analysis method
used statistical test Paired Sample T-Test with the help of computerized system
SPSS 16.0 Windows.
The results of this study showed an average decrease in systolic blood
pressure of 18.625 mmHg and diastolic blood pressure of 2.875 mmHg. From the
Paired Sample T-Test test, p = 0,000 <α = 0,05, which means that there was
significant difference between blood pressure before and after the therapy of
Javanese gamelan music of Slendro scales for 7 days in a row.
The conclusion that there was influence of Javanese gamelan music
therapy slendro scales to decrease blood pressure in elderly in UPT PSTW
Magetan.
Health workers need to socialize and provide music therapy Javanese
gamelan music slendro barrel so that it can carry out the management of elderly
who suffer from hypertension by non-pharmacology management to control blood
pressure in people with hypertension
xx
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, melainkan tahap lanjut dari suatu
penyakit, dan yang paling sering ditemukan pada lansia adalah penyakit hipertensi
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang di pompa oleh jantung
terhadap dinding arteri. Pada manusia, darah di pompa melalui dua system
sirkulasi terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.
Tekanan darah di catat dalam dua nilai yang berbeda, yaitu tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolic. Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventikel
terjadi ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium. Tekanan
darah penting karena merupakan kekuatan pendorong bagi darah agar dapat
Jika peredaran darah tidak lancar, maka akan menimbulkan penyakit jantung
banyak penduduk di negara maju dan negara berkembang. Tekanan darah tinggi
1
merupakan faktor yang dapat menimbulkan serangan jantung. Terdapat dua
macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi atau
tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Tekanan darah
tinggi atau hipertensi merupakan penyakit multifactorial yang muncul oleh karena
interaksi berbagai faktor. Peningkatan umur merupakan salah satu faktor yang
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Tekanan darah akan meningkat setelah
umur 45–55 tahun, karena pada lanjut usia pada dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
Data prevalensi hipertensi pada tahun 2011, WHO mencatat satu miliar orang
setiap tahun diseluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun di Asia
Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di daerah Asia Tenggara
menunjukkan bahwa pola penyakit pada lansia yang terbanyak adalah hipertensi
sekitar 78 %. Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2010, selama tiga
tahun berturut – turut dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 hipertensi selalu
lansia. Faktor penyebab hipertensi pada lansia di UPT PSTW Magetan yaitu
2
faktor usia, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsi garam berlebihan (laporan
berbagai organ, dan dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan gangguan
ginjal. Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko yang paling berpengaruh
terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah arteri (Marliani, 2007).
Lansia sering terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga
tekanan darah cenderung meningkat. Selain itu penyebab hipertensi pada lansia
juga disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi
usia, resiko hipertensi lebih besar pada orang yang banyak mengkonsumsi
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan hipertensi dapat di bagi menjadi dua
yaitu predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi meliputi jenis kelamin, usia,
merokok, dan aktivitas fisik (Underwood, 2009). Dampak dari hipertensi terhadap
lansia bila tidak segera diatasi bisa mengakibatkan kelainan yang fatal, antara lain
pembuluh darah kapiler di otak atau lebih biasa disebut dengan stroke dan
berakhir dengan kematian (Nissonline, 2007). Melihat kejadian dan dampak dari
3
itu menghambat aktivitas system simpatikoadrenergik dengan menghilangkan
sebagian dari noradrenalin yang tersimpan pada dinding arteri. Namun jika di
Pengobatan secara non farmakologi ternyata lebih aman dan tidak ada efek
samping dalam proses menurunkan tekanan darah pada lansia, yaitu dengan
treatment psikologis yang sudah sering dilakukan pada penderita penyakit kronis
Relaksasi adalah salah satu tehnik yang dapat dilakukan untuk mengurangi
ketegangan yang dialami oleh individu dengan melemaskan otot-otot pada tubuh.
Relaksasi secara umum bertujuan untuk meregangkan otot agar tidak mengalami
system saraf dalam tubuh bekerja sesuai dengan fungsinya. Saat otot tegang yang
bekerja dominan adalah saraf simpatis, sedangkan keadaan rileks atau santai yang
Relaksasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapi musik, karena
mendengarkan musik, system limbic ini teraktivasi dan individu tersebut pun
menjadi rileks. Saat keadaan rileks inilah tekanan darah menurun (Campbell,
2002, dalam Dewi, 2009). Hasil penelitian sejenis oleh Sri Eko Purbowinoto
tahun 2011 yang berjudul pengaruh terapi musik terhadap perubahan tingkat
depresi pada lansia di PSTW Unit Budi Luhur Kasongan Bantul Yogyakarta
4
didapatkan hasil bahwa sebelum diberikan terapi musik terdapat 21 orang dengan
depresi ringan (77,8%), depresi sedang 6 orang (22,2%), setelah diberikan terapi
disimpulkan ada pengaruh terapi musik terhadap perubahan tingkat depresi pada
memiliki harmoni yang lambat, warna nada yang konsisten dan pitch yang rendah.
rileks, jika ketukan terlalu cepat maka akan mengganggu istirahat menjadi tidak
optimal. Mendengarkan musik dengan ketukan yang lambat, sistem limbik ini
teraktivasi dan individu tersebut pun menjadi rileks. Selain itu pula alunan music
dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut Nitric Oxide
(NO). Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga dapat mengurangi
Dari uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul : Pengaruh terapi musik gamelan jawa laras slendro terhadap
sebagai berikut : Adakah Pengaruh Terapi Musik Gamelan Jawa Laras Slendro
5
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi musik
gamelan jawa laras slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT
PSTW Magetan.
sesudah di berikan terapi musik gamelan jawa laras slendro pada lansia di
PSTW Magetan.
serta hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai informasi dalam rangka
6
1.4.2. Manfaat Praktis
hipertensi.
Peneliti ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian awal dalam melakukan
penelitian selanjutnya.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Terapi musik terdiri dari dua kata, yaitu kata “terapi dan musik”. Kata terapi
menolong orang. Biasnya dalan konteks masalah fisik dan mental (Djohoan,
2006). Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan musik
emosi, kognitif, dan social bagi individu dari berbagai kalangn usia. Bagi orang
sehat, terapi music bisa dilakukan untuk mengurangi stress dengan cara
empat model terapi musik yaitu Guide imagery and music dari Helen Bony,
creative music therapy dari Poul Nordoff dan Clife Robbins, behavioral music
therapy dari Cliford K. Madsen dan improvisasi music therapy dari Juliette Alvin.
8
2) Creative music therapy
Bermain musik adalah fokus dalam sesi terapi dan mulai dari awal terapi
perilaku.
Terapi musik yang didasarkan atas pemahaman suatu terapi musik berhasil
memperlakukan alat musik sekehendak hati. Terapis tidak sama sekali tidak
tema, ritme, maupun bentuk musik. Dalam arti tanpa seorang terapis
semangat pada jiwa yang lelah, resah dan lesu. Apalagi bagi seseorang yamg
9
sedang jatuh cinta, musik seakan-akan dapat menjadi kekuatan untuk
atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami
Salah satu istilah untuk sebuah efek yang bisa dihasilkan sebuah musik yang
duduk tenang ,seakan terbuai oleh alunan music tadi yang ia perdengarkan di
perutnya. Hal ini dimaksudkan agar kelak bayi akan memilik tingkat
intelegensi yang lebih tinggi. Dengan cara tertentu, otak pun akan stimulasi
untuk belajar segala sesuatu lewat nada-nada musik. Selain itu musik-musik
berirama klasik adalah jenis musik yang dianjurkan banyak pakar utuk ibu
hamil dan si bayi, yaitu bisa mencerdaskan bayi dan juga bisa membuat
10
4) Musik dan kepribadian
yang lebih baik. Jenis musik terbaik untuk berolahraga agalah musik hip-hip
perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik
yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna, seluruh sel
denyut jantung, nadi dan tekanan darah, musik mempengaruhi ketegangan otot
dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, musik dapat mempengaruhi suhu
serta musik dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Dewi Setyaningsih, 2012).
kegunaanya, yang dapat dekelompokkan menjadi tiga besar, yaitu Musik seni,
11
1) Musik Seni (art Musik)
Musik Seni atau juga sering disebut musik serius dan musik-musik sejenis
musik yang mengacu pada teori bentuk musik klasik Eropa atau jenis-jenis
musik etnik lainnya yang diserap atau diambil sebagai dasar komposisinya.
Berbeda dengan musik popular, musik jenis ini biasanya tidak lekang dimakan
ini antara lain: Tri Suci Kamal, Slamet Abdul, Tony Prabowo, Iwan Gunawan,
a) Musik Klasik
Musik klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi kadang
juga musik klasik Persia, India, dan lain-lain. Musik klasik Eropa sendiri
terdiri dari beberapa periode, misalnya barok, klasik, dan romantic. Musik
klasik merupakan istilah luas, biasanya mengacu pada musik yang berakar
dari tradisi kesenian barat, musik kristiani, dan music orchestra, mencakup
periode dari sekitar abad ke-9 hingga abad ke-21. Dahulu musik klasik di
Eropa terutama digunakan untuk keperluan lagu geraja ataupun lagu untuk
klasik yang digunakan untuk keperluan lain, seperti misalnya musik klasik
12
2) Musik Populer
masyarakat awam. Musik jenis ini merupakan musik yang sesuai dengan
keadaan zaman saat ini. Genre musik ini dapat ditemui hampir seluruh belahan
dunia karena sifat musiknya yang hampir bisa diterima semua orang
a) Jazz
ragtime, dan Eropa terutama musik band. Beberapa subgenre jazz adalah
b) Pop
kabur, karena banyak musisi pop dimasukan juga kekatagori rock, hip hop,
country.
c) Hip hop
Hip hop dapat dianggap sebagai subgenre R&B. Dimulai di awal tahun
Amerika, disebut East Coast hip hop. Pada sekitar tahun 1992, musik hip
hop dari pantai barat mulai terkenal dengan nama West Coast hip hop. Jenis
3) Musik tradisional
temurun, ada juga dipakai untuk pengobatan ada yang menjadi suatu sarana
13
kepercayaan masing-masing orang saja. Musik tradisional merupakan
musik tradisional yang berasal dari kebudayaan lokal, juga terdapat musik
a) Latin
latin termasuk musik dari Meksiko, Amerika Tengah, Amerika selatan dan
b) Country
c) Dangdut
memiliki nuansa india dan melayu. Pada awalnya, musik ini hanya dianggap
musik kelas bawah. Namun seiring waktu, musik ini adalah dinikmati
seluruh kalangan.
metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada gamelan
jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong, dan alat musik jawa lainnya.
14
Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup,
jawa.
Karawitan jawa memiliki dua ciri pokok yaitu gamelan dan laras,
bentuk fisik atau alat yang merupakan salah satu sarana garap dalam rangka
secara musical. Sedangkan laras merupakan salah satu hal yang fundamental
dalam sebuah musik tidak terkecuali karawitan jawa, biasanya laras biasa
disebut dengan tangga nada. Menurut Purwadi (2006) laras di bagi menjadi
dua yaitu :
Laras slendro merupakan system urutan nada yang terdiri dari lima
nada dalam satu gembyang atau satu oktaf, yaitu 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 5
hampir sama rata. Ciri–ciri gamelan laras slendo memiliki alunan musik
tua. Ciri khas dari nada laras slendro yaitu tidak memiliki nada 4 (pat)
lainnya memiliki jarak yang sama atau memiliki ketukan yang beraturan.
15
(2) Laras Pelog
Laras pelog merupakan sistem urutan yang terdiri dari tujuh nada
dalam satu gembyang atau satu oktaf, yaitu 1 (ji), 2 (ro), 3 (lu), 4 (pat), 5
memiliki pola jarak nada yang tidak sama rata. Laras pelog memiliki
3) Minta responden untuk memilih kaset musik yang tenang dan pelan yang
disukai.
dilantai dengan posisi tegak dan kaki bersilang atau berbaring bagi yang tidak
yang mampu duduk sambil memejamkan mata dan bernafas dalam secara
perlahan.
16
6) Intruksikan responden untuk meresapi alunan musik.
speaker, dan yang terpenting biarkan suara musik mengalir ke seluruh tubuh
9) Musik harus didengarkan minimal 10-15 menit supaya dapat memberikan efek
terapeutik.
pemberian terapi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam terapi musik yaitu hindari
dan pintu, gunakan jenis musik sesuai dengan kesukaan responden terutama yang
berirama lembut dan lentur. Upayakan untuk tidak menggunakan jenis musik rock
and roll, disco, metal dan sejenisnya. Karena jenis musik tersebut mempunyai
17
2.2. Konsep Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan
ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung, ketegangan
arteri volume, dan laju serat kekuatan (viskositas) darah. Tekanan darah terjadi
akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat jantung beristirahat (Smeltzer
Tekanan selalu disebutkan dengan dua bilangan, misalnya 120/80. Angka 120
adalah sistolik, yaitu tekanan darah pada saat jantung berkontraksi, sedangkan
angka 80 adalah diastolik, yaitu tekanan darah pada saat jantung relaksasi. Hal itu
menjelaskan bahwa tekanan darah sistolik lebih tinggi dari pada tekanan darah
Tekanan darah rendah jika sistolik dalam nilai 90 mmHg atau kurang
(Potter, 2009). Menurut AHA (2015) tekanan darah rendah dapat terjadi karena
saat jantung berdetak (sistolik) dan tekanan darah 80 mmHg pada saat jantung
18
3) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merupakan
darah akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor genetik
hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi
19
b) Faktor jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dan wanita sama, akan tetapi
daripada pria pada usia yang sama. Wanita yang belum menopause
c) Faktor usia
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
2) Faktor Presipitasi
a) Pola Makan
20
proliferasi sel otot polos dalam pembuluh darah arteri koroner, sintesis
jantung dan kebutuhan akan oksigen, serta obesitas akan berperan dalam
b) Kebiasaan Merokok
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada
lama merokok. Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok perhari
menjadi dua kali lebih rentan daripada mereka yang tidak merokok yang
c) Aktifitas Fisik
(CHD) yang setara dengan hiperlipidemia atau merokok, dan seseorang yang
tidak aktif secara fisik memiliki resiko 30%-50% lebih besar untuk
21
jantung saat istirahat, dan konsumsi oksigen miokardium, dan menurunnya
d) Stress
e) Obesitas
Obesitas lebih banyak terjadi pada orang dengan gaya hidup pasif
darah. Akibatnya aliran darah menjadi tidak lancar. Orang yang memiliki
darah sehingga suplai oksigen dan zat makanan kedalam tubuh terganggu.
f) Gangguan ginjal
metabolism yang seharusnya ikut dibuang beredar lagi ke bagian tubuh yang
22
dikeluarkan jantung juga meningkat. Hal ini mengakibatkan darah yang
sfingter prekapiler. Peningkatan volume darah total yang keluar dari jantung
1) Tahanan perifer
Tahanan tepi (resistensi perifer), ini adalah tahanan yang dikeluarkan oleh
darah yang mengalir dalam pembuluh darah. Tahanan perifer terhadap aliran
protein dan sel darah dalam plasma, menyebabkan peningkatan viskositas dan
(Pearce, 2009).
2) Aliran darah
Aliran darah (blood flow) adalah sejumlah darah yang melalui suatu titik
pada sirkulasi dalam suatu periode tertentu, dengan satuan liter/menit. Jumlah
23
2.2.5. Mekanisme Terjadinya Hipertensi Pada Lansia
Faktor penyebab seperti keturunan, jenis kelamin, usia, ras, juga obesitas,
konsunsi garam berlebih, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol dan stress
Pembuluh besar menjadi tidak elastik. Disfungsi endotel dan penurunan nitric
meningkat, SBP meningkat dan DBP menurun. Aliran darah juga turun
mengakibatkan iskemik pada miokard. Ventrikel kiri bekerja semakin berat dan
menjaga volume end-diastolik LV. Cardiac output lebih rendah dan resitensi
pembuluh darah perifer lebih tinggi pada lansia dengan hipertensi dibandingkan
yang berusia muda. Kekakuan pada aorta juga berdampak negative pada perfusi
dianggap sebagai gangguan biasa, penderita juga mengabaikan dan terkesan tidak
24
terlambat dan tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi. Inilah gejala-gelaja
hipertensi :
1) Sakit kepala
2) Mimisan
3) Jantung berdebar-debar
5) Sulit bernafas
6) Telinga berdenging
7) Vertigo
8) Pandangan kabur
Keluhan yang sering dirasakan dan dijumpai adalah pusing yang hebat pada
1) Tahap Primer
hipertensi adalah dengan cara merubah faktor resiko yang ada pada kelompok
25
sangat penting, tujuan utama dari pengaturan diet hipertensi adalah mengatur
tentang makanan sehat yang dapat mengontrol tekanan darah tinggi dan
diet rendah kolesterol, lemak terbatas serta tinggi serat, dan rendah kalori
berikut :
(pembakaran Kalori).
darah, hal ini disebabkan oleh nikotin yang terdapat didalam rokok yang
26
memicu hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
27
(5) Terapi Musik
lambat, warna nada yang konsisten dan pitch yang rendah, pemilihan lagu
individu tersebut menjadi rileks. Selain itu pula alunan musik juga dapat
molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah yang dapat menurunkan
2) Tahap Sekunder
28
kerusakan akibat yang ditimbulkan penyakit. Berikut ini adalah bagian dari
tahap sekunder :
a) Diagnosis Hipertensi
pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
b) Pengobatan Hipertensi
29
dan air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga
penahan kalium. Deuretik sangat efektif pada orang kulit hitam, lanjut
saraf sistem simpatis. Sistem saraf simpatis adalah system saraf yang
(3) ACE–inhibitor
tekanan darah dengan cara melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan
kepada orang kulit putih, usia muda, penderita gagal jantung, penderita
dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal
30
(4) Angiotensin–II–blocker
yang benar – benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada orang kulit
lainnya.
segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan
3) Tahap Tersier
yang lebih berat atau kematian. Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan
penyakit ke arah berbagai akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan
31
Sedangkan target pengobatan adalah menyembuhkan pasien dari gejala
dan tanda klinis yang telah terjadi. Sebagai contoh, menurut CDC (dikutip
tekanan darah sampai batas yang aman dan mengobati penyakit yang dapat
dosis obat.
sangat penting sebagai dasar promosi kesehatan. Hasil penelitian Young dan
32
kematian pada penderita. Dijelaskan juga bahwa dukungan keluarga mampu
dipusat vasomotor di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula dari saraf simpatis,
yang berkelanjutan ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Faktor predisposisi
hipertensi meliputi umur, jenis kelamin, dan genetic sedangkan faktor presipitasi
33
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal. Hormon ini
fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,
2010).
penyakit, namun merupakan tahapan lanjut dari suatu proses kehidupan yang
lingkungan. Lansia menurut Hawari (2001), adalah keadaan yang ditandai oleh
34
kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi
stress fisiologis. Lansia atau menua (menjadi tua) adalah suatu proses
mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang
Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang
wajar akan di alami semua orang yang di karuniai umur panjang. Hanya cepat
bersangkutan. Adapun permasalahan yang berkaitan dengan lanjut usia antara lain
baik secara fisik, biologi, mental, maupun social ekonomis. Semakin lanjut usia
2) Lanjut usia tidak hanya di tandai dengan kemunduran fisik. Kondisi lanjut usia
35
mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat
3) Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian dari para lanjut usia tersebut
4) Masih ada sebagian dari lanjut usia yang mengalami keadaan terlantar. Selain
sehingga mereka masih dapat berperan yang berguna bagi masyarakat. Akan
36
2) Menurut Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2,
Penuaan terjadi tidak secara tiba–tiba, tetapi bekembang dari masa bayi,
dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi
perilaku.
ketergantungan.
4) Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care, yaitu obat ditujukan untuk
37
2.3.5. Teori Penuaan
Berbagai macam teori yang dapat menjelaskan tentang konsep teori penuaan
yaitu,
mutasi. Pada teori ini terdapat istilah “pemakaian dan perusakan”(wear and
tear) yang terjadi keran kelebihan usaha dan stress yang menyebabkan sel-
sel tubuh menjadi lelah. Terdapat peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh
gizi.
imun,dan lainya.
proses penuaan.
38
2) Teori kejiwaan sosial menurut Maryam et al (2008).
Dasar teori ini adalah bahwa konsep diri seseoramg bergantung pada
disimpulkan bahwa,
(1) Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka
(2) Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap
interaksi social lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas
39
2.3.6. Perubahan Fisik Dan Psikososial Yang Terjadi Pada Lansia
1) Perubahan fisik
a) Sel
b) Sistem Pernafasan
dan waktu utuk bereaksi dengan stress, mengecilnya saraf panca indera,
c) Sistem Pendengaran
dalam, terutama terdapat bunyi suara atau nada-nada tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun.
d) Sistem Penglihatan
40
melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya
lapang pandang.
e) Sistem Kardiovaskuler
dan hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah
kontraktil.
(3) Sistem aorta dan arteri parifer menjadi kaku dan tidak lurus karena
(4) Vena merenggang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah
41
sempurna sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas
f) Sistem Respirasi
g) Sistem Gastrointestinal
bisa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi
yang buruk dan gizi yang buruk. Indera pengecap menurun; adanya iritasi
yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap kurang lebih 80%.
Hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin,
h) Sistem Genitourinaria
42
i) Sistem Endokrin
j) Sistem Kulit
Kuku jari menjadi tebal dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna
k) Sistem Muskuloskeletal
sklerosis, atropi serabut otot, pergerakan menjadi lambat, otot kram, dan
menjadi tremor.
2) Perubahan Psikososial
43
e) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.
dan family.
(Azizah, 2011).
44
BAB 3
Tekanan darah
45
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
: Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka konsep Pengaruh terapi musik gamelan jawa laras slendro
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW
Magetan (Ritu Jain, 2011).
yaitu faktor predisposisi meliputi umur, jenis kelamin, dan genetik, selanjutnya
obesitas, stress, dan gangguan ginjal (Price & Wilson, 2006). Lansia sering
terkena hipertensi disebabkan oleh kekakuan pada arteri sehingga tekanan darah
menjadi tiga yaitu secara tahap primer meliputi pola makan yang baik, perubahan
mengurangi kelebihan berat badan, dan terapi musik), tahap sekunder meliputi
46
intravena diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, labetatol), dan tahap tersier
alternative untuk mencapai keadaan rileks sehingga akan mengurangi stress dan
berhubungan dengan emosi, saat sistem limbik teraktivasi maka individu tersebut
menjadi rileks. Selain itu pula alunan musik juga dapat menstimulasi tubuh untuk
memproduksi molekul Nitric Oxide (NO). molekul ini bekerja pada tonus
hubungan yang diharapkan antara dua variable atau lebih yang dapat diuji secara
empiris. Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memandu jalan
Ha : Ada pengaruh terapi musik gamelan jawa laras slendro terhadap penurunan
47
BAB 4
METODE PENELITIAN
yang diharapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun penelitian pada
penelitian ini adalah pre eksperimental one group pre and post test design.
dianggap sebagai efek perlakuan (Rosjidi, 2015). Penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh terapi musik gamelan jawa laras slendro terhadap penurunan tekanan
O1 (X) O2
Keterangan :
Gambar 4.1 Desain penelitian Pre Eksperimental One Group Pre and Post Test
Design.
48
4.2. Populasi Dan Sampel Penelitian
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah
(t – 1) (r – 1) > 15 Keterangan :
r = 15 + 1
r = 16
jadi besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 16 lansia di UPT PSTW
Magetan.
Sampel didapat dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan
49
1) Kriteria inklusi
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2009), kriteria
2) Kriteria eksklusi
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2009),
kriteria inklusi yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
2016). Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini termasuk probability
sampling yaitu simple random sampling, artinya pemilihan sampel dengan cara ini
50
kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Pada penelitian ini
nama-nama tersebut diacak. Setelah itu dikeluarkan nama satu persatu sampai
penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subyek
penelitian), variable yang akan diteliti, dan variable yang mempengaruhi dalam
Sampel :
Sebagian lansia di UPT PSTW Magetan sebanyak 16 lansia
Sampling :
Random Sampling
Desain Penelitian :
Penelitian ini menggunakan metode pre eksperimental one group pre and post test design
Variabel :
Variabel Bebas : Variabel Terikat :
Musik gamelan jawa laras slendro Tekanan darah
Pengumpulan Data :
Menggunakan sphynomanometer, stetoskop, lembar observasi, alat tulis, sound, laptop, headphone
Pengolahan Data :
Editing, coding, scoring, dan tabulating
Analisis :
Uji Paired Sample T - Test
Pelaporan
51
4.5. Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Ciri yang dimiliki oleh anggota
suatu kelompok (orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh
sebagai derajat, jumlah, dan perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari
berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran
dan atau manipulasi suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian
bersifat konkret dan secara langsung bisa diukur, misalnya denyut jantung,
hemoglobin, dan pernapasan tiap menit. Sesuatu yang konkret tersebut bisa
lain (Nursalam, 2013). Variable independent dalam penelitian ini adalah musik
darah.
52
4.5.2. Definisi Operasional
(Nursalam, 2016).
objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis.
1) Headphone
2) Laptop
53
3) Sphynomanometer
4) Stetoskop
5) Lembar observasi
6) Alat tulis
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
(Nursalam, 2016).
1) Mengurus surat perijinan penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti
Magetan dengan membawa surat pengantar dari STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
dilakukan dalam penelitian tentang pengaruh terapi musik gamelan jawa laras
54
4) Memberikan penjelasan kepada lansia penghuni PSTW Magetan tentang
5) Sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro, responden ditanya
sphynomanometer.
6) Jika sampel memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, responden diberikan terapi
oleh suara apapun yang bisa mengganggu responden kecuali suara nada dan
pemberian terapi musik gamelan jawa laras slendro dikumpulkan pada lembar
55
ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi musik
Pengolahan data adalah salah satu langkah yang penting. Hal ini disebabkan
karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum
1) Editing
Data yang terkumpul, baik data kualitatif maupun data kuantitatif harus
dibaca sekali lagi untuk memastikan apakah data tersebut dijadikan bahan
2) Coding
Memberikan skor atau nilai pada setiap item jawaban. Data yang
terkumpul bisa berupa angka, kata, atau kalimat (Nasehudin, dkk, 2012).
3) Scoring
Menentukan skor atau nilai untuk setiap item pertanyaan dan tentukan
nilai terendah dan tertinggi. Tahapan ini dilakukan setelah ditentukan kode
jawaban atau hasil observasi sehingga setiap jawaban resonden atau hasil
56
4) Tabulating
jawa laras slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia. Penyajian dalam
bentuk distribusi dan prosentase dari tiap variable (Notoatmodjo, 2010). Variable
pada penelitian ini adalah variable independent adalah terapi musik gamelan jawa
laras slendro, dan variable dependent adalah tekanan darah. Perhitungan uji
Analisa bivariat adalah data yang terkait dengan pengukuran dua variabel
pada waktu tertentu (interkorelasi antara dua variabel) (I ketut, 2016). Dalam
penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh terapi musik
gamelan jawa laras slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.
Metode analisis statistik yang digunakan adalah uji paired sample t–test. Uji ini
merupakan analisis dengan melibatkan dua pengukuran pada subyek yang sama
terhadap suatu pengaruh atau lakuan tertentu. Pada uji beda paired sample t-test,
57
Dalam penelitian ini test yang diberikan disebut dengan pre test (tes sebelum
penggunaan paired sample t-test adalah satu sampel yang diberikan dua perlakuan
digunakan harus dalam kondisi yang sama atau homogeny dan berasal dari
tabulasi yang telah berdistribusi secara normal. Ada tidaknya perbedaan yang
bermakna sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dapat diketahui melalui dua
diperoleh interpretasi. Ketentuan pengujian adalah bila harga t hitung lebih besar
harga t table maka Ho ditolak. Cara yang kedua, digunakan nilai probabilitas
Menurut Moleong (2007) agar studi alamiah benar-benar dpat terjadi dan
peneliti tidak mendapat persoalan masalah etik maka ada beberapa yang harus di
58
Implikasi :
confidentiality)
nama maupun alamat asal subyek dalam alat ukur apapun untuk menjaga
Implikasi :
subyek.
Implikasi :
keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik
59
4) Manfaat dan kerugian (benefits and harms)
Implikasi :
Implikasi :
6) Kelayakan sampel
meninggalkan terapi.
Implikasi :
60
BAB 5
Bab ini berisi deskripsi tentang hasil penelitian yang telah dilaksanakan mulai
penjelasan kepada pihak panti dan lansia tentang penelitian pengaruh terapi musik
gamelan jawa laras slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia.
Pengukuran tekanan darah pada lansia dilakukan dua kali pengukuran yaitu
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro
eksklusi, responden diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro secara
bergantian dalam keadaan rileks, maka nada dan irama musiknya dapat dinikmati.
menit/hari selama satu minggu di dalam ruangan yang tertutup sehingga tidak
terganggu oleh suara apapun yang bisa mengganggu responden kecuali suara nada
dan irama musik gamelan jawa laras slendro yang telah diberikan.
61
5.1. Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
PSTW) Magetan terdiri dari kantor pegawai, mushola, dapur, klinik kesehatan,
aula, asrama, dan 8 wisma yaitu wisma pandu, wisma rama, wisma sinta, wisma
kunthi, wisma srikandi, wisma arjuna, wisma arimbi, dan wisma bima. Masing-
masing wisma dihuni oleh 5-8 lansia dan 2 pegawai sebagai penanggung jawab
wisma. Wisma tersebut dilengkapi dengan kamar mandi, ruang makan, dan ruang
tamu. UPT PSTW Magetan menampung maksimal 90 lansia, sampai sekarang ada
di UPT PSTW Magetan kurang tepat, dikarenakan tidak ada diet makanan bagi
lansia yang memiliki penyakit tertentu seperti diabetes mellitus dan hipertensi,
makanan yang di konsumsi lansia semuanya sama rata. Lansia yang berjenis
Magetan yaitu lansia yang terlantar dan lansia yang sudah tidak memiliki keluarga
dan sangat beresiko mengalami stress. UPT PSTW memiliki kegiatan untuk lansia
berupa kegiatan seperti ibadah, olahraga, bermain gamelan jawa, cek kesehatan,
berkebun dan berternak. Setiap hari jumat dan sabtu pagi UPT PSTW melakukuan
kegiatan senam lansia, cek kesehatan berupa pengecekan tanda-tanda vital (TTV)
meliputi pengukuran tekanan darah pada lansia oleh perawat setempat, dan
62
UPT PSTW Magetan memiliki visi, misi, dan motto :
1) Visi
2) Misi
a) Melaksanakan tugas pelayanan dan rehabilitasi bagi lanjut usia dalam upaya
3) Motto
Di usia tua tetap bahagia dan sejahtera serta berguna bagi pihak lain.
Data umum yang diidentifikasi dari responden adalah usia, dan pendidikan.
rata-rata usia responden yaitu 73,69 tahun, usia responden terendah 60 tahun
dan tertinggi 85 tahun, usia responden paling banyak berumur 80 tahun dengan
63
standart deviasi sebesar 7,181. Pada tingkat kepercayaan 95% maka rata-rata
dimiliki oleh seorang responden. Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa
Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka berikut akan
ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yang meliputi
tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa
laras slendro, tekanan darah sistolik dan diastolik sesudah diberikan terapi musik
gamelan jawa laras slendro di UPT PSTW Magetan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi serta uji beda variable dependent tekanan darah sebelum dan sesudah
64
5.3.1.Tekanan Darah Sistolik (TDS) Dan Tekanan Darah Diastolik (TDD)
Sebelum Diberikan Terapi Musik Gamelan Jawa Laras Slendro Pada
lansia Di UPT PSTW Magetan
Tabel 5.3 Hasil Penelitian Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) Dan
Tekanan Darah Diastolik (TDD) Sebelum Diberikan Terapi Musik
Gamelan Jawa Laras Slendro Pada Di UPT PSTW Magetan pada
Tanggal 23 Mei – 29 Mei 2017.
16
TDD 82,69 73 - 97 7,162 78,87 – 86,50 p = 0,000
tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro
adalah 157,00 mmHg, tekanan darah sistolik terendah yaitu 120 mmHg dan
tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 214 mmHg dengan standart deviasi sebesar
30,450, pada tingkat kepercayaan 95% maka tekanan darah sisitolik sebelum
diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro rata-rata 140,77 – 173.23
sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro adalah 82,69 mmHg,
tekanan darah diastolik terendah yaitu 73 mmHg dan tekanan darah diastolik
tertinggi yaitu 97 mmHg dengan standart deviasi sebesar 7,162, pada tingkat
kepercayaan 95% maka tekanan darah diastolik sebelum diberikan terapi musik
gamelan jawa laras slendro rata-rata 78,87 – 86,50 mmHg, dengan p – value
0,000.
65
5.3.2.Perubahan Tekanan Darah Sistolik (TDS) Dan Tekanan Darah
Diastolik (TDD) Sesudah Diberikan Terapi Musik Gamelan Jawa
Laras Slendro Pada Lansia Di UPT PSTW Magetan
Tabel 5.4 Hasil Penelitian Berdasarkan Tekanan Darah Sistolik (TDS) Dan
Tekanan Darah Diastolik (TDD) Sesudah Diberikan Terapi Musik
Gamelan Jawa Laras Slendro Pada Lansia Di UPT PSTW Magetan
pada Tanggal 23 Mei – 29 Mei 2017.
16
TDD 79,81 70 – 90 6,102 76,40 – 82,85 p = 0,000
tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro
adalah 138,38 mmHg, tekanan darah sistolik terendah yaitu 111 mmHg dan
tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 187 mmHg dengan standart deviasi sebesar
25,690, pada tingkat kepercayaan 95% maka tekanan darah sistolik sesudah
diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro rata-rata 124,69 – 152,06
diastolik sesudah diberikan terapi music gamelan jawa laras slendro adalah 79,81
mmHg, tekanan darah diastolik terendah yaitu 70 mmHg dan tekanan darah
diastolik tertinggi yaitu 90 mmHg dengan standart deviasi sebesar 6,102, pada
tingkat kepercayaan 95% maka tekanan darah diastolik sesudah diberikan terapi
musik gamelan jawa laras slendro rata-rata 76,40 – 82,85 mmHg, dengan p –
value 0,000.
66
5.3.3.Pengaruh Pemberian Terapi Musik Gamelan Jawa Laras Slendro
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Di UPT PSTW
Magetan
Tabel 5.5 Analisa Tekanan Darah Sisitolik (TDS) Pengaruh Terapi Musik
Gamelan Jawa Laras Slendro Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Di UPT PSTW Magetan pada Tanggal 23 Mei – 29 Mei
2017.
Lansia yang diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro terjadi
penurunan pada tekanan darah sistolik. Berdasarkan tabel 5.5, rata-rata tekanan
darah sistolik sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro pada 16
responden yaitu 157,00 mmHg, tekanan darah sistolik terendah yaitu 120 mmHg
dan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 214 mmHg dengan standart deviasi
30,450, pada nilai kepercayaan 95% maka tekanan darah sistolik sebelum
diberikan terapi musik gamelam jawa laras slendro rata-rata 140,77 – 173,23
diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro memiliki rata-rata 138,38
mmHg, tekanan darah sistolik terendah yaitu 111 mmHg dan tekanan darah
sistolik tertinggi yaitu 187 mmHg dengan standart deviasi 25,690, pada nilai
67
kepercayaan 95% maka tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi musik
gamelam jawa laras slendro rata-rata 124,69 – 152,06 mmHg, dengan p – value
0,000. Beda pengaruh tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah pemberian
terapi musik gamelan jawa memiliki rata-rata 18,625 mmHg, dengan standart
deviasi 7,982, pada nilai kepercayaan 95% maka beda pengaruh tekanan darah
sistolik sebelum dan sesudah pemberian terapi musik gamelan jawa laras slendro
Tabel 5.6 Analisa Tekanan Darah Diastolik (TDD) Pengaruh Terapi Musik
Gamelan Jawa Laras Slendro Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Di UPT PSTW Magetan pada Tanggal 23 Mei – 29 Mei
2017.
Lansia yang diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro terjadi
penurunan pada tekanan darah diastolik. Berdasarkan tabel 5.6, rata-rata tekanan
darah diastolik sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro pada
mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi yaitu 97 mmHg dengan standart
deviasi 7,162, pada nilai kepercayaan 95% maka tekanan darah diastolik sebelum
68
diberikan terapi music gamelam jawa laras slendro rata-rata 78,87 – 86,50 mmHg,
dengan p – value 0,000. Rata-rata tekanan darah diastolik sesudah diberikan terapi
musik gamelan jawa laras slendro memiliki rata-rata 79,81 mmHg, tekanan darah
diastolik terendah yaitu 70 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi yaitu 90
mmHg dengan standart deviasi 6,102, pada nilai kepercayaan 95% maka tekanan
darah diastolik sesudah diberikan terapi musik gamelam jawa laras slendro rata-
rata 76,40 – 82,85 mmHg, dengan p – value 0,000. Beda pengaruh tekanan darah
diastolik sebelum dan sesudah pemberian terapi musik gamelan jawa memiliki
rata-rata 2,875 mmHg, standart deviasi 2,500, pada nilai kepercayaan 95% maka
beda pengaruh tekanan darah diatolik sebelum dan sesudah pemberian terapi
musik gamelan jawa laras slendro rata-rata 1,543 – 4,207 mmHg, dengan p –
value 0,000.
Hasil uji Paired Sample T-Test didapatkan p = 0,000 < α = 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Hasil ini berarti ada pengaruh terapi musik gamelan jawa
laras slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW
Magetan.
5.4. Pembahasan
slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW Magetan
yang dilakukan sebelum adanya perlakuan pada tabel 5.3, dengan sampel 16
lansia dapat diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan
69
terapi musik gamelan jawa laras slendro adalah 157 mmHg dan termasuk
hipertensi derajat 2, tekanan darah sistolik terendah yaitu 120 mmHg dan tekanan
darah sistolik tertinggi yaitu 214 mmHg dengan standart deviasi sebesar 30,450,
pada tingkat kepercayaan 95% maka tekanan darah sisitolik sebelum diberikan
terapi musik gamelan jawa laras slendro rata-rata 140,77 – 173.23 mmHg, dengan
terapi musik gamelan jawa laras slendro adalah 82,69 mmHg, tekanan darah
diastolik terendah yaitu 73 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi yaitu 97
mmHg dengan standart deviasi sebesar 7,162, pada tingkat kepercayaan 95%
maka tekanan darah diastolik sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa laras
Tekanan darah adalah tekanan dari darah yang di pompa oleh jantung
terhadap dinding arteri. Pada manusia, darah di pompa melalui dua sistem
sirkulasi terpisah dalam jantung yaitu sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.
Tekanan darah di catat dalam dua nilai yang berbeda, yaitu tekanan darah sistolik
dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi ketika ventikel
terjadi ketika ventrikel berelaksasi dan terisi dengan darah dari atrium. Perubahan
tekanan darah dipengaruhi beberapa faktor yaitu usia, pendidikan, dan jenis
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi merupakan
70
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia
lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Tekanan darah
akan meningkat setelah umur 45-55 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan oleh adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan
jantung, dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2010). Ini sesuai
dengan hasil penelitian, usia rata-rata lansia adalah 73,69 tahun. Ternyata sesuai
dengan pendapat Smeltzer & Bare, 2010 bahwa lanjut usia mengalami
mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup
sehat dan dapat menurunkan resiko penyakit degenerative terutama hipertensi dan
71
diketahui bahwa responden tidak sekolah sebanyak 15 responden (93,8%),
berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap perhari, bukan pada lama merokok.
Seseorang yang merokok lebih dari satu pak rokok perhari menjadi dua kali lebih
rentan daripada mereka yang tidak merokok yang diduga penyebabnya adalah
Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis dalam urutan atas yang
diderita oleh lanjut usia. Banyaknya stressor yang muncul yang muncul pada
depresi. Depresi pada lanjut usia juga berpotensi kearah perilaku bunuh diri jika
disertai dengan gejala cemas, rasa putus asa yang besar, rasa tidak berharga,
gangguan tidur berat, dan gangguan pola makan. Kualitas hidup dan kondisi
psikologis pada lanjut usia akan berbeda ketika berada di lingkungan keluarganya
dengan lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Masa usia lanjut merupakan masa
dimana semua orang berharap menjalani hidup dengan tenang, damai, serta
menikmati pensiun bersama anak serta cucu dengan mencurahkan kasih sayang.
Pada kenyataannya, tidak semua lanjut usia mendapatkan kesempatan hidup dan
mendapatkan kondisi hidup ideal seperti itu. Berbagai persoalan hidup seperti
kemiskinan, konflik dengan anak atau cucu, tidak memiliki pasangan atau tidak
72
stress dan hipertensi dirangsang melalui aktivasi saraf simpatis. Peningkatan
aktivasi saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara tidak menentu.
Ketika saraf simpatis meningkat maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot
2003).
membantu proses menurunkan tekanan darah pada lansia agar tidak timbul
slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW Magetan
yang dilakukan sesudah adanya perlakuan pada tabel 5.4, dengan sampel 16 lansia
dapat dijelaskan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi
music gamelan jawa laras slendro adalah 138,38 mmHg, tekanan darah sistolik
terendah yaitu 111 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 187 mmHg
dengan standart deviasi sebesar 25,690, pada tingkat kepercayaan 95% maka
tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro
rata-rata 124,69 – 152,06 mmHg, dengan p – value 0,000. Sedangkan untuk rata-
rata tekanan darah diastolik sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa laras
slendro adalah 79,81 mmHg, tekanan darah diastolik terendah yaitu 70 mmHg dan
tekanan darah diastolik tertinggi yaitu 90 mmHg dengan standart deviasi sebesar
73
6,102, pada tingkat kepercayaan 95% maka tekanan darah diastolik sesudah
diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro rata-rata 76,40 – 82,85 mmHg,
atau dipercepat dan pada saat yang sama kinerja sistem tubuh pun mengalami
kesehatan memiliki kaitan erat dan tidak diragukan bahwa dengan mendengarkan
musik kesukaanya seseorang akan mampu terbawa ke dalam suasana hati dalam
waktu singkat. Manfaat yang pasti dirasakan setelah melakukan terapi musik
adalah perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih fresh. Terapi musik
memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk mengalami relaksasi yang
sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) yang sempurna, seluruh sel dalam
dapat memberikan rangsangan, yang nantinya akan menghasilkan efek mental dan
tekanan darah, musik mempengaruhi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan
koordinasi tubuh, musik dapat mempengaruhi suhu badan, musik dapat mengatur
74
Menurut Purwadi (2006) musik gamelan jawa merupakan ensemble musik
yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang
tercipta pada gamelan jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong, dan alat
keselarasan hidup. Musik gamelan jawa dibagi menjadi dua yaitu laras slendro
dan laras pelog. Ciri–ciri gamelan laras slendo memiliki alunan musik yang
lembut, penuh kewibawaan, ketenangan, dan ditujukan untuk usia tua dan
memiliki ketukan nada yang konsisten, sedangkan laras pelog memiliki ciri- ciri
gerak–gerak lagu begitu bergairah dan ditujukan untuk usia muda serta ketukan
keadaan rileks sehingga akan mengurangi stress dan depresi. Musik akan
memiliki harmoni yang lambat, warna nada yang konsisten dan pitch yang rendah,
rileks, jika ketukan terlalu cepat maka akan mengganggu istirahat menjadi tidak
berhubungan dengan emosi, saat sistem limbik teraktivasi maka individu tersebut
menjadi rileks. Selain itu pula alunan musik juga dapat menstimulasi tubuh untuk
memproduksi molekul Nitric Oxide (NO). molekul ini bekerja pada tonus
75
Pemberian terapi musik gamelan jawa laras slendro yang memiliki irama
musik yang lembut dapat membuat sesorang menjadi rileks. Penelitian ini telah
sesuai seperti yang diharapkan dapat membantu proses menurunkan tekanan darah
pada lansia. Terapi musik merupakan pengobatan secara non farmakologi karena
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro. Dari
hasil analisis data yang diperoleh pada tabel 5.5 dan 5.6, hal ini terbukti pada hasil
perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti pada 16 lansia di UPT PSTW Magetan
Dijelaskan bahwa hasil penelitian pengaruh terapi musik gamelan jawa laras
slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW Magetan
yang dilakukan sebelum dan sesudah adanya perlakuan pada tabel 5.5 dan 5.6,
diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik sebelum diberikan terapi musik
gamelan jawa laras slendro pada 16 responden yaitu 157,00 mmHg, tekanan darah
sistolik terendah yaitu 120 mmHg dan tekanan darah sistolik tertinggi yaitu 214
mmHg dengan standart deviasi 30,450, pada nilai kepercayaan 95% maka tekanan
darah sistolik sebelum diberikan terapi musik gamelam jawa laras slendro rata-
rata 140,77 – 173,23 mmHg, dengan p – value 0,000. Rata-rata tekanan darah
sistolik sesudah diberikan terapi music gamelan jawa laras slendro memiliki rata-
rata 138,38 mmHg, tekanan darah sistolik terendah yaitu 111 mmHg dan tekanan
76
darah sistolik tertinggi yaitu 187 mmHg dengan standart deviasi 25,690, pada
nilai kepercayaan 95% maka tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi
musik gamelam jawa laras slendro rata-rata 124,69 – 152,06 mmHg, dengan p –
value 0,000. Beda pengaruh tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
pemberian terapi music gamelan jawa memiliki rata-rata 18,625 mmHg, standart
deviasi 7,982, pada nilai kepercayaan 95% maka beda pengaruh tekanan darah
sistolik sebelum dan sesudah pemberian terapi musik gamelan jawa laras slendro
gamelan jawa laras slendro pada 16 responden yaitu 82,69 mmHg, tekanan darah
diastolik terendah yaitu 73 mmHg dan tekanan darah diastolik tertinggi yaitu 97
mmHg dengan standart deviasi 7,162, pada nilai kepercayaan 95% maka tekanan
darah diastolik sebelum diberikan terapi musik gamelam jawa laras slendro rata-
rata 78,87 – 86,50 mmHg, dengan p – value 0,000. Rata-rata tekanan darah
diastolik sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro memiliki
rata-rata 79,81 mmHg, tekanan darah diastolik terendah yaitu 70 mmHg dan
tekanan darah diastolik tertinggi yaitu 90 mmHg dengan standart deviasi 6,102,
pada nilai kepercayaan 95% maka tekanan darah diastolik sesudah diberikan
terapi musik gamelam jawa laras slendro rata-rata 76,40 – 82,85 mmHg, dengan p
– value 0,000. Beda pengaruh tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah
pemberian terapi musik gamelan jawa memiliki rata-rata 2,875 mmHg, standart
deviasi 2,500, pada nilai kepercayaan 95% maka beda pengaruh tekanan darah
77
sistolik sebelum dan sesudah pemberian terapi musik gamelan jawa laras slendro
Hasil uji Paired Sample T-Test didapatkan p = 0,000 < α = 0,05 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Hasil ini berarti ada pengaruh terapi musik gamelan jawa
laras slendro terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di UPT PSTW
Magetan.
dan sikap tentang kesehatan dan pola hidup (Notoadmodjo, 2003). Merokok
2007 dalam Anggraini, 2009). Depresi dan stress merupakan salah satu gangguan
psikologis yang tibul pada lanjut usia karena kualitas hidup dan kondisi psikologis
pada lanjut usia akan berbeda ketika berada di lingkungan keluarganya dengan
lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Hubungan antara stress dan hipertensi
Pengobatan secara non farmakologi ternyata lebih aman dan tidak ada efek
samping dalam proses menurunkan tekanan darah pada lansia, yaitu dengan
tritmen psikologis yang sudah sering dilakukan pada penderita penyakit kronis
Relaksasi adalah salah satu tehnik yang dapat dilakukan untuk mengurangi
ketegangan yang dialami oleh individu dengan melemaskan otot-otot pada tubuh.
Relaksasi secara umum bertujuan untuk meregangkan otot agar tidak mengalami
78
mengendalikan otot dan menggerakkan tubuh. Ketika relaksasi dilakukan maka
sistem saraf dalam tubuh bekerja sesuai dengan fungsinya. Saat otot tegang yang
bekerja dominan adalah saraf simpatis, sedangkan keadaan rileks atau santai yang
penelitian ini adalah terapi music, karena rangsangan musik dapat mengaktivasi
jalur-jalur spesifik didalam area otak, seperti sistem limbik yang berhubungan
teraktivasi dan individu tersebut pun menjadi rileks. Saat keadaan rileks inilah
yang memiliki harmoni yang lambat, warna nada yang konsisten dan pitch yang
membuat rileks, jika ketukan terlalu cepat maka akan mengganggu istirahat
menjadi tidak optimal. Mendengarkan music dengan ketukan yang lambat, sistem
limbik ini teraktivasi dan individu tersebut pun menjadi rileks. Selain itu pula
alunan musik dapat menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut
Nitric Oxide (NO). Molekul ini bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga
Pemberian terapi musik gamelan jawa laras slendro pada lansia telah sesuai
seperti yang diharapkan dan dapat menurunkan tekanan darah. seperti pada
penelitian tekanan darah sistolik sebelum pemberian terapi music gamelan jawa
laras slendro memiliki rata-rata 157 mmHg dan sesudah pemberian tekanan darah
sistolik rata-rata menjadi 138,38 mmHg. Sedangkan untuk tekanan darah diastolik
sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro memiliki rata-rata
79
82,69 mmHg dan sesudah pemberian, tekanan darah diastolik rata-rata menjadi
79,81 mmHg. Pemberian terapi musik gamelan jawa laras slendro ternyata
mampu menurunkan tekanan darah sampai batas normal, maka dapat diterapkan
optimal atau bisa dikatakan belum sempurna. Banyak sekali kekurangan tersebut
antara lain :
Group Pre-Post Test Design) dimana peneliti ini dilakukan pada satu kelompok
perlakuan yang dikenakan pada kelompok lain. Penelitian ini dipandang masih
kurang kuat karena tidak melibatkan kelompok control dan temuan penelitian
adalah dengan sampel yang lebih banyak diperkirakan akan mewakili populasi
80
BAB 6
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta diuraikan pada
1) Tekanan darah sebelum diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro
pada lansia di UPT PSTW Magetan, maka rata-rata tekanan darah sistolik 157
2) Tekanan darah sesudah diberikan terapi musik gamelan jawa laras slendro pada
lansia di UPT PSTW Magetan, maka rata-rata tekanan darah sistolik menjadi
138,38 mmHg dan tekanan darah diastolik memiliki rata-rata 79,81 mmHg.
3) Ada perbedaan signifikan tekanan darah sebelum dan sesudah pemberian terapi
musik gamelan jawa laras slendro pada lansia di UPT PSTW Magetan. Hal ini
berarti pula ada pengaruh terapi musik gamelan jawa laras slendro terhadap
6.2. Saran
lansia yang memiliki tekanan darah tinggi. Kerena pemberian terapi musik
yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menurunkan tekanan darah pada lansia
hanya bisa menurunkan tekanan darah secara sesaat, maka pemberian terapi
81
musik gamelan jawa laras slendro dapat dilakukan setiap waktu dengan
Magetan.
Pasca-Test dengan pemilihan. Dan besar sampel dapat ditambah menjadi diatas
82
DAFTAR PUSTAKA
Adinil, H. 2004. Penatalaksanaan Hipertensi Secara Komprehensif. Jurnal.
Kedokteran Muhammadiyah 2 ( 2 ).
Anggraini, dkk. 2003. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Riau : Faculty of
Medicine-University of Riau
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Aronow et al. 2011. Hypertension in the Elderly. Journal of the American Heart
Association.
Barbeau TR. 2004. Cardiovascular Physiology. Florance : Francis Marion
University.
Desmaniarti, Z. 2003. Efektifitas Latihan Relaksasi Kesadaran Indera Dengan
Menggunakan Kaset dan dengan Liflet untuk Menurunkan Kecemasan
Penderita Kanker Payudara. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada.
Djohan. 2006. Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Galangpress.
Fathnur, S.K. 2016. Metodelogi Penelitian Farmasi Komunitas dan
Eksperimental. Yogyakarta : Deepublish
Javasugar . 2009. Terapi Musik 1. http://www.dechacare.com/terapi-musik.
Diakses 10 Desember 2013.
Kemenkes, RI. 2013. Prevalensi Hipertensi, Penyakit yang membahayakan.
Jakarta.
Lany Sustrani, Alam Syamsir, Handibroto Iwan ( Tim Redaksi Vitahealth ). 2005.
Hipertensi. Gramedia, Jakarta.
Marliani, Lili. 2007. 100 Question & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Maryam, S. 2008. Mengenai Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : SAlemba
Medika.
Maryanti. 2010. Pengaruh Terapi Musik Gamelan Jawa Nada Slendro Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Posyandu
Lansia Yuswo Ardhi RW XVII Kelurahan Srondol Wetan Semarang : Di
peroleh tanggal 4 November 2012.
83
Nasehudin,. T.S., Gozali,N. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung :
Pustaka Setia.
Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Promosi kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta :
Rineka Cipta.
2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2013. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan ( edisi 3 ). Jakarta :
Salemba Medika.
2016. Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis.
Jakarta : Salemba Medika.
Pearce, C.E. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktik ( edisi 4 ). Jakarta : EGC.
Potter, P. 2009. Dasar-dasar Ilmiah dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Price, S. A & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – proses
Penyakit (Edisi 4). Jakarta: EGC.
Pudjiastuti, Sri Surini, & Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC.
Purwandi, Afendy W. 2006. Seni Karawitan Jawa Ungkapan Keindahan Dalam
Music Gamelan. Jogjakarta : Hasan Pustaka.
Ritu Jain. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta :
Gramedia.
Rokhaeni, H., dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta :
Bidang Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh
Darah Nasional Harapan Kita.
Rosjidi, H. 2015. Panduan Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Untuk
Mahasiswa Kesehatan Step By Step. Ponorogo.
Saryono & Mekar D. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Setiawan, dkk. 2014. Hubungan Frekuensi Senam Lansia Terhadap Tekanan
Darah dan Nadi Pada Lansia Hipertensi. Semarang : Prosiding Konferensi
Nasional II PPNI Jawa Tengah.
Setyaningsih, dkk. 2012. Pengaruh Penerapan Kombinasi Musik Klasik dan
Latihan Relaksasi untuk Menurunkan Stress pada Siswa Kelas XI IPA 2
SMA Intensif Taruna Pembangunan Surabaya. Di peroleh tanggal 17 Mei
2017.
84
Setyoadi & Triyanto, E. 2012. Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi penderita
AIDS. Yogyakarta : Graha Ilmu Press.
Sevilla, Consuelo G. Et. Al. 2007. Research Methods. Rex Printing Company
Quezon City.
Smeltzer & Bare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Jakarta: EGC.
Suhartini. 2011. Music and music intervention for therapeutic purposes in patients
with ventilator support: gamelan music perspective. Nurse media journal of
nursing, 1.
Tamher & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Triyanto, dkk. 2012. Pengaruh Aplikasi Health Promotion Model terhadap
Peningkatan Kualitas Kelompok Peduli Hipertensi. Soedirman Nursing
Journal 7 ( 2 ) 125 : 134.
Underwood, J. 2000. Patologi Umum dan Sistemik ( Edisi 2). Jakarta : EGC.
WHO. 2015. A Global Brief On Hipertension.
Wijayanti, FY. 2012. Perbedaan Tingkat Insomnia pada Lansia Sebelum dan
Sesudah Pemberian Terapi Musik Keroncong di Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Tulungagung. Skripsi.
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/12/01-gdl-fefiputrin-
567-1-skripsi-).pdf. Diakses tanggal 4 januari 2017.
Wikipedia. 2013. Klasifikasi Musik. http://id.wikipedia.org/wiki/klasifikasi-musik.
Diakses 7 November 2013.
85
Lampiran 1 : Lembar Pengesahan Judul
86
Lampiran 2 : Bukti Mengikuti Seminar Ujian Proposal
87
Lampiran 3 : Lembar Konsul
88
89
90
91
Lampiran 4 : Lembar Revisi Proposal
92
93
94
Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian
95
Lampiran 6 : Lembar Penjelasan Penelitian
Oleh :
NIM. 201302106
Kami mengharap informasi yang anda berikan nanti sesuai dengan keadaan
yang sesungguhnya dan tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Kami menjamin
kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saudara nerikan hanya
akan digunakan untuk pengembangan ilmu kesehatan dan tidak akan
dipergunakan untuk maksud–maksud yang lain.
Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut atau tidak
tanpa adanya sangsi apapun. Jika anda bersedia menjadi responden penelitian ini,
silahkan anda menandatangani kolom yang tersedia.
Penulis
96
Lampiran 7 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
INFORMED CONSENT
Responden
97
Lampiran 8 : Standar Operasional Prosedure
No Jenis Tindakan
1 Persiapan Alat
a) Stetoskop
b) Sphygnomanometer
c) Alat tulis
2 Persiapan Perawat
a) Memperkenalkan diri
b) Menjelaskan maksut dan tujuan dilakukan pemeriksaan tekanan darah
c) Menyiapkan peralatan yang akan digunakan
3 Prosedur pelaksanaan
a) Meminta klien untuk duduk yang nyaman dan rileks selama 5 menit.
b) Jelaskan manfaat rileks tersebut, yaitu agar nilai tekanan darah yang
terukur stabil.
c) Mintalah pasien untuk membuka baju bagian lengan atas yang akan
diperiksa, sehingga tidak ada penekanan pada arteri brachialis.
d) Pasang manset pada lengan dengan ukuran yang sesuai, dengan jarak
sisi manset paling bawah 2,5 cm dari siku dan rekatkan dengan baik.
e) Posisikan tangan diatas meja dengan posisi semua tinggi sama dengan
letak jantung.
f) Bagian yang terpasang manset harus terbebas dari lapisan apapun.
g) Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan tangan di atas meja dengan
telapak tangan terbuka menghadap keatas.
h) Raba nadi pada lipatan lengan, tempelkan stetoskop pada perabaan
denyut nadi, pompa alat ukur perlahan hingga denyut terdengar samar
lalu pompa lagi hingga tekanan meningkat sampai 30 mmHg diatas
tekanan nadi ketika denyutan nadi tidak terdengar.
i) Lepaskan pompa perlahan – lahan dan dengarkan suara bunyi denyut
nadi.
j) Catat tekanan darah sistolik yaitu nilai tekanan ketika suatu denyut nadi
pertama terdengar dan tekanan darah diastolic ketika bunyi keteraturan
denyut nadi tidak terdengar
98
Terapi Musik
kepada klien.
2. Laptop
3. CD Musik
NO PROSEDUR
Pre Interaksi
2 Siapkan alat-alat.
4 Cuci tangan.
Tahap orientasi
Tahap kerja
99
16 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan music.
23 Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat music
atau bernyanyi jika diinginkan dan memungkinkan saat itu.
Terminasi
33 Bereskan alat-alat.
34 Cuci tangan
Dokumentasi
100
Lampiran 9 : Surat Keterangan Penelitian
101
Lampiran 10 : Data Umum dan Data Khusus SPSS
Statistics
Usia
N Valid 16
Missing 0
Mean 73.69
Median 72.00
Mode 80
Minimum 60
Maximum 85
102
Descriptives
Median 72.00
Variance 51.562
Minimum 60
Maximum 85
Range 25
Interquartile Range 10
103
2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dengan distribusi
frekuensi
Statistics
Pendidikan
N Valid 16
Missing 0
Pendidikan
Valid Tidak
15 93.8 93.8 93.8
Sekolah
104
DATA KHUSUS RESPONDEN
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 TDS_Sebelum -
TDS_Sesudah
18.625 7.982 1.996 14.372 22.878 9.333 15 .000
Cases
105
b) One Sample T-Test
One-Sample Statistics
One-Sample Test
Test Value = 0
One-Sample Statistics
One-Sample Test
Test Value = 0
106
c) Descriptives
Descriptives
Median 148.00
Variance 927.200
Minimum 120
Maximum 214
Range 94
Interquartile Range 39
Median 130.00
Variance 659.983
Minimum 111
Maximum 187
Range 76
Interquartile Range 33
107
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
108
2. Tekanan Darah Diastolik (TDD)
a) Paired Sample T-Test
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Difference
Std. Std. Error Sig.
Mean Deviation Mean Lower Upper t df (2-tailed)
Pair 1 TDD_Sebelum -
2.875 2.500 .625 1.543 4.207 4.600 15 .000
TDD_Sesudah
Cases
109
b) One Sample T-Test
One-Sample Statistics
One-Sample Test
Test Value = 0
One-Sample Statistics
One-Sample Test
Test Value = 0
110
c) Descriptives
Descriptives
Median 81.00
Variance 51.296
Minimum 73
Maximum 97
Range 24
Interquartile Range 12
Median 80.00
Variance 36.517
Minimum 70
Maximum 90
Range 20
Interquartile Range 10
111
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
112
Lampiran 11 :
TABULASI DATA
113
Absensi Terapi Musik
Jenis Usia
No Nama Pendidikan Hari Ke 6 Hari Ke 7 Rata-rata
Kelamin (Tahun) Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Keterangan
1 Ny. S P 80 Tidak Sekolah 150/60 140/60 150/70 120/70 150/78 130/75 Turun
2 Ny. S P 70 SD 140/80 120/80 140/80 130/70 141/76 126/75 Turun
3 Ny. S P 70 Tidak Sekolah 140/70 110/60 140/60 110/70 140/78 119/73 Turun
4 Ny. S P 80 Tidak Sekolah 220/100 200/70 200/80 190/70 214/94 187/90 Turun
5 Ny. S P 65 Tidak Sekolah 160/90 150/80 160/90 140/70 160/89 136/84 Turun
6 Ny. K P 80 Tidak Sekolah 200/90 180/80 200/100 170/80 206/90 181/85 Turun
7 Ny. L P 74 Tidak Sekolah 130/90 110/70 130/90 110/70 130/83 111/80 Turun
8 Ny. P P 80 Tidak Sekolah 180/90 150/80 180/80 150/80 180/89 153/85 Turun
9 Tn. K L 70 Tidak Sekolah 120/80 140/70 120/80 120/70 120/77 123/70 Naik
10 Tn. J L 70 Tidak Sekolah 130/90 100/70 130/70 120/70 136/81 116/80 Turun
11 Tn. J L 80 Tidak Sekolah 150/60 120/60 150/60 140/60 147/73 130/73 Turun
12 Tn. S L 65 Tidak Sekolah 130/80 110/70 130/70 120/70 130/74 116/74 Turun
13 Tn. T L 85 Tidak Sekolah 160/80 140/70 160/80 140/70 159/80 139/80 Turun
14 Tn. A L 60 Tidak Sekolah 150/80 140/80 150/80 130/80 149/83 143/80 Turun
15 Tn. R L 70 Tidak Sekolah 140/80 130/80 130/80 110/70 136/81 117/80 Turun
16 Tn. K L 80 Tidak Sekolah 220/110 190/80 200/100 180/80 214/97 187/90 Turun
Keterangan :
1) Jenis Kelamin
P = Perempuan
L = Laki-Laki
2) : Turun : Turun
: Naik
: Tetap
114
115
Lampiran 13 : Lembar Revisi SKRIPSI
116
117
+
118
Lampiran 14 :
Bulan
No Jadwal
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Menentukan topik proposal
2 Pengajuan judul
3 Survei pendahuluan
4 Bimbingan proposal
5 Ujian proposal
6 Revisi proposal
7 Pengurusan surat dan perizinan
8 Pengumpulan data
9 Analisa data
10 Penarikan kesimpulan
11 Ujian skripsi
12 Revisi skripsi
13 Pengumpulan berkas
119