Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSENTASI KASUS TENTANG SQUAMOUS CELL CARCINOMA


(SCC)

RSUD dr. SOEDONO MADIUN

Disusun oleh :

Anthony Wiranata :201906005

Poppy Anggraini :201906053

Dian Indah Gita C :201906022

Senita hastuti :201906062

PROGRAM PROFESI NERS

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2019/2020

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Presentasi Kasus Squamous Cell Carcinoma (SCC) Di Ruang


Poli Bedah Umum RSUD Dr. Soedono Madiun. Sebagai syarat pemenuhan tugas
Profesi Ners Stase KMB (Keperawatan Medical Bedah) STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun tahun ajaran 2019/2020.

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Mengetahui,

Kepala Ruangan

ii
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas
segala rahmad dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Presentasi Kasus Squamous Cell Carcinoma (SCC) Di Ruang Poli Bedah Umum
RSUD Dr. Soedono Madiun. Penulisan laporan ini dalam rangka memenuhi tugas
Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB).

Selama penyusunan laporan ini penulis telah banyak mendapat bantuan


dan bimbingan, saran, serta moral dari pihak-pihak yang terkait. Maka dari itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Sulistijani, Amd.Kep selaku
pembimbing lahan, Ibu Adhin Al Khasanah S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing
akademik, serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan


laporan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan laporan ini agar dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berperan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala urusan kita. Amin.

Madiun, Maret 2020

....................

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang.................................................................................... 1

1.2    Rumusan Masalah............................................................................... 4

1.3 Tujaun................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................. 3

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Definisi .............................................................................................. 4

2.2   Prevalensi/insiden .............................................................................. 4

2.3   Etiologi ............................................................................................... 4

2.4   Tanda gejala ....................................................................................... 5

2.5   Patofisiologi ....................................................................................... 6

2.6   Pathway / WOC ................................................................................. 10

2.7   Pemeriksaan penunjang ...................................................................... 10

BAB III : PEMBAHASAN KASUS ....................................................... 13

BAB IV : PENUTUP

4.1  Kesimpulan......................................................................................... 42

4.2  Saran .............................................................................................. 42

iv
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karsinoma Sel Skuamosa merupakan salah satu jenis kanker yang
berasal dari lapisan tengah epidermis. Jenis kanker ini menyusup ke jaringan
di bawah kulit (dermis). Kulit yang terkena tampak coklat kemerahan dan
bersisik atau berkerompeng dan mendatar, kadang menyeruapai bercak pada
psoriasis dermatitis atau infeksi jamur.
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh dalam setiap epitel berlapis
skuamosa atau mukosa yang mengalami metaplasia skuamosa. Jadi bentuk
kanker ini dapat terjadi di lidah, bibir, esophagus, serviks, vulva, vagina,
bronkus atau kandung kencing. Pada permukaan mukosa mulut atau vulva,
leukoplakia merupakan predisposisi yang penting. Tetapi kebanyakan
karsinoma sel skuamosa tumbuh di kulit (90-95%). Sistem yang sering
digunakan dalam klasifikasi stadium kanker adalah sistem tumor-nodus-
metastase (TNM), yaitu T menunjukkan besarnya tumor primer (T1 = kecil;
T4 = masif), N untuk metastase ke kelenjar getah bening dan M untuk
menentukan adanya metastase ke organ tempat lain.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Karsinoma Sel Skuamosa ?
2. Apa etiologi dari karsinoma sel skuamosa ?
3. Apa tanda dan gejala dari karsinoma sel skuamosa ?
4. Bagaimana patofisiologi dari karsinoma sel skuamosa ?
5. Bagaimana pathway dari karsinoma sel skuamosa ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari karsinoma sel skuamosa ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari karsinoma sel skuamosa ?
8. Bagaimana prognosis dari karsinoma sel skuamosa ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari karsinoma sel skuamosa ?

6
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami mengenai penyakit karsinoma sel
skuamosa.
b. Tujuan Khusus
a). Menjelaskan dan memahami pengertian dari karsinoma sel
skuamosa
b). Menjelaskan dan memahami etiologi dari karsinoma sel skuamosa
c). Menjelaskan dan memahami tanda dan gejala dari karsinoma sel
skuamosa
d). Menjelaskan dan memahami patofisiologi dari karsinoma sel
skuamosa
e). Menjelaskan dan memahami pathway dari karsinoma sel skuamosa
f). Menjelaskan dan memahami pemeriksaan penunjang dari
karsinoma sel skuamosa
g). Menjelaskan dan memahami penatalaksaan dari karsinoma sel
skuamosa
h). Menjelaskan dan memahami prognosis dari karsinoma sel
skuamosa
i). Menjelaskan dan memahami asuhan keperawatan dari karsinoma
sel skuamosa

1.4. MANFAAT
1. Bagi rumah sakit
Sebagai bahan informasi untuk menentukan strategi dalam penanganan
pada pengakit karsinoma sel skuamosa dan salah satu masukan
informasi tentang salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kepatuhan minum obat.

7
2. Bagi perawat
Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan
terutama dalam keperawatan komunitas yang dapat menjadi masalah
kesehatan pada masyarakat.
3. Bagi mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui tentang asuhan keperawatan tentang
karsinoma sel skuamosa
4. Bagi institusi
Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan
pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian
sejenis dan untuk bahan pembelajaran.

8
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Karsinoma sel skuamosa adalah multifaktorial dan membutuhkan


suatu proses multipel. Perubahan dan terganggunya DNA dapat menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya kanker. Sebuah penelitian
mengindikasikan virus seperti Herpes Simplex Virus dan Papilloma Virus
berperan dalam proses tersebut. Namun penyebab pasti dari kanker masih
belum jelas, tetapi faktorfaktor pendukung dapat merangsang terjadinya
kanker.

2.2 Etiologi
Faktor-faktor etiologi terbanyak yan berkaitan dengan sel skuamosa
ialah pemakaian tembakau, konusmsi alcohol dan virus-vurus (kurang
jelas). Termasuk tembakau yang dibakar maupun yang tidak dibakar, seperti
dihirup dan mungkin juga, sirih yang dikunyah (kebiasaan di india,
Myanmar dan Pakistan). Walaupun sebagai besar penderita perokok dan
peminum alcohol, sebanyak 10% ppenderita karsinoma sel skuamosa tidak
mengaku menggunakan tembakau atau alcohol; orang-orang ini cenderung
pria atau wanita yang lebih tua.

2.3 Manifestasi klinis


Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang
ulseratif dan induratif. Sering daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar,
melipat dan mukosa yang berdekatan dapat menunjukkan batas-batas yang
tampak leukoplakia dan atau eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang
terkena metastasis sudah mencapai dimensi cukup besar, dapat diraba,
membengkak dan melekat (berbeda dengan limadenopati yang dapat
digerakkan, lunak dan nyeri tekan bila sebagai akibat penyakit radang).

9
Secara mikroskopik, karsinoma skuamosa menunjukkan sarang-
sarang dan pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat
diferensiasi (misalnya keratinisasi). Stroma jaringan ikat biasanya
memiliki infiltrasi sel-sel radang mononuklear. Derajat radang dapat
merupakan ukuran reaktivitas imun terhadap antigen-antigen tumor.
Beberapa penelitian menunjukkan prognosis lebih baik pada tumor-tumor
dengan radang hebat.

2.4 Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa dapat tumbuh de novo, tetapi lebih sering
suatu proses evolusi yang mirip dengan yang tampak pada serviks uteri.
Perubahan pra kanker dalam mulut menjelma sebagai dua bantuk klinik.
Bercak putih, datar yang tidak diketahui penyebabnya selain yang ada
hubungan dengan pemakaian tembakau dan tidak hilang bila dikerok,
disebut leokoplakisa. Bercak-bercak merah yang tidak ada hubugan dengan
rangsangan radang eritroplakia.
Karsinoma skuamosa invasive kebanyakan didapati pada tepi lateral
lidah dan dasar mulut; sangat jarang pada palatum dan dorum lidah. Pulau-
pulau tumor yang invasive bermetastasis melalui pembuluh darah limfa dan
mengenai kelenjar getah bening supraomohiod dan servikal. Penyebaranya
melalui pembuluh darah merupakan skuele terakhir dan biasanya sebagai
akibat, metastasis kelenjar getah bening yang menjalar ke duktus torakikus
masuk vena sistemik

10
12
2.5 Pathway

Paparan sinar UVB (panjang gelombang 280-320 nm) Produksi pigmen melanin sedikit

Barier perlindungan kulit tipis


Menembus lapisan ozon hingga stratum korneum manusia Regenerasi kolagen

Sinar ultraviolet mudah


Diabsorpsi oleh DNA menembus lapisan kulit Nutrisi pada epidermis terganggu

Terjadi proses karsinogenik Prediksi terjadinya suatu kelainan kulit

DNA diinduksi oleh photon UVB

Terbentuk cyclobutane dimmer photo product

Struktur DNA menjadi rusak

PTCH dan p53 tidak aktif

Kanker
Kanker Kulit
Kulit

Mencegah sel-sel skuamosa melakukan Proliferasi malignan yang Terdapat melanosit dalam
proses keratinisasi secara normal timbul dari dalam epidermis lapisan epidermis atau dermis

Keratin sel-sel basal kurang Karsinoma Sel Skuamosa Melanoma Maligna


mengandung protein keratin normal

Karsinoma Sel Basal

13
Bersifat invasif dgn melakukan
metastase Metastase hingga ke muka salah
satunya bibir bawah
Timbul nodul diatasi permukaan kulit Lesi tampak kasar, tebal dan bersisik
dgn telangiektasia
Memperlihatkan reaksi Tumbuh nodul yang
inflamasi membesar di area bibir
Nodul bertambah
besar dan terjadi
ulserasi Merangsang pengeluaran Kesulitan dalam makan
Kerusakan
Kerusakan mediator kimiawi (bradikinin,
Integritas
Integritas Kulit
Kulit prostaglandin dan histamin) Nafsu makan dan
Merangsang sel saraf bebas berat badan menurun

Ketidakseimbangan
Ketidakseimbangan
Muncul respon nyeri
Nutrisi
Nutrisi Kurang
Kurang dari
dari
Kebutuhan
Kebutuhan Tubuh
Tubuh
Nyeri
Nyeri Akut
Akut

Superficial Melanoma Nodular Acral


Spreading Lentigo Maligna Melanoma Lantiginous
Melanoma Melanoma
Lesi cenderung Lesi berpigmen, Timbul nodul menyerupai Terjadi pada daerah yg
sirkuler, tepi lesi berwarna coklat blueberry, permukaan tidak terkena pajanan
datar/menonjol dan kekuningan, ukuran licin, kadang tampak sinar matahari
dapat diraba dapat membesar sebagai plak

14
Sel kanker tumbuh di
daerah telapak tangan
Kulit tampak tidak dan kaki
normal Timbul macula
berpigmen
Menurunkan nilai Pertumbuhan sel semakin
estetika kulit besar
Pasien akan kesulitan dlm
Gangguan Citra berjalan dan memegang
Tubuh sesuatu
Aktivitas pasien
menurun
Intoleransi
Penatalaksanaan Aktivitas
Kanker Kulit

Karsinoma Sel Basal Melanoma


dan Karsinoma Sel Maligna
Skuamosa Mengatasi
Menghilangkan/mengang metastasis sel
kat jaringan yang terkena kanker
kanker Kemoterapi
Pembedahan
Pasien tidak Menstimulasi Menimbulkan
Pre operasi Post operasi mengetahui prosedur zona pemicu efek samping
kemoterapi kemotaksis
Timbul rasa cemas, Pasien tampak Menghambat
Meninggalkan bingung
takut dan khawatir pembelahan sel-
luka pasca Defisiensi Timbul sensasi
pada pasien sel normal
pembedahan Pengetahuan mual dan
muntah

15
Pasien akan keluar Bekas luka tidak Pasien Mual Pembelahan sel-
keringat berlebih, dirawat dengan mengalami sel akar rambut
gemetar dan jantung baik muntah-muntah terhambat
berdebar setelah
Terpajan debu kemoterapi
Ansietas dan Cairan dan
mikroorganisme Akar rambut
elektrolit banyak menjadi rapuh
keluar
Sel antibodi bekerja
melawan mikroorganisme
Rambut-rambut
menjadi mudah
Cairan banyak Elektrolit
rontok
Terjadi keluar banyak keluar
peningkatan
jumlah leukosit
Risiko Risiko Pasien menjadi
Risiko Infeksi Ketidakseimban botak
kekurangan
volume cairan gan elektrolit
Pasien menjadi
malu dengan
orang lain

Menutup diri

Harga Diri
Rendah
16
2.6 Tanda dan Gejala
Karsinoma sel skuamosa invasif secara klinik ditandai lesi yang ulseratif dan
induratif. Sering daerah ulserasi menunjukkan tepi melingkar, melipat dan mukosa
yang berdekatan dapat menunjukkan batas-batas yang tampak leukoplakia dan atau
eritroplakia. Bila kelenjar servikal yang terkena metastasis sudah mencapai dimensi
cukup besar, dapat diraba, membengkak dan melekat (berbeda dengan limadenopati
yang dapat digerakkan, lunak dan nyeri tekan bila sebagai akibat penyakit radang).
Secara mikroskopik, karsinoma skuamosa menunjukkan sarang- sarang dan
pulau-pulau sel epitel invasif dengan berbagai derajat diferensiasi (misalnya
keratinisasi). Stroma jaringan ikat biasanya memiliki infiltrasi sel-sel radang
mononuklear. Derajat radang dapat merupakan ukuran reaktivitas imun terhadap
antigen-antigen tumor. Beberapa penelitian menunjukkan prognosis lebih baik pada
tumor-tumor dengan radang hebat.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang


Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan pemeriksaan mikroskopis
melalui biopsi. Seringkali, biopsi ditunda karena keputusan dari dokter maupun
pasien, terdapat infeksi atau iritasi lokal. Tetapi, penundaan tersebut tidak boleh lebih
dari 3-4 minggu. Kadang, luasnya lesi menyulitkan untuk melakukan biopsi yang
tepat untuk membedakan displasia atau kanker. Oleh sebab itu tambahan penilaian
klinis lainnya dapat membantu mempercepat biopsi dan memilih daerah yang tepat
untuk melakukan biopsi. Penggunaan cairan toluidine blue sangat berguna sekali,
karena keakuratannya (lebih dari 90%), murah, cepat, sederhana dan tidak invasif.
Mekanisme kerjanya dengan afinitas atau menempelnya toluidine blue dengan
DNA dan sulfat mukopolisakarida, sehingga dapat dibedakan apakah terjadi displasia
atau keganasan dengan epitel yang normal dan lesi jinak. Toluidine blue berikatan
dengan membran mitokondria , dimana terikat lebih kuat pada epitel sel displasia dan
sel kanker daripada dengan jaringan normal.
Sitologi eksfoliatif telah membantu dalam menentukan diagnosa. Namun,
kesulitan pengumpulan sel, waktu yang lama dan biaya yang mahal telah membatasi
penggunaannya. Teknik brush biopsy secara luas digunakan pada sitologi dengan
pengumpulan sel yang mewakili keseluruhan epitel berlapis skuamosa. Prosedurnya
tidak menyebabkan sakit, oleh sebab itu tidak perlu penggunaan anestetikum.

17
2.8 Komplikasi
Karsinoma sel skuamosa tidak diobati dapat merusak jaringan sehat di
dekatnya, menyebar ke kelenjar getah bening atau organ lainnya, dan dapat berakibat
fatal, meskipun hal ini jarang terjadi. Risiko karsinoma sel skuamosa agresif dapat
ditingkatkan dalam kasus di mana kanker: Sangat besar atau mendalam; Melibatkan
selaput lendir, seperti bibir; Terjadi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah,
seperti seseorang yang mengambil obat anti-rejection setelah transplantasi organ.

2.9 Penatalaksanaan
Evaluasi yang cermat terhadap gejala dan simptom sangat penting, termasuk
didalamnya biopsi dan follow- up yang rutin. Pembedahan dilakukan dengan biopsi
insisi menggunakan skapel bila lesi berukuran 5 mm. Teknik ini cepat, tidak banyak
merobek jaringan dan hanya diangkat sedikit sampling. Apabila ukuran tumor kecil,
dapat dilakukan biopsi insisi ataupun eksisi, apabila sulit membedakan antara
displasia dengan karsinoma, dianjurkan menggunakan biopsi insisi.
Jika hasil biopsi tersebut menunjukkan sel karsinoma skuamosa (terdapat
invasi sel displasia ke jaringan ikat), klinisi dapat merencanakan terapi kanker.
Terapi yang potensial diantaranya pembedahan atupun terapi radiasi. Kadang
kemoterapi digunakan sebagai tambahan, namun beberapa tumor kurang responsif
terhadap kemoterapi. Pemilihan terapi tergantung dari stadium kanker, stadium dini
(kecil dan terlokalisasi), stadium lanjut (besar dan menyebar). Evaluasi
menggunakan teknik pencitraaan yang lebih baik kualitasnya seperti MR (magnetic
resonance) dan CT (computed tomography) sangat dibutuhkan. Teknik terbaru yaitu
menggunakan PET (positron emission tomography), bisa menentukan metastase ke
kelenjar limfe. Teknik ini berguna bagi klinisi untuk membedakan batas dan rencana
terapi, juga menentukan prognosisnya.
Follow-up berkala perlu dilakukan pada lesi prekanker, bahkan bila lesi
tersebut menghilang, dan bila terus berlanjut perlu dilakukan pembedahan. Pada tepi
lesi yang secara klinis dan mikroskopis terlihat normal, bisa menjadi permasalahan
dan bisa terjadi rekurensi.
Penggunaan teknik laser sangat berguna pada terapi kanker dan dapat
mengontrol leukoplakia. Pencegahan menggunakan analog vitamin A (retinoid) dan
antioksidan lain (beta karoten, vitamin C, E) kurang efektif, berdasarkan teori,

18
antioksidan tersebut dapat membantu menjaga sel-sel tubuh dari radikal bebas, yang
merupakan promotor terjadinya mutagenesis kromosom dan karsinogenesis. Yang
menjadi permasalahan pada penggunaan antioksidan ini adalah toksisitasnya dan
rekurensinya ketika antioksidan ini tidak dilanjutkan. Efektifitas antioksidan
tergantung pada dosis, regimen dan individu pasien.
Dapat pula dengan pendekatan nutrisional dengan diet kaya buah-buahan dan
sayur-sayuran, karena banyak mengandung antioksidan dan protein supresor-sel yang
membantu mengurangi aktifitas mutagenesis dan karsinogenesis.
Pengenalan dan pengontrolan lesi pre-kanker efektif mengurangi angka
morbiditas dan mortalitas kanker mulut.

2.10 Prognosis
Prognosis karsinoma sel skuamosa sangat tergantung kepada : diagnosis; cara
pengobatan dan keterampilan; dan kerja sama Antara orang yang sakit dengan
dokter. Prognosis yang paling buruk bila tumor tumbuh di atas sel kulti normal (de
nova), sedangkan tumor yang ditemulam di kepala dan leher, prognosisinya lebih
baik dari pada ditempat lainnya. Demikian juga prognosis yang ditemukan
diekstremitas bawah, lebih buruk dari pada di ekstremitas atas.

19
BAB III

PEMBAHASAAN KASUS

SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN (STIKES)
BHAKTI HUSADA MULIA
MADIUN
SK.MENDIKNAS RI No.146/E/O/2011
Program Studi : S-1 KEPERAWATAN, S-1 KESEHATAN MASYARAKAT dan D-III KEBIDANAN
Kampus : JI. Taman Praja Kec. Taman Kota Madiun Telp /Fax. (0351) 491947

w e b s i t e : w w w . b h a k t i h u s a d a m u l i a . a c . i d

RESUME

Nama Pasien : Tn.A No Register : 6-79-01-99


Dx Medis : SCC Regio Punggung Tanggal Pemeriksaan : 09 Maret 2020

Keluhan Utama :

Nyeri pada punggung belakang sebelah mana?????

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit kronik (HT, DM, PJK), maupun penyakit
menular (HIV, HBsAg, TBC). Pasien memiliki kebiasaan merokok. Kelarga memiliki
riwayat benjoln pada punggung.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Keluhan dirasakan sejak 3 tahun yang lalu. Awalnya berupa benjolan berwarna seperti
kulit. Benjolan pecah pertama kali 2 tahun yang lalu mengeluarkan cairan putih berbau,
setelahnya benjolan tumbuh lagi dan pecah kembali 1 tahun yang lalu disertai nyeri (+),
panas (+), mual (-), muntah (-), penurunan BB (-), discharge (+).
20
PENGKAJIAN

Kepala dan Leher:

Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak adanya luka/ lesi, penyebaran rambut normal
merata, warna rambut hitam dan tidak nampak kusam
Palpasi : Tidak adanya benjolan, nyeri tekan maupun luka/ lesi.

Dada:

Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi dada.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Perkusi : Bunyi sonor, tidak adanya bunyi abnormal
Auskultasi : S1/S2 tunggal, tidak adanya suara tambahan nafas

Abdomen:

Inspeksi : Supel, Tidak adanya acites

Auskultasi : Bising usus 8 x/mnt

Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Pelvis:

Inspeksi : Tidak adanya kelainan, simetris kanan dan kiri

Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan, krepitasi , maupun fraktur

Ektremitas Atas/Bawah:

Inspeksi : Tidak adanya kelainan, simetris kanan dan kiri

21
Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan, krepitasi , maupun fraktur

Punggung :

Inspeksi : Terdapat luka tertutup kasa ± 5 cm. luka basah, berbau, kemerahan, ada
puss. Berlendir/kental… kedalaman luka, jaringan nekrotik, kondisi sktr luka
Palpasi : Granulasi puss, nyeri tekan pd sekitar luka??????

Neurologis :
Tidak adanya kelainan ataupun gangguan neurologis

22
HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil Pemeriksaan Histopatologi/Sitopatologi

Nama : Tn A No.Medrec : 6-79-01-99


Umur : 33 tahun tgl/jam selesai : 17-02-2020 :18:41
Tanggal lahir : 11-02-1987 tgl pengkajian : 09-03-2020
Alamat : Ngawi
a. Diagnosa Klinik : SCC Regio Punggung
b. Makroskopik : Diterima potongan jaringan berat 180 gr, ukuran 11x2,5 cm, pada
irisan tampak tumor padat lunak abu-abu, jarak tumor dengan kiri
atas 2 cm, knan atas 2,5 cm, kiri bawah 2,5 cm, kanan bawah 2 cm,
diproses sebagian.
c. Makroskopik : Potongan jaringan dilapisi epithel kulit tampak proliferasi sel
squamouse anaplasia.
Tepi tepi dan dasar operasi : tidak tampak sel tumor
d. Kesimpulan :
Punggung, operasi :
Well Differentiated Squamouse Cell Carcinoma

HASIL PEMERIKSAAN THORAX :


Cor : besar dan bentuk normal
Pulmo : tak tampak infiltrate
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tajam
Skeletal intak
Kesimpulan :
Foto thorak tak tampak kelainan

23
e. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : Pasien mengatakan nyeri pada Agen Nyeri akut
punggung belakang pencederaan fisik
Pengkajian skala nyeri
P : Post operasi
Q : Cenat-cenut
R : punggung belakang
S : Skala 4-6
T : Hilang timbul
Do : k/u : cukup
TTV: TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,6 oC
RR : 21 x/menit
a. Luka terbuka
b. Terdapat potongan jaringan
berat 180 gr
c. Ukuran luka 5x4 cm

Penyakit kronis
2. Ds : Pasien mengatakan post operasi Resiko Infeksi
dan dibagian luka terasa keluar
cairan
Do : k/u : cukup
TTV: TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,6 oC
RR : 21 x/menit
a. Luka terbuka
b. Kondisi luka jelek, terdapat pus
dibagian luka

24
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan pencederaan fisik ditanda dengan gelisah
2. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

25
RESUME KEPERAWATAN
Nama Pasien : Nn. A No Register : 6-79-01-99
Dx Medis : Squamouse Cell Carcinoma Tanggal Pemeriksaan : 09-03-2020

S O A P I E
Pasien mengatakan k/u : cukup Nyeri 1. Indentifikasi skala 1. Mengidentifikasi S :pasien mengatakan
nyeri pada daerah berhubungan nyeri skala nyeri nyeri berkurang
punggung bagian TD : 120/80 dengan agen 2. Ajarkan teknik 2. Melakukan
bawah mmHg pencederaan relaksasi distraksi perawatan luka O : k/u : cukup
fisik ditandai dan relaksasi
Pengkajian skala N : 88 x/menit dengan prinsip - TD : 120/80
dengan gelisah 3. Posisikan klien
nyeri steril mmHg
senyaman mungkin
S : 36,6 oC 4. Alihkan klien 3. Membersihkan - N : 80 x/menit
P : Post operasi dengan mengajak luka dengan cairan - S : 36,4 oC
RR : 21 x/menit
berbincang-bincang NACL - RR : 21 x/menit
Q : Cenat-cenut 4. Mengajarkan teknik
a. Luka terbuka untuk mengalihkan
R : punggung b. Terdapat perhatian akan relaksasi distraksi - Skala nyeri 3
potongan nyerinya dan relaksasi - Klien tampak rileks
belakang
jaringan berat 5. KIE tentang 5. Mengedukasi pasien A : Masalah teratasi
S : Skala 4-6 180 gr penyebab nyeri dan untuk kontrol rutin sebagian
cara mengontrol 6. Kolaborasi dengan
c. Ukuran luka
tim medis lain P
T : Hilang timbul nyeri : Lanjutkan
5x4 cm 6. Kolaborasi dengan intervensi 5 dan
dalam pemberian
tim medis lain 6 pasien pulang
analgetik
dalam pemberian
analgetik

26
RESUME KEPERAWATAN
Nama Pasien : Nn. A No Register : 6-79-01-99
Dx Medis : Squamouse Cell Carcinoma Tanggal Pemeriksaan : 09-03-2020

S O A P I E
Pasien k/u : cukup Resiko infeksi 1. Monitor tanda dan 1. Memonitor tanda dan S :pasien mengatakan
mengatakan post berhubungan gejala infeksi gejala infeksi mengerti cara
TD : 120/80 dengan 2. Berikan perawatan 2. Pertahankan teknik mencegah infeksi
operasi dan
mmHg penyakit kulit pada area aseptik dengan benar
dibagian luka kronis edema
terasa keluar N : 88 x/menit 3. Memberikan
3. Pertahankan teknik O : k/u : cukup
cairan perawatan kulit pada
aseptik
S : 36,6 oC 4. Jelaskan tanda dan area edema - TD : 120/80
x gejala infeksi 4. Mengajarkan cara mmHg
RR : 21 /menit
5. Ajarkan cara mencuci tangan - N : 80 x/menit
a. Luka terbuka mencuci tangan dengan benar - S : 36,4 oC
b. Kondisi luka dengan benar 5. Menjelaskan tanda - RR : 21 x/menit
jelek, 6. Kolaborasi dengan dan gejala infeksi
terdapat pus tim medis lain dalam 6. Mengajarkan pasien - Luka terbuka
dibagian pemberian analgetik dan keluarga cara - Masih terdapat pus
luka merawat luka secara diarea luka
mandiri -
7. Kolaborasi dengan tim A : Masalah teratasi
medis lain dalam sebagian
pemberian analgetik
P : Lanjutkan
intervensi
1,2,3,4,5,6,7
pasien pulang

27
kontrol ulang

28
29

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Karsinoma sel skuamosa adalah multifaktorial dan membutuhkan
suatu proses multipel. Perubahan dan terganggunya DNA dapat menjadi
salah satu faktor penyebab terjadinya kanker. Sebuah penelitian
mengindikasikan virus seperti Herpes Simplex Virus dan Papilloma Virus
berperan dalam proses tersebut. Namun penyebab pasti dari kanker masih
belum jelas, tetapi faktorfaktor pendukung dapat merangsang terjadinya
kanker. Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu
faktor internal (herediter dan faktor pertumbuhan) dan faktor eksternal
(bakteri, virus, jamur, bahan kimia, obatobatan, radiasi, trauma, panas,
dingin, dan diet). Faktor-faktor tersebut dapat berperan secara individual
atau berkombinasi dengan faktor lain sehingga dapat mencetuskan kanker.

4.2 Saran
Perlu dilakukan perbaikan dalam pencatatan data rekam medis pasien
yang ada di rekam medis RSUD Dr.Soedono Madiun terutama kelengkapan
mengenai perjalanan penyakit, etiologi penyakit, dan stage kanker. Perlu
dilakukan screening dan penyuluhan kanker Squamouse Cell Carcinoma
pada masyarakat guna deteksi dini kanker. Perlu dilakukan peningkatan
kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap bahaya
Squamouse Cell Carcinoma.
30

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, 2011. Ilmu Kesehatan Anak, edisi ke 7, buku 2, Jakarta;


Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran .

Behrman, Kliegman, Arvin, editor Prof. Dr. dr. A. Samik Wahab, SpA(K) al:2000
Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15, buku 2, EGC. Jakarta. Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2005 Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI,
Direktorat Jenderal Pengendalian.2013. Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Petunjuk Teknis Manajemen
Tb Anak. Jakarta: Kemenkes RI

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1997, hal 573 – 761.

Kartasasmita CB, Basir D. Epidemiologi Tuberkulosis. Dalam : Buku Ajar


Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. : Patofisiologi Klinik, edisi ke 5,
Tuberkulosis, 2005 hal 753 – 761. Bandung. CV Media citra
Rahajoe NN, Setyanto.2013. Diagnosis Tuberkulosis pada Anak. Dalam : Buku
Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. FK UI
Rahajoe NN, Setyanto.2012. Patogenesis dan Perjalanan Alamiah Tuberkulosis.
Dalam : Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta. F K U I

Smeltzer.2008.Buku ajar keperawatan medicaledah. Jakarta; EGC


DEPKESRI.2010.Profil kesehatantahun 2009.Jakarta; DEPKES RI
31

Anda mungkin juga menyukai